Basiyo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(27 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Basiyo''' (1914-1979) adalah seorang [[pelawak]] dari [[Yogyakarta]] dengan menggunakan [[bahasa Jawa]]. Lawakan Basiyo menjadi terkenal di daerah Jawa Tengah melalui siaran radio, televisi (TVRI), dan berbagai rekaman. Lawakannya sering disebut sebagai Dagelan Mataram, sesuai dengan nama acaranya di [[RRI Yogyakarta]]. Dalam melawak, ia biasa bersama-sama dengan Sudarsono, Hardjo Gepeng, Supar
== Pengaruh ==
Ia bukan hanya pelawak, melainkan juga berhasil memopulerkan jenis gending "Pangkur Jenggleng", yakni, cara menyanyi (nembang) Jawa yang bisa diselingi dengan lawakan, tanpa kehilangan irama dari tembang yang sedang dibawakan. Cara memukul gamelan pun, tidak lazim, karena lebih mengandalkan [[kendang]] sebagai iringan utama untuk akhirnya pada ketukan (birama) terakhir dipakai sebagai waktu untuk memukul semua alat musik perkusi (terutama saron) sekeras-kerasnya. Meski menggunakan bahasa Jawa dan "produk lama", nama Basiyo muncul kembali.▼
Basiyo acap berkolaborasi dengan nama-nama seniman kondang pada dunia dan masanya, seperti [[Bagong Kussudiardja|Bagong Kussudihardjo]], Ki [[Nartosabdo]], [[Nyi Tjondrolukito]], dan lain-lain. Beberapa pengagumnya
== Keluarga ==
Basiyo diketahui pernah menikah tiga kali. Istri pertamanya bernama Ny. Karto,<ref>{{cite web|title=I Do Love Basiyo |publisher=Kompasiana |url=http://www.kompasiana.com/cukriomandha/i-do-love-basiyo_55006a3ba333118d735109d5 |date=26 June 2015 |accessdate=22 September 2015}}</ref> memberinya 7 anak.<ref name=KoranJkt>{{cite web|title=Bermetamorfosis dari Paradigma Dagelan |publisher=Koran Jakarta |url=http://www.koran-jakarta.com/?35376-bermetamorfosis-dari-paradigma-dagelan |date=10 September 2015 |accessdate=22 September 2015}}</ref> Kemudian dari istri keduanya, Ny. Sri Suparti,<ref>{{cite web |title=Harlin Setyandari, Cucu Pelawak Termasyur Basiyo, Bangga Masih Ada Orang Memperhatikan Kakeknya |publisher=Jogjanews |url=http://jogjanews.com/harlin-setyandari-cucu-pelawak-termasyur-basiyo-bangga-masih-ada-orang-memperhatikan-kakeknya |date=28 August 2015 |accessdate=22 September 2015 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Basiyo memiliki 5 anak.<ref name=KoranJkt/> Sedangkan dengan istri ketiganya, Ny. Pudjiyem,<ref>{{cite web |title=Ketika Sosok Dagelan Basiyo Difilmkan Dinas Kebudayaan DIJ |publisher=Radar Jogja |url=http://www.radarjogja.co.id/blog/2015/09/05/ketika-sosok-dagelan-basiyo-difilmkan-dinas-kebudayaan-dij/ |date=5 September 2015 |accessdate=22 September 2015 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> tidak dikaruniai anak.<ref name=KoranJkt/> Pudjiyem-lah yang mendampingi Basiyo pentas di panggung hingga akhir hayatnya.<ref name=KoranJkt/> Basiyo meninggal pada tanggal 31 Agustus 1979 dan dimakamkan di Pemakaman Umum Terban, Yogyakarta.<ref>{{Cite news|title=Kehidupan Komedian Mataram, Basiyo, Difilmkan |publisher=Tempo |url=http://seleb.tempo.co/read/news/2015/09/03/111697466/kehidupan-komedian-mataram-basiyo-difilmkan/ |date=3 September 2015 |accessdate=22 September 2015|language=id |work=[[Tempo.co]] }}</ref>
== Diskografi ==
Rekaman audio Basiyo pada umumnya diterbitkan oleh perusahaan rekaman Fajar Borobudur Record. Selain itu ada juga Irma yang kesemuanya berada di Semarang, meski ada juga yang direkam oleh Lokananta (Sala). Di antara karya - karya Basiyo yang direkam dalam bentuk kaset di antaranya adalah
* Pangkur Jenggleng
* Palaran Jenggleng
* Basiyo mBecak
* Degan Wasiat
Baris 13 ⟶ 18:
* Kibir Kejungkir
* Maling Kontrang-kantring
*
* Dadung Kepuntir
* Basiyo mBlantik
* Joko Bodho
* dan lain-lain. ▼
* Nyokot Kebrakot
==
▲Ia bukan hanya pelawak, melainkan juga berhasil memopulerkan jenis gending "Pangkur Jenggleng", yakni, cara menyanyi (nembang) Jawa yang bisa diselingi dengan lawakan, tanpa kehilangan irama dari tembang yang sedang dibawakan. Cara memukul gamelan pun, tidak lazim, karena lebih mengandalkan [[kendang]] sebagai iringan utama untuk akhirnya pada ketukan (birama) terakhir dipakai sebagai waktu untuk memukul semua alat musik perkusi (terutama saron) sekeras-kerasnya. Meski menggunakan bahasa Jawa dan "produk lama", nama Basiyo muncul kembali.
{{reflist}}
▲Basiyo acap berkolaborasi dengan nama-nama seniman kondang pada dunia dan masanya, seperti [[Bagong Kussudihardjo]], Ki [[Nartosabdo]], [[Nyi Tjondrolukito]], dan lain-lain. Beberapa pengagumnya, seperti budayawan [[Umar Kayam]], pelukis [[Affandi]].
{{
{{Authority control}}
[[Kategori:Kematian 1984]]▼
[[Kategori:Pelawak Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Kota Yogyakarta]]
{{komedian-bio-stub}}
|