Bagagarsyah dari Pagaruyung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(63 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox raja
|name =Tangkal Alam Bagagar
|title =SultanRegent Tanah Datar
|image =[[Berkas:Cap_bagagarsyah_repro.jpg|200 px]]
|caption =<small>Cap Mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar
Baris 9:
|native_lang1 = [[Minang]]
|native_lang1_name1=
|predecessor =[[Sultan Muning Alamsyah]]
|successor =-
|suc-type =
|spouse 1 =
Baris 36:
|}}
 
'''Sultan Tangkal Alam Bagagar''' atau '''Sultan Alam Bagagar Syah''' (lahir di [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]], [[Luak Tanah Data|Luhak Tanah Datar]] pada [[1789]];<ref>Mhd. Nur, et al. (2016) "[http://repositori.kemdikbud.go.id/10454/1/ST.BAGAGARSYAH.pdf Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah Dalam Melawan Penjajah Belanda di Minangkabau pada Abad ke 19]" Agam : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan</ref> wafat di [[Batavia]] 12 Februari [[1849]])<ref name="Safwan">Safwan, M., (1975), ''Sultan Alam Bagagar Syah (1789-1849)'', Panitia Pelaksana Pemindahan Makam Sultan Alam Bagagar Syah.</ref> adalah seorang kemenakan dari raja Pagaruyung terakhir [[Muningsyah dari Pagaruyung|Sultan MuningArifin AlamsyahMuningsyah]].,<ref name="Dobbin">Dobbin, C.E., (1992), ''Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatra Tengah, 1784-1847'', INIS, ISBN 979811612.</ref> versi lain mengatakan bahwa Sultan Tangkal Alam Bagagar Syah adalah cucu patrilineal dari [[Sultan Arifin Muningsyah]].<ref>http://raunsabalik.ucoz.com/news/istana_pagaruyung_124_sejarah_linduang_bulan/2013-03-13-57</ref><ref>http://wisranhadi.wordpress.com/2008/09/22/generasi-ketujuh-bagian-keenam/</ref>
 
== Biografi ==
Pada tahun [[1815]], kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang kerajaan Pagaruyung, menyebabkan Sultan MuningArifin AlamsyahMuningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibukotaibu kota kerajaan ke Lubukjambi.<ref>Nain, S.A., (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref> Sultan Tangkal Alam Bagagar, waktu itu telah berumur 26 tahun dan berada di [[Padang]].<ref name="Safwan"/>
 
Pada tanggal [[10 Februari]] [[1821]] bersama 19 orang pemuka adat lainnya ikut menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerjasama dalam melawan kaum Padri.<ref name="Stuers">{{cite book |last=Stuers |first=Hubert Joseph Jean Lambert ||coauthors=Pieter Johannes Veth |title=De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra |volume=2 |publisher=P.N. van Kampen |year=1850 |quote = }}</ref> Beberapa sejarahwan menganggap bahwa Sultan Tangkal Alam Bagagar sebetulnya tidak berhak melakukan perjanjian dengan mengatasnamakan [[kerajaan [[Pagaruyung]],<ref name="Amran"/> yang kemudian akibat dari perjanjian ini, dijadikan oleh Belanda sebagai tanda penyerahan kedaulatan Pagaruyung.<ref>Kepper, G., (1900), ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900'', M.M. Cuvee, Den Haag.</ref> Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari kaum Padri, Sultan Tangkal Alam Bagagar diangkat oleh pemerintah [[Hindia- Belanda]] hanya sebagai ''Regent Tanah Datar'', walaupun pada sisi lain ia menganggap dirinya sebagai ''Raja Alam'', namun pemerintah Hindia- Belanda dari awal telah membatasi kewenangannya atas wilayah kerajaan Pagaruyung itu sendiri.<ref name="Dobbin"/>
 
Pada tanggal [[2 Mei]] [[1833]], Sultan Tangkal Alam Bagagar ditangkap oleh pasukan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Selanjutnya dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang) sampai akhir hayatnya.<ref name="Amran">{{cite book |last=Amran |first=R. |title=SumatraSumatera Barat hingga Plakat Panjang |publisher=Penerbit Sinar Harapan |year=1981}}</ref> BeliauIa dimakamkan di pekuburan Mangga Dua, kemudian pada tahun [[1975]] atas izin pemerintah [[Indonesia]] kuburannya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan.<ref name="Safwan"/>
 
== Cap mohor ==
{{Bagian tanpa referensi}}{{Refimprove}}<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; margin:0 0em 1em .25em; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar ibnu Sultan Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul QadārQarār Johan Berdaulat Zillullāh fīl 'Ālam".<p style="text-align: right;">— Alih bahasa cap mohor Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar.</blockquote>
Cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dibahas dalam disertasi Annabel Teh Gallop,<ref name="Annabel Teh Gallop">{{cite book |last=Gallop |first= Annabel Teh |coauthors= |title=Malay seal inscriptions: a study in Islamic epigraphy from Southeast Asia |publisher= University of London |volume=II |part=1 |page=137 |year=2002 |id= |ISBN=9798083067 }}</ref> sebagai satu dari ratusan cap mohor yang telah ditelitinya. Beberapa ahli berbeda berpendapat tentang legitimasi cap mohor tersebut, apakah sebagai bukti pengukuhan atau bukan merupakan bukti dari legitimasi kekuasaan atau hanya merupakan "barang perhiasan" saja,<ref name="FDK Bosch">{{cite book |last=Bosch |first= FDK |coauthors= |editor: |title=De rijkssieraden van Pagar Roejoeng Overdr. |publisher= uit het Oudheidkundig Verslag 1930, Batavia |volume= |part= |page=49-108 |year=1931 |id= }}</ref> serta cap mohor tersebut pada hakekatnya hanya merupakan representasi dari diri yang bersangkutan sendiri.<ref name="Jane Drakard"> {{cite book |last=Drakard |first= Jane |coauthors= |editor: |title=A kingdom of words: language and power in Sumatra |publisher= Oxford University Press |volume= |part= |page=137 |year=1999 |id= |ISBN=9789835600357 }}</ref> Kroeskamp dalam ''De Westkust en Minangkabau'' (1931) menyebutkan bahwa laporan sumber Hindia Belanda hanya mencantumkan Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai ''Regent Tanah Datar''. Walau sebelumnya dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]] <ref group="Note">Penders dan Colombijn menyebutkan dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]] mengatakan beberapa kerabat [[Kerajaan Pagaruyung|kerajaan Pagaruyung]] yang berhasil melarikan diri dari pembantaian pada saat [[perang Padri]], dan tidak pernah menyebutkan adanya nama Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai seseorang yang mempunyai kedaulatan atas sebuah wilayah</ref><ref>Kroeskamp, H., (1931) ''De Westkust en Minangkabau'' Terbitan State University of Leiden, halaman 110</ref><ref name="Christian Lambert Maria Penders">{{cite book |last=Penders |first=Christian Lambert Maria |coauthors= |title=Indonesia: selected documents on colonialism and nationalism, 1830-1942 |publisher=University of Queensland Press |volume= |chapter= |page= |year=1977 |id= |ISBN=0702213241 }}</ref><ref name="Freek Colombijn">{{cite book |last=Colombijn |first=Freek |coauthors= |title=Patches of Padang: the history of an indonesian town in the twentieth century and the use of urban space |publisher= Research School CNWS, University of Michigan |volume= |part= |page=44 |year=1994 |id= |ISBN=9073782236 }}</ref><ref name="Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde">{{cite book |last=Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands) |first= |coauthors= |title=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, Volume |publisher=M. Nijhoff |volume=132 |chapter= |page= |year=1976 |id= |ISBN= }}</ref> telah menyebutkan bahwa dia melihat Sultan Tangkal Alam Bagagar tidak layak menjadi penguasa Minangkabau dan mengusulkan salah seorang kerabat raja lainnya yang bergelar ''Tuan Gadang''.<ref>Laporan kepada Gubernur Jendral, 30 Agustus 1825, ''Exhibitum'', 24 Agustus 1826, No. 41.</ref>
 
Cap mohor Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar dibahas dalam disertasi Annabel Teh Gallop,<ref name="Annabel Teh Gallop">{{cite book |last=Gallop |first= Annabel Teh |coauthors= |title=Malay seal inscriptions: a study in Islamic epigraphy from Southeast Asia |publisher= School of Oriental and African Studes, University of London |volume=Volume II |part=1 |page=137 |year=2002 |id= [[British Library]], [[Integrated library system|ILS catalogue number]]: 12454119|ISBN=9798083067 }}</ref> sebagai satu dari ratusan cap mohor yang telah ditelitinya. Beberapa ahli berbeda berpendapat tentang legitimasi cap mohor tersebut, apakah sebagai bukti pengukuhan atau bukan merupakan bukti dari legitimasi kekuasaan atau hanya merupakan "barang perhiasan" saja,<ref name="FDK Bosch">{{cite book |last=Bosch |first= FDK |coauthors= |editor: |title=De rijkssieraden van Pagar Roejoeng Overdr. |publisher= uit het Oudheidkundig Verslag 1930, Batavia |volume= |part= |page=49-108 |year=1931 |id= }}</ref> serta cap mohor tersebut pada hakekatnyahakikatnya hanya merupakan representasi dari diri yang bersangkutan sendiri.<ref name="Jane Drakard"> {{cite book |last=Drakard |first= Jane |coauthors= |editor: |title=A kingdom of words: language and power in Sumatra |url=https://archive.org/details/kingdomofwordsla0000drak|publisher= Oxford University Press |volume= |part= |page=[https://archive.org/details/kingdomofwordsla0000drak/page/137 137]|year=1999 |id= |ISBN=9789835600357 }}</ref> Kroeskamp dalam ''De Westkust en Minangkabau'' (1931) menyebutkan bahwa laporan sumber Hindia Belanda hanya mencantumkan Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai ''Regent Tanah Datar''. Walau(Wali sebelumnya dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]]Tanah Datar).<ref groupname="NoteExhibitum">PendersLaporan dankepada ColombijnGubernur menyebutkanJendral, dalam30 laporanAgustus [[Hubert1825, Joseph''Exhibitum'', Jean24 LambertAgustus de Stuers|de Stuers]] mengatakan beberapa kerabat [[Kerajaan Pagaruyung|kerajaan Pagaruyung]] yang berhasil melarikan diri dari pembantaian pada saat [[perang Padri]]1826, danNo. tidak pernah menyebutkan adanya nama Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai seseorang yang mempunyai kedaulatan atas sebuah wilayah41.</ref><ref>Kroeskamp, H., (1931) ''De Westkust en Minangkabau'' Terbitan State University of Leiden, halaman 110</ref><ref name="Christian Lambert Maria Penders">{{cite book |last=Penders |first=Christian Lambert Maria |coauthors= |title=Indonesia: selected documents on colonialism and nationalism, 1830-1942 |url=https://archive.org/details/indonesiaselecte0000unse|publisher=University of Queensland Press |volume= |chapter= |page= |year=1977 |id= |ISBN=0702213241 }}</ref> Walau sebelumnya dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]]<ref group="Note">Penders dan [[Freek Colombijn|Colombijn]] menyebutkan dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]] mengatakan beberapa kerabat [[kerajaan Pagaruyung]] yang berhasil melarikan diri dari pembantaian pada saat [[perang Padri]], dan tidak pernah menyebutkan adanya nama Sultan Tunggal Alam Bagagar sebagai seseorang yang mempunyai kedaulatan atas sebuah wilayah</ref><ref name="Freek Colombijn">{{cite book |last=Colombijn |first=Freek|authorlink=Freek Colombijn|coauthors= |title=Patches of Padang: the history of an indonesian town in the twentieth century and the use of urban space |publisher= Research School CNWS, University of Michigan |volume= |part= |page=44 |year=1994 |id= |ISBN=9073782236 }}</ref><ref name="Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde">{{cite book |last=Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands) |first= |coauthors= |title=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, Volume |publisher=M. Nijhoff |volume=132 |chapter= |page= |year=1976 |id= |ISBN= }}</ref> telah menyebutkan bahwa dia melihat Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar tidak layak menjadi penguasa<ref group="Note">Regent Tanah Datar</ref> Minangkabau dan mengusulkan salah seorang kerabat raja lainnya yang bergelar ''[[Tuan Gadang]]''.<ref>Laporan kepada Gubernur Jendral, 30 Agustus 1825, ''name="Exhibitum'', 24 Agustus 1826, No. 41.<"/ref>
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; margin:0 0em 1em .25em; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Sultan Tangkal Alam Bagagar ibnu Sultan Khalīfatullāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qadār Johan Berdaulat Zillullāh fīl 'Ālam".<p style="text-align: right;">— Alih bahasa cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar.</blockquote>
<!--
Bagian ini memerlukan tambahan rujukan & untuk sementara disembunyikan
Baris 85:
=== Menantu ===
* [[Puti Reno Sumpu]], istri dari [[Sutan Mangun]]
{{S-start}}
{{Succession box
| before = [[Sultan Muning Alamsyah]]
| title = [[Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung|Yang Dipertuan Pagaruyung]]
| years = 1821 - 1833
| after = -
}}
{{S-end}}
-->
 
== Rujukan ==
{{Reflist|group=Note}}
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
Baris 96 ⟶ 100:
{{S-start}}
{{Succession box
| before = [[SultanMuningsyah Muningdari AlamsyahPagaruyung]]
| title = [[Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung|Yang Dipertuan Pagaruyung]]
| years = 1821 - 1833
| after = -
}}
{{S-end}}
 
== Rujukan ==
{{indo-bio-stub}}
{{reflist}}
=== Catatan kaki ===
{{Reflist|group=Note}}
 
[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung|Bagagarsyah]]
[[Kategori:Kematian 1849|Bagagarsyah]]
[[Kategori:Bangsawan Minangkabau]]
 
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
[[en:Sultan Tangkal Alam Bagagar]]