Kerajaan Amanatun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(265 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country||||
| native_name =
| conventional_long_name = Kerajaan Amanatun
| common_name = Kerajaan Amanatun
| continent = Asia
| region = Asia Tenggara
| status =
| government_type = Kerajaan
| image_flag =
| image_coat =
| year_start = ???
| event1 =
| year_event1 =
| event_end =
| year_end = 1962
| p1 = Kemaharajaan Majapahit
| flag_p1 = Majapahit fictitious flag.svg
| p2 = Kesultanan Gowa
| flag_p2 = Flag of the Sultanate of Gowa.svg
| s1 = Timor Portugis
| flag_s1 = Flag of Portugal.svg
| flag_s2 = Flag of Netherlands.svg
| image_map =
| image_map_caption =
| capital = [[Nunkolo, Nunkolo, Timor Tengah Selatan|Nunkolo]]
| common_languages = [[bahasa Uab Meto|Uab Meto]]
| religion = [[Kepercayaan asli]], [[Gereja Katolik Roma]], [[Protestanisme]], [[Islam]]
| currency =
| title_leader = Raja
| leader1 = Tnai Pah Banunaek
| year_leader1 = ???
| leader2 = Tsu Pah Banunaek
| year_leader2 = ???
| leader3 = Nopu Banunaek
| year_leader3 = ???
| leader4 = Bnao Banunaek I
| year_leader4 = ???
| leader5 = Nifu Banunaek
| year_leader5 = ???
| leader6 = Kianunaekli B
| year_leader6 = ???
| leader7 = Bnao Banunaek II
| year_leader7 = ???
| leader8 = Luan Banunaek
| year_leader8 = ???
| leader9 = Bnao Banunaek III
| year_leader9 = ???
| leader10 = Bnao Banunaek IV
| year_leader10 = ???
| leader11 = Bab'i Banunaek
| year_leader11 = ???
| leader12 = Bnao Banunaek V
| year_leader12 = 1766
| stat_year1 =
| stat_area1 =
| stat_pop1 =
| today = {{flag|Indonesia}}<br>{{flag|Timor-Leste}}
| s2 = Hindia Belanda
| s3 = Indonesia
| flag_s3 = Flag_of_Indonesia.svg
}}
'''Kerajaan Amanatun''' (Onam) terletak di pulau [[Timor Barat|Timor]] bagian barat, wilayah Indonesia dan merupakan kerajaan tua. Di era kemerdekaan kerajaan Amanatun bersama kerajaan Molo (Oenam) dan kerajaan Amanuban (Banam) membentuk kabupaten [[Timor Tengah Selatan]] (dalam [[bahasa Belanda]] disebut ''Zuid Midden Timor'') dengan ibu kota [[SoE]] - [[provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
Pada tahun [[1920]] kota SoE ditetapkan menjadi ibu kota ''Zuid Midden Timor'' (Timor Tengah Selatan) atas kesepakatan bersama dari ketiga Raja yakni Raja [[Lay Akun Oematan]] sebagai Raja [[Kerajaan Molo|Molo]], Raja [[Pae Nope]] sebagai Raja [[Kerajaan Amanuban|Amanuban]] dan Raja [[Kolo Banunaek]] sebagai Raja Amanatun.
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Pada masa pemerintahan Belanda Kerajaan Amanuban dan Kerajaan Amanatun pernah berkantor bersama di [[Niki-niki]]. Hal ini disebabkan karena belum adanya jalan ke wilayah Amanatun dan [[Belanda]] takut ke sana.
Jauh sebelum datangnya [[bangsa]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] di [[Indonesia]] maka kerajaan Amanatun sudah ada dan mempunyai pemerintahan sendiri yang asli.
== Arsip sejarah ==
Dalam tex [[Dao Zhi]] dari tahun [[1350]] sejak [[Dinasti Song]] sudah mengenal [[Timor]] dan ada beberapa [[pintu gerbang]] [[pelabuhan]] [[laut]] yang ramai yang dikunjungi di [[Timor]] dan salah satunya yang penting adalah di [[Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am (Tun Am)]] yang sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang [[Makasar]], [[Malaka]], [[Jawa]], [[India]], [[Cina]] dan kemudian [[Eropa]] seperti [[Spanyol]], [[Inggris]], [[Portugis]], [[Belanda]].
[[Timor]] (Xingcha Shenglan [[1436]]) menulis bahwa [[Timor]] ( Kih-ri Ti-mun) terletak di [[Timur]] [[Tiongkalo]] [[(Madura)]] yang mana pegunungannya ditumbuhi oleh pohon [[cendana]]. [[Pohon]] [[cendana]] ini mereka tebang dan dijadikan kayu bakar. Negara ini tidak memiliki produk lain selain [[cendana]]. Terdapat dua belas [[pelabuhan]] atau pemukiman [[pedagang]] yang masing-masing berada di bawah seorang ketua / pemimpin. Tanah pertaniannya subur dan makmur serta cuacanya hangat di siang hari dan dingin pada [[malam]] hari. Ketika kapal dagang tiba dan bersandar kaum wanita naik kekapal untuk berdagang. Barang yang diimpor adalah [[emas]], [[perak]] dan peralatan besi serta [[tembikar]]. Penduduk pribumi selalu membawa [[kayu cendana]] untuk [[barter|dibarterkan]] dengan pedagang. Mereka tidak akan melakukan barternisasi kalau [[Monarki|raja]] nya tidak hadir. Karenanya [[Monarki|raja]] selalu diminta untuk datang terlebih dahulu, ketika sebuah [[kapal]] [[dagang]] berlabuh maka [[Monarki|Raja]] akan datang ditemani oleh [[permaisuri]] dan anak-anaknya, para selir dan para pembantunya. Anggota rombongan [[Monarki|raja]] begitu banyak.
Mengenai perdagangan [[cendana]] zaman dahulu [[Oemerling]] dalam bukunya ''The [[Timor]] [[Problem]]'' menuliskan bahwa penyelidikan sumber-sumber [[Cina]] yang kuat menyatakan bahwa [[Timor]] sudah menghasilkan kayu [[cendana]] untuk pasaran [[Asia]] ratusan tahun sebelum [[Vasco da Gama]] berlayar mengelilingi [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Baik]]. Inspektur [[Cina]] [[Chau Yu Kua]] pada tahun [[1225]] telah menulis bahwa [[Timor]] kaya dengan kayu [[cendana]] dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan [[Jawa]].
[[Schrieke]] ([[1925]]) menegaskan bahwa paling lambat tahun [[1400]], atau mungkin sudah sejak sebelumnya, [[Timor]] telah dikunjungi oleh para pedagang dari [[pelabuhan-pelabuhan]] [[Jawa]] secara teratur. Para pedagang [[Islam]] dari [[India]] sejak tahun [[1400]] telah berdiam di kota pelabuhan [[jawa]] bagian [[Timur]] sehingga mereka juga telah mengadakan kontak perdagangan [[cendana]] dengan [[Timor]]. Minyak [[cendana]] sudah termasyur di [[Asia Timur]] sejak dahulu kala karena kasiatnya.
[[Greshoof]] ([[1894]]-[[1909]]) menuliskan bahwa para tabib [[Bangsa Arab|Arab]] sudah mengenal minyak cendana sejak tahun [[1000 Masehi]]. Cendana dikenal sebagai barang mewah di [[Eropa]] khususnya perusaha farmasinya. [[India]] sejak perang dunia pertama memasarkan minyak [[cendana]] ke [[Eropa]] dan lebih mengambil keuntungan besar dari [[Timor]] karena [[Timor]] saja yang menghasilkan kayu [[cendana]] - ([[Risseuw]] [[1950]]). Selain pelabuhan [[Fatumean]] / [[Batumean]] ([[Tun]] [[Am]] - Amanatun), juga ada pelabuhan dagang yang ramai dikunjungi seperti [[Kamanasa]], [[Mena]], [[Sorbian]], [[Samoro]], [[Ade]] ([[Timor]], [[Ende]] et [[Solor]] par Godinho en [[1611]])
=== Penyerangan Makasar ===
Tercatat dalam arsip kuno [[Portugis]] ''Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores'' bahwa pada tahun [[1641]] ketika bangsa [[Portugis]] dan bala tentaranya dari [[Larantuka]], [[Flores]] tiba di kerajaan Amanatun/[[Tun]] [[Am]]- [[Fatumean]] ([[Bitimiao]]) maka seorang [[paderi]] bernama [[Frey Lucas da Cruz]] berhasil [[membaptiskan]] (mengkristenkan) seorang [[Monarki|raja]] [[Amanatun/Usif]] dengan ibunya di Amanatun. Pada waktu itu bala tentara [[Portugal]] dipimpin oleh [[Capitao]] [[mor Francisco Fernandes]]. Amanatun (Tun AM-Fatumean) pada tahun [[1641]] dengan istana [[kerajaaan]] terletak di [[Gunung]] [[Sunu]] ( ''Sonaf Plikuna - Sonaf Ni Fanu'') mendapat serangan dasyat luar biasa dari armada tentara laskar [[Islam]] [[Makasar]] dibawa pimpinan [[Monarki|raja]] [[Tallo]](''[[King]] of [[Tallo]]'') dari kerajaan [[Gowa]]-[[Tallo]] [[dimana]] pada masa itu juga [[Monarki|raja]] [[wehale]] telah memeluk [[Islam]]. Selain melakukan penyerangan ke Amanatun / Fatumean Tun Am (''Batumiao'') juga armada [[tentara]] [[Islam]] [[Makasar]] juga melakukan penyerangan ke [[Larantuka]]-[[Flores]]. Penyerangan [[laskar]] [[Islam]] [[Makasar]] ke [[Amanatun - Tun Am Fatumean]] itu diundang dan diarahkan oleh keluarga [[Tnesnai]] juga dibantu oleh orang [[Portugis]] [[Hitam]] - [[Topas]] - Kaesmetan namun penyerangan tersebut berhasil di pukul mundur oleh [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] di [[Sunu]] hingga [[Behanek]] perbatasan Amanatun dengan [[Belu]]. Adapun [[kerajaan]] kembar / '''Zusterstate''' [[Gowa]] - [[Tallo]] ( Rua Karaeng Na Se ' re Ata ) mencapai zaman kejayaannya serbagai kerajaan [[maritim]] pada akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17 dengan peran besar seorang [[Mangkubumi]] yang bernama [[Karaeng]] [[Patingaloang]]. Salah satu ikrar [[Monarki|Raja]] [[Batumean]] _ [[Tu]] [[Am]] - Amanatun pada tahun [[1642]] yang disaksikan oleh [[misionaris]] terkenal saat itu dari [[Gowa]] yang bernama [[padre]] [[Antonio de S Jacinto]] termasuk juga [[Frei]] [[Pedro]] [[de Sao Joao]].
=== Era Portugis - Belanda ===
Data tentang pemimpin orang [[Portugis]] [[Hitam]] [[(Topass)]] dari keluarga [[Hornay]] dan [[Da Costa]] diceritakan pernah mempunyai hubungan dengan Amanatun hingga tahun [[1749]]. [[Pater]] Antonio de Madre de Deus menulis sebuah laporan resmi tertanggal [[26]] [[April]] [[1695]] mengenai [[kekuasaan]] dan kerakusan dari [[Antonio]] [[d'Ornay]] yang menjadi penguasa saat itu [[dimana]] terjadi pengumpulan dan penjualan secara besar-besaran yang tidak terkontrol kayu [[cendana]] ke [[Batavia]] [[dimana]] pusat [[Portugis]] di [[Macao]] mengalami kerugian besar. Hingga tahun [[1620]] harga [[cendana]] 6000m -7000 pikul seharga 60000 [[Gulden]]. sedangkan harga [[lilin]] lebih mahal lagi.
Salah satu peran penting yang dibuat oleh [[Antonio d'Ornay]] adalah dia berhasil menahan kompeni [[Belanda]] untuk tidak boleh terus masuk ke pedalaman [[Timor]] sehingga berakibat misi [[Belanda]] dengan [[Protesta]] cuma ada di [[Kupang]] saja. [[Kupang]] pada saat itu bukan tempat penting dan di biarkan saja untuk dikuasai oleh [[VoC]] [[Belanda]], Batas daerah kekuasaan [[Belanda]] di [[Timor]] hingga tahun [[1661]] hanya di kota [[Kupang]] saja.[[Agama]] [[Protestan]] hanya berada di kota [[Kupang]] dan sekitarnya tidak termasuk [[Amarasi]] dan [[Amabi]], sejak kedatangan [[Belanda]] tahun [[1613]]. Mulai adanya Volksplantinng di pesisir - pesisir [[utara]] sejak awal abad ke 18 oleh [[residen]] [[Hazart]],maka agama [[Protestan]] hadir di [[Kupang]], namun [[agama]] [[Protestan]] baru memasuki pedalaman [[pulau Timor]] sejak awal [[abad]] ke 20.
Ketika [[Malaka]] jatuh ketangan [[Portugis]] pada tahun [[1511]], kemudian baru pada tahun [[1522]] bangsa [[Portugis]] tiba di [[Pulau]] [[Timor]] namun mereka tidak menetap tetapi hanya menyinggahi saja. Tercatat dalam arsip lama bahwa pada [[22]] [[januari]] [[1522]] penjelajah [[Fernando de Magelhaens|Magelhaens]] dan [[Pigafetta]] tiba dan berlabu di [[Pantai]] [[Selatan]] [[pulau]] [[Timor]] dan mengunjungi Kaiser [[Fatumean ( TUN - Amanatun)]] dan juga [[Kaiser Kamanasa]] [[(Belu)]] setelah melalui perjalanan panjang dari [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Afrika]] [[Selatan]] ( Cap de Bonne Esperance)kemudian melanjutkan pelayaran [[expedisi]] ke [[Pilipina]] melewati pantai [[utara]] [[Timor]]. (Le premier voyage monde [[Magellan]] et [[Pigaffeta]] ([[1519]])
Pada tahun [[1669]] [[Monarki|Raja]] Amanatun berhubungan dengan fettor [[Sonbai Kecil]], [[Ama Tomnanu]] yang merupakan sekutu [[VOC-Belanda]] dan dijelaskan bahwa [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] ingin bertemu dan berbicara langsung dengan [[VOC]]/[[Belanda]], karena [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] telah menerima bendera [[VOC]]/[[Belanda]] yang dibawa oleh [[Verheyden]] kira-kira tahun [[1655]]. [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] menginginkan supaya pertemuan itu dilangsungkan di [[pantai]] [[selatan]] [[Fatu Mean / Amanatun]], tetapi pihak [[VOC]] menolak dan tidak menyetujui permintaan ini dengan alasan keamanan.
=== Gereja Katolik ===
Pada waktu terjadi [[perang]] [[Penfui]] pada tanggal [[11 November]] [[1749]] maka kerajaan Amanatun menjadi [[sekutu]] [[Portugis]]. Salah satu alasan terjadi [[perang]] [[Penfui]] karena para [[Monarki|Raja]] yang pro kepada [[Portugis]] tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di [[Timor]] khususnya wilayah [[Timor]] [[Barat]] antara [[Belanda]] dengan [[Portugis]], karena akan berakibat kepada semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh ke [[Gereja]] [[Noemuti]] kalau [[raja-raja]] ini ingin untuk beribadah ( kalau ingin membawa hulu hasil ke [[Gereja]] [[Katolik]] [[Noimuti]]).
Pembagian [[pulau Timor]] tahun [[1859]] [[Noimuti]] seakan merupakan suatu wilayah dunia [[Portugis]] di tengah-tengah wilayah [[Belanda]]. [[Gereja]] [[Noimuti]] yang sejak ratusan tahun dijadikan tempat sakral-pemali dan keramat. [[Raja-raja]] [[Timor]] [[Katolik]] yang merawat [[Gereja]] [[Noimuti]] ini, [[Uskono]] mengirim dua suku [[Tnane - Metkono]], [[Oematan]] mengirim suku [[Bani-Aot]] dan [[Arin-Kosat]], dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] mengirimkan [[Sasi-Panmissa]]. Setiap tahun pada perayaan pesta paska maka [[raja-raja]] tersebut selalu mengirimkan [[LILIN]] untuk [[gereja]] [[Noimuti]]. Di [[Noimuti]] terdapat pula empat ''tobe'' untuk bunga panen atau ''maus sufa''.
Tahun [[1701]] [[Padre]] [[M de Santo Antonio]] sebagai [[misionaris]] di [[Timor]] dan menjadi [[Uskup]] [[Malaka]] yang kemudian menetap di [[Timor]] hingga tahun [[1722]]. Setelah itu barulah [[Pater]] [[Gerado de San Jose]] menjadi [[misionaris]] di [[Timor]] hingga tahun [[1782]].Dikenal dalam sumber-sumber kuno menyebutkan bahwa pada tahun [[1711]] pemimimpin [[Toppas]] [[Dominggus]] [[da Costa]] bersama [[Dom Francisco de Taenube]] telah terjadi pertengkaran dengan [[Monarki|Raja]] [[Dom Pedro]] atau [[Monarki|Raja]] [[Tomenu]] [[Sonbay]] dari [[Oenam]] berhubungan dengan [[gereja]] [[Abi]] dan [[gereja]] [[Musi]].Sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Sonbai Kecil]] pada waktu itu adalah [[Bawwo Leu]] tahun [[1717]].
=== Data VOC Raja-raja Timor (1758) ===
Data [[VOC]] 2933,tahun [[1758]] the [[National]] Archief [[Den Haag]] yang ditulis oleh [[Arnoldus Van Este]] (ayah dari W.A.Van Este) seorang Oppermester di [[Pos]] [[Belanda]] [[Kupang]] yang dilindungi oleh [[Commpany]] selama dua puluh lima tahun mencatat tentang [[Timorese kings]] yakni;
* [[Balthzazar Lote]] of [[Amabi]],
* [[Hermanus Saubaki]] of [[Amfoan-Sorbian|Amfoang-Sorbian]],
* [[Nay Kobe Taynof]] of [[Taebenu]],
* [[Don]] [[Louis]] [[Anthony]] of [[Amanubang|Amanuban]],
* [[Don]] [[Louis]] [[Nay Konnef]] of [[Amanatung|Amanatun]],
* [[Nay Seff]] of [[Waiwiku]] king of [[Dirman]],
* [[Lakar Madjeli]] of [[Sumba]],
* [[Don Bernardo]] of [[Amakono]],
* [[Avonusu]] of [[Amarasi]],
* and the regent of [[Batugede]] was a brother in-low of the king of [[Waihale]].
* The [[Solorese]] regent [[Sengaji]].
=== Perdagangan budak ===
Sumber [[VOC]] tahun [[1765]] menjelaskan tentanng ditahannya temukung Nai Nokkas karena Nai Nokkas melindungi [[budak-budak]] belian ( ate sossa) dari [[Kupang]] oleh [[Opperhof Ter Herbruggen]] mengakibatkan [[Monarki|Raja]] [[Bab'i Banu Naek]] dari Amanatun mengirim orang-orangnya sebagai utusannya ke [[Dewan]] [[Belanda]] untuk membebaskan temukung Nai Nokkas karena [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] berkeyakinan bahwa Nai Nokkkas tidak bersalah. [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] harus menebus dan melepaskan kembali temukung [[Nai Nokkas]] dengnan memberi 3,50 pikul lili, 4 orang [[budak]], dan dua puluh ikat [[Tenun|kain]] tenun kapas ke Ter Herbruggen.
[[Perdagangan]] [[terbuka]] yang menjual beli '''[[budak]]''' di[[Timor]] sesuai catatan [[Tung Hsi Kau]] tahun [[1618]] sudah mulai dilakukan. Diceritakan bahwa [[Monarki|raja]] di [[Timor]] saat melakukan suatu kunjungan maka di dalam rombongan [[Monarki|raja]] selalu disertakan juga hamba sahayanya ( Ata atau Ate ) selain [[permaisuri raja]], anak-anaknya, dan gundik-gundiknya. [[Pigafetta]] mencatat [[Atapupu]] sebagai [[pasar]] [[hamba]] sahaya. Sedangkan [[Atambua]] katanya berasal dari kata Atan atau Ata ( hamba sahaya) dan Buan ( [[Suanggi]]).
[[Zaman]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] [[pulau Timor]] cukup dikenal sebagai gudang [[budak-budak]]. Prof P.J.Veth dalam tulisannya '''Het eiland [[Timor]]''' menyatakan bahwa residen Van Este di [[Kupang]] tahun [[1789]] memiliki ribuan [[budak]] - hamba sahaya. Tahun [[1751]] residen Van de Burg melaporkan keadaan [[Perang]] [[Penfui]] tahun [[1749]] dan sebagai lampiran dikirim juga tujuh puluh orang [[budak]] yakni 35 orang [[budak]] dibeli dari orang [[Cina]] The Tinko dan 35 orang lainnya dibeli dari orang [[Cina]] Oeijn Panko dengan harga rata-rata fl.62.
Pada masa residen Ter Herbruggen (1761) ada kebiasaan bahwa kalau seorang petugas hendak pergi ke [[Batavia]] untuk sesuatu urusan maka terlebih dahulu ia masuk ke kampung-kampung sekitar [[Kupang]] dengan membawa anjing pemburu untuk memburu dan menangkap [[manusia]]. Orang-orang yang ditangkap itu di bawa ke [[Batavia]] sebagai hadiah bagi atasan dan kenalan serta kerabat, dan yang lain dijual untuk mendapatkan [[uang]].
=== Amanuban - Amanatun (1785) ===
Pada tahun [[1785]] [[Opperhoof]] Tuan [[Willem Adrian Van Este]] mengirim surat kepada [[Monarki|Raja]] [[Tubani]] untuk segera mengembalikan tanah yang sudah diduduki di wilayah Amanatun. Data [[VOC]] 3701 hal 500 pada tahun [[1785]] ini menceriterakan bahwa ketika resident ( Opperhoof) [[Timor]] [[W.A.Van Este]] di [[Fort Concordia]] [[Kupang]] menulis bahwa [[Monarki|Raja]] [[Amanuban]] yang anti [[VOC]] yakni [[Monarki|Raja]] [[Tubani]] menyerang kerajaan Amanatun yang ada hubungan dengan [[VOC]] dan ia berhasil menduduki sebagian wilayah Amanatun. Di zaman itu ada dua kekuatan di kerajaan [[Amanuban]].
=== Pemerintahan Residen Hazart di Timor ===
Residen [[J A Hazart]] merupakan residen [[Timor]] kelahiran [[Timor]] [[8 Agustus]] [[1773]]. Saat [[resident]] [[Hazart]] menjadi residet di [[Timor]] maka [[Monarki|raja]] [[Amanatun]] pada saat itu adalah [[Monarki|raja]] [[Muti Banunaek I]] (atau biasa disebut [[Monarki|Raja]] [[Kusat Muti]] ). [[Residen Hazart]] memerintah tahun [[1810-1811]], [[dimana]] pada tahun [[1811]] [[Nusantara]] diserahkan ke [[Inggris]] dan baru dikembalikan kepada [[Belanda]] tahun [[1816]] dan kembali [[residen Hazart]] [[berkuasa]] kembali. Banyak hal yang diperbuat [[Hazart]] saat menjadi [[residen]] [[Timor]] seperti:
- Daerah [[pertahanan]] [[VOC]] di [[pantai]] [[utara]] [[Timor]] ( Manulae hingga Pariti ) pada tahun [[1819]] dipenuhi oleh orang-orang [[Rote]] yang didatangkan oleh [[Belanda]] sebagai pagar hidup [[Belanda]] untuk mencegah serangan dari [[raja-raja]] [[Timor]] sepeti [[Amarasi]], [[Amanuban]], [[Amakono]], Amanatun.
Orang-orang [[Rote]] yang didatangkan [[Belanda]] ke [[Timor]] juga untuk menjadi tenaga kerja - [[budak]] [[Belanda]] untuk mengerjakan daerah-daerah subur / aluvial di sepanjang [[pantai]] sekitar 2000-3000 Ha untuk menghasilkan [[beras]]. Pada tahun [[1822]] [[Belanda]] juga mendatangkan lagi orang-orang [[Sabu]] ke [[Timor]] sebagai pasukan pembelah [[Belanda]] namun jumlah orang [[Sabu]] tidak sebanyak jumlah orang [[Rote]] karena karakter orang [[Sabu]] yang suka memberontak. Kemudian [[Hazart]] menjadikan [[Kupang]] sebagai [[pelabuhan terbuka]] / [[pintu gerbang]] [[Timor]]. Kemudian [[residen Hazart]] juga merebut [[Atapupu]].Tahun [[1842]] [[Resident Hazart]] juga berhasil membuka [[lalulintas]] [[jalan]] ke [[Pariti]] dan pada tahun [[1879]] dibuka lagi [[jalan]] [[Kupang]] - [[Teno]].
Sumber pendapatan [[Monarki|raja]] pada saat itu adalah [[jagung]], [[cendana]] dan [[lilin]], [[dimana]] setengah hasil [[cendana]] dan [[lilin]] digunakan oleh [[Monarki|raja]] untuk mendapatkan [[emas]]. Pada tahun [[1870]] dicatat jumlah penduduk di kerajaan Amanatun sudah melebihi 12000 jiwa.
== Hubungan Liurai-Sonbai-Banunaek ==
Disebut kerajaan Amanatun kerena [[Monarki|Rajanya]] yakni [[Banunaek]] yang bernama lengkap [[Monarki|Raja]] [[Tnai Pah Banunaek]]) - Ukuran [[alam]], badannya [[emas]] dan semua peralatannya juga terbuat dari [[emas]]. Amanatun terdiri dari dua suku kata yaitu Ama dan Mnatu. "Ama" berarti "Bapak" dan "Mnatu" berarti [["emas"]]. Jadi Amanatun berarti ''Bapak Emas''. '''Mal Noni''' adalah [[Cap]] Emas [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]]. [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] yakni Banunaek tetap menetap di [[Tun]] [[Am]] ( Amanatun ) menjaga kampung halaman Tufe Ba Noni Fae Ba Noni - Tun Am '''[[Fatu Mean]]''', sedangkan Liuray kemudian ke bagian Timur [[pulau Timor]] ( [[matahari]] terbit) Nao Neu Neno Pean Neno Bolan dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Belu]], sedangkan [[Sonbay]] ke bagian barat [[pulau Timor]] ( matahari terbenam ) Nao Neu Neno Tesan Neno Mofun es Mutis Bab Nae Pae Neno Oenam dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Molo / Oenam]].
Nama [[Monarki|Raja]] pertama di [[pulau]] [[Timor]] adalah [[Liuray/Liu Lay/Riyu Ray/Mean/Maromak Oan]], [[Sonbay/Boynoni/Istana Kapal]], [[Banunaek/Luku Neno]]. [[Monarki|Raja]]] Pertama di daratan [[Timor]] ini adalah [[bangsawan]] dengan keluarganya serta rombongannya tiba pertama kali di pelabuhan [[NOE FANU]], pelabuhan yang termasyur dalam [[sejarah]] penghuni dataran [[pulau Timor]] dan pulau-pulau sekitarnya. Ketiga bangsawan bersaudara pertama yang adalah [[Monarki|raja]] [[pertama]] [[Timor]] ini datang bersama dengan ayah ibu mereka.
Bangsawan ini memiliki [[gelar]] menurut [[ilmu]] pengetahuan tak ada taranya pada masa itu. [[Ilmu]] yang dimiliki bangsawan ini luar biasa luasnya. Dari Noe Fanu mula-mula mereka mengunjungi Raymas/Laynu [[Belu]].Dari laynu mengunjungi Raymea-Laymea - [[Belu]] kemudian balik mengunjungi tempat Noe Fanu. Dari Noe Fanu mengunjungi [[Tun]] [[Am]] " Persembahan di Amanatun". Di sini dinyatakan pokok ilmunya itu yaitu [[astronomi]] dan ilmu [[astrologi]]. Bangsawan ini juga memiliki [[ilmu]] penjelmaan yaitu ia mengakiri masa makan - minum mentah atau tah mate - tiun mate. [[Kehidupan]] [[nabati]], [[kehidupan]] [[hewani]] serta kehidupan insani demi kemakmuran dan kekayaan.
Sebelum meninggal ayah ketiga raja pertama di [[Timor]] ini berwasiat kepada putra-putranya kalau ia dan istrinya meninggal maka jenasahnya dijadikan persembahan kemakmuran. Putranya yang bungsu harus menerima hak bapaknya selaku [[Monarki|raja]], putra bungsu harus menjaga tempat simpanan jenasahnya turun temurun. Putra bungsu ini bernama [[LUKU NENO]] mewarisi nama bapak turunannya adalah keluarga [[Banunaek]]. Putra pertama bernama [[Mean-Maromak Oan-LIULAY-Riyu Ray]], putra kedua bernama [[Boinony-Sonbay]].
Dua [[raksasa]] yang menjadi serangkai dalam pemerintahan yaitu Riyu Ray dan Sonbay. Sedang di tengah-tengah kedua kerajaan ini ada kerajaan Amanatun sane ma lelan lene ma lelan. Di tengah-tengah kerajaan Amanatun ini terdapat suatu peringatan yaitu tempat terletak jenasah ayahnya/bundanya. Sedang di antara tempat jenasah itu terletak dan [[pelabuhan]] termasyur yaitu Noe Fanu ( bolak balik) tampak terbitnya [[matahari]] mulai [[1 Januari]] dari tempat persembahan jenasah ini yaitu Tun [[Am]] sampai ke Noe Fanu [[1 Juli]] kembali ke Tun Am [[31 Desember]]
Adapun tuturan adat mengenainya ketiga [[Monarki|raja]] pertama di [[pulau Timor]] adalah Lai Mea Lai Moe Neki Neo Fanu [[Tun]] [[Am]] [[Onam]] [[Liurai - Sonbai - Banunaek - Uis Neno]].
[[H.G.Schulte Nordholt]], dalam tulisannya the [[Political]] System of [[Atoni]] of Timor p. 391 menampilkan Pokok Sejarah di Pulau Timor terletak pada kalimat [[LIURAI - SONBAI - ABI - BANUNAEK]].
Putra pertama Mean - [[Liuray]] mendapat kedudukan di tanah [[Belu]] yakni tempat [[Betun]] atau Petu. Daerah kekuasaannya amat luas sampai keujung [[pulau Timor]]. Seluruh [[masyarakat]] dari seluruh tanah pegunungan, seluruh tanah [[Monarki|raja]] yaitu Tahuk Baria, bi Lili bi Lumalo, [[Seran]] Fahik, dari tanah miliknya yaitu Siu Bes, Lok Bes, Teut Pala, Tetu Mnanu,, Oenunuh, Oebiko, Oehale, Bas Hain, Ba Hael dan lainya. [[Tasi Feto]], Tasi Mone, [[Likosan]] ( satu [[manusia]] kepala dan muka [[manusia]] tetapi mata dan badannya [[ular]] Likusaen). [[Manusia]] ini anak dari Mean. Banyaknya wilayah tanah [[Belu]] ada tiga puluh tujuh NAIBOT wilayah [[pemerintahan]] [[Riyu Ray-Liuray]].
Putra kedua Boynoni-[[Sonbay]], bersama rombongan menyusuri pegunungan kecil dari tanah [[Belu]] hingga gunung [[Mutis]]. Ia tiba di Netnoni dan bertemu dengan istrinya putri dari [[Kune Uf]]. Tempat kedudukannya di Batu Oenam " Batu Basah". Di sinilah Sonbay membuat [[istana]] kapalnya. [[Wilayah]] kekuasaannya meliputi [[Biboki]], [[Insana]], [[Oekusi]], [[Amfoan]], [[Miomafo]], Molo (Mollo), [[Fatu Leu- Kopan]], [[Maluku]], [[Alor]], [[Pantar]], [[Sabu]], [[Rote]].
Ibu kota kerajaan Amanatun di [[Nunkolo]]. Nunkolo menjadi ibu kota kerajaan Amanatun ketika [[Monarki|Raja]] [[Tsu Pah Banunaek]] menjadi raja Amanatun.
== Persehatian Perbatasan ==
Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] diasingkan ke [[Flores]] maka oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] melakukan perpindahan batas kerajaan yang sudah ditetapkan oleh [[Monarki|Raja]] [[Liurai]] ( Belu) dengan [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] ( Amanatun).
Adapun perpindahan tersebut pada [[Juni 1917]] [[zaman]] [[Raja Kusa Banunaek]] [[dimana]] terjadi perpindahan batas antara kedua kerajaan tua ini yaitu perpindahan batas dari [[Betun]] ke [[We Baria Mata]] [[( Malaka )]], dan penandatanganan persehatian [[perbatasan]] ini oleh [[Belanda]] dibuat dan ditandatangani pada [[25 Juli 1917]]. Perpindahan batas ini sebagai reaksi balas dendam pemerintah [[kolonial]] [[Belanda]] terhadap raja Amanatun karena gugurnya tentara [[Belanda]] saat melakukan [[infasi]] ke Amanatun.
=== Persehatian tahun 1929 ===
Kemudian perpindahan perbatasan antara [[Kerajaan Belu]] dan Kerajaan Amanatun ini diubah lagi dengan surat persehatian tahun [[1929]] dengan akta van oversenkonmst inzake de grens tuss de landschhappen [[AMANATOEN]] ( onderafdelling zuid midden [[Timor]]) en [[BELOE]] ( onderafddeling Beloe, ddo [[20 Desember 1929]] yang disahkan dengan besluit Resident Van [[Timor]] en Onderhoorigheden ddo [[10 september 1930]], No.321.Afscrift a afschrift ditandatangani oleh [[Monarki|Raja]] [[Amanatoen]] het hoefd van Amanatoen w.g [[KOLO BANUNAEK]] dan dari pihak Beloe DE TIJD. WD. BESTUURDER VAN BELOE w.g [[SERANG ASSI FATIN]].controleur van zuid midden [[Timor]] w.g. [[Ch.Th. Weidner]], dan De fd Controleur van Beloe w.g. [[W.J. Voor]].
Sejak tahun [[1929]] hingga [[1952]] kehidupan [[sosial masyarakat]] disepanjang perbatasan kedua kerajaan tua ini tidak ada masalah bahkan khususnya daerah [[Lotas]] didiami oleh suku [[Nai Usu]] keturunan [[Raja Rabasa]] dan diperintah oleh [[Raja Umalor]] [[( LIURAI MALAKA )]]. Oleh karena suku Nai Usu tidak puas dengan kepemimpinan [[Raja Umalor]] sehingga atas permintaan [[LIURAI]] suku [[Nai Usu]] diserahkan dan dititipkan sementara kepada [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] untuk dibina dan dididik di wilayah Lotas dan beberapa tahun kemudian Suku Nai Usu diserahkan kembali oleh [[Raja Amanatun]] kepada [[LIURAI]] dengan maksud supaya suku Nai Usu diperintah langsung oleh [[Monarki|Raja]] [[Rabasa]].
Namun maksud tersebut ditentang oleh [[Umalor]] sehingga sebagian rakyat dari suku Nai Usu meminta kembali untuk tinggal di Lotas dan berada dibawa perintah [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]].
Sedangkan pokok masalah terjadinya sengketa perbatasan antara [[swapraja Beloe]] dengan [[swapraja Amanatoen]] tahun [[1952]] akibat ulah dan sikap keras kepala [[Thomas Talelu]] dengan 156 kawan-kawannya untuk pindah dan tunduk membayar pajak ke [[swapraja]][[Malaka]] yang kemudian membuat marah [[fetor Noe Manumuti]] dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] sehingga Thomas Talelu dan kawan-kawannya diusir keluar dari [[Lotas]] wilayah kerajaan - swapraja) Amanatun.
=== Persetujuan Oe'lolok ===
Sengketa perbatasan antara [[Beloe]] dan Amanatun ini kemudian diupayakan untuk di selesaikan dengan dilakukan pertemuan di daerah netral [[Oelolok Swapraja Insana]] selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama [[29 Oktober]] [[1953]] namun ditunda pelaksanaannya pada tanggal [[10 Mai]] [[1957]] karena perkunjungan [[Gubernur]] [[Sunda Kecil]] di [[Kupang]].
Isi PERSETUJUAN OELOLOK I antara [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] ( disatu pihak )dengan [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Liurai]] ( pada pihak lain) menyetujui delapan kesepakatan yakni:
# Dalam penyelesaian "peristiwa rakyat Lotas" [[TIDAK AKAN DIGANGGU GUGAT]]" soal perbatasan antara [[Swapraja Amanatun]] dan [[swapraja]] [[Malaka]].
# Karena [[ketemukungan Lotas]] termasuk [[Distrik Noemanumuti]] temukung di wilayah Swapraja Amanatun maka rakyatnya secara teknis administrasi TAKLUK di bawah kepemerintahan Swapraja Amanatun.
# Untuk masalah adat pelaksanaannya tinggal tetap sebagai sediakala dengan catatan [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] sebagai Ketua [[Adat]] harus mengetahuinya terlebih dahulu.
# Uang-uang [[pajak]] yang telah dipungut oleh pemerintahan Swapraja[[Belu]] dari rakyat ketemukungan Lotas HARUS DISERAHKAN KEPADA [[Kepala Daerah]] Swapraja Amanatun.
# Pengembalian rakyat Lotas oleh [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] dan penerimaannya oleh [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] dilaksanakan disertai ketentuan-ketentuan hadat (adat) yang berlaku antara kedua belah pihak.
# Sesudah pengembalian [[rakyat]] ketemukungan Lotas pihak [[Dewan Pemerintah]] Swapraja Amanatun akan berusaha menjalankan kebijaksanaan agar tidak terulang lagi peristiwa-peristiwa yang disebut peristiwa rakyat Lotas.
# Dari kedua belah pihak, baik [[D.P.S Amanatun]] maupun [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] senantiasa akan dijalankan usaha untuk membujuk dan menasihati agar [[rakyat]] [[ketemukungan]] Lotas untuk kembali tunduk kepada [[Pemerintahan]] [[Swapraja Amantun]].
# Peristiwa-peristiwa yang bersifat [[pidana]] semata-mata terhadap [[rakyat]] [[ketemukungan]] Lotas diserahkan penyelesaiannya kepada pihak alat [[Negara]] .......,
Sedangkan Pertemuan kedua juga di [[Oelolok]] Swapraja Insana tanggal [[19 Oktober 1959]] juga menghasilkan dua (2) butir persetujuan.
Adapun yang membuat persetujuan yakni Pihak Pertama [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] t.d.t '''[[L.L.D.L.Banunaek]]''' dan Pihak Kedua [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] t.d.t '''[[L.S.Teiserang|L.S.Teiseran]]''', dengan mengetahui Pihak Pertama D.P.S SoE [[( D.C.Saudale)]], Perakit Praja Kepala [[(J.L.Bire)]], Anggota DPS Amanatun [[( Ch.B.Tallo)]], Anggota DPS Amanatun [[( Th. Kabu)]], Fettor NoeManumuti [[( M.E.Faij)]], Fettor Noebokon [[( W.Nenometa)]], Fettor Noebone [[( L.Missa)]], Fettor Noebana [[( H.Mone)]]. Sedangkan yang mengetahui pihak kedua Pd ketua DPDS Belu [[( A.A.Bere Tallo]]- [[Monarki|Raja]] [[Kewar)]], Anggota DPS Belu ( P.W Djah...,), Nai Fatuaruij [[( E. Teiseran)]], Nai Umalor [[( L.K.Naruk)]], Loro Waiwiku [[( A. Kalan Berek)]], Nai Manulea [[( R.K.Taolin)]], Nai Mandeu [[( H.Tefa Seran)]], Perakit Tata Usaha [[(L.Lopes)]].
== Struktur kerajaan ==
Kerajaan Amanatun/Onam mempunyai empat orang fettor yaitu Fettor Noebana ([[Santean]]), Fettor Noebone ([[Sahan]]), Fettor Noemanumuti ([[Put'ain]]) dan fettor Noebokong (Anas)
( Missa Moen Nima Nas Fua Fanu ).Fatu Kanaf dari suku Missa adalah [[Fatu Lunu]].
Pada era kekuasaan pada tahun [[1900]] [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek
[[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] memerintah [[1900]] - [[1915]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] diasingkan ke [[Ende]], [[Flores]] pada [[1915]] oleh pemerintah kolonial [[Belanda]] karena [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] tidak mau takluk kepada [[Belanda]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] mangkat di [[Ende]] [[Flores]] ± [[September/Oktober]] [[1918) . Makamnya tidak diketahui.[[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] sejak diasingkan oleh [[Belanda]] hingga wafatnya tidak kembali lagi ke tanah [[Timor]] ( Amanatun).Ketika [[Belanda]] hendak menaklukan kerajaan Amanatun yang dipimpin oleh [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] tahun [[± 1911]] maka pasukan [[tentara]] [[Belanda]] yang sedang menuju ke [[wilayah]] Amanatun dihadang oleh [[Panglima]] [[Perang]] / Meo Naek ( Tui Nati Suil Toko ) dari kerajaan Amanatun yang bernama Meo Seki Tafuli. Komendan [[tentara]] [[Belanda]] di tembak mati oleh Meo Seki Tafuli dari jarak yang cukup jauh dari [[benteng]] [[Meo Seki Tafuli]] sebelumnya diucapkan kata-kata keramat ( fanu). [[Komendan]] [[Belanda]] yang tewas ini kemudian oleh [[rakyat]] Amanatun disebut MIN FAFI hingga sekarang.
=== Era Pasifikasi ===
Setelah tahun [[1900]] maka kerajaan kolonial [[Belanda]] mulai melakukan pasifikasi semua daerah di [[Nusantara]].Hal ini mencapai puncaknya pada tahun [[1942]], dan khususnya di [[pulau]] [[Timor]] terdapat empat [[Monarki|raja]] dan lima kaisar.Adapun empat [[Monarki|raja]] dan lima kaiser itu adalah:
Empat [[Monarki|raja]] di [[Timor]] ini adalah [[Monarki|raja]] [[Nahak T Seran]] di [[Malaka]] Wehali,[[Monarki|raja]] [[Josef Carmento Taolin]] di [[Insana]], [[Monarki|raja]] [[Noni Nope]] di [[Amanuban]], [[Monarki|raja]] [[Nisnoni]] di [[Kupang]], sedangka lima orang kaisaer di [[Timor]] yakni [[kaiser]] [[Wehali]] [[Nai Bria Nahak]] sonaf [[Liurai]], wafat [[1924]] dan dimakamkan baru pada [[tahun]] [[1933]], [[Kaiser]] [[Amanatun Banunaek]] di [[Nunkolo]], Kaiser [[Tamkese|Tamkesi]]-[[Biboki]], Kaiser Hanmeni Bai Lake, kaiser [[Oematan]] di [[Kapan]].
==== Korte Veklaring ====
Ada beberapa kontrak politik / [[korte veklaring]] yang pernah ditandatangani oleh [[Raja-raja]] - Kaiser Amanatun dengan pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]] seperti:
* 1. Tanggal [[27 Juli 1908]] Korte veklaring I diteken oleh [[Monarki|Raja]] Muti Banunaek tanggal [[14 April 1909]].
* 2. Tanggal [[22 Agustus 1910]] Korte veklaring diteken oleh [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] tanggal [[14 Juni 1913]].
* 3. Tanggal [[30 september 1916]] Korte veklareng di teken [[Monarki|Raja]] [[Kusa Banunaek]] pada [[23 Oktober 1917]],
* 4. Tanggal [[27 april 1921]] Korte veklareng I di teken [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pada [[21 Februari 1923]].
Kontrak-kontrak [[politik]] ini selalu dibuat oleh [[raja-raja]] beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kolonial [[Belanda]], hal mana posisi [[raja-raja]] selalu dipihak yang lemah.
=== Zaman Jepang ===
Tanggal [[8 Maret]] [[1942]] [[Belanda]] menyerah kalah kepada [[Jepang]] dan [[pemerintah]] [[Nipoon]] mulai berkuasa. [[Kekuasaan]] [[Jepang]] di wilayah [[Indonesia]] [[Timur]] dibawa kekuasaan [[Kaigun]] dan berpusat di [[Makasar]]. khususnya di wilayah [[Indonesia]] [[Timur]] - [[Sunda Kecil]] - [[Nusa Tenggara]] dipimpin oleh [[Minseifu]] [[Cocan]] di [[Singaraja]]. Di dalam [[Mainsebu Cokan]] terdapat [[dewan]] [[perwakilan]] yang mewakili [[raja-raja]].
Pada [[27 Agustus]] [[1943]] dicatat oleh [[dr Piter Middelkoop]] bahwa pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] sedang memerintah kerajaan Amanatun terjadi [[gerakan]] [[Roh Kudus]] pertama di [[Nunkolo]], peristiwa ini kemudian terjadi lagi pada tanggal 17,19, 21-23, Oktober [[1943]]. Dalam catatannya ini di sebutkan bahwa ada [[manifestasi]] [[Roh Kudus]] yang telah terjadi terhadap orang-orang [[Kristen]] yang berada di [[Nunkolo]] pusat kerajaan Amanatun ini. Peristiwa serupa ini kemudian berulang lagi kedua kalinya pada September [[1965]] di [[Kota SoE]].
== Masa Kemerdekaan ==
Atas kehendak dari [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Laka Banunaek]]) yang mana [[Monarki|raja]] ini adalah [[Monarki|raja]] terakhir kerajaan Amanatun maka [[Oinlasi]] kemudian pada tahun [[1951]] dipilih dan ditetapkan menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun dengan pertimbangan aksesibilitas dengan [[kota]] [[SoE]]. Kota [[Oinlasi]] 46 km letaknya dari [[Kota]] [[SoE]] dan hingga kini menjadi ibu [[kota]] kecamatan [[Amanatun Selatan]].
Memasuki masa [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] maka [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] Banunaek kemudian menjadi [[Kepala]] [[Daerah]] Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala [[Daerah]] Swapraja adalah [[Monarki|Raja]], sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan tetapi dia bukan seorang [[Monarki|Raja]]. [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk.Lourens]].[[Don]].[[Louis]].[[Banunaek]] bersama dengan [[Raja-Raja]] di [[Nusa Tenggara Timur]] lainya tergabung di dalam [[Dewan]] [[Raja-Raja]] ikut berperan penting dalam pembentukan [[Provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]] [[dimana]] sebelumnya wilayah ini termasuk [[Provinsi]] [[Sunda Kecil]].hal ini terlihat dengan dikeluarkannya keputusan [[Presiden]] No 202/[[1956]] bahwa [[Nusa Tenggara]] dalam [[PP]] [[RIS]] No 21/[[1950]] [[Lembaran Negara]] RIS tahun 1950 No.59 menjadi tiga daerah tingkat satu dimaksud oleh [[Undang-Undang (Indonesia)|Undang-Undang]] No 1 tahun [[1957]] - UU No 64/1958 [[Nusa Tenggara]] menjadi tiga daerah [[Swatantra]] tingkat I. Kemudian UU no 69 tahun [[1958]] maka terbentuklah daerah Swatantra [[tingkat II]] di [[Nusa Tenggara Timur]] dengan 12 [[Kabupaten]] .
=== Penghapusan Swapraja ===
Adapun istilah penggunaan kata swapraja mulai dikenal sejak mulai berlakunya [[Konstitusi]] [[Republik]] [[Indonesia]] [[Serikat]] [[1949]], sedangkan dalam pasal 18 [[UUD 1945]] [[kerajaan-kerajaan]] ini ditulis dengan ''[[Zelfbestuur Landschappen]]''.Kutipan penjelasan pasal 18 [[UUD 1945]] sebelum perubahan.Bab 18 ayat 2 Dalam teritori [[negara]] [[Indonesia]] terdapat 250 zelfbesturende landschapen dan [[Volks geemschappen]] ( [[masyarakat]] [[desa]] [[adat]]). Daerah-daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh karenannya dianggap mempunyai susunan asli dan oleh karenanya diaanggap sebagai daerah yang bersifat [[istimewa]]. Swapraja adalah daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan atas [[hukum]] asli.
Oleh karena itu kedudukan swapraja dalam pemerintahan [[Hindia]] [[Belanda]] tidak sama dengan daerah [[jajahan]] atau daerah [[otonom]]. Swapraja memiliki perjanjian jelas dengan [[pemerintahan pusat]] ( pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]]) berkaitan dengan batas-batas kewenangan dan kewajiban dan karena itu swapraja diberi status [[Zelfbestuurende Landscapen]] dalam tata negara pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]].
Kekuasaan [[Raja - raja]] di seluruh [[wilayah]] [[Indonesia]] DIHAPUS berdasarkan keluarnya [[Undang Undang]] Nomer 18 [[Tahun]] [[1965]] tentang penghapusan swapraja di seluruh wilayah [[Indonesia]]. Namun, hal itu tidak membuat semangat [[kerajaan-kerajaan]] yang ada di [[Nusantara]] melemah, bahkan mereka tetap menjadi [[Monarki|raja]] di kalangan rakyatnya.
== Keluarga ==
Adapun [[Monarki|Raja]] Amanatun [[Loit Banunaek]] kemudian digantikan oleh Putranya sendiri yang bernama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] yang kemudian dikenal dengan nama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek ke II]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] adalah putra pertama dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]]. Ibunda dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] berasal dari [[suku]] [[Missa]] yang adalah permaisuri dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]].[[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]] juga mempunyai banyak kato (Isteri, dan tercatat bahwa ada dua orang kato / isteri dari berasal dari suku Missa.
Permaisuri (kato) dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaaek II]] bernama Kato bi Sopo Lassa, sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Abraham]] [[Zacharias]] [[Banunaek]]) mempunyai permaisuri (Kato Naek) bernama bi [[Teni Tobe Misa]] dan mempunyai seorang putri tunggal bernama Fetnai Naek [[bi Loit Banunaek]]. Kato bi [[Teni Tobe Misa]] wafat di [[Oinlasi]] tahun [[1955]]. Makam ( Son Nate) dari permaisuri kato [[bi Teni Tobe Missa]] di [[Oinlasi]] ibu kota [[kecamatan]] [[Amanatun Selatan]].
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] atau [[Monarki|Raja]] [[Abraham Zacharias Banunaek]] mempunyai banyak selir dan gundik-gundik dan mereka selalu berada di dalam [[istana]] [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] untuk melayani hingga sekarang di [[Nunkolo]], ( ''Sonaf Pub Kollo Hae Malunat'').Selain dari gundik-gundik dan selir-selir dari [[Monarki|raja]] [[Kolo Banunaek]] yang berada di dalam sonaf [[Nunkolo]] ( [[Istana Raja]] ) juga terdapat banyak pelayan dan hamba-hamba ( ate-ate) yang selalu berada dan melayani di dalam istana dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] di [[Nunkolo]], dan hingga kini keturunan dari hamba ( ate-ate) ini masih tetap berada di sekitar lingkungan sonaf [[Nunkolo]] hingga saat ini.
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pernah berpindah agama dari [[Kristen]] [[Katolik]] menjadi [[Protestan]] dan hingga wafatnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] tetap memeluk [[agama]] [[Kristen]] [[Protestan]].Selanjutnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga pernah di [[SoE]] kampung Amanatun dan membuat Sonaf / Istana di sini. [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga sering disebut dengan sebutan Usi Pina Nunkolo. Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] wafat maka jenasah dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] diasapi dengan [[cendana]] lebih dari tujuh bulan di dalam lopo / Bnao Nunkolo dan kemudian barulah dimakamkan.
[[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] mempunyai seorang permaisuri / Kato yang bernama Kato [[Fransina]] [[Afliana]] [[Banunaek]]-[[Nope]] (Funan Nope). Kato ini adalah anak pertama dari [[Monarki|Raja]] Amanuban [[Monarki|Raja]] [[Johan Paulus Nope]]. [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]] menikah secara [[kristen]] dengan permaisurinya di [[Niki-niki]] pada tahun [[1964]].Kemudian [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ( [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]]) ini mempunyai seorang putra tunggal bernama [[Monarki|Raja]] [[Muda]] [[Don]] [[Yesriel]] [[Yohan]] [[Kusa]] [[Banunaek]] (Usif Kusa Banunaek), "Dalam [[tradisi]] [[budaya]] kerajaan / tradisi usif-usif di [[Timor]] secara umum biasa dikatakan dalam tuturan [[adat]] bahwa besi tapan mau man mof nain mas nesan nabalah". . Makam (son nain) dari [[Monarki|Raja]] Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek dan permaisurinya di [[Oinlasi]], [[Kabupaten]] [[Timor Tengah Selatan]], [[Provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] berkuasa di kerajaan Amanatun maka tercatat dalam sejarah di [[arsip]] [[negara]] bahwa yang menjadi countorleur di [[Zuid Midden Timor]] / [[Timor Tengah Selatan]] adalah Tuan [[Frans Van Donggen]].
== Raja-raja Amanatun ==
Nama [[raja-raja]] yang pernah memerintah di kerajaan Amanatun/Onam adalah sebagai berikut:
* 1. [[Monarki|Raja]] [[Tnai Pah Banunaek]]
* 2. [[Monarki|Raja]] [[Tsu Pah Banunaek]]
* 3. [[Monarki|Raja]] [[Nopu Banunaek]]
* 4. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek I]]
* 5. [[Monarki|Raja]] [[Nifu Banunaek]]
* 6. [[Monarki|Raja]] [[Kili Banunaek]]
* 7. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek II]]
* 8. [[Monarki|Raja]] [[Nono Luan Banunaek]]
* 9. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek III]]
* 10. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek IV]]
* 11. [[Monarki|Raja]] [[Bab'i Banunaek]]
* 12. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek V]] ([[Monarki|Raja]] [[Bnao Nunkolo]]) ± [[1766]]
* 13. [[Monarki|Raja]] [[Kusat Muti]] [[Muti Banunaek I]]) ± [[1832]]
* 14. [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]] ± [[1899]]
* 15. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] II [[1900]] - [[1915]]. wafat.[[Ende]]-[[Flores]]
[[September/Oktober]] [[1918]].Makam tidak diketahui.
* 16. [[Monarki|Raja]] [[Kusa Banunaek]] ( [[1916-1919]]) mangkat [[16 Juli]] [[1919]].
* 17. [[Monarki|Raja]] [[Abraham Zacharias Banunaek]] / [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] ([[1920]]-[[1946]]), mangkat [[1969]]. Makam atau son nain di [[Nunkolo]].
* 18. [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] /[[Monarki|Raja]] [[Laka Banunaek]] ([[1946]]-[[1965]]), lahir: [[Nunkolo]], tanggal [[18 Agustus]] [[1925]].Mangkat [[26 April]] [[1990]] di [[Sonaf Amanuban]] di [[Niki-niki]]. Makam atau son nain di [[Oinlasi]].dimakamkan tanggal [[2 Mei]] [[1990]].
==
* Benufinit,T.R.(2007). ''[[Sejarah]] [[Raja-raja]] dan [[Pulaunya]]'', UPTD [[Pendidikan]] dan [[Kebudayaan]], [[Kupang]],
* Banunaek,D.Y.Y.K (2007).''[[Raja-raja]] Amanatun yang [[Berkuasa]]'', Pustaka [[Pelajar]]-[[Yogyakarta]]
* Bosch.J (1938). Memorie van overgave de Resident [[Timor]] en Onderhorigheden.[[Kupang]]
* Dungen Gronovius.J.D van Den (1849) Het Amanatoeng Rijk op [[Timor]],
* Fransen Herderschee,B.H.(1909) Nota van toelichting bettrefende de Zelfbesturende [[landschappen]] en rijken van Midden [[Timor]].[[Kapan]]
* Goeneveldt,W.P.(2009) ''[[Nusantara]] dalam Catatan [[Tionghoa]]'', [[komunitas]] [[Bambu]], [[Jakarta]]
* Huitema (1950) Korte Beschowing Over het Landschap Amanatun.[[Kupang]]
* Kumpun.C van 1917 Nota Over [[Timor]] Eilanden
* Ligtvoet.A, ([[1872]]) Affdeling [[Tallo]].
* Middelkoop,P. (1982)''Atoni Pah Meto'', [[BPK]] [[Gunung Mulia]].
* ------------ (1925) Reisdoor Amanatoen.
* ------------ (1951) De Geestesbeveging in [[Nunkolo]].
* Ormeling,F.J ''The [[Timor]] [[Problem]]'', J.B.Wolters: [[Groningen]]-Jakarta
* Parera,A.D.M. 1994( penyunting Drs Gregor Neonbasu, [[SVD]]), ''[[Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor]]'', Pustaka [[Sinar]] [[Harapan]]: [[Jakarta]].
* Ranawidjaja,U (1955).''Swapraja'', Djambatan,
* Reinjntjes,W.H.G (1948) Memorie Overgave Van de Onderafdeeling Zuid Midden [[Timor]],[[SoE]]
* Riedel.J.G ([[1885]]) [[Timor]] On Onderhoorigheden in 1878 en later.[[Amsterdam]].
* Roo Van Alderweler (1909) Aanteekeningen Over [[Timor]] [[1660]].
* Schulte Nordholt,H.G (1971) ''The [[Political System]] of Atoni of [[Timor]]'', The Hague: Martinus Nijhoff.
* Schullts,C (1927)Memorie Resident Van [[Timor]] en Onderhoorigheden.[[Kupang]]
* Swieten,TH. van (S) (1898) Huiselijk Leven der [[Timorese Christenen]].B.S.CB.Nijmegen.
* Venema (1916) Note Over Zuid Midden [[Timor]] Einlanden
* Wadu,J,dkk,(2003) ''[[Sejarah]] [[Pemerintahan]] [[Kabupaten]] [[Timor Tengah Selatan]]'',[[Lembaga]] [[Peneliti]] [[Universitas]] [[Nusa]] Cendana (UNDANA) dengan [[Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan]], Penfui-[[Kupang]].
* Weidner.Ch.(1929) Nota Van Toelchting bettrefende de Zelfbesturende Landshappen Amanatoeng in de Onderafdelling Zuid Midden [[Timor]].[[SoE]].
{{Kerajaan di Sunda Kecil}}
[[Kategori:
[[Kategori:Kerajaan di Nusa Tenggara Timur|Amanatun]]
[[Kategori:Bekas negara di Asia Tenggara]]
|