Sunan Ampel: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tertunda]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Data dan Penataan Bidang
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(373 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Sayyid Ali Rahmatullah|image=Sunan Ampel BW.png|caption=Ilustrasi Sunan Ampel|title=Sunan Ampel|kunya=|name=|nasab=bin Ibrahim Zainuddin|nisbah=As - Samarqandy|parents=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]] (ayah)<br> Dewi Candrawulan (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
[[Gambar:Sunan_ampel.jpg|right|thumb|200px|ilustrasi '''Sunan Ampel''']]
| - [[Dewi Candrawati]]
'''Sunan Ampel''' pada masa kecilnya bernama '''Raden Rahmat''', dan diperkirakan lahir pada tahun [[1401]] di [[Champa]]. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di [[Kamboja]]. Pendapat lain, [[Raffles]] menyatakan bahwa Champa terletak di [[Aceh]] yang kini bernama [[Jeumpa]]. Menurut beberapa riwayat, orangtua Sunan Ampel adalah '''Ibrahim Asmarakandi''' yang berasal dari Champa dan menjadi raja di sana.
| - [[Dewi Karimah]]
}}|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Candrawati :
| - Siti Fatimah <br> ([[Nyai Ageng Manyuro]])
| - Siti Syari’ah <br> ([[Nyai Ageng Maloka]])
| - [[Nyai Ageng Tuban]]
| - [[Nyai Ageng Tandhes]]
| - Makhdum Ibrahim ([[Sunan Bonang]])
| - Syarifuddin <br> ([[Sunan Drajat]])
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Karimah :
| - Dewi Murtasiyah (Istri [[Sunan Giri]])
| - Dewi Murthasimah (Istri [[Raden Fatah]])
| - Raden Hisamuddin (Sunan Lamongan)
| - Raden Zainal Abidin ([[Sunan Demak]])
| - [[Raden Hamzah]] (Pangeran Tumapel)
}}|birth_name=Ali Rahmatullah|birth_date=|birth_place=1401 [[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]]|death_date=1481|death_place=[[Surabaya]], [[Kerajaan Majapahit]]|death_cause=|resting_place=[[Ampel, Semampir, Surabaya]]|other_names=|nationality=- [[Kerajaan Champa|Kesultanan Champa]] <br>
- [[Kerajaan Majapahit]]|era=|region=|occupation=Mufti [[Walisongo]] Ke-2|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Maulana Ibrohim Asmoroqondi|Ibrahim As-Samarqandy]],
[[Ali Rahmatullah#Guru-gurunya|Guru-gurunya]]|awards=|influences=|influenced=[[Sunan Giri]], [[Sunan Kalijaga]], [[Sunan Bonang]], [[Sunan Drajat]], [[Raden Fatah]], [[Mbah Sholeh]], [[Mbah Shonhaji]], [[Syekh Khalifah Husein]],
[[Syekh Zain Abdul Qodir]],
[[Syekh Jamhur Alim]],
[[Sunan Ngudung]],
[[Ki Ageng Pandan Arang|Sunan Pandanaran]],
[[Syekh Suta Maharaja]],
[[Ali Rahmatullah#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=}}
 
'''Ali Rahmatullah''' atau yang dikenal dengan '''Sunan Ampel''' adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di [[Jawa|Tanah Jawa]]. Ia lahir pada tahun [[1401]] di daerah [[Kerajaan Champa|Champa]].
 
Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Ibrahim As-Samarqandy dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan [[Dyah Dwarawati]], istri [[Bhre Kertabhumi]] raja [[Majapahit]].
Sunan Ampel adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Samarkand . Syekh Jumadil Qubro pertama mendarat di Pulau Jawa kemudian meneruskan perjalanannya ke Champa di Indocina. Di Kerajaan Champa, Syekh Jumadil Qubro berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya merubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri Champa, dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Syekh Jumadil Qubro hijrah ke Pulau Jawa.
 
== Riwayat ==
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa (http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Champa).
'''Sayyid Ali Rahmatullah''' datang ke Jawa bersama ayahnya bernama Syekh Ibrahim Asmaraqandi untuk menyebarkan agama Islam. Sekaligus silaturahmi ke bibinya, Dewi Dwarawati yang menjadi istri Prabu [[Kertabhumi]].
 
Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gesikharjo).
Syekh Jumadil Qubro itu sendiri masih ada hubungan saudara dengan Laksamana Cheng-Ho. Laksamana Cheng-Ho adalah seorang muslim yang dijadikan kasim di usia muda ketika wilayah kediamannya ditaklukan Kekaisaran Cina. Ada sumber yang mengatakan Laksamana Cheng-Ho berasal dari Samarqand, Uzbekistan, dan ada juga sumber sejarah yang mengatakan Laksamana Cheng-Ho berasal dari Xin-Kiang atau Xinjiang http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Xinjiang . Yang pasti di dua wilayah tersebut, mayoritas penduduknya adalah muslim dan bukan ber-suku Han, suku mayoritas di daratan Cina yang berkomunikasi dengan bahasa mandarin.
 
Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]].<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya.
 
Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikharjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh) menuju ke Ibukota Majapahit.
Sunan Ampel datang ke pulau [[Jawa]] pada tahun [[1443]], untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja [[Majapahit]] yang bernama [[Prabu Kertawijaya]].
 
Selama setahun di Majapahit, beliau hendak balik ke Champa tapi negeri tesebut sudah hancur dan dikuasai raja Pelbegu dari kerajaan Koci. Berkat saran raja Kertabhumi, Raden Santri disuruh menetap di Gresik.<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sunyoto|first=Agus|date=Juni 2016|title=Atlas Wali Songo|location=Tangerang Selatan|publisher=Pustaka IIMaN dan Lesbumi PBNU|isbn=978-602-8648-18-9|pages=191-205|url-status=live}}</ref>
 
== Ajaran ==
Sunan Ampel menikah dengan '''Nyai Ageng Manila''', putri seorang adipati di [[Tuban]] yang bernama '''Arya Teja'''. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: '''Putri Nyai Ageng Maloka''', '''Maulana Makdum Ibrahim''' ([[Sunan Bonang]]), '''Syarifuddin''' ([[Sunan Drajat]]) dan seorang putri yang kemudian menjadi istri [[Sunan Kalijaga]].
[[Moh limo]] Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
# Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
# Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
# Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
# Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
# Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
 
== Pemakaman ==
[[Berkas:Makam Sunan Ampel.jpg|ka|jmpl|200px|Makam Sunan Ampel di [[Kota Surabaya]].]]
Pada tahun [[1479]], Sunan Ampel mendirikan [[Mesjid Agung Demak]]. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan [[Sunan Demak]], dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.
 
Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir, tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Pada tahun [[1479]], Sunan Ampel mendirikan [[Mesjid Agung Demak]].
 
Sunan Ampel meninggal pada tahun [[1481]].<ref>{{Cite book|last=Arif|first=Mohammad|date=2017|url=http://repository.iainkediri.ac.id/28/1/Studi%20Islam%20dalam%20Dinamika%20%20Global_ganti%20Ukuran.pdf|title=Studi Islam dalam Dinamika Global|location=Kediri|publisher=STAIN Kediri Press|editor-last=Anam|editor-first=Wahidul|pages=35|url-status=live}}</ref> Ia dimakamkan di [[Kota Surabaya]], [[Jawa Timur]].<ref>{{Cite book|last=Sukandar, dkk.|date=Desember 2016|url=http://bpp.fpik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PROFIL-DESA-PESISIR-UTARA-JAWA-TIMUR-Vol-1.pdf|title=Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur)|location=Surabaya|publisher=Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur|pages=2|url-status=live}}</ref> Lokasi makamnya berada di [[Masjid Ampel]].
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun [[1481]] di Demak dan dimakamkan di sebelah barat [[Mesjid Ampel]], [[Surabaya]].
 
== Kutipan ==
[[Kategori:Walisongo]]
{{reflist}}
[[Kategori:Kelahiran 1401]]
 
[[Kategori:Kematian 1481]]
== Referensi ==
* [[Ahmad Asep Abdul Aziz]], Hikayat Banjar terjemahan dalam [[Bahasa Malaysia]] oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - [[Ampang]]/[[Hulu Kelang]] - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].
 
* [[Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen]], Karya Ki Padmasusastra. Penerbit : Yayasan Sastra Lestari. Semarang-Surabaya: G.C.T van Dorep & Co [[1902]].
 
* [[Serat Walisana]] (Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo. Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press [[Pasuruan]] [[2020]].
 
{{Walisongo}}
 
[[Kategori:WalisongoWali Sanga]]
[[Kategori:KelahiranUlama 1401Nusantara]]