Wangsa Sailendra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 114.10.99.125 (bicara) ke revisi terakhir oleh Verosaurus Tag: Pengembalian |
|||
(139 revisi perantara oleh 52 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{More citations needed|date=November 2020}}
[[Berkas:Sailendra King and Queen, Borobudur.jpg|jmpl|360px|Relief di [[Borobudur]] menampilkan raja dan ratu dengan segenap abdi pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini kemungkinan besar dibuat berdasarkan istana wangsa Sailendra sendiri.]]
'''
Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama [[Buddhisme|Buddha]] [[Mahayana]]. Wangsa Sailendra diperkirakan berasal dari [[Kerajaan Kalingga]] pada abad ke-5 di Jawa Tengah dan memiliki banyak peninggalan candi-candi yang terdapat di [[dataran Kedu]], Jawa Tengah. Di samping berasal dari Jawa Tengah, daerah lain seperti [[Sumatra]] atau bahkan [[India]] dan [[Kamboja]], sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini, tetapi tidak ada silsilah atau bukti prasasti yang mendukung.
== Asal-usul ==
[[Berkas:Borobudur-complete.jpg|jmpl|ka|300px|[[Candi Borobudur]], salah satu peninggalan Wangsa Śailendra.]]
Istilah Sailendra dalam [[bahasa Sanskerta]] artinya "Raja Gunung", merujuk ke gunung-gunung berapi tinggi seperti [[Gunung Merapi]] yang menghadap ke [[Borobudur]], candi besar [[agama Buddha]] yang dibangun oleh wangsa ini.{{Sfn|Bowring|2022|p=74}}
Di Indonesia, nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam [[prasasti Kalasan]].{{Butuh rujukan}} Tulisan pada Prasasti Kalasan menggunakan [[aksara Nāgarī]] dalam [[bahasa Sanskerta]] dan mencantumkan rangka tahun 700 saka (778 Masehi). Dalam Prasasti Kalasan terdapat keterangan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Sailendra telah menyarankan pembuatan bangunan suci kepada Maharaja Tejahpurnapana Panamkarana. Bangunan ini dibuat sebagai tempat pemujaan bagi pendeta beragama Buddha untuk memuja Dewi Tara. Bangunan ini merujuk ke [[Candi Kalasan]].<ref>{{Cite book|last=Indriyani, A., dkk.|date=Juli 2022|url=https://budaya.jogjaprov.go.id/attachment/view?id=4434&&filename=KATALOG%20MATARAM%20KUNO.pdf|title=Medang: Sejarah dan Budaya Mataram Kuno|location=Yogyakarta|publisher=Museum Pleret|editor-last=Sektiadi dan Wiyamto, K. S.|pages=7|url-status=live}}</ref> Dalam Prasasti Kalasan, Wangsa Sailendra disebut dengan nama ''Śailendragurubhis, Śailendrawańśatilakasya, dan Śailendrarajagurubhis''.{{Butuh rujukan}}
[[Berkas:Kalasan Temple.jpg|jmpl|150px|[[Candi Kalasan]] sebagai tempat pemujaan [[Tara (Bodhisattva)|Dewi Tara]].]]
Nama raja dari Wangsa Sailendra juga ditemukan di dalam [[prasasti Kelurak]] yang berangka tahun 782 Masehi. Pada prasasti ini, sang raja dikenali untuk pertama kalinya sebagai "pembunuh musuh".<ref>{{Cite book|last=Coedès, G., dan Damais, L. C.|date=1989|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/14729/1/Kedatuan%20sriwijaya%20penelitian%20tentang%20sriwijaya.pdf|title=Kedatuan Sriwijaya: Penelitian tentang Sriwijaya|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-8041-12-7|pages=135|translator-last=Pusat Penelitian EFEO di Jakarta|url-status=live}}</ref> Namanya dituliskan dalam prasasti ini sebagai Śailendrawańśatilakena. Lalu Wangsa Sailendra juga disebutkan dalam [[prasasti Abhayagiriwihara]] dari tahun 792 Masehi (''dharmmatuńgadewasyaśailendra'') dan [[prasasti Kayumwuńan]] dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia, nama ini ditemukan dalam [[prasasti Ligor]] dari tahun 775 Masehi dan [[prasasti Nalanda]].{{Butuh rujukan}}
Mengenai asal
=== Teori India ===
{{Sejarah Indonesia}}
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatra) maupun di Mdaŋ (Jawa) berasal dari [[Kalingga]] (Jepara) dan kerajaan kalingga sudah ada di abad ke-5 sebelum ada kerajaan sriwijaya yang muncul di abad ke-6, sekaligus membatalkan Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Śailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan [[Dapunta Hyang]]. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya, dan teori Nilakanta Sastri di nyatakan tidak tepat dan bukti, karena Dapunta Hyang datang ke sumatera pada abad ke-6, Sementara kerajaan Kalingga sudah berdiri di abad ke-5.
=== Teori Funan ===
[[George Cœdès]] lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari
=== Teori Nusantara ===
Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau
Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra berasal dari
Teori Nusantara juga dikemukakan oleh [[Poerbatjaraka]]. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas [[Carita Parahiyangan]] kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama [[prasasti Sojomerto]] itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut [[Boechari]], tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Medang.
Nama ''Dapunta Selendra''
Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di [[Kerajaan Medang|Matarām]] menjadi penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Pendapatnya itu didasarkan atas [[Carita Parahiyangan]] yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berpindah agama dari aliran Siwa menjadi Buddha Mahayana juga sesuai dengan isi [[Prasasti Raja Sankhara]] (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang).
Kemudian [[Prasasti Canggal]] menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya. Disebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.
Dari [[prasasti Sojomerto]] dan [[prasasti Canggal]] telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari [[Carita Parahiyangan]] dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun. Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.
Prasasti Sojomerto sering digunakan sebagai bukti bahwa wangsa Sailendra berasal dari Sumatra karena mengasumsikan kata ''Selendra'' sebagai penyebutan Melayu untuk Sailendra dan Dapunta Selendra adalah pendahulu dinasti ini, namun penelitian termutakhir tidak menunjukkan seperti itu: Menurut Damais, prasasti Sojomerto berasal dari awal abad ke-9,<ref name=":0" /> menempatkannya setelah prasasti Kedukan Bukit (683 M). Selain itu nama ''Selendra'' dari prasasti Sojomerto sepertinya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Sailendra: Dalam prasasti itu disebut kata ''hakairu'' dan ''daiva'' yang mempunyai diftong ai, sehingga seharusnya diftong itu juga digunakan dalam nama ''Dapunta Selendra''. Selain itu, teori ini sudah usang karena tidak ada data keberadaan dinasti Sailendra di Sumatra lebih awal dari abad kesembilan dan Sriwijaya tidak dapat menaklukkan Jawa, yang terjadi adalah kebalikannya — dinasti Sailendra menundukan Sriwijaya dan daerahnya di semenanjung Melayu.<ref name=":7" />{{rp|22-27}}
Dalam [[Carita Parahiyangan]] disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.
Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga Śailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada
== Era Kerajaan Medang ==
[[Berkas:Royal elephant escorted by soldiers, Mataram (Medang) era Java, from the Borobudur temple.jpg|jmpl|300px|Relief Borobudur yang menggambarkan seekor gajah kerajaan yang dikawal oleh tentara, pada zaman kerajaan Mataram (Medang) di Jawa.]]
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam [[prasasti Ligor]], [[prasasti Nalanda]] maupun [[prasasti Klurak]], sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam [[prasasti Canggal]] dan [[prasasti Mantyasih]]. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Berdasarkan penafsiran atas [[prasasti Canggal]] (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru ([[Candi Gunung Wukir]]), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra.
Pada masa pemerintahan raja [[Indra (raja Mataram)|Indra]] (782-812), puteranya, [[Samaratungga]], dinikahkan dengan [[Dewi Tara]], puteri [[Dharmasetu]], Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari [[Candi Kalasan]] memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai [[Bodhisattva]] wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.
[[Candi Borobudur]] selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812–833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama [[Pramodhawardhani]] dan putra bernama [[Balaputradewa]]. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
== Runtuhnya Wangsa Sailendra ==
Sementara itu, sejarawan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya ada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah disebutkan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap masih masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlangsung antara abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di [[Dataran Kedu]], dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran [[Slamet Muljana]] yang menganggap Panangkaran sebagai Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir berdasarkan temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlangsung jauh lebih lama. Dari awal abad ke-9 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal abad ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya akibat serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa baik di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan antara Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhirnya berkuasa baik di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatra.
== Daftar para raja ==
{{Maharaja Sriwijaya}}
Beberapa sejarawan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, [[Slamet Muljana]], meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah [[Rakai Panangkaran]]. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada. Dengan kata lain, [[Wangsa Sanjaya]] juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra berdasarkan penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut berdasarkan hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah [[Carita Parahyangan]]. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena tampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; [[Kalingga]], [[Medang]], dan [[Sriwijaya]]. Akibatnya nama beberapa raja tampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih masih sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap.
{| class="wikitable sortable" border="1" width="75%"
!width="70px"|Kurun Waktu
!width="100px"|Nama Raja atau Penguasa
!width="100px"|Ibu Kota
!width="200px"|Prasasti atau Catatan Bersejarah
!width="300px"|Peristiwa
|-
|674—703
|[[Ratu Shima|Shima]] (?)
|[[Kalingga]], di antara [[Pekalongan]] dan [[Jepara]]
|[[Carita Parahyangan]], Catatan Tiongkok mengenai kunjungan biksu ''Hwi-ning'' di ''Ho-ling'' (664) dan pemerintahan Ratu ''Hsi-mo'' (674)
| Menguasai kerajaan [[Kalingga]]
|-
|703—710
|[[Mandimiñak]] (?)
|?
|[[Carita Parahyangan]]
|
|-
|710—717
|[[Sanna]]
|?
|[[Prasasti Canggal]] (732), [[Carita Parahyangan]]
|Sanna berkuasa di Jawa, tetapi setelah kematiannya kerajaan runtuh dan terpecah-belah akibat pemberontakan atau serangan dari luar
|-
|717—760
|[[Raja Sanjaya|Sanjaya]]
|[[Kerajaan Medang|Mataram]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Canggal]] (732), [[Carita Parahyangan]]
|Sanjaya, putra Sannaha, keponakan Sanna memulihkan keamanan, mempersatukan kerajaan dan naik takhta, sejarawan lama menafsirkannya sebagai berdirinya [[Wangsa Sanjaya]], sementara pihak lain menganggap ia sebagai kelanjutan Sailendra
|-
|760—775
|[[Rakai Panangkaran]]
|[[Kerajaan Medang|Mataram]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Raja Sankhara]], [[Prasasti Kalasan]] (778), [[Carita Parahyangan]]
|Rakai Panangkaran beralih keyakinan dari memuja Siwa menjadi penganut Buddha Mahayana, pembangunan [[Candi Kalasan]]
|-
|775—800
|[[Dharanindra]]
|[[Kerajaan Medang|Mataram]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Kelurak]] (782), [[Prasasti Ligor B]] (sekitar 787)
|Juga berkuasa di [[Sriwijaya]] (Sumatra), membangun [[Candi Sewu|Manjusrigrha]], memulai membangun [[Borobudur]] (sekitar 770), Jawa menyerang dan menaklukan Ligor dan Kamboja Selatan (Chenla) (790)
|-
|800—812
|[[Samaragrawira]]
|[[Kerajaan Medang|Mataram]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Ligor B]] (sekitar 787)
|Juga berkuasa di [[Sriwijaya]], Kamboja memerdekakan diri (802)
|-
|812—833
|[[Samaratungga]]
|[[Kerajaan Medang|Mataram]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Karangtengah]] (824)
|Juga berkuasa di [[Sriwijaya]], merampungkan [[Borobudur]] (825)
|-
|833—856
|[[Pramodhawardhani]] berkuasa mendampingi suaminya [[Rakai Pikatan]]
|[[Kerajaan Medang|Mamrati]], Jawa Tengah
|[[Prasasti Siwagrha]] (856)
|Mengalahkan dan mengusir [[Balaputradewa]] yang menyingkir ke Sumatra (Sriwijaya). Membangun [[Candi Prambanan]] dan [[Candi Plaosan]]. Para raja [[Kerajaan Medang|Medang]] penerus Pikatan, mulai dari [[Dyah Lokapala]] (850—890) hingga [[Wawa]] (924—929) dapat dianggap sebagai penerus trah Sailendra, meskipun [[Dyah Balitung]] (898—910) dalam [[Prasasti Mantyasih]] (907) hanya merunut leluhurnya hingga Sanjaya, akibatnya menumbuhkan teori [[Wangsa Sanjaya]].
|-
|833—850
|[[Balaputradewa]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|[[Prasasti Siwagrha]] (856), [[Prasasti Nalanda]] (860)
|Dikalahkan Pikatan-Pramodhawardhani, terusir dari Jawa Tengah, menyingkir ke Sumatra dan berkuasa di [[Sriwijaya]], mengaku dirinya sebagai pewaris sah wangsa Sailendra dari Jawa, membangun Candi di Nalanda (India)
|-
|sekitar 960
|[[Çri Udayadityavarman]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Utusan ke Tiongkok (960 dan 962)
|Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok
|-
|sekitar 980
|Haji (''Hia-Tche'')
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Utusan ke Tiongkok (980–983)
|Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok
|-
|sekitar 988
|[[Sri Cudamani Warmadewa|Sri Cudamanivarmadeva]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Utusan ke Tiongkok (988-992-1003), Prasasti Tanjore atau prasasti Leiden (1044)
|Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok, Raja Jawa [[Dharmawangsa]] menyerang Sriwijaya, membangun Candi untuk Kaisar Tiongkok, pemberian desa perdikan oleh Raja-raja I
|-
|sekitar 1008
|[[Sri Maravijayottungga]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Utusan ke Tiongkok (1008)
|Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok (1008)
|-
|sekitar 1017
|[[Haji Sumatrabhumi|Sumatrabhumi]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Utusan ke Tiongkok(1017)
|Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok (1017)
|-
|sekitar 1025
|[[Sangrama-Vijayottunggawarman|Sangramavijayottungga]]
|[[Sriwijaya]], Sumatera Selatan
|Prasasti Chola di Candi Rajaraja, Tanjore
|Serbuan kerajaan Cholamandala atas Sriwijaya, ibu kota ditaklukan oleh [[Rajendra Chola]]
|-
|}
== Lihat pula ==
* [[Wangsa Isyana]]
* [[Wangsa Sanjaya]]
* [[Kerajaan Medang]]
* [[Kerajaan Sriwijaya]]
* [[Kerajaan Kahuripan]]
==
{{reflist}}
==
* {{Cite book|last=Bowring|first=Philip|year=2022|title=Nusantaria: Sejarah Asia Tenggara Maritim|publisher=[[Kepustakaan Populer Gramedia]]|isbn=978-602-481-801-2|ref=harv|url-status=live}}
* George Coedes. 1934. ''On the origins of the Sailendras of Indonesia''. Journal of the Greater India Society I: 61–70.
* K.A.N. Sastri. 1949. ''History of Sri Vijaya.'' University of Madras.
* Marwati Djoened Poesponegoro. Nugroho Notosusanto. 1992. ''Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Kuno.'' Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero). ISBN 979-407-408-X
* Paul Michel Munoz. 2006. ''Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula.'' Singapura: Editions Didier Millet, ISBN 981-4155-67-5.
* R.C. Majumdar. ''Note on Šailendra kings mentioned in Leiden Plates.'' EL, XXII, pp. 281–4.
* R. Ng. Poerbatjaraka. 1952. ''Riwajat Indonesia, djilid I, "Çrivijaya, de Śańjaya en de Çailendrawamça''. B.K.I., 254-264.
* Slamet Muljana. 2006. ''Sriwijaya''. PT LKIS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-8451-62-1.
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
|