Kuryokalangan, Gabus, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Referensi: clean up, removed stub tag
 
(19 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{desa
|peta =
|nama Desa = Kuryokalangan
|provinsi = Jawa Tengah
|kabupatendati2 = PatiKabupaten
|nama dati2 = Pati
|kecamatan = Gabus
|Kepalakode Desapos = sutrimo, Ama.Pd. = 59173
|nama pemimpin = Didik Hermanto,Amd
|luas = 252,452 ha.
|pendudukluas = 2.903 ( sensus Januari 2011= )-
|kepadatanpenduduk = 1 : 6872600
|kepadatan = -
}}
'''Kuryokalangan''' merupakanadalah sebuah pemerintahan administratif berbentuk [[desa]] yangdi berada[[kecamatan]] di[[Gabus, sepanjangPati|Gabus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Terletak pada Jalan Raya Gabus-Tlogoayu KM.02 Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati., Desadesa ini terbagi atas dua wilayah (baca:atau "dukuh") yaitu: Kuryo dan Kalangan. Nama "Kuryokalangan" sendiri berasal dari penggabungan dua nama dukuh tersebut. Jika dilihat dari posisi, kedua dukuh tersebut saling berjajar antara satu dengan yang lain, Kuryo berada di sebelah selatan dan Kalangan berada di sebelah utara ditambah kalangan tempel terdiri dua RT yaitu RT.1/ RW.1 dan RT2/ RW.1 terletak disepanjang Jl. Gabus Tlogoayu Km.2.
== Sejarah ==
 
Dukuh Kalangan mempunyai akar historis yang berhubungan dengan masa penyebaran Islam di pulau Jawa. Menurut pengakuan salah satu sesepuh desa, Mbah Parmo, yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa munculnya nama “kalangan”"kalangan" berkaitan dengan peristiwa masa lampau. Sekitar abad ke-18 M, seorang murid [[Sunan Muria]], Singgo Joyo, turut aktif dalam memperluas penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah pantai utara. Singgo Joyo kemudian memfokuskan daerah penyebaran Islam di sebuah wilayah yang sekarang bernama Kuryokalangan.
GEOGRAFIS
Kuryokalangan merupakan sebuah pemerintahan administratif berbentuk desa yang berada di sepanjang Jalan Raya Gabus-Tlogoayu KM.02 Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Desa ini terbagi atas dua wilayah (baca: dukuh) yaitu: Kuryo dan Kalangan. Nama Kuryokalangan sendiri berasal dari penggabungan dua nama dukuh tersebut. Jika dilihat dari posisi, kedua dukuh tersebut saling berjajar antara satu dengan yang lain, Kuryo berada di sebelah selatan dan Kalangan berada di sebelah utara ditambah kalangan tempel terdiri dua RT yaitu RT.1/ RW.1 dan RT2/ RW.1 terletak disepanjang Jl. Gabus Tlogoayu Km.2.
Jarak dari kota kecamatan 2 km, jarak dari kota kabupaten 11 km, jarak dari kota propinsi 86 km, jarak dari ibu kota negara sekitar 600 km. Sebelah utara dibatasi Jl. Gabus-Tlogoayu sepanjang 1,2 km dan desa mojolawaran, sebelah timur berbatasan dengan desa Sugihrejo dan sungai Popoh, sebelah selatan berbatasan desa Kedalingan dan desa Tambah Agung kecamatan Tambakromo, sebelah barat berbatasan dengan sungai jetis dan Desa Bogo Tanjung.
 
Pada zaman dahulu wilayah Kuryokalangan merupakan hutan belantara dan belum ada penduduk yang menempati. Oleh karenanya, Mbahsehingga Singgo Joyo membuka hutan di areal tersebut. Pada saat membuka lahan untuk tempat bediam diri, ''mbah'' Singgo Joyo menggunakan ''gaman'' (baca:sejenis senjata tajam) untuk menebang pepohonan. Dalam proses pembukaan lahan tersebut, beliaudia kehilangan gaman. Oleh karena peristiwa kehilangan gaman pusaka tersebut, mbah Singgo Joyo memberi nama daerah itu dengan sebutan Kalangan. Kata Kalangan sendiri berasal dari bahasa Jawa “kelangan”"kelangan" yang berarti "kehilangan".
SEJARAH
Kalangan mempunyai akar historis yang berhubungan dengan masa penyebaran Islam di pulau Jawa. Menurut pengakuan salah satu sesepuh desa, Mbah Parmo, yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa munculnya nama “kalangan” berkaitan dengan peristiwa masa lampau. Sekitar abad ke-18 M, seorang murid Sunan Muria, Singgo Joyo, turut aktif dalam memperluas penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah pantai utara. Singgo Joyo kemudian memfokuskan daerah penyebaran Islam di sebuah wilayah yang sekarang bernama Kuryokalangan.
Pada zaman dahulu wilayah Kuryokalangan merupakan hutan belantara dan belum ada penduduk yang menempati. Oleh karenanya Mbah Singgo Joyo membuka hutan di areal tersebut. Pada saat membuka lahan untuk tempat bediam diri, mbah Singgo Joyo menggunakan gaman (baca: senjata tajam) untuk menebang pepohonan. Dalam proses pembukaan lahan tersebut, beliau kehilangan gaman. Oleh karena peristiwa kehilangan gaman pusaka tersebut, mbah Singgo Joyo memberi nama daerah itu dengan sebutan Kalangan. Kata Kalangan sendiri berasal dari bahasa Jawa “kelangan” yang berarti kehilangan.
Dahulu dukuh Kalangan memiliki pasar yang bernama “pasar Wage”. Namun pasar tersebut letaknya tidak berada seperti pasar yang ada sekarang, melainkan terletak di sekitar pohon asem. Pohon asem sendiri tumbuh di lokasi punden secara alami atau bahkan tidak sengaja. Ketika Singgo Joyo sedang makan, makanan yang akan beliau santap terdapat klungsu (baca: biji Asem) di dalamnya. Klungsu tersebut dibuang oleh beliau dan kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang berada di sekitar rumahnya.
Mbah Parmo juga menuturkan bahwa pohon Doro yang berada tidak jauh dari pohon Asem duhulu adalah lokasi kediaman Singgo Joyo. Rumah beliau menghadap ke selatan dengan pohon asem sebagai penandanya. Asem besar sebagai rumah depan dan asem kecil sebagai rumah belakang. Di sebelah barat rumah beliau juga terdapat sungai yang mengalir sebagai sarana keperluan sehari-hari. Sedangkan tempat yang oleh warga sekitar disebut “Sigit” dahulu rencananya akan dibangun sebuah masjid. Namun sebelum pembangunan masjid dimulai, Singgo Joyo terlebih dahulu wafat sehingga rencana pembangunan masjid belum terlaksana.
Di wilayah desa Kuryokalangan, khususnya dukuh kalangan, terdapat sebuah mitos yang diyakini oleh sebagian besar warga. Warga setempat yang akan melangsungkan pernikahan hendaknya mengunjungi pohon asem atau biasa disebut Mubeng Asem. Mubeng Asem dilakukan oleh mempelai laki-laki sebelum melaksanakan upacara pernikahan guna menghormati adat yang berlaku dalam masyarakat. Menurut cerita, kebiasaan tersebut awalnya diminta untuk dilaksanakan oleh istri Singgo Joyo yang senang melihat pengantin. Selain kebiasaan Mubeng Asem, ada juga bentuk kegiatan lain yang masih dipertahankan untuk dilaksanakan masyarakat di sekitar pohon asem. Warga setempat menyebutnya sebagai ritual “manganan”, yaitu melaksanakan hajatan secara sederhana dengan mengundang beberapa orang dan membaca doa-doa atau tahlilan. Manganan biasanya dilaksanakan ketika seseorang mempunyai keinginan atau hajat dengan harapan mereka mendapat ridlo dari Allah SWT. Kebiasaan ini duhulu sengaja dianjurkan oleh Singgo Joyo dengan maksud agar seseorang mau bersedekah atau berbagi rejeki antara satu dengan yang lain.
Perlu diketahui bahwa makam Singgo Joyo tidak terletak di area pohon asem. Makam beliua berada dikomplek pemakaman Sunan Muria di gunung Muria. Tepatnya berada di dekat pintu masuk atau pelawangan komplek pemakaman Sunan Muria. Guna mengenang dan menghormati jasa-jasa beliau para pemuda memberikan nama Singgo Joyo untuk team sepak bola yang ada di Kuryokalangan.
Sebuah desa dikaki gunung Muria, dengan view gunung-gunung serta pegunungan kendeng disebelah selatan, pasti akan memajakan kita. apalagi jika cuaca sedang cerah dengan angin semilir, membuat seakan kita tak rela sedikitpun jika mata ini harus berkedip.
 
Dahulu dukuh Kalangan memiliki pasar yang bernama “pasar"pasar Wage”Wage". Namun, pasar tersebut letaknya tidak berada seperti pasar yang ada sekarang, melainkan terletak di sekitar pohon asem. Pohon asem sendiri tumbuh di lokasi punden secara alami atau bahkan tidak sengaja. Ketika Singgo Joyo sedang makan, makanan yang akan beliaudia santap terdapat ''klungsu'' (bacayaitu: biji Asem) di dalamnya. Klungsu tersebut dibuang oleh beliaudia dan kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang berada di sekitar rumahnya.
USAHA
Hasil utama masyarakat kuryokalangan adalah sektor pertanian ditambah usaha perkebunan, peternakan, konveksi, perdagangan, Jasa Tenaga kerja, dekorasi dan masih ada usaha-usaha yang lain.
Hasil konveksi antara lain: celana, baju dan jaket. Hasil produksinya dikirim ke seluruh penjuru tanah air, hingga pelosok kalimantan.
Peternakan lembu, kambing, ayam, bebek, kelinci dan hewan-hewan lain menjadi salah satu tumpuan hidup sebagian penduduk.
Ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk menanam mangga, jambu Citra, kelengkeng. Tanaman jambu citra merupakan tanaman unggul yang pernah booming dinegara thailan dan dikembangkan di Indonesia dan terbesar dikembangkan dikabupaten Demak dan Subang Jawa barat.
Ada beberapa orang didesa kuryokalangan yang ingin mengembangkan tanaman jambu air citra menjadi buah unggulan didesa Kuryokalangan, dengan memanfaatkan lahan-lahan yang kosong karena masih banyak lahan kosong didesa Kuryokslsngsn yang belum dimanfaatkan. jambu citra memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena jambu citra punya rasa yang manis dan renyah, dibawah jambu bisa dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan dalam terpal.
Pertokoan juga meramaikan lahan usaha perdagangan didesa kuryokalangan, perdagangan berpusat di Pasar Desa. Ada beberapa toko kelontong dan banyak toko Pakaian Jadi sehingga diperkirakan pada tahun 2030 Jl. Gabus - Tlogoayu yang terletak didesa Kuryokalangan dan desa Mojolawaran akan menjadi MALLIOBORO nya kabupaten Pati, karena saat ini sudah ada sekita 16 toko pakaian jadi.
 
Mbah Parmo juga menuturkan bahwa pohon Doro yang berada tidak jauh dari pohon Asem duhulu adalah lokasi kediaman Singgo Joyo. Rumah beliauRumahnya menghadap ke selatan dengan pohon asem sebagai penandanya. Asem besar sebagai rumah depan dan asem kecil sebagai rumah belakang. Di sebelah barat rumah beliaudia juga terdapat sungai yang mengalir sebagai sarana keperluan sehari-hari. Sedangkan tempat yang oleh warga sekitar disebut “Sigit”"Sigit". dahuluDahulu rencananya akan dibangun sebuah masjid. Namun sebelum pembangunan masjid dimulai, Singgo Joyo terlebih dahulu wafat sehingga rencana pembangunan masjid belum terlaksana.
PENDIDIKAN
Ada 2 lembaga pendidikan di Desa Kuryokalangan. Formal dan non Formal.
Pendidikan formal terdiri :
1. Roudlatul Atfal Hidayatul Hidayah.
2. Madrasah Diniyah Hidayatul Hidayah.
3. SD Negeri Kuryokalangan 1 dan SD Negeri Kuryokalangan 2.
4. Madrasah Tsanawiyah Abadiyah.
5. Madrasah Aliyah Abadiyah.
Pendidikan Non Formal :
1. Pondok Pesantren Nurul Huda.
2. TPQ
3. Bimbingan Belajar Anak Bangsa.
Masyarakat yang relegius membuat desa ini nyaman dan aman untuk ditinggali. ada 2 masjid dan puluhan mushola. Selain banyak kyai dan ulama, ada seorang Doktor, beberapa Magister, dan banyak sarjana, sehingga Desa Kuryokalangan menjadi tujuan Pendidikan dari desa dan daerah-daerah lain. Lingkungan yang Asri dan jauh dari kebisingan kota, seakan Tinggal disurga. udara sejuk, masyarakat yang ramah, dan tanah yang subur, surga bagi para penghuninya. akan tetapi suasana yang sedemikian indah, menjadi tak bermakna karena ditinggal sebagian dari para pemudanya. tuntutan ekonomi dan beban hidup yang semakin besar, mengusik hati para pemuda untuk beranjak keluar kota bahkan luar negeri.
 
Di wilayah desa Kuryokalangan, khususnya dukuh kalanganKalangan, terdapat sebuah mitos yang diyakini oleh sebagian besar warga. Warga setempat yang akan melangsungkan pernikahan hendaknya mengunjungi pohon asem atau biasa disebut "Mubeng Asem". Mubeng Asem dilakukan oleh mempelai laki-laki sebelum melaksanakan upacara pernikahan guna menghormati adat yang berlaku dalam masyarakat. Menurut cerita, kebiasaan tersebut awalnya diminta untuk dilaksanakan oleh istri Singgo Joyo yang senang melihat pengantin. Selain kebiasaan Mubeng Asem, ada juga bentuk kegiatan lain yang masih dipertahankan untuk dilaksanakan masyarakat di sekitar pohon asem. Warga setempat menyebutnya sebagai ritual “manganan”"manganan", yaitu melaksanakan hajatan secara sederhana dengan mengundang beberapa orang dan membaca doa-doa atau tahlilan. Manganan biasanya dilaksanakan ketika seseorang mempunyai keinginan atau hajat dengan harapan mereka mendapat ridlo dari Allah SWT. Kebiasaan ini duhulu sengaja dianjurkan oleh Singgo Joyo dengan maksud agar seseorang mau bersedekah atau berbagi rejeki antara satu dengan yang lain.
PRESTASI
Ada beberapa kejuaraan yang pernah dicapai oleh pemuda kususnya dan masyarakat Kuryokalangan pada umumnya.
1. Juara 1 klompencapir tingkat kecamatan Gabus.
2. Juara 1 Kamtibmas tingkat Kabupaten Pati.
3. Juara 1 Lomba Administrasi Desa Tingkat Kabupaten Pati.
4. Juara 1 Kejuaraan Sepakbola Tingkat Kecamatan Gabus dalam rangka HUT Kemerdekaan RI tahun 1995.
5. Juara 1 Kejuaraan Sepak Bola Tingkat Kecamatan Gabus dalam rangka HUT Golkar tahun 2004
6. Juara 1 Kejuaraan Sepak Bola Tingkat Kabupaten Pati U-15 di ngepungrejo
7. Juara 1 Kejuaraan Sepak Bola Priamor CUP di Ngeluk Panjunan Pati Tahun 2005
8. Juara 2 Kejuaraan Boladiator CUP EKSTRA JOSS tingkat Kabupaten Pati 2007
dan masih ada juara-juara yang belum terkaver disini.
 
Perlu diketahui bahwa makamMakam Singgo Joyo tidak terletak di area pohon asem., Makam beliuamelainkan berada dikomplekdi komplek pemakaman Sunan Muria di gunung Muria., Tepatnyatepatnya berada di dekat pintu masuk atau pelawangan komplek pemakaman Sunan Muria. Guna mengenang dan menghormati jasa-jasa beliaujasanya para pemuda memberikan nama Singgo Joyo untuk team sepak bola yang ada di Kuryokalangan.
{{Gabus, Pati}}
== Ekonomi ==
{{kelurahan-stub}}
 
Desa yang di kaki gunung Muria ini memiliki pemandangan indah gunung-gunung serta pegunungan Kendeng di sebelah selatan. Hasil utama dari masyarakat Kuryokalangan adalah dari sektor pertanian. Selain itu, konveksi menjadi andalan yang kedua. Hasil konveksi antara lain: celana, baju dan jaket, telah dikirim ke seluruh penjuru tanah air, hingga pelosok Kalimantan.
[[jv:Koryokalangan, Gabus, Pathi]]
 
Peternakan lembu, kambing, ayam, bebek, kelinci dan hewan-hewan lainpun menjadi salah satu tumpuan hidup sebagian penduduk.
 
== Batas ==
* di sebelah utara berbatasan dengan desa [[Mojolawaran, Gabus, Pati|Mojolawaran]]
* di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan [[Bogotanjung, Gabus, Pati|Bogotanjung]]
* di sebelah timur berbatasan dengan desa [[Sugihrejo, Gabus, Pati|Sugihrejo]]
 
== Sekolah ==
 
Ada 2 sekolah dasar dan 1 madrasah ibtidaiyah/ MI (setingkat SD), 1 Madrasah Tsanawiyah/ MTS (setingkat SMP) dan 1 Madrasah Aliyah / MA (setingkat SMA).
 
== Demografi ==
 
Masyarakat yang religius membuat desa ini nyaman dan aman untuk ditinggali. Ada 2 masjid dan puluhan mushola serta banyak kyai dan ulama menjadi salah satu faktornya.
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
{{Gabus, Pati}}
{{Authority control}}