Kesultanan Langkat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(76 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Negeri Kesultanan Langkat
| native_name = كسولتانن لڠکت
| common_name = Kesultanan Langkat
| religion = [[Islam]]
| year_start = 1568
| year_end = Sekarang
| date_start =
| date_end = 1946
| date_post =
| event_start = Pendirian
| event_end = [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]
| event_post =
|p1 = Kesultanan Aceh
|p2 =
|s1 = Negara Sumatra Timur
|s2 = Provinsi Sumatera Utara
|flag_p1 = Flag of Aceh Sultanate.svg
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of East Sumatra.svg
|flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| image_flag = Flag of Sultanate of Langkat.svg
| symbol_type =
| image_coat = Jata Negara Kesultanan Langkat.png
| royal_anthem =
| image_map = Petasumateratimur.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Langkat dan beberapa kerajaan Melayu di Sumatra Timur pada 1930
| capital = [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Karo|Karo]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = [[Sultan]]
| leader1 = Panglima Dewa Shahdan
| year_leader1 = 1568–1580
| leader2 = Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah
| year_leader2 = 1927–1948
| leader3 = Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah
| year_leader3 = 2003–Sekarang
| leader4 =
| year_leader4 =
| leader5 =
| year_leader5 =
| title_deputy =
| deputy1 =
| year_deputy1 =
| deputy2 =
| year_deputy2 =
| currency =
| footnotes =
}}
'''Kesultanan Langkat''' merupakan kerajaan yang dulu memerintah di wilayah [[Kabupaten Langkat]], [[Sumatera Utara]] sekarang. Kesultanan Langkat menjadi makmur karena dibukanya perkebunan [[karet]] dan ditemukannya cadangan [[minyak bumi|minyak]] di [[Pangkalan Brandan]].
== Sejarah ==
=== Pendirian ===
Kesultanan Langkat merupakan [[monarki]] yang berusia paling tua di antara monarki-monarki [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]].
Pada tahun [[1568]], di wilayah yang kini disebut [[Hamparan Perak]], salah seorang petinggi [[Kerajaan Aru]] yang bernama Dewa Shahdan berhasil menyelamatkan diri dari serangan [[Kesultanan Aceh]] dan mendirikan sebuah kerajaan. Kerajaan inilah yang menjadi cikal-bakal Kesultanan Langkat modern.
Nama ''Langkat'' berasal dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon langsat. Pohon langkat memiliki buah yang lebih besar dari buah langsat namun lebih kecil dari buah duku. Rasanya pahit dan kelat. Pohon ini dahulu banyak dijumpai di tepian Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri kota [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]]. Hanya saja, pohon itu kini sudah punah.
Pengganti Dewa Shahdan, Dewa Sakti, tewas dalam penyerangan yang kembali dilakukan oleh [[Kesultanan Aceh]] pada tahun [[1612]]. Pada masa kepemimpinan Raja Kejuruan Hitam ([[1750]]-[[1818]]), serangan terhadap Langkat berasal dari [[Kerajaan Belanda]]. Langkat sebelumnya merupakan bawahan [[Kesultanan Aceh]] sampai awal [[abad ke-19]].{{fact}} Pada saat itu [[Raja|raja-raja]] Langkat meminta perlindungan [[Kesultanan Siak]]. Tahun [[1850]] Aceh mendekati Raja Langkat agar kembali ke bawah pengaruhnya, namun pada [[1869]] Langkat menandatangani perjanjian dengan [[Hindia Belanda|Belanda]], dan Raja Langkat diakui sebagai [[Sultan]] pada tahun [[1877]].
=== Masa Kolonial ===
[[Berkas:KITLV A221 - Paleis van de sultan van Langkat te Tandjoeng Poera, KITLV 83977.tiff|ka|jmpl|Istana Darul Aman di [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]], sekitar tahun [[1920]].]]
[[Berkas:Tarian+Karo+Pesta+sultan+Bulungan+di+Langkat.jpg|jmpl|250px|Tarian adat [[Suku Karo|Karo]] yang dipersembahkan ketika pesta pernikahan Sultan Ahmad Sulaimanuddin dari [[Kesultanan Bulungan]] dengan putri Sultan Abdul Aziz, Tengku Lailan Syafinah, pada tahun [[1926]].]]
Pada masa pemerintahan Sultan Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah, seorang administrator [[Belanda]] bernama Aeilko Zijlker Yohanes Groninger dari Deli Maatschappij menemukan konsesi [[minyak bumi]] di Telaga Said, [[Pangkalan Brandan]]. Konsesi pertama eksploitasi minyak bumi diberikan oleh Sultan pada tahun [[1883]]. Dua tahun kemudian, dilakukan pengeboran pertama minyak bumi dari perut bumi. Pada tahun [[1892]] kilang minyak Royal Dutch yang menjalankan usaha eksploitasi mulai melakukan produksi massal.
Berkat ditemukannya ladang minyak tersebut, pihak Kesultanan Langkat menjadi kaya raya akibat pemberian royalti hasil produksi minyak dalam jumlah besar. Secara umum bila di bandingkan dengan kesultanan-kesultanan [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]] saat itu, Langkat jauh lebih makmur melebihi harapan. Bersama [[Kesultanan Siak]], [[Kesultanan Kutai Kartanegara]], dan [[Kesultanan Bulungan]], Langkat menjadi salah satu negeri terkaya di [[Hindia Belanda]] saat itu. Salah satu sisa kejayaan Langkat yang dapat disaksikan sekarang adalah [[Masjid Azizi]] di [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]].
Pada tahun [[1907]] Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmat Shah menandatangani kontrak politik dengan [[Belanda]] yang diwakili oleh Jacob Ballot selaku ''Residen van Sumatra Oostkust''. Dalam perjanjian ini batas wilayah Kesultanan Langkat ditetapkan. Daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah kekuasaan Sultan terdiri dari Pulau Kumpei, Pulau Sembilan, Tapak Kuda, Pulau Masjid dan pulau-pulau kecil di dekatnya, Kejuruan [[Stabat]], Kejuruan Bingei ([[Kota Binjai|Binjai]]), Kejuruan Selesei, Kejuruan Bahorok, daerah dari Datu Lepan, dan daerah dari Datu Besitang.
Wilayah Langkat secara administratif dibagi menjadi tiga bagian:
* Langkat Hulu
* Langkat Hilir
* Teluk Haru
Terjadi perhelatan besar pada bulan [[November]] [[1926]], di mana Sultan Ahmad Sulaimanuddin dari [[Kesultanan Bulungan]] di [[Kalimantan Utara]] meminang putri Sultan Abdul Aziz yaitu Putri Lailan Syafinah. Oleh rakyat Langkat, Sultan Bulungan dikenal dengan nama Sultan Maulana Ahmad. Jarak antara [[Kabupaten Bulungan|Bulungan]] dan Langkat jika ditarik garis lurus mencapai sekitar 2.200 kilometer. Arsip [[Belanda]] juga mencatat sejumlah foto pernikahan keduanya di Tanjung Pura, yang juga dirayakan dengan tarian [[Suku Karo]].
=== Masa Pendudukan Jepang ===
Pada masa Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, tepatnya saat tentara [[Kekaisaran Jepang]] masuk dan membuat [[Belanda]] mundur, sejumlah catatan menunjukkan penderitaan rakyat Langkat saat itu. Rakyat diperas dan diperbudak untuk mengerjakan proyek-proyek [[Jepang]]. Disini tak ditemukan bagaimana relasi, kontestasi, dan peta politik Langkat dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
=== Setelah Proklamasi Kemerdekaan ===
:''Lihat: [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]''
[[Berkas:Amir Hamzah portrait edit2.jpg|jmpl|200px|kiri|[[Tengku Amir Hamzah]], [[sastrawan]] [[Indonesia]] angkatan [[Pujangga Baru]] dan salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]].]]
Beberapa bulan setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang dibacakan oleh [[Soekarno]] dan [[Hatta]], kabar mengenai proklamasi bahkan belum sampai ke Kesultanan Langkat. Tapi tak lama kemudian, suasana mulai memanas. Laskar-laskar terbentuk. Dan pada [[5 Oktober]] [[1945]], Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah kemudian menyatakan bergabungnya kesultanan dengan negara [[Republik Indonesia]]. Pada tanggal [[29 Oktober]], [[Tengku Amir Hamzah]] diangkat menjadi Asisten Residen (Bupati) [[Langkat]] dan berkedudukan di [[Kota Binjai|Binjai]] oleh Gubernur Sumatra, [[Teuku Mohammad Hasan|Teuku Muhammad Hasan]].
Kekuasaan Kesultanan Langkat atas politik dan pemerintahan runtuh bersamaan dengan meletusnya [[Revolusi Sosial Sumatra Timur|Revolusi Sosial]] yang didukung pihak [[komunis]] pada tahun [[1946]]. Pada saat itu banyak keluarga Kesultanan Langkat yang terbunuh, termasuk [[Tengku Amir Hamzah]], penyair Angkatan [[Pujangga Baru]] dan pangeran Kesultanan Langkat.
Puluhan orang yang berhubungan dengan [[swapraja]] ditahan dan dipenjarakan oleh laskar-laskar yang tergabung dalam ''Volksfront''. Di [[Kota Binjai|Binjai]], Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap bersama beberapa orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga ditangkap dan ditawan ditempat berpisah. Berita yang paling ironis adalah pemerkosaan dua orang putri Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah pada malam jatuhnya Istana Darul Aman, [[9 Maret]] [[1946]].
Setelah menangkap [[Tengku Amir Hamzah]], Peradilan Rimba, demikian istilah bagi laskar-laskar itu, menjatuhkan hukuman pancung bagi Amir Hamzah. Jasadnya kemudian ditumpuk dengan jenazah ke 26 ''Tengku'' lainnya. Keesokan harinya jasad Amir Hamzah dikebumikan di [[Masjid Azizi]], Tanjung Pura. Istana Darul Aman memang diserbu dan dibakar, akan tetapi Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah tak turut dibunuh. Ia ditangkap dan diasingkan ke Batang Serangan hingga kemudian [[Belanda]] membebaskannya pada bulan [[Juli]] [[1947]].
Setelah Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah wafat pada tahun [[1948]], para Sultan Langkat praktis kehilangan kekuasaan politiknya dan hanya bertakhta sebagai Pemangku Adat dan Kepala Keluarga Kerajaan.
== Daftar Penguasa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Mahmoed Abdoel Djalil Rachmat Sjah Sultan van Langkat Noord-Sumatra TMnr 10001816.jpg|jmpl|200px|Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah (memerintah [[1927]]-[[1948]]).]]
Berikut adalah raja-raja Kesultanan Langkat:<ref>[http://4dw.net/royalark/Indonesia/langkat2.htm Genealogi Kesultanan Langkat bagian 2]</ref><ref>[http://4dw.net/royalark/Indonesia/langkat3.htm Genealogi Kesultanan Langkat bagian 3]</ref><ref>[http://4dw.net/royalark/Indonesia/langkat4.htm Genealogi Kesultanan Langkat bagian 4]</ref><ref>[http://4dw.net/royalark/Indonesia/langkat5.htm Genealogi Kesultanan Langkat bagian 5]</ref>
* 1568-1580: Panglima Dewa Shahdan
* 1580-1612: Panglima Dewa Sakti, anak raja sebelumnya
* 1612-1673: Raja Kahar bin Panglima Dewa Sakdi, anak raja sebelumnya
* 1673-1750: Bendahara Raja Badiuzzaman bin Raja Kahar, anak raja sebelumnya
* 1750-1818: Raja Kejuruan Hitam (Tuah Hitam) bin Bendahara Raja Badiuzzaman, anak raja sebelumnya
* 1818-1840: Raja Ahmad bin Raja Indra Bungsu, keponakan raja sebelumnya
* 1840-1893: Tuanku Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah) bin Raja Ahmad, anak raja sebelumnya
* 1893-1927: Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah bin Sultan Haji Musa, anak raja sebelumnya
* 1927-1948: Tuanku Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah bin Sultan Abdul Aziz, anak raja sebelumnya
* 1948-1990: Tengku Atha'ar bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, anak raja sebelumnya, sebagai pemimpin keluarga kerajaan
* 1990-1999: Tengku Mustafa Kamal Pasha bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, saudara raja sebelumnya
* 1999-2001: Tengku Dr. Herman Shah bin Tengku Kamil, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah
* 2001-2003: Tuanku Sultan Iskandar Hilali Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Murad Aziz, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah, gelar Sultan dipakai kembali
* 2003-Sekarang: Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Maimun, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Laan bij het paleis van de Sultan van Langkat Tandjoengpoera TMnr 60021734.jpg|Jalan di sekitar Istana Darul Aman dan Istana Darussalam, [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]], sekitar tahun [[1921]].
Berkas:Paleis van de sultan van Langkat te Tandjoengpoera op de Oostkust van Sumatra, KITLV 182503.tiff|Istana Darussalam di [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]], sekitar tahun [[1930]].
Berkas:Azizi Mosque side.jpg|[[Masjid Azizi]] di [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]], dibangun oleh Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah pada tahun [[1899]].
Berkas:Sultan Langkat Membagikan Gelar.jpeg|Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah (tengah) ketika memberikan gelar kebangsawanan [[Melayu]] kepada beberapa tokoh nasional pada tahun [[2013]].
</gallery>
== Lihat Pula ==
* [[Kesultanan Serdang]]
* [[Kesultanan Deli]]
* [[Kesultanan Asahan]]
* [[Kabupaten Langkat]]
* [[Kota Binjai]]
* [[Pangkalan Brandan]]
* [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.lenteratimur.com/aru-dahulu-langkat-kemudian/ Aru Dahulu, Langkat Kemudian] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110616130105/http://www.lenteratimur.com/aru-dahulu-langkat-kemudian/ |date=2011-06-16 }}
* {{
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/langkat.htm Halaman Royal Ark tentang Kerajaan Langkat]
* {{en}} [https://web.archive.org/web/20060430035605/http://www.uq.net.au/~zzhsoszy/states/indonesia/langkat.html Kesultanan Langkat di University of Queensland]
{{commonscat|Sultans of Langkat}}
{{Kerajaan di
[[Kategori:Kesultanan Langkat| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Langkat]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Utara|Langkat]]
[[Kategori:Kabupaten Langkat]]
[[Kategori:
|