Syariat Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hs Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(268 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Syariat Islam''' ({{lang-ar|شريعة إسلامية}}) yakni berisi hukum dan aturan [[Islam]]
Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an surat [[Surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]] ayat 36, bahwa sekiranya [[Allah (Islam)]] dan rasul- Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam surat [[Al-Maidah]] QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori asas ''syara'<nowiki/>'' (''[[Ushul Fikih|uṣūl al-fiqh]]'') dan perkara yang masuk dalam kategori ''furu' syara''' (''furūʿ al-fiqh'').
Peran Syariah telah menjadi topik yang diperebutkan di seluruh dunia. Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah Syariah kompatibel dengan [[demokrasi]], [[hak asasi manusia]], [[kebebasan berpikir]], [[hak perempuan]], [[hak LGBT]], dan [[perbankan]].<ref name="naim96">{{cite book|last1=An-Na'im|first1=Abdullahi A|year=1996|title=Religious Human Rights in Global Perspective: Religious Perspectives|isbn=978-9041101792|editor1-last=Witte|editor1-first=John|pages=337–59|chapter=Islamic Foundations of Religious Human Rights|editor2-last=van der Vyver|editor2-first=Johan D.|chapter-url={{Google books|aqyWwF5YA1gC |page=337 |plainurl=yes}}}}</ref><ref name="hajjar2004">{{cite journal|last1=Hajjar|first1=Lisa|year=2004|title=Religion, State Power, and Domestic Violence in Muslim Societies: A Framework for Comparative Analysis|journal=Law & Social Inquiry|volume=29|issue=1|pages=1–38|doi=10.1111/j.1747-4469.2004.tb00329.x|issn=0897-6546|jstor=4092696|s2cid=145681085}}</ref><ref>Al-Suwaidi, J. (1995). ''Arab and western conceptions of democracy; in Democracy, war, and peace in the Middle East'' (Editors: David Garnham, Mark A. Tessler), Indiana University Press, see Chapters 5 and 6; {{ISBN|978-0253209399}}{{page needed|date=April 2016}}</ref>
Beberapa yurisdiksi di [[Amerika Utara]] dan [[Indonesia]] telah mengeluarkan larangan penggunaan Syariah, yang dibingkai sebagai pembatasan hukum agama atau asing.<ref name="thomas">{{cite book|last=Thomas|first=Jeffrey L.|date=2015|url=https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83|title=Scapegoating Islam: Intolerance, Security, and the American Muslim|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-1440831003|pages=83–86|access-date=13 January 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20161213022551/https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83|archive-date=13 December 2016|url-status=live}}</ref> [[Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa]] di [[Strasbourg]] (ECtHR) memutuskan dalam beberapa kasus bahwa Syariah "tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi".<ref>So etwa in: Case Of Refah Partİsİ (The Welfare Party) And Others V. Turkey (Applications nos. 41340/98, 41342/98, 41343/98 and 41344/98), Judgment, Strasbourg, 13 February 2003, No. 123 (siehe S. 39): „The Court concurs in the Chamber’s view that sharia is incompatible with the fundamental principles of democracy, as set forth in the Convention“; vgl. Alastair Mowbray: „Cases, Materials, and Commentary on the European Convention on Human Rights“, OUP Oxford, 29. März 2012, S. 744, [https://books.google.de/books?id=XWyq09yJho8C&pg=PA744&lpg=PA744&dq=%E2%80%9EThe+Court+concurs+in+the+Chamber+view+that+sharia+is+incompatible+with+the+fundamental+principles+of+democracy,+as+set+forth+in+the+Convention%E2%80%9C&source=bl&ots=p8xgHpB1fF&sig=ACfU3U3hm72526PFBMwxY5mdPmiKppHIjg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjKwLTX08nxAhV7gv0HHfxuC5MQ6AEwAHoECAYQAQ#v=onepage&q=%E2%80%9EThe%20Court%20concurs%20in%20the%20Chamber%20view%20that%20sharia%20is%20incompatible%20with%20the%20fundamental%20principles%20of%20democracy%2C%20as%20set%20forth%20in%20the%20Convention%E2%80%9C&f=false Google-Books-Archivierung]; siehe auch [https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827 „The European Court of Human Rights in the case of Refah Partisi (the Welfare Party) and Others v. Turkey“] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210709184803/https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827|date=2021-07-09}}, 13. Feb. 2003, Ziffer 123 u. weitere Ziffern im gleichen Dokument</ref><ref>Siehe auch sueddeutsche.de, 14. Sept. 2017: [http://www.sueddeutsche.de/1.3666617 ''Gegen Scheidungen nach Scharia-Recht'']</ref>
== Definisi ==
Secara etimologi bahasa, kata syari'ah berarti jalan yang berbekas menuju air, karena sudah sering dilalui.<ref>{{cite book|last1=Nafis, Ph.D.|first1=M. Cholil|title=Teori Hukum Ekonomi Syariah|date=2011|publisher=Penerbit Universitas Indonesia|isbn=9789794564561|page=17|url=https://www.google.co.id/books/edition/Teori_hukum_ekonomi_syariah/Kzg6YAAACAAJ?hl=en}}</ref> Kemudian maknanya berkembang menjadi sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup. Secara istilah, syari'ah adalah apa yang digariskan dan ditentukan oleh Allah dalam agama sebagai aturan kehidupan para hamba-Nya. Syariah diartikan sebagai segala peraturan yang datang dari Allah, baik berupa hukum-hukum Akidah, hukum yang bersifat praktik, maupun hukum akhlak.
==Jinayah==
[[Berkas:Islamic coin, Time of the Rashidun. Khosrau type. AH 31-41 AD 651-661.jpg|thumb|upright=1.15|Koin Islam [[Kekhalifahan Rasyidin]], (656). (Patung meniru penguasa Sassanid [[Khosrau II]],
Bulan sabit-bintang, Basmala dan "api [[Zoroastrianisme|Zoroaster]]" dapat dilihat.) Dalam banyak kasus, gambar dan relief, yang pada awalnya tidak masalah, dianggap berdosa menurut interpretasi para ulama. Simbol yang mewakili agama lain dianggap penistaan/[[kemurtadan menurut Islam]] dan dilarang keras.]]
'''Jinayah''' adalah sebuah kajian ilmu hukum [[Islam]] yang berbicara tentang [[kejahatan]].<ref name="q">{{cite book|last=Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag.|first=|authorlink=|coauthors=Masyrofah, S.Ag., M.Si.|title= fIqh Jinayah|year= 2013|publisher= AMZAH|ISBN= 978-602-8689-76-2|}}</ref> Dalam istilah yang lebih populer, hukum jinayah disebut juga dengan hukum pidana [[Islam]].<ref name="q"/> Adapun ruang lingkup kajian hukum pidana [[Islam]] ini meliputi tindak [[pidana]] [[qisas]], [[hudud]], dan [[takzir]].<ref name="q"/>
=== Qisas ===
Dasar dari praktik ini adalah bahwa seorang anggota suku tempat si pembunuh diserahkan kepada keluarga korban untuk dieksekusi, setara dengan status sosial orang yang dibunuh.<ref>{{Cite web|url=https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|title=Conflict and Conflict Resolution in the pre-Islamic Arab Society | SADIK KIRAZLI | download|access-date=2022-02-26|archive-date=2022-01-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20220129180325/https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|dead-url=yes}}</ref>
Kondisi [[kesetaraan sosial]] berarti eksekusi terhadap anggota suku pembunuh yang setara dengan yang dibunuh, dalam arti orang yang dibunuh adalah laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, elit atau rakyat jelata. Misalnya, hanya satu budak yang bisa dibunuh untuk seorang budak, dan seorang wanita untuk seorang wanita. Pada pemahaman pra-Islam ini ditambahkan perdebatan tentang apakah seorang Muslim dapat dieksekusi untuk non-Muslim selama periode Islam.
Ayat utama untuk implementasi dalam Islam adalah [[Surah Al-Baqarah|Al-Baqarah]] ayat 178::
{{Quote|"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang siapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih."|{{cite quran|2|178|style=nosup}}}}
[[Qisas]] adalah penjatuhan coba sanksi yang sama dengan yang telah pelaku lakukan terhadap korbannya, misalnya pelaku menghilangkan [[nyawa]] korbannya, maka ia wajib dibunuh.<ref name="q" /> Kecuali, keluarga korban memaafkan si pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang dinamakan dengan [[Diyat|diat]] atau denda sebagai pengganti dari hukuman.<ref name="w">{{cite book|last=Drs.H.Imron Abu Umar|first=|authorlink=|coauthors=|title= Terj. Fat-hul Qarib Jilid 2|year= 1983|publisher= Menara Kudus|}}</ref>
=== Hudud ===
[[Hudud]] adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah ditentukan oleh [[Al-Qur'an]] dan [[hadis]], seperti [[zina]], [[mabuk]] dan keluar dari agama [[Islam]] atau [[murtad]].<ref name="q"/>
=== Takzir ===
[[Takzir]] adalah hukum yang selain hukum [[hudud]], yang berfungsi mencegah pelaku tindak [[pidana]] dari melakukan kejahatan dan menghalanginya dari melakukan maksiat.<ref name="q"/>
== Sumber hukum islam ==
[[Berkas:Johor State Syariah Court.jpg|jmpl|Mahkamah Syariat Negara Bagian [[Johor]] di [[Malaysia]].]]
[[Berkas:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|al=|jmpl|Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019<ref>{{Citation|title=Bahasa Indonesia: Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019|url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|date=2019-05-30|accessdate=2020-06-02|first=Unknown, published by Majelis Ulama|last=Indonesia}}</ref>]]
=== Al-Qur'an ===
[[Al-Qur'an]] sebagai [[kitab suci]] umat Islam adalah firman [[Allah]] SWT yang diturunkan kepada Nabi [[Muhammad]] SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman.<ref>''"...dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."'' (Saba' 34:28)</ref> Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al-Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama ''syara'''.
Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al-Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang [[tafsir|tafsiran tentang isi-isi Quran]] namun tidak ada yang saling bertentangan.
=== Hadis ===
[[Hadis]] terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, di antaranya adalah:
* ''Sahih''
* ''Hasan''
* ''Daif'' (lemah)
* ''Maudu''' (palsu)
* ''Matruk''' (ditinggalkan)
* ''Mungkar''
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat ''sahih'' dan ''hasan'', kemudian hadis ''daif'' menurut kesepakatan [[ulama]] salaf (generasi terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadilah amal) masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam. Adapun hadis dengan derajat ''maudu'' dan derajat hadis yang di bawahnya wajib ditinggalkan, tetapi tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.
Perbedaan Al-Qur'an dan hadis adalah Al-Qur'an, merupakan kitab suci yang berisikan kebenaran, hukum- hukum dan firman Allah SWT, yang kemudian dibukukan menjadi satu, untuk seluruh umat manusia. Sedangkan hadis merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum Islam setelah Quran berisikan aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, [[akhlak]], ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Walaupun ada beberapa perbedaan ulama ahli [[fikih]] dan ahli hadis dalam memahami makna di dalam kedua sumber hukum tersebut tetapi semua merupakan upaya dalam mencari kebenaran demi kemaslahatan umat, tetapi hanya para ulama [[mazhab]] (ahli fiqih) dengan derajat keilmuan tinggi dan dipercaya ummat yang bisa memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah.
=== Ijtihad ===
''[[Ijtihad]]'' adalah sebuah usaha para [[ulama]], untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam, berdasarkan Al-Qur'an dan hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum maupun perihal peribadatan. Namun, ada pula hal-hal [[ibadah mahdhah|ibadah]] tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :
* [[Ijma']], kesepakatan para ulama
* [[Qiyas]], diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
* [[Maslahah
* [['Urf]], kebiasaan
Terkait dengan susunan tertib syariat, Quran dalam [[Surah Al-Ahzab]] ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul- Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat Quran dalam [[Al-Maidah|Surah Al-Mai'dah]]<ref>''"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan pada waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun."'' (Al-Māidah 5:101)</ref> yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.
[[Berkas:Mahkamah Syar'iyyah Aceh.JPG|jmpl|400x400px|[[Mahkamah Syar'iyah Aceh]] mempertimbangkan perkara pidana dan perdata yang menggunakan hukum Islam.|al=]]
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori asas ''syara'''(ibadah [[mahdah]]) dan perkara yang masuk dalam kategori ''furuksyara''<nowiki/>' ([[Gairu Mahdah|gairu mahdah]])'''.'''
=== Asas ''syara''' (mahdah) ===
Asas ''syara'<nowiki/>'' (''[[Ushul Fikih|uṣūl al-fiqh]]'') adalah perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al-Qur'an atau Al-Hadits. Kedudukannya sebagai pokok syari'at Islam di mana Al-Qur'an itu asas pertama ''syara'<nowiki/>'' dan Al-Hadits itu asas kedua ''syara'''. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia di manapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad {{SAW}} hingga akhir zaman, kecuali dalam [[keadaan darurat]].
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak menaati syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
=== ''Furu' syara''' (ghoir mahdhoh) ===
''Furu' syara'<nowiki/>'' (''furūʿ al-fiqh'') yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist. Kedudukannya sebagai cabang syari'at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat sebagai peraturan/perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam ''furu' syara''' ini juga disebut sebagai perkara ''ijtihadiyah''.
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam :
* bidimensional, artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (ilahi)
* adil, artinya salam hukum islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah salam syariah di tetapkan.
* individualistik dan kemasyarakatan yang di ikat dengan nilai-nilai transendental yaitu wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad {{SAW}}.
Hukum islam mempunyai 2 sifat:
# Al-Tsabah (stabil)
# Al-Tathawwur
== Konteks sosial-kemasyarakatan ==
Syariat Islam mengatur persoalan yang berkaitan dengan konteks sosial-[[Masyarakat|kemasyarakatan]], khususnya yang berkaitan dengan [[norma sosial]]. Ruang lingkupnya dimulai dari tindak [[kejahatan]], [[minuman keras]], [[Zina|perzinaan]], hingga [[pembunuhan]]. Syariat Islam juga membahas konteks sosial-kemasyarakatan yang lebih luas, yaitu [[negara]]. Ruang lingkupnya meliputi hubungan [[pemerintahan]] antara pemerintah dengan rakyat yang diperintah.<ref>{{Cite book|last=Hambali|first=Muhammad|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Panduan_Muslim_Kaffah_Sehari_hari_dari_K/b1FHEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=panduan+muslim+kaffah&pg=PA31&printsec=frontcover|title=Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari: Dari Kandungan hingga Kematian|location=Yogyakarta|publisher=Laksana|isbn=978-602-407-185-1|editor-last=Rusdianto|pages=28|url-status=live}}</ref> Dalam praktik keuangan, syariah juga diterapkan dalam [[Bisnis Syariah|bisnis syariah]], seperti bermuamalah.
== Lihat pula ==
* [[Din|Dīn]]
* [[Daftar topik agama Islam]]
* [[Walayah Fikih]]
* [[Arbain Nawawi]] – kumpulan singkat 40 hadis oleh pendiri mazhab Shāfiʿī – masing-masing digunakan untuk mengilustrasikan dasar-dasar syariah
* [[Literatur nasihat Islam]]
* [[Republik Islam]]
* [[Dewan Syariah Islam]] – sebuah pengadilan di Inggris Raya tanpa otoritas legal
* [[Ma'ruf]]
* [[Prinsip legalitas dalam hukum pidana Perancis]]
* [[Sumber hukum Islam]]
* [[Halakha]]
* [[Teonomi]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Hukum Islam| ]]
[[
|