Atman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: ca:Atman
Tag: kemungkinan IP LTA Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(36 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Hindu}}
'''Atman''' atau '''Atma''' ([[IAST]]: Ātmā, [[Bahasa SansekertaSanskerta|SansekertaSanskerta]]: आत्म‍ ) dalam [[Hindu]] merupakan percikan kecil dari [[Brahman]] yang berada di dalam setiap makhluk hidup.<ref name="Takwin">Bagus Takwin. 2003. ''Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur''. Depok: Jalasutra.</ref><ref name="Harun">Harun Hadiwijono. 1971. ''Sari Filsafat India''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau [[jiwa]] atau [[roh]] yaitu yang menghidupkan [[manusia]].<ref name="Takwin"></ref> Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini).<ref name="Harun"></ref> [[Panca indria|Indria]] tak dapat bekerja bila tak ada atman.<ref name="Harun"></ref> Atman itu berasal dari Brahman, bagaikan [[matahari]] dengan [[sinar]]nya.<ref name="Takwin"></ref> Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.<ref name="Takwin"></ref>
 
== Sifat-sifat Atman ==
Dalam [[Bhagavad Gita]] dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:<ref name="Gita">{{en}}Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. ''Bhagavad Gita As It Is''. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.</ref>
* '''Achedya ''': tak terlukai oleh senjata
* '''Adahya ''': tak terbakar oleh api
* '''Akledya ''':tak terkeringkan oleh angin
* '''Acesyah ''': tak terbasahkan oleh air
* '''Nitya ''': abadi
* '''Sarwagatah ''': di mana- mana ada
* '''Sthanu ''': tak berpindah- pindah
* '''Acala ''': tak bergerak
* '''Awyakta''': tak dilahirkan
* Sanatana : selalu sama
* Awyakta '''Acintya''': tak dilahirkanterpikirkan
* '''Awikara''': tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
* Acintya : tak terpikirkan
* '''Sanatana''': selalu sama
* Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
 
== Atman dalam Bhagavad Gita ==
Berikut adalah beberapa kutipan sloka yang memuat sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:<ref name="Gita"></ref>
 
{{col-begin}}
{{col-3}}
Sloka{{br}}
{{Cquote| <poem><i><b>
nai'nam
chhindanti sastrani
na chai'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
</i></b>
Senjata tidak dapat melukai Dia
dan api tidak bisa membakar- Nya
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak bisa membasahi- Nya
 
[[Bhagawad Gita]] (II,23)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
nai'nam chhindanti sastrani{{br}}
Achedyo 'yam adahyo 'yam
na chai'nam kledayanty apo{{br}}
akledya 'soshya eva cha
na soshayati marutah{{br}}
nityah sarwagatah sthanur
{{col-3}}
achalo 'yam sanatanah
Terjemahan{{br}}
</i></b>
----
SenjataDia tidak dapat melukaidilukai, Dia{{br}}dibakar
juga tidak dikeringkan dan dibasahi
dan api tidak bisa membakar- Nya{{br}}
Dia adalah abadi, tiada berubah
angin tidak dapat mengeringkan Dia{{br}}
tiada bergerak, tetap selama- lamanya.
dan air tidak bisa membasahi- Nya{{br}}
 
{{col-3}}
[[Bhagawad Gita]] (II,24)<ref name="Gita"/>
{{col-end}}
</poem>}}{{br}}
{{col-begin}}
{{col-3}}
----
Achedyo 'yam adahyo 'yam{{br}}
akledya 'soshya eva cha{{br}}
nityah sarwagatah sthanur{{br}}
achalo 'yam sanatanah{{br}}
{{col-3}}
----
Dia tidak dapat dilukai, dibakar{{br}}
juga tidak dikeringkan dan dibasahi{{br}}
Dia adalah abadi, tiada berubah{{br}}
tiada bergerak, tetap selama- lamanya.{{br}}
{{col-3}}
{{col-end}}
{{col-begin}}
{{col-3}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
Awyakto 'yam achintyo 'yam{{br}}
AwikaryoAwyakto 'yam uchyate{{br}}achintyo 'yam
Awikaryo 'yam uchyate
tasmad ewam widitasi 'nam{{br}}
tasmad ewam widitasi 'nam
na 'nusochitum arhasi.{{br}}
na 'nusochitum arhasi.
{{col-3}}
</i></b>
----
Dia dikatakan tidak termanifestasikan{{br}}
tidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubah{{br}}
dan mengetahui halnya demikian{{br}}
engkau hendaknya jangan berduka.{{br}}
{{col-3}}
{{col-end}}
 
[[Bhagawad Gita]] (II,25)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
 
Atman tidak dapat menjadi subyek atau obyekobjek dan tindakan atau pekerjaan.<ref name="Harun"></ref> Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.<ref name="Harun"></ref> Badan jasmani bisa berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng untuk selamanya.<ref name="Harun"></ref>
 
== EmpatFungsi JalanAtman menemukanSebagai AtmanSumber Hidup ==
1. Atman dianggap sebagai sumber hidup citta meliputi pikiran, perasaan dan instuisi.
Untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"></ref> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"></ref> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"></ref> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
 
2. Atman bertanggung jawab atas baik dan buruknya segala karma manusia.
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"></ref> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"></ref> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
 
3. Atman dianggap sebagai sumber hidup stula sarira (badan kasar)
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan.<ref name="Smith"></ref> Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus dibersihkan dari kotoran moral yang besar.<ref name="Smith"></ref> Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai kebiasaan serta praktek hidup yang bermoral.<ref name="Smith"></ref>
 
=== Empat Jalan melaluimenemukan Atman (Catur Marga PengetahuanYoga) ===
Catur Marga Yoga merupakan 4 langkah cara untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"/> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"/> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"/> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
Jalan melalui pengetahuan atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.<ref name="Smith"></ref> Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan untuk meyakinkan si pemikir bahwa ada hal yang lebih dari dirinya yang berhingga itu.<ref name="Smith"></ref>
 
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"/> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"/> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.<ref name="Smith"></ref> Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.<ref name="Smith"></ref> Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.<ref name="Smith"></ref> Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting.<ref name="Smith"></ref> Langkah ketiga adalah pengalihan identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi itu.<ref name="Smith"></ref> Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.<ref name="Smith"></ref>
 
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan.<ref name="Smith"/> Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus dibersihkan dari kotoran moral yang besar.<ref name="Smith"/> Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai kebiasaan serta praktik hidup yang bermoral.<ref name="Smith"/>
=== Jalan melalui Cinta ===
 
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga.<ref name="Smith"></ref> Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kita.<ref name="Smith"></ref> Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia.<ref name="Smith"></ref> Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.<ref name="Smith"></ref> Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut.<ref name="Smith"></ref> Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.<ref name="Smith"></ref> Alasannya, karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar.<ref name="Smith"></ref> Kedua, tujuan jnana berbeda dengan bhakti.<ref name="Smith"></ref> Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.<ref name="Smith"></ref> Apa yang harus dilakukan adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.<ref name="Smith"></ref>
=== Jalan melalui Pengetahuan / Jnana Marga Yoga ===
Jalan melalui pengetahuan atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.<ref name="Smith"/> Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan untuk meyakinkan si pemikir bahwa ada hal yang lebih dari dirinya yang berhingga itu.<ref name="Smith"/>
 
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.<ref name="Smith"/> Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.<ref name="Smith"/> Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.<ref name="Smith"/> Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting.<ref name="Smith"/> Langkah ketiga adalah pengalihan identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi itu.<ref name="Smith"/> Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.<ref name="Smith"/>
 
=== Jalan melalui Cinta / Bhakti Marga Yoga ===
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga.<ref name="Smith"/> Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kita.<ref name="Smith"/> Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia.<ref name="Smith"/> Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.<ref name="Smith"/> Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut.<ref name="Smith"/> Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.<ref name="Smith"/> Alasannya, karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar.<ref name="Smith"/> Kedua, tujuan jnana berbeda dengan bhakti.<ref name="Smith"/> Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.<ref name="Smith"/> Apa yang harus dilakukan adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.<ref name="Smith"/>
 
Ada tiga cara pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:
* a. JapamJapa (bahasa Sanskerta: जप), yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.<ref name="Smith"></ref>
* b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa ada berbagai jenis cinta, misalnya cinta anak-orangtuaorang tua dan suami-istri, dan lain-lain.<ref name="Smith"></ref> Cara ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta kepada Tuhan.<ref name="Smith"></ref>
* c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang.<ref name="Smith"></ref> Menurut agama Hindu ada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik.<ref name="Smith"></ref> Tahap pertama adalah sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.<ref name="Smith"></ref> Tahap kedua adalah tahap persahabatan, dimanadi mana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.<ref name="Smith"></ref> Tahap ketiga adalah sikap cinta orang tua dimanadi mana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.<ref name="Smith"></ref>
 
=== Jalan melalui Kerja / Karma Marga Yoga ===
Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.<ref name="Smith"></ref> Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan bekerja bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.<ref name="Smith"></ref> Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak bekerja.<ref name="Smith"></ref> Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana untuk menuju Tuhan.<ref name="Smith"></ref>
Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.<ref name="Smith"></ref> Jadi karma yoga dapat dipraktekkandipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).<ref name="Smith"></ref> Pekerjaan dapat menjadi wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.<ref name="Smith"></ref> Setiap perbuatan yang manusia lakukan untuk kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang semakin mempertebal jarak antara dirinya dan Tuhan, baik yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.<ref name="Smith"></ref> Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan untuk mencapai Atman di dalam diri, hingga akhirnya tidak ada hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.<ref name="Smith"></ref>
 
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannya.<ref name="Smith"></ref> Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.<ref name="Smith"></ref> Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.<ref name="Smith"></ref>
 
=== Jalan melalui Latihan Psikologis / Raja Marga Yoga ===
Jalan melalui latihan psikologis disebut juga dengan raja yoga karena jenis yoga ini mampu membawa orang ke taraf yang tinggi.<ref name="Smith"></ref> Satu-satunya syarat yang diperlukan untuk menempuh raja yoga ini adalah dimilikinya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh lebih mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.<ref name="Smith"></ref> Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman ada di dalam lapisan-lapisan diri manusia.<ref name="Smith"></ref> Tujuan raja yoga adalah untuk membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.<ref name="Smith"></ref>
 
Tahap-tahap dari raja yoga ada delapan tingkat, namun dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
a. Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, nafas tubuh, serta perasaannya.<ref name="Hadiwijono"></ref>
c. Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.<ref name="Hadiwijono"></ref>
d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.<ref name="Hadiwijono"></ref>
 
<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu adalah satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.<ref name="Hadiwijono"></ref> Baginya hanya Atman/Brahman saja yang kekal, sedangkan segala yang lain di dalam dunia ini adalah maya atau tidak nyata.<ref name="Hadiwijono"></ref>
a. Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.
 
<ref name="Hadiwijono" />
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.
 
<ref name="Hadiwijono" />
c. Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.
 
<ref name="Hadiwijono" />
d. Samadhi/Tapa, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.<ref name="Hadiwijono" />
 
Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu adalah satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.<ref name="Hadiwijono"/> Baginya hanya Atman/Brahman saja yang kekal, sedangkan segala yang lain di dalam dunia ini adalah maya atau tidak nyata.<ref name="Hadiwijono"/>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Jiwa]]
* [[Roh]]
* [[Roh (Kristen)|Roh dalam agama Kristen]]
* [[Catur Marga|Catur Marga Yoga]]
 
[[Kategori:Konsep Hindu]]
[[Kategori:Hindu]]
 
[[bg:Атман]]
[[ca:Atman]]
[[cs:Átma]]
[[en:Ātman (Hinduism)]]
[[es:Ātman]]
[[eu:Atman]]
[[fi:Atman]]
[[fr:Âtman]]
[[ja:アートマン]]
[[ko:아트만]]
[[lt:Atmanas]]
[[no:Atman]]
[[sr:Атман]]
[[sv:Atman]]
[[ta:ஆன்மா]]