Kerajaan Amanatun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(265 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country||||
'''Kerajaan Amanatun''' (Onam) terletak di pulau [[Timor Barat|Timor]] bagian barat, wilayah Indonesia dan merupakan kerajaan tua. Di era kemerdekaan kerajaan Amanatun bersama kerajaan Molo (Oenam) dan kerajaan Amanuban (Banam) membentuk kabupaten [[Timor Tengah Selatan]] (dalam [[bahasa Belanda]] disebut ''Zuid Midden Timor'') dengan ibu kota [[SoE]] - provinsi [[Nusa Tenggara Timur]].
| native_name =
| conventional_long_name = Kerajaan Amanatun
| common_name = Kerajaan Amanatun
| continent = Asia
| region = Asia Tenggara
| status =
| government_type = Kerajaan
| image_flag =
| image_coat =
| year_start = ???
| event1 =
| year_event1 =
| event_end =
| year_end = 1962
| p1 = Kemaharajaan Majapahit
| flag_p1 = Majapahit fictitious flag.svg
| p2 = Kesultanan Gowa
| flag_p2 = Flag of the Sultanate of Gowa.svg
| s1 = Timor Portugis
| flag_s1 = Flag of Portugal.svg
| flag_s2 = Flag of Netherlands.svg
| image_map =
| image_map_caption =
| capital = [[Nunkolo, Nunkolo, Timor Tengah Selatan|Nunkolo]]
| common_languages = [[bahasa Uab Meto|Uab Meto]]
| religion = [[Kepercayaan asli]], [[Gereja Katolik Roma]], [[Protestanisme]], [[Islam]]
| currency =
| title_leader = Raja
| leader1 = Tnai Pah Banunaek
| year_leader1 = ???
| leader2 = Tsu Pah Banunaek
| year_leader2 = ???
| leader3 = Nopu Banunaek
| year_leader3 = ???
| leader4 = Bnao Banunaek I
| year_leader4 = ???
| leader5 = Nifu Banunaek
| year_leader5 = ???
| leader6 = Kianunaekli B
| year_leader6 = ???
| leader7 = Bnao Banunaek II
| year_leader7 = ???
| leader8 = Luan Banunaek
| year_leader8 = ???
| leader9 = Bnao Banunaek III
| year_leader9 = ???
| leader10 = Bnao Banunaek IV
| year_leader10 = ???
| leader11 = Bab'i Banunaek
| year_leader11 = ???
| leader12 = Bnao Banunaek V
| year_leader12 = 1766
| stat_year1 =
| stat_area1 =
| stat_pop1 =
| today = {{flag|Indonesia}}<br>{{flag|Timor-Leste}}
| s2 = Hindia Belanda
| s3 = Indonesia
| flag_s3 = Flag_of_Indonesia.svg
}}
 
'''Kerajaan Amanatun''' (Onam) terletak di pulau [[Timor Barat|Timor]] bagian barat, wilayah Indonesia dan merupakan kerajaan tua. Di era kemerdekaan kerajaan Amanatun bersama kerajaan Molo (Oenam) dan kerajaan Amanuban (Banam) membentuk kabupaten [[Timor Tengah Selatan]] (dalam [[bahasa Belanda]] disebut ''Zuid Midden Timor'') dengan ibu kota [[SoE]] - [[provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
Pada tahun [[1920]] kota SoE ditetapkan menjadi ibukota ''Zuid Midden Timor'' (Timor Tengah Selatan) atas kesepakatan bersama dari ketiga Raja yakni Raja [[Lay Akun Oematan]] sebagai Raja [[Kerajaan Molo|Molo]], Raja [[Pae Nope]] sebagai Raja [[Kerajaan Amanuban|Amanuban]] dan Raja [[Kolo Banunaek]] sebagai Raja [[Kerajaan Amanatun|Amanatun]].
 
Pada tahun [[1920]] kota SoE ditetapkan menjadi ibu kota ''Zuid Midden Timor'' (Timor Tengah Selatan) atas kesepakatan bersama dari ketiga Raja yakni Raja [[Lay Akun Oematan]] sebagai Raja [[Kerajaan Molo|Molo]], Raja [[Pae Nope]] sebagai Raja [[Kerajaan Amanuban|Amanuban]] dan Raja [[Kolo Banunaek]] sebagai Raja Amanatun.
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Pada masa pemerintahan Belanda Kerajaan Amanuban dan Kerajaan Amanatun pernah berkantor bersama di [[Niki-niki]]. Hal ini disebabkan karena belum adanya jalan ke wilayah Amanatun dan Belanda takut ke sana.
 
Nama kota SoE sendiri sudah mulai dikenal pada tahun ±1905/1906 oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Pada masa pemerintahan Belanda Kerajaan Amanuban dan Kerajaan Amanatun pernah berkantor bersama di [[Niki-niki]]. Hal ini disebabkan karena belum adanya jalan ke wilayah Amanatun dan [[Belanda]] takut ke sana.
Jauh sebelum datangnya bangsa Portugis dan Belanda di Indonesia maka kerajaan Amanatun sudah ada dan mempunyai pemerintahan sendiri yang asli.
 
Jauh sebelum datangnya [[bangsa]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] di [[Indonesia]] maka kerajaan Amanatun sudah ada dan mempunyai pemerintahan sendiri yang asli.
 
== Arsip sejarah ==
Dalam tex [[Dao Zhi]] dari tahun [[1350]] sejak [[Dinasti Song]] sudah mengenal [[Timor]] dan ada beberapa [[pintu gerbang]] [[pelabuhan]] [[laut]] yang ramai yang dikunjungi di [[Timor]] dan salah satunya yang penting adalah di [[Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am (Tun Am)]] yang sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang [[Makasar]], [[Malaka]], [[Jawa]], [[India]], [[Cina]] dan kemudian [[Eropa]] seperti [[Spanyol]], [[Inggris]], [[Portugis]], [[Belanda]].
Tercatat dalam arsip kuno Portugis ''Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores'' bahwa pada tahun [[1641]] ketika bangsa Portugis dan bala tentaranya dari [[Larantuka]], [[Flores]] tiba di kerajaan Amanatun/Tun Am maka seorang paderi bernama Frey Lucas da Cruz berhasil membaptiskan (mengkristenkan) seorang raja Amanatun/Usif dengan ibunya di Amanatun. Pada waktu itu bala tentara Portugal dipimpin oleh Capitao mor Francisco Fernandes.
 
[[Timor]] (Xingcha Shenglan [[1436]]) menulis bahwa [[Timor]] ( Kih-ri Ti-mun) terletak di [[Timur]] [[Tiongkalo]] [[(Madura)]] yang mana pegunungannya ditumbuhi oleh pohon [[cendana]]. [[Pohon]] [[cendana]] ini mereka tebang dan dijadikan kayu bakar. Negara ini tidak memiliki produk lain selain [[cendana]]. Terdapat dua belas [[pelabuhan]] atau pemukiman [[pedagang]] yang masing-masing berada di bawah seorang ketua / pemimpin. Tanah pertaniannya subur dan makmur serta cuacanya hangat di siang hari dan dingin pada [[malam]] hari. Ketika kapal dagang tiba dan bersandar kaum wanita naik kekapal untuk berdagang. Barang yang diimpor adalah [[emas]], [[perak]] dan peralatan besi serta [[tembikar]]. Penduduk pribumi selalu membawa [[kayu cendana]] untuk [[barter|dibarterkan]] dengan pedagang. Mereka tidak akan melakukan barternisasi kalau [[Monarki|raja]] nya tidak hadir. Karenanya [[Monarki|raja]] selalu diminta untuk datang terlebih dahulu, ketika sebuah [[kapal]] [[dagang]] berlabuh maka [[Monarki|Raja]] akan datang ditemani oleh [[permaisuri]] dan anak-anaknya, para selir dan para pembantunya. Anggota rombongan [[Monarki|raja]] begitu banyak.
Data tentang pemimpin orang Portugis Hitam (Topass) dari keluarga Hornay dan da Costa diceritakan pernah mempunyai hubungan dengan Amanatun hingga tahun 1749.
Ketika Malaka jatuh ketangan Portugis pada tahun 1511, kemudian baru pada tahun 1920 bangsa Portugis tiba di Pulau Timor namun mereka tidak tidak menetap tetapi hanya menyinggahi saja.
Di tahun 1669 Raja Amanatun berhubungan dengan fettor Sonbai Kecil, Ama Tomnanu yang merupakan sekutu VOC/Belanda dan dijelaskan bahwa Raja Amanatun ingin bertemu dan berbicara langsung dengan VOC/Belanda, karena Raja Amanatun telah menerima bendera VOC/Belanda yang dibawa oleh Verheyden kira-kira tahun 1655. Raja Amanatun menginginkan supaya pertemuan itu dilangsungkan di pantai Selatan Fatu Mean / Amanatun, tetapi pihak VOC menolak dan tidak menyetujui permintaan ini dengan alasan keamanan.
 
Mengenai perdagangan [[cendana]] zaman dahulu [[Oemerling]] dalam bukunya ''The [[Timor]] [[Problem]]'' menuliskan bahwa penyelidikan sumber-sumber [[Cina]] yang kuat menyatakan bahwa [[Timor]] sudah menghasilkan kayu [[cendana]] untuk pasaran [[Asia]] ratusan tahun sebelum [[Vasco da Gama]] berlayar mengelilingi [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Baik]]. Inspektur [[Cina]] [[Chau Yu Kua]] pada tahun [[1225]] telah menulis bahwa [[Timor]] kaya dengan kayu [[cendana]] dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan [[Jawa]].
Pada waktu terjadi perang Penfui pada tanggal 11 Nopember maka kerajaan Amantun menjadi sekutu Portugis. Salah satu alasan terjadi perang Penfui karena para Raja yang pro kepada Portugis tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di Timor khususnya wilayah Timor Barat antara Belanda dengan Portugis, karena akan berakibat kepada semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh ke Gereja Noemuti kalau raja-raja ini ingin untuk beribadah ( kalau ingin membawa hulu hasil ke gereja Katolik).
 
[[Schrieke]] ([[1925]]) menegaskan bahwa paling lambat tahun [[1400]], atau mungkin sudah sejak sebelumnya, [[Timor]] telah dikunjungi oleh para pedagang dari [[pelabuhan-pelabuhan]] [[Jawa]] secara teratur. Para pedagang [[Islam]] dari [[India]] sejak tahun [[1400]] telah berdiam di kota pelabuhan [[jawa]] bagian [[Timur]] sehingga mereka juga telah mengadakan kontak perdagangan [[cendana]] dengan [[Timor]]. Minyak [[cendana]] sudah termasyur di [[Asia Timur]] sejak dahulu kala karena kasiatnya.
Disebut kerajaan Amanatun kerena Rajanya yakni Banunaek yang bernama lengkap Raja [[Tnai Pah Banunaek]]) badannya emas dan semua peralatannya juga terbuat dari emas. Amanatun terdiri dari dua suku kata yaitu Ama dan Mnatu. "Ama" berarti "Bapak" dan "Mnatu" berarti "emas". Jadi Amanatun berarti ''Bapak Emas''.
 
[[Greshoof]] ([[1894]]-[[1909]]) menuliskan bahwa para tabib [[Bangsa Arab|Arab]] sudah mengenal minyak cendana sejak tahun [[1000 Masehi]]. Cendana dikenal sebagai barang mewah di [[Eropa]] khususnya perusaha farmasinya. [[India]] sejak perang dunia pertama memasarkan minyak [[cendana]] ke [[Eropa]] dan lebih mengambil keuntungan besar dari [[Timor]] karena [[Timor]] saja yang menghasilkan kayu [[cendana]] - ([[Risseuw]] [[1950]]). Selain pelabuhan [[Fatumean]] / [[Batumean]] ([[Tun]] [[Am]] - Amanatun), juga ada pelabuhan dagang yang ramai dikunjungi seperti [[Kamanasa]], [[Mena]], [[Sorbian]], [[Samoro]], [[Ade]] ([[Timor]], [[Ende]] et [[Solor]] par Godinho en [[1611]])
Adapun tuturan adat mengenainya adalah '''Lai Mea Lai Moe Neki Neo Fanu Tun Am Onam Liurai - Sonbai - Banunaek - Uis Neno'''.
 
=== Penyerangan Makasar ===
Ibu kota kerajaan Amantun di [[Nunkolo]]. Nunkolo menjadi ibukota kerajaan Amanatun ketika Raja Tsu Pah Banunaek menjadi Raja Amanatun.
Tercatat dalam arsip kuno [[Portugis]] ''Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores'' bahwa pada tahun [[1641]] ketika bangsa [[Portugis]] dan bala tentaranya dari [[Larantuka]], [[Flores]] tiba di kerajaan Amanatun/[[Tun]] [[Am]]- [[Fatumean]] ([[Bitimiao]]) maka seorang [[paderi]] bernama [[Frey Lucas da Cruz]] berhasil [[membaptiskan]] (mengkristenkan) seorang [[Monarki|raja]] [[Amanatun/Usif]] dengan ibunya di Amanatun. Pada waktu itu bala tentara [[Portugal]] dipimpin oleh [[Capitao]] [[mor Francisco Fernandes]]. Amanatun (Tun AM-Fatumean) pada tahun [[1641]] dengan istana [[kerajaaan]] terletak di [[Gunung]] [[Sunu]] ( ''Sonaf Plikuna - Sonaf Ni Fanu'') mendapat serangan dasyat luar biasa dari armada tentara laskar [[Islam]] [[Makasar]] dibawa pimpinan [[Monarki|raja]] [[Tallo]](''[[King]] of [[Tallo]]'') dari kerajaan [[Gowa]]-[[Tallo]] [[dimana]] pada masa itu juga [[Monarki|raja]] [[wehale]] telah memeluk [[Islam]]. Selain melakukan penyerangan ke Amanatun / Fatumean Tun Am (''Batumiao'') juga armada [[tentara]] [[Islam]] [[Makasar]] juga melakukan penyerangan ke [[Larantuka]]-[[Flores]]. Penyerangan [[laskar]] [[Islam]] [[Makasar]] ke [[Amanatun - Tun Am Fatumean]] itu diundang dan diarahkan oleh keluarga [[Tnesnai]] juga dibantu oleh orang [[Portugis]] [[Hitam]] - [[Topas]] - Kaesmetan namun penyerangan tersebut berhasil di pukul mundur oleh [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] di [[Sunu]] hingga [[Behanek]] perbatasan Amanatun dengan [[Belu]]. Adapun [[kerajaan]] kembar / '''Zusterstate''' [[Gowa]] - [[Tallo]] ( Rua Karaeng Na Se ' re Ata ) mencapai zaman kejayaannya serbagai kerajaan [[maritim]] pada akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17 dengan peran besar seorang [[Mangkubumi]] yang bernama [[Karaeng]] [[Patingaloang]]. Salah satu ikrar [[Monarki|Raja]] [[Batumean]] _ [[Tu]] [[Am]] - Amanatun pada tahun [[1642]] yang disaksikan oleh [[misionaris]] terkenal saat itu dari [[Gowa]] yang bernama [[padre]] [[Antonio de S Jacinto]] termasuk juga [[Frei]] [[Pedro]] [[de Sao Joao]].
 
=== Era Portugis - Belanda ===
Pada 27 agustus 1943 dicatat oleh dr P Middelkoop bahwa Pada waktu Raja Kolo Banunaek sedang memerintah kerajaan Amanatun terjadi gerakan Roh Kudus pertama di Nunkolo, peristiwa ini kemudian terjadi lagi pada tanggal 17,19, 21-23, Oktober 1943. Dalam catatannya ini di sebutkan bahwa ada manifestasi Roh Kudus yang telah terjadi terhadap orang-orang kristen yang berada di Nunkolo pusat kerajaan Amanatun ini. Peristiwa serupa ini kemudian berulang lagi kedua kalinya pada september 1965 di Kota SoE.
Data tentang pemimpin orang [[Portugis]] [[Hitam]] [[(Topass)]] dari keluarga [[Hornay]] dan [[Da Costa]] diceritakan pernah mempunyai hubungan dengan Amanatun hingga tahun [[1749]]. [[Pater]] Antonio de Madre de Deus menulis sebuah laporan resmi tertanggal [[26]] [[April]] [[1695]] mengenai [[kekuasaan]] dan kerakusan dari [[Antonio]] [[d'Ornay]] yang menjadi penguasa saat itu [[dimana]] terjadi pengumpulan dan penjualan secara besar-besaran yang tidak terkontrol kayu [[cendana]] ke [[Batavia]] [[dimana]] pusat [[Portugis]] di [[Macao]] mengalami kerugian besar. Hingga tahun [[1620]] harga [[cendana]] 6000m -7000 pikul seharga 60000 [[Gulden]]. sedangkan harga [[lilin]] lebih mahal lagi.
 
Salah satu peran penting yang dibuat oleh [[Antonio d'Ornay]] adalah dia berhasil menahan kompeni [[Belanda]] untuk tidak boleh terus masuk ke pedalaman [[Timor]] sehingga berakibat misi [[Belanda]] dengan [[Protesta]] cuma ada di [[Kupang]] saja. [[Kupang]] pada saat itu bukan tempat penting dan di biarkan saja untuk dikuasai oleh [[VoC]] [[Belanda]], Batas daerah kekuasaan [[Belanda]] di [[Timor]] hingga tahun [[1661]] hanya di kota [[Kupang]] saja.[[Agama]] [[Protestan]] hanya berada di kota [[Kupang]] dan sekitarnya tidak termasuk [[Amarasi]] dan [[Amabi]], sejak kedatangan [[Belanda]] tahun [[1613]]. Mulai adanya Volksplantinng di pesisir - pesisir [[utara]] sejak awal abad ke 18 oleh [[residen]] [[Hazart]],maka agama [[Protestan]] hadir di [[Kupang]], namun [[agama]] [[Protestan]] baru memasuki pedalaman [[pulau Timor]] sejak awal [[abad]] ke 20.
 
Ketika [[Malaka]] jatuh ketangan [[Portugis]] pada tahun [[1511]], kemudian baru pada tahun [[1522]] bangsa [[Portugis]] tiba di [[Pulau]] [[Timor]] namun mereka tidak menetap tetapi hanya menyinggahi saja. Tercatat dalam arsip lama bahwa pada [[22]] [[januari]] [[1522]] penjelajah [[Fernando de Magelhaens|Magelhaens]] dan [[Pigafetta]] tiba dan berlabu di [[Pantai]] [[Selatan]] [[pulau]] [[Timor]] dan mengunjungi Kaiser [[Fatumean ( TUN - Amanatun)]] dan juga [[Kaiser Kamanasa]] [[(Belu)]] setelah melalui perjalanan panjang dari [[Tanjung]] [[Pengharapan]] [[Afrika]] [[Selatan]] ( Cap de Bonne Esperance)kemudian melanjutkan pelayaran [[expedisi]] ke [[Pilipina]] melewati pantai [[utara]] [[Timor]]. (Le premier voyage monde [[Magellan]] et [[Pigaffeta]] ([[1519]])
 
Pada tahun [[1669]] [[Monarki|Raja]] Amanatun berhubungan dengan fettor [[Sonbai Kecil]], [[Ama Tomnanu]] yang merupakan sekutu [[VOC-Belanda]] dan dijelaskan bahwa [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] ingin bertemu dan berbicara langsung dengan [[VOC]]/[[Belanda]], karena [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] telah menerima bendera [[VOC]]/[[Belanda]] yang dibawa oleh [[Verheyden]] kira-kira tahun [[1655]]. [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] menginginkan supaya pertemuan itu dilangsungkan di [[pantai]] [[selatan]] [[Fatu Mean / Amanatun]], tetapi pihak [[VOC]] menolak dan tidak menyetujui permintaan ini dengan alasan keamanan.
 
=== Gereja Katolik ===
Pada waktu terjadi [[perang]] [[Penfui]] pada tanggal [[11 November]] [[1749]] maka kerajaan Amanatun menjadi [[sekutu]] [[Portugis]]. Salah satu alasan terjadi [[perang]] [[Penfui]] karena para [[Monarki|Raja]] yang pro kepada [[Portugis]] tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di [[Timor]] khususnya wilayah [[Timor]] [[Barat]] antara [[Belanda]] dengan [[Portugis]], karena akan berakibat kepada semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh ke [[Gereja]] [[Noemuti]] kalau [[raja-raja]] ini ingin untuk beribadah ( kalau ingin membawa hulu hasil ke [[Gereja]] [[Katolik]] [[Noimuti]]).
 
Pembagian [[pulau Timor]] tahun [[1859]] [[Noimuti]] seakan merupakan suatu wilayah dunia [[Portugis]] di tengah-tengah wilayah [[Belanda]]. [[Gereja]] [[Noimuti]] yang sejak ratusan tahun dijadikan tempat sakral-pemali dan keramat. [[Raja-raja]] [[Timor]] [[Katolik]] yang merawat [[Gereja]] [[Noimuti]] ini, [[Uskono]] mengirim dua suku [[Tnane - Metkono]], [[Oematan]] mengirim suku [[Bani-Aot]] dan [[Arin-Kosat]], dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] mengirimkan [[Sasi-Panmissa]]. Setiap tahun pada perayaan pesta paska maka [[raja-raja]] tersebut selalu mengirimkan [[LILIN]] untuk [[gereja]] [[Noimuti]]. Di [[Noimuti]] terdapat pula empat ''tobe'' untuk bunga panen atau ''maus sufa''.
 
Tahun [[1701]] [[Padre]] [[M de Santo Antonio]] sebagai [[misionaris]] di [[Timor]] dan menjadi [[Uskup]] [[Malaka]] yang kemudian menetap di [[Timor]] hingga tahun [[1722]]. Setelah itu barulah [[Pater]] [[Gerado de San Jose]] menjadi [[misionaris]] di [[Timor]] hingga tahun [[1782]].Dikenal dalam sumber-sumber kuno menyebutkan bahwa pada tahun [[1711]] pemimimpin [[Toppas]] [[Dominggus]] [[da Costa]] bersama [[Dom Francisco de Taenube]] telah terjadi pertengkaran dengan [[Monarki|Raja]] [[Dom Pedro]] atau [[Monarki|Raja]] [[Tomenu]] [[Sonbay]] dari [[Oenam]] berhubungan dengan [[gereja]] [[Abi]] dan [[gereja]] [[Musi]].Sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Sonbai Kecil]] pada waktu itu adalah [[Bawwo Leu]] tahun [[1717]].
 
=== Data VOC Raja-raja Timor (1758) ===
Data [[VOC]] 2933,tahun [[1758]] the [[National]] Archief [[Den Haag]] yang ditulis oleh [[Arnoldus Van Este]] (ayah dari W.A.Van Este) seorang Oppermester di [[Pos]] [[Belanda]] [[Kupang]] yang dilindungi oleh [[Commpany]] selama dua puluh lima tahun mencatat tentang [[Timorese kings]] yakni;
* [[Balthzazar Lote]] of [[Amabi]],
* [[Hermanus Saubaki]] of [[Amfoan-Sorbian|Amfoang-Sorbian]],
* [[Nay Kobe Taynof]] of [[Taebenu]],
* [[Don]] [[Louis]] [[Anthony]] of [[Amanubang|Amanuban]],
* [[Don]] [[Louis]] [[Nay Konnef]] of [[Amanatung|Amanatun]],
* [[Nay Seff]] of [[Waiwiku]] king of [[Dirman]],
* [[Lakar Madjeli]] of [[Sumba]],
* [[Don Bernardo]] of [[Amakono]],
* [[Avonusu]] of [[Amarasi]],
* and the regent of [[Batugede]] was a brother in-low of the king of [[Waihale]].
* The [[Solorese]] regent [[Sengaji]].
 
=== Perdagangan budak ===
Sumber [[VOC]] tahun [[1765]] menjelaskan tentanng ditahannya temukung Nai Nokkas karena Nai Nokkas melindungi [[budak-budak]] belian ( ate sossa) dari [[Kupang]] oleh [[Opperhof Ter Herbruggen]] mengakibatkan [[Monarki|Raja]] [[Bab'i Banu Naek]] dari Amanatun mengirim orang-orangnya sebagai utusannya ke [[Dewan]] [[Belanda]] untuk membebaskan temukung Nai Nokkas karena [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] berkeyakinan bahwa Nai Nokkkas tidak bersalah. [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] harus menebus dan melepaskan kembali temukung [[Nai Nokkas]] dengnan memberi 3,50 pikul lili, 4 orang [[budak]], dan dua puluh ikat [[Tenun|kain]] tenun kapas ke Ter Herbruggen.
 
[[Perdagangan]] [[terbuka]] yang menjual beli '''[[budak]]''' di[[Timor]] sesuai catatan [[Tung Hsi Kau]] tahun [[1618]] sudah mulai dilakukan. Diceritakan bahwa [[Monarki|raja]] di [[Timor]] saat melakukan suatu kunjungan maka di dalam rombongan [[Monarki|raja]] selalu disertakan juga hamba sahayanya ( Ata atau Ate ) selain [[permaisuri raja]], anak-anaknya, dan gundik-gundiknya. [[Pigafetta]] mencatat [[Atapupu]] sebagai [[pasar]] [[hamba]] sahaya. Sedangkan [[Atambua]] katanya berasal dari kata Atan atau Ata ( hamba sahaya) dan Buan ( [[Suanggi]]).
 
[[Zaman]] [[Portugis]] dan [[Belanda]] [[pulau Timor]] cukup dikenal sebagai gudang [[budak-budak]]. Prof P.J.Veth dalam tulisannya '''Het eiland [[Timor]]''' menyatakan bahwa residen Van Este di [[Kupang]] tahun [[1789]] memiliki ribuan [[budak]] - hamba sahaya. Tahun [[1751]] residen Van de Burg melaporkan keadaan [[Perang]] [[Penfui]] tahun [[1749]] dan sebagai lampiran dikirim juga tujuh puluh orang [[budak]] yakni 35 orang [[budak]] dibeli dari orang [[Cina]] The Tinko dan 35 orang lainnya dibeli dari orang [[Cina]] Oeijn Panko dengan harga rata-rata fl.62.
 
Pada masa residen Ter Herbruggen (1761) ada kebiasaan bahwa kalau seorang petugas hendak pergi ke [[Batavia]] untuk sesuatu urusan maka terlebih dahulu ia masuk ke kampung-kampung sekitar [[Kupang]] dengan membawa anjing pemburu untuk memburu dan menangkap [[manusia]]. Orang-orang yang ditangkap itu di bawa ke [[Batavia]] sebagai hadiah bagi atasan dan kenalan serta kerabat, dan yang lain dijual untuk mendapatkan [[uang]].
 
=== Amanuban - Amanatun (1785) ===
Pada tahun [[1785]] [[Opperhoof]] Tuan [[Willem Adrian Van Este]] mengirim surat kepada [[Monarki|Raja]] [[Tubani]] untuk segera mengembalikan tanah yang sudah diduduki di wilayah Amanatun. Data [[VOC]] 3701 hal 500 pada tahun [[1785]] ini menceriterakan bahwa ketika resident ( Opperhoof) [[Timor]] [[W.A.Van Este]] di [[Fort Concordia]] [[Kupang]] menulis bahwa [[Monarki|Raja]] [[Amanuban]] yang anti [[VOC]] yakni [[Monarki|Raja]] [[Tubani]] menyerang kerajaan Amanatun yang ada hubungan dengan [[VOC]] dan ia berhasil menduduki sebagian wilayah Amanatun. Di zaman itu ada dua kekuatan di kerajaan [[Amanuban]].
 
=== Pemerintahan Residen Hazart di Timor ===
Residen [[J A Hazart]] merupakan residen [[Timor]] kelahiran [[Timor]] [[8 Agustus]] [[1773]]. Saat [[resident]] [[Hazart]] menjadi residet di [[Timor]] maka [[Monarki|raja]] [[Amanatun]] pada saat itu adalah [[Monarki|raja]] [[Muti Banunaek I]] (atau biasa disebut [[Monarki|Raja]] [[Kusat Muti]] ). [[Residen Hazart]] memerintah tahun [[1810-1811]], [[dimana]] pada tahun [[1811]] [[Nusantara]] diserahkan ke [[Inggris]] dan baru dikembalikan kepada [[Belanda]] tahun [[1816]] dan kembali [[residen Hazart]] [[berkuasa]] kembali. Banyak hal yang diperbuat [[Hazart]] saat menjadi [[residen]] [[Timor]] seperti:
- Daerah [[pertahanan]] [[VOC]] di [[pantai]] [[utara]] [[Timor]] ( Manulae hingga Pariti ) pada tahun [[1819]] dipenuhi oleh orang-orang [[Rote]] yang didatangkan oleh [[Belanda]] sebagai pagar hidup [[Belanda]] untuk mencegah serangan dari [[raja-raja]] [[Timor]] sepeti [[Amarasi]], [[Amanuban]], [[Amakono]], Amanatun.
 
Orang-orang [[Rote]] yang didatangkan [[Belanda]] ke [[Timor]] juga untuk menjadi tenaga kerja - [[budak]] [[Belanda]] untuk mengerjakan daerah-daerah subur / aluvial di sepanjang [[pantai]] sekitar 2000-3000 Ha untuk menghasilkan [[beras]]. Pada tahun [[1822]] [[Belanda]] juga mendatangkan lagi orang-orang [[Sabu]] ke [[Timor]] sebagai pasukan pembelah [[Belanda]] namun jumlah orang [[Sabu]] tidak sebanyak jumlah orang [[Rote]] karena karakter orang [[Sabu]] yang suka memberontak. Kemudian [[Hazart]] menjadikan [[Kupang]] sebagai [[pelabuhan terbuka]] / [[pintu gerbang]] [[Timor]]. Kemudian [[residen Hazart]] juga merebut [[Atapupu]].Tahun [[1842]] [[Resident Hazart]] juga berhasil membuka [[lalulintas]] [[jalan]] ke [[Pariti]] dan pada tahun [[1879]] dibuka lagi [[jalan]] [[Kupang]] - [[Teno]].
 
Sumber pendapatan [[Monarki|raja]] pada saat itu adalah [[jagung]], [[cendana]] dan [[lilin]], [[dimana]] setengah hasil [[cendana]] dan [[lilin]] digunakan oleh [[Monarki|raja]] untuk mendapatkan [[emas]]. Pada tahun [[1870]] dicatat jumlah penduduk di kerajaan Amanatun sudah melebihi 12000 jiwa.
 
== Hubungan Liurai-Sonbai-Banunaek ==
Disebut kerajaan Amanatun kerena [[Monarki|Rajanya]] yakni [[Banunaek]] yang bernama lengkap [[Monarki|Raja]] [[Tnai Pah Banunaek]]) - Ukuran [[alam]], badannya [[emas]] dan semua peralatannya juga terbuat dari [[emas]]. Amanatun terdiri dari dua suku kata yaitu Ama dan Mnatu. "Ama" berarti "Bapak" dan "Mnatu" berarti [["emas"]]. Jadi Amanatun berarti ''Bapak Emas''. '''Mal Noni''' adalah [[Cap]] Emas [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]]. [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] yakni Banunaek tetap menetap di [[Tun]] [[Am]] ( Amanatun ) menjaga kampung halaman Tufe Ba Noni Fae Ba Noni - Tun Am '''[[Fatu Mean]]''', sedangkan Liuray kemudian ke bagian Timur [[pulau Timor]] ( [[matahari]] terbit) Nao Neu Neno Pean Neno Bolan dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Belu]], sedangkan [[Sonbay]] ke bagian barat [[pulau Timor]] ( matahari terbenam ) Nao Neu Neno Tesan Neno Mofun es Mutis Bab Nae Pae Neno Oenam dan kemudian dikenal dengan [[Monarki|Raja]] [[Molo / Oenam]].
 
Nama [[Monarki|Raja]] pertama di [[pulau]] [[Timor]] adalah [[Liuray/Liu Lay/Riyu Ray/Mean/Maromak Oan]], [[Sonbay/Boynoni/Istana Kapal]], [[Banunaek/Luku Neno]]. [[Monarki|Raja]]] Pertama di daratan [[Timor]] ini adalah [[bangsawan]] dengan keluarganya serta rombongannya tiba pertama kali di pelabuhan [[NOE FANU]], pelabuhan yang termasyur dalam [[sejarah]] penghuni dataran [[pulau Timor]] dan pulau-pulau sekitarnya. Ketiga bangsawan bersaudara pertama yang adalah [[Monarki|raja]] [[pertama]] [[Timor]] ini datang bersama dengan ayah ibu mereka.
 
Bangsawan ini memiliki [[gelar]] menurut [[ilmu]] pengetahuan tak ada taranya pada masa itu. [[Ilmu]] yang dimiliki bangsawan ini luar biasa luasnya. Dari Noe Fanu mula-mula mereka mengunjungi Raymas/Laynu [[Belu]].Dari laynu mengunjungi Raymea-Laymea - [[Belu]] kemudian balik mengunjungi tempat Noe Fanu. Dari Noe Fanu mengunjungi [[Tun]] [[Am]] " Persembahan di Amanatun". Di sini dinyatakan pokok ilmunya itu yaitu [[astronomi]] dan ilmu [[astrologi]]. Bangsawan ini juga memiliki [[ilmu]] penjelmaan yaitu ia mengakiri masa makan - minum mentah atau tah mate - tiun mate. [[Kehidupan]] [[nabati]], [[kehidupan]] [[hewani]] serta kehidupan insani demi kemakmuran dan kekayaan.
 
Sebelum meninggal ayah ketiga raja pertama di [[Timor]] ini berwasiat kepada putra-putranya kalau ia dan istrinya meninggal maka jenasahnya dijadikan persembahan kemakmuran. Putranya yang bungsu harus menerima hak bapaknya selaku [[Monarki|raja]], putra bungsu harus menjaga tempat simpanan jenasahnya turun temurun. Putra bungsu ini bernama [[LUKU NENO]] mewarisi nama bapak turunannya adalah keluarga [[Banunaek]]. Putra pertama bernama [[Mean-Maromak Oan-LIULAY-Riyu Ray]], putra kedua bernama [[Boinony-Sonbay]].
 
Dua [[raksasa]] yang menjadi serangkai dalam pemerintahan yaitu Riyu Ray dan Sonbay. Sedang di tengah-tengah kedua kerajaan ini ada kerajaan Amanatun sane ma lelan lene ma lelan. Di tengah-tengah kerajaan Amanatun ini terdapat suatu peringatan yaitu tempat terletak jenasah ayahnya/bundanya. Sedang di antara tempat jenasah itu terletak dan [[pelabuhan]] termasyur yaitu Noe Fanu ( bolak balik) tampak terbitnya [[matahari]] mulai [[1 Januari]] dari tempat persembahan jenasah ini yaitu Tun [[Am]] sampai ke Noe Fanu [[1 Juli]] kembali ke Tun Am [[31 Desember]]
 
Adapun tuturan adat mengenainya ketiga [[Monarki|raja]] pertama di [[pulau Timor]] adalah Lai Mea Lai Moe Neki Neo Fanu [[Tun]] [[Am]] [[Onam]] [[Liurai - Sonbai - Banunaek - Uis Neno]].
[[H.G.Schulte Nordholt]], dalam tulisannya the [[Political]] System of [[Atoni]] of Timor p.&nbsp;391 menampilkan Pokok Sejarah di Pulau Timor terletak pada kalimat [[LIURAI - SONBAI - ABI - BANUNAEK]].
 
Putra pertama Mean - [[Liuray]] mendapat kedudukan di tanah [[Belu]] yakni tempat [[Betun]] atau Petu. Daerah kekuasaannya amat luas sampai keujung [[pulau Timor]]. Seluruh [[masyarakat]] dari seluruh tanah pegunungan, seluruh tanah [[Monarki|raja]] yaitu Tahuk Baria, bi Lili bi Lumalo, [[Seran]] Fahik, dari tanah miliknya yaitu Siu Bes, Lok Bes, Teut Pala, Tetu Mnanu,, Oenunuh, Oebiko, Oehale, Bas Hain, Ba Hael dan lainya. [[Tasi Feto]], Tasi Mone, [[Likosan]] ( satu [[manusia]] kepala dan muka [[manusia]] tetapi mata dan badannya [[ular]] Likusaen). [[Manusia]] ini anak dari Mean. Banyaknya wilayah tanah [[Belu]] ada tiga puluh tujuh NAIBOT wilayah [[pemerintahan]] [[Riyu Ray-Liuray]].
 
Putra kedua Boynoni-[[Sonbay]], bersama rombongan menyusuri pegunungan kecil dari tanah [[Belu]] hingga gunung [[Mutis]]. Ia tiba di Netnoni dan bertemu dengan istrinya putri dari [[Kune Uf]]. Tempat kedudukannya di Batu Oenam " Batu Basah". Di sinilah Sonbay membuat [[istana]] kapalnya. [[Wilayah]] kekuasaannya meliputi [[Biboki]], [[Insana]], [[Oekusi]], [[Amfoan]], [[Miomafo]], Molo (Mollo), [[Fatu Leu- Kopan]], [[Maluku]], [[Alor]], [[Pantar]], [[Sabu]], [[Rote]].
 
Ibu kota kerajaan Amanatun di [[Nunkolo]]. Nunkolo menjadi ibu kota kerajaan Amanatun ketika [[Monarki|Raja]] [[Tsu Pah Banunaek]] menjadi raja Amanatun.
 
== Persehatian Perbatasan ==
 
Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] diasingkan ke [[Flores]] maka oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] melakukan perpindahan batas kerajaan yang sudah ditetapkan oleh [[Monarki|Raja]] [[Liurai]] ( Belu) dengan [[Monarki|Raja]] [[Banunaek]] ( Amanatun).
Adapun perpindahan tersebut pada [[Juni 1917]] [[zaman]] [[Raja Kusa Banunaek]] [[dimana]] terjadi perpindahan batas antara kedua kerajaan tua ini yaitu perpindahan batas dari [[Betun]] ke [[We Baria Mata]] [[( Malaka )]], dan penandatanganan persehatian [[perbatasan]] ini oleh [[Belanda]] dibuat dan ditandatangani pada [[25 Juli 1917]]. Perpindahan batas ini sebagai reaksi balas dendam pemerintah [[kolonial]] [[Belanda]] terhadap raja Amanatun karena gugurnya tentara [[Belanda]] saat melakukan [[infasi]] ke Amanatun.
 
=== Persehatian tahun 1929 ===
Kemudian perpindahan perbatasan antara [[Kerajaan Belu]] dan Kerajaan Amanatun ini diubah lagi dengan surat persehatian tahun [[1929]] dengan akta van oversenkonmst inzake de grens tuss de landschhappen [[AMANATOEN]] ( onderafdelling zuid midden [[Timor]]) en [[BELOE]] ( onderafddeling Beloe, ddo [[20 Desember 1929]] yang disahkan dengan besluit Resident Van [[Timor]] en Onderhoorigheden ddo [[10 september 1930]], No.321.Afscrift a afschrift ditandatangani oleh [[Monarki|Raja]] [[Amanatoen]] het hoefd van Amanatoen w.g [[KOLO BANUNAEK]] dan dari pihak Beloe DE TIJD. WD. BESTUURDER VAN BELOE w.g [[SERANG ASSI FATIN]].controleur van zuid midden [[Timor]] w.g. [[Ch.Th. Weidner]], dan De fd Controleur van Beloe w.g. [[W.J. Voor]].
 
Sejak tahun [[1929]] hingga [[1952]] kehidupan [[sosial masyarakat]] disepanjang perbatasan kedua kerajaan tua ini tidak ada masalah bahkan khususnya daerah [[Lotas]] didiami oleh suku [[Nai Usu]] keturunan [[Raja Rabasa]] dan diperintah oleh [[Raja Umalor]] [[( LIURAI MALAKA )]]. Oleh karena suku Nai Usu tidak puas dengan kepemimpinan [[Raja Umalor]] sehingga atas permintaan [[LIURAI]] suku [[Nai Usu]] diserahkan dan dititipkan sementara kepada [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] untuk dibina dan dididik di wilayah Lotas dan beberapa tahun kemudian Suku Nai Usu diserahkan kembali oleh [[Raja Amanatun]] kepada [[LIURAI]] dengan maksud supaya suku Nai Usu diperintah langsung oleh [[Monarki|Raja]] [[Rabasa]].
Namun maksud tersebut ditentang oleh [[Umalor]] sehingga sebagian rakyat dari suku Nai Usu meminta kembali untuk tinggal di Lotas dan berada dibawa perintah [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]].
 
Sedangkan pokok masalah terjadinya sengketa perbatasan antara [[swapraja Beloe]] dengan [[swapraja Amanatoen]] tahun [[1952]] akibat ulah dan sikap keras kepala [[Thomas Talelu]] dengan 156 kawan-kawannya untuk pindah dan tunduk membayar pajak ke [[swapraja]][[Malaka]] yang kemudian membuat marah [[fetor Noe Manumuti]] dan [[Monarki|Raja]] [[Amanatun]] sehingga Thomas Talelu dan kawan-kawannya diusir keluar dari [[Lotas]] wilayah kerajaan - swapraja) Amanatun.
 
=== Persetujuan Oe'lolok ===
Sengketa perbatasan antara [[Beloe]] dan Amanatun ini kemudian diupayakan untuk di selesaikan dengan dilakukan pertemuan di daerah netral [[Oelolok Swapraja Insana]] selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama [[29 Oktober]] [[1953]] namun ditunda pelaksanaannya pada tanggal [[10 Mai]] [[1957]] karena perkunjungan [[Gubernur]] [[Sunda Kecil]] di [[Kupang]].
 
Isi PERSETUJUAN OELOLOK I antara [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] ( disatu pihak )dengan [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Liurai]] ( pada pihak lain) menyetujui delapan kesepakatan yakni:
 
# Dalam penyelesaian "peristiwa rakyat Lotas" [[TIDAK AKAN DIGANGGU GUGAT]]" soal perbatasan antara [[Swapraja Amanatun]] dan [[swapraja]] [[Malaka]].
# Karena [[ketemukungan Lotas]] termasuk [[Distrik Noemanumuti]] temukung di wilayah Swapraja Amanatun maka rakyatnya secara teknis administrasi TAKLUK di bawah kepemerintahan Swapraja Amanatun.
# Untuk masalah adat pelaksanaannya tinggal tetap sebagai sediakala dengan catatan [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] sebagai Ketua [[Adat]] harus mengetahuinya terlebih dahulu.
# Uang-uang [[pajak]] yang telah dipungut oleh pemerintahan Swapraja[[Belu]] dari rakyat ketemukungan Lotas HARUS DISERAHKAN KEPADA [[Kepala Daerah]] Swapraja Amanatun.
# Pengembalian rakyat Lotas oleh [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] dan penerimaannya oleh [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] dilaksanakan disertai ketentuan-ketentuan hadat (adat) yang berlaku antara kedua belah pihak.
# Sesudah pengembalian [[rakyat]] ketemukungan Lotas pihak [[Dewan Pemerintah]] Swapraja Amanatun akan berusaha menjalankan kebijaksanaan agar tidak terulang lagi peristiwa-peristiwa yang disebut peristiwa rakyat Lotas.
# Dari kedua belah pihak, baik [[D.P.S Amanatun]] maupun [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] senantiasa akan dijalankan usaha untuk membujuk dan menasihati agar [[rakyat]] [[ketemukungan]] Lotas untuk kembali tunduk kepada [[Pemerintahan]] [[Swapraja Amantun]].
# Peristiwa-peristiwa yang bersifat [[pidana]] semata-mata terhadap [[rakyat]] [[ketemukungan]] Lotas diserahkan penyelesaiannya kepada pihak alat [[Negara]] .......,
 
Sedangkan Pertemuan kedua juga di [[Oelolok]] Swapraja Insana tanggal [[19 Oktober 1959]] juga menghasilkan dua (2) butir persetujuan.
 
Adapun yang membuat persetujuan yakni Pihak Pertama [[Kepala Daerah]] [[Swapraja Amanatun]] t.d.t '''[[L.L.D.L.Banunaek]]''' dan Pihak Kedua [[Kepala Daerah]] Swapraja [[Malaka]] t.d.t '''[[L.S.Teiserang|L.S.Teiseran]]''', dengan mengetahui Pihak Pertama D.P.S SoE [[( D.C.Saudale)]], Perakit Praja Kepala [[(J.L.Bire)]], Anggota DPS Amanatun [[( Ch.B.Tallo)]], Anggota DPS Amanatun [[( Th. Kabu)]], Fettor NoeManumuti [[( M.E.Faij)]], Fettor Noebokon [[( W.Nenometa)]], Fettor Noebone [[( L.Missa)]], Fettor Noebana [[( H.Mone)]]. Sedangkan yang mengetahui pihak kedua Pd ketua DPDS Belu [[( A.A.Bere Tallo]]- [[Monarki|Raja]] [[Kewar)]], Anggota DPS Belu ( P.W Djah...,), Nai Fatuaruij [[( E. Teiseran)]], Nai Umalor [[( L.K.Naruk)]], Loro Waiwiku [[( A. Kalan Berek)]], Nai Manulea [[( R.K.Taolin)]], Nai Mandeu [[( H.Tefa Seran)]], Perakit Tata Usaha [[(L.Lopes)]].
 
== Struktur kerajaan ==
Kerajaan Amanatun/Onam mempunyai empat orang fettor yaitu Fettor Noebana ([[Santean]]), Fettor Noebone ([[Sahan]]), Fettor Noemanumuti ([[Put'ain]]) dan fettor Noebokong (Anas) . Adapun nama pemimpin dari keempat fettor ini adalah fettor [[Nokas]] memimpin kefetoran noe Bana, Fettor [[Kobi]] [[Nitibani]] memimpin kefetoran noe Bone, Fettor Fai[[Faij]] memimpin kefetoran noe Manu muti , dan fettor [[Nenometa]] memimpin kefetoran noe Bo kong. Di bawah fettor-fettor ini ada temukung-temukung besar dan temukung kecil yang diangkat oleh [[Monarki|Raja]]. Setiap temukung memimpin kelompok-kelompok masyarakat biasa (''to aana'') atau biasa disebut juga dengan kolo manu. Suku yang paling besar di dalam kerajaan Amanatun adalah suku Missa.
( Missa Moen Nima Nas Fua Fanu ).Fatu Kanaf dari suku Missa adalah [[Fatu Lunu]].
 
Pada era kekuasaan pada tahun [[1900]] [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek ]] ([[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] )maka tercatat temukung besar [[Kokoi]] adalah [[Nau Missa]], sedangkan temukung besar [[Fenun]] adalah [[Seo Missa A"aat]], Temukung besar Oi Lette adalah [[Noni NeoNeno Mataus]]. Sedangkan [[Fettor Noe Bokong / Toin]] adalah [[Kolo Nenometan]] dan [[fetor Santian]] adalah [[Seki Nokas]].
 
[[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] memerintah [[1900]] - [[1915]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] diasingkan ke [[Ende]], [[Flores]] pada [[1915]] oleh pemerintah kolonial [[Belanda]] karena [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] tidak mau takluk kepada [[Belanda]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] mangkat di [[Ende]] [[Flores]] ± [[September/Oktober]] [[1918) . Makamnya tidak diketahui.[[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] sejak diasingkan oleh [[Belanda]] hingga wafatnya tidak kembali lagi ke tanah [[Timor]] ( Amanatun).Ketika [[Belanda]] hendak menaklukan kerajaan Amanatun yang dipimpin oleh [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] tahun [[± 1911]] maka pasukan [[tentara]] [[Belanda]] yang sedang menuju ke [[wilayah]] Amanatun dihadang oleh [[Panglima]] [[Perang]] / Meo Naek ( Tui Nati Suil Toko ) dari kerajaan Amanatun yang bernama Meo Seki Tafuli. Komendan [[tentara]] [[Belanda]] di tembak mati oleh Meo Seki Tafuli dari jarak yang cukup jauh dari [[benteng]] [[Meo Seki Tafuli]] sebelumnya diucapkan kata-kata keramat ( fanu). [[Komendan]] [[Belanda]] yang tewas ini kemudian oleh [[rakyat]] Amanatun disebut MIN FAFI hingga sekarang.
Atas kehendak dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek) maka Oinlasi kemudian pada tahun 1951 dipilih dan ditetapkan menjadi ibukota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun dengan pertimbangan aksesibilitas dengan kota SoE. Kota Oinlasi 46 km letaknya dari Kota SoE dan hingga kini menjadi ibu kota kecamatan Amanatun Selatan.
=== Era Pasifikasi ===
Setelah tahun [[1900]] maka kerajaan kolonial [[Belanda]] mulai melakukan pasifikasi semua daerah di [[Nusantara]].Hal ini mencapai puncaknya pada tahun [[1942]], dan khususnya di [[pulau]] [[Timor]] terdapat empat [[Monarki|raja]] dan lima kaisar.Adapun empat [[Monarki|raja]] dan lima kaiser itu adalah:
Empat [[Monarki|raja]] di [[Timor]] ini adalah [[Monarki|raja]] [[Nahak T Seran]] di [[Malaka]] Wehali,[[Monarki|raja]] [[Josef Carmento Taolin]] di [[Insana]], [[Monarki|raja]] [[Noni Nope]] di [[Amanuban]], [[Monarki|raja]] [[Nisnoni]] di [[Kupang]], sedangka lima orang kaisaer di [[Timor]] yakni [[kaiser]] [[Wehali]] [[Nai Bria Nahak]] sonaf [[Liurai]], wafat [[1924]] dan dimakamkan baru pada [[tahun]] [[1933]], [[Kaiser]] [[Amanatun Banunaek]] di [[Nunkolo]], Kaiser [[Tamkese|Tamkesi]]-[[Biboki]], Kaiser Hanmeni Bai Lake, kaiser [[Oematan]] di [[Kapan]].
 
==== Korte Veklaring ====
Memasuki masa kemerdekaan Indonesia maka Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek kemudian menjadi Kepala Daerah Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala Daerah Swapraja adalah Raja, sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan tetapi dia bukan seorang Raja. Raja Lodoweyk.Lourens.Don.Louis.Banunaek bersama dengan Raja-Raja di Nusa Tenggara Timur lainya tergabung didalam Dewan Raja-Raja ikut berperan penting dalam pembentukan Propinsi Nusa Tenggara Timur dimana sebelumnya wilayah ini termasuk Propinsi Sunda Kecil.
Ada beberapa kontrak politik / [[korte veklaring]] yang pernah ditandatangani oleh [[Raja-raja]] - Kaiser Amanatun dengan pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]] seperti:
 
* 1. Tanggal [[27 Juli 1908]] Korte veklaring I diteken oleh [[Monarki|Raja]] Muti Banunaek tanggal [[14 April 1909]].
Adapun istilah penggunaan kata swapraja mulai dikenal sejak mulai berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949, sedangkan dalam pasal 18 UUD 1945 kerajaan-kerajaan ini ditulis dengan ''Zelfbestuur Landschappen''.
* 2. Tanggal [[22 Agustus 1910]] Korte veklaring diteken oleh [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] tanggal [[14 Juni 1913]].
Kekuasaan Raja - Raja diseluruh wilayah Indonesia DIHAPUS berdasarkan keluarnya Undang Undang Nomer 18 Tahun 1965 tentang penghapusan swapraja di seluruh wilayah Indonesia.
* 3. Tanggal [[30 september 1916]] Korte veklareng di teken [[Monarki|Raja]] [[Kusa Banunaek]] pada [[23 Oktober 1917]],
* 4. Tanggal [[27 april 1921]] Korte veklareng I di teken [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pada [[21 Februari 1923]].
 
Kontrak-kontrak [[politik]] ini selalu dibuat oleh [[raja-raja]] beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kolonial [[Belanda]], hal mana posisi [[raja-raja]] selalu dipihak yang lemah.
 
=== Zaman Jepang ===
Tanggal [[8 Maret]] [[1942]] [[Belanda]] menyerah kalah kepada [[Jepang]] dan [[pemerintah]] [[Nipoon]] mulai berkuasa. [[Kekuasaan]] [[Jepang]] di wilayah [[Indonesia]] [[Timur]] dibawa kekuasaan [[Kaigun]] dan berpusat di [[Makasar]]. khususnya di wilayah [[Indonesia]] [[Timur]] - [[Sunda Kecil]] - [[Nusa Tenggara]] dipimpin oleh [[Minseifu]] [[Cocan]] di [[Singaraja]]. Di dalam [[Mainsebu Cokan]] terdapat [[dewan]] [[perwakilan]] yang mewakili [[raja-raja]].
 
Pada [[27 Agustus]] [[1943]] dicatat oleh [[dr Piter Middelkoop]] bahwa pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] sedang memerintah kerajaan Amanatun terjadi [[gerakan]] [[Roh Kudus]] pertama di [[Nunkolo]], peristiwa ini kemudian terjadi lagi pada tanggal 17,19, 21-23, Oktober [[1943]]. Dalam catatannya ini di sebutkan bahwa ada [[manifestasi]] [[Roh Kudus]] yang telah terjadi terhadap orang-orang [[Kristen]] yang berada di [[Nunkolo]] pusat kerajaan Amanatun ini. Peristiwa serupa ini kemudian berulang lagi kedua kalinya pada September [[1965]] di [[Kota SoE]].
 
== Masa Kemerdekaan ==
Atas kehendak dari [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Laka Banunaek]]) yang mana [[Monarki|raja]] ini adalah [[Monarki|raja]] terakhir kerajaan Amanatun maka [[Oinlasi]] kemudian pada tahun [[1951]] dipilih dan ditetapkan menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun dengan pertimbangan aksesibilitas dengan [[kota]] [[SoE]]. Kota [[Oinlasi]] 46&nbsp;km letaknya dari [[Kota]] [[SoE]] dan hingga kini menjadi ibu [[kota]] kecamatan [[Amanatun Selatan]].
 
Memasuki masa [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] maka [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk]] [[Lourens]] [[Don]] [[Louis]] Banunaek kemudian menjadi [[Kepala]] [[Daerah]] Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala [[Daerah]] Swapraja adalah [[Monarki|Raja]], sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan tetapi dia bukan seorang [[Monarki|Raja]]. [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk.Lourens]].[[Don]].[[Louis]].[[Banunaek]] bersama dengan [[Raja-Raja]] di [[Nusa Tenggara Timur]] lainya tergabung di dalam [[Dewan]] [[Raja-Raja]] ikut berperan penting dalam pembentukan [[Provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]] [[dimana]] sebelumnya wilayah ini termasuk [[Provinsi]] [[Sunda Kecil]].hal ini terlihat dengan dikeluarkannya keputusan [[Presiden]] No 202/[[1956]] bahwa [[Nusa Tenggara]] dalam [[PP]] [[RIS]] No 21/[[1950]] [[Lembaran Negara]] RIS tahun 1950 No.59 menjadi tiga daerah tingkat satu dimaksud oleh [[Undang-Undang (Indonesia)|Undang-Undang]] No 1 tahun [[1957]] - UU No 64/1958 [[Nusa Tenggara]] menjadi tiga daerah [[Swatantra]] tingkat I. Kemudian UU no 69 tahun [[1958]] maka terbentuklah daerah Swatantra [[tingkat II]] di [[Nusa Tenggara Timur]] dengan 12 [[Kabupaten]] .
 
=== Penghapusan Swapraja ===
Adapun istilah penggunaan kata swapraja mulai dikenal sejak mulai berlakunya [[Konstitusi]] [[Republik]] [[Indonesia]] [[Serikat]] [[1949]], sedangkan dalam pasal 18 [[UUD 1945]] [[kerajaan-kerajaan]] ini ditulis dengan ''[[Zelfbestuur Landschappen]]''.Kutipan penjelasan pasal 18 [[UUD 1945]] sebelum perubahan.Bab 18 ayat 2 Dalam teritori [[negara]] [[Indonesia]] terdapat 250 zelfbesturende landschapen dan [[Volks geemschappen]] ( [[masyarakat]] [[desa]] [[adat]]). Daerah-daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh karenannya dianggap mempunyai susunan asli dan oleh karenanya diaanggap sebagai daerah yang bersifat [[istimewa]]. Swapraja adalah daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan atas [[hukum]] asli.
 
Oleh karena itu kedudukan swapraja dalam pemerintahan [[Hindia]] [[Belanda]] tidak sama dengan daerah [[jajahan]] atau daerah [[otonom]]. Swapraja memiliki perjanjian jelas dengan [[pemerintahan pusat]] ( pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]]) berkaitan dengan batas-batas kewenangan dan kewajiban dan karena itu swapraja diberi status [[Zelfbestuurende Landscapen]] dalam tata negara pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]].
 
Kekuasaan [[Raja - raja]] di seluruh [[wilayah]] [[Indonesia]] DIHAPUS berdasarkan keluarnya [[Undang Undang]] Nomer 18 [[Tahun]] [[1965]] tentang penghapusan swapraja di seluruh wilayah [[Indonesia]]. Namun, hal itu tidak membuat semangat [[kerajaan-kerajaan]] yang ada di [[Nusantara]] melemah, bahkan mereka tetap menjadi [[Monarki|raja]] di kalangan rakyatnya.
 
== Keluarga ==
Adapun [[Monarki|Raja]] Amanatun [[Loit Banunaek]] kemudian digantikan oleh Putranya sendiri yang bernama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] yang kemudian dikenal dengan nama [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek ke II]]. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] adalah putra pertama dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]]. Ibunda dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek II]] berasal dari [[suku]] [[Missa]] yang adalah permaisuri dari [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]].[[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]] juga mempunyai banyak kato (Isteri, dan tercatat bahwa ada dua orang kato / isteri dari berasal dari suku Missa.
 
Permaisuri (kato) dari [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaaek II]] bernama Kato bi Sopo Lassa, sedangkan [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] ([[Monarki|Raja]] [[Abraham]] [[Zacharias]] [[Banunaek]]) mempunyai permaisuri (Kato Naek) bernama bi [[Teni Tobe Misa]] dan mempunyai seorang putri tunggal bernama Fetnai Naek [[bi Loit Banunaek]]. Kato bi [[Teni Tobe Misa]] wafat di [[Oinlasi]] tahun [[1955]]. Makam ( Son Nate) dari permaisuri kato [[bi Teni Tobe Missa]] di [[Oinlasi]] ibu kota [[kecamatan]] [[Amanatun Selatan]].
 
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] atau [[Monarki|Raja]] [[Abraham Zacharias Banunaek]] mempunyai banyak selir dan gundik-gundik dan mereka selalu berada di dalam [[istana]] [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] untuk melayani hingga sekarang di [[Nunkolo]], ( ''Sonaf Pub Kollo Hae Malunat'').Selain dari gundik-gundik dan selir-selir dari [[Monarki|raja]] [[Kolo Banunaek]] yang berada di dalam sonaf [[Nunkolo]] ( [[Istana Raja]] ) juga terdapat banyak pelayan dan hamba-hamba ( ate-ate) yang selalu berada dan melayani di dalam istana dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] di [[Nunkolo]], dan hingga kini keturunan dari hamba ( ate-ate) ini masih tetap berada di sekitar lingkungan sonaf [[Nunkolo]] hingga saat ini.
 
[[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] pernah berpindah agama dari [[Kristen]] [[Katolik]] menjadi [[Protestan]] dan hingga wafatnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] tetap memeluk [[agama]] [[Kristen]] [[Protestan]].Selanjutnya [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga pernah di [[SoE]] kampung Amanatun dan membuat Sonaf / Istana di sini. [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] juga sering disebut dengan sebutan Usi Pina Nunkolo. Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] wafat maka jenasah dari [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] diasapi dengan [[cendana]] lebih dari tujuh bulan di dalam lopo / Bnao Nunkolo dan kemudian barulah dimakamkan.
 
[[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] mempunyai seorang permaisuri / Kato yang bernama Kato [[Fransina]] [[Afliana]] [[Banunaek]]-[[Nope]] (Funan Nope). Kato ini adalah anak pertama dari [[Monarki|Raja]] Amanuban [[Monarki|Raja]] [[Johan Paulus Nope]]. [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]] menikah secara [[kristen]] dengan permaisurinya di [[Niki-niki]] pada tahun [[1964]].Kemudian [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] ( [[Monarki|Raja]] [[L.L.D.L.Banunaek]]) ini mempunyai seorang putra tunggal bernama [[Monarki|Raja]] [[Muda]] [[Don]] [[Yesriel]] [[Yohan]] [[Kusa]] [[Banunaek]] (Usif Kusa Banunaek), "Dalam [[tradisi]] [[budaya]] kerajaan / tradisi usif-usif di [[Timor]] secara umum biasa dikatakan dalam tuturan [[adat]] bahwa besi tapan mau man mof nain mas nesan nabalah". . Makam (son nain) dari [[Monarki|Raja]] Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek dan permaisurinya di [[Oinlasi]], [[Kabupaten]] [[Timor Tengah Selatan]], [[Provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]].
 
Pada waktu [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] berkuasa di kerajaan Amanatun maka tercatat dalam sejarah di [[arsip]] [[negara]] bahwa yang menjadi countorleur di [[Zuid Midden Timor]] / [[Timor Tengah Selatan]] adalah Tuan [[Frans Van Donggen]].
Permaisuri (kato) dari Raja Muti Banunaaek II bernama Kato bi Sopo Lassa, sedangkan Raja Kolo Banunaek (Raja Abraham Zacharias Banunaek) mempunyai permaisuri (Kato Naek) bernama bi Teni Tobe Misa dan mempunyai seorang putri tunggal bernama Fetnai Naek bi Loit Banunaek. Makam ( Son Nate) dari permaisuri kato bi Teni Tobe Missa di Oinlasi ibukota kecamatan Amanatun Selatan. Raja Kolo Banunaek atau Raja Abraham Zacharias Banunaek mempunyai banyak selir dan gundik-gundik dan mereka selalu berada didalam istana Raja Kolo Banunaek untuk melayani hingga sekarang di Nunkolo, ( '''Sonaf Pub Kollo Hae Malunat''').Selain dari gundik-gundik dan selir-selir dari raja Kolo Banunaek yang berada didalam sonaf Nunkolo ( Istana Raja ) juga terdapat banyak pelayan dan hamba-hamba ( ate-ate) yang selalu berada dan melayani didalam istana dari Raja Kolo Banunaek di Nunkolo, dan hingga kini keturunan dari hamba ( ate-ate) ini masih tetap berada disekitar lingkungan sonaf Nunkolo hingga saat ini. Raja Kolo Banunaek pernah berpindah agama dari Kristen Katolik menjadi Protestan dan hingga wafatnya Raja Kolo Banunaek tetap memeluk agama Kristen Protestan.Raja Kolo Banunaek juga pernah di SoE kampung Amanatun dan membuat Sonaf / Istana di sini. Raja Kolo Banunaek juga sering dsebut dengan sebutan Usi Pina Nunkolo. Pada waktu Raja Kolo Banunaek wafat maka jenasa dari Raja Kolo Banunaek diasapi dengan cendana lebih dari tujuh bulan didalam lopo / Bnao Nunkolo dan kemudian dimakamkan.
 
== Raja-raja Amanatun ==
Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek mempunyai seorang permaisuri / Kato yang bernama Kato Fransina Afliana Banunaek-Nope (Funan Nope). Kato ini adalah anak pertama dari Raja Amanuban Raja Johan Paulus Nope. Raja L.L.D.L.Banunaek menikah secara kristen dengan permaisurinya di Niki-niki pada tahun 1964.Kemudian Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek ( Raja L.L.D.L.Banunaek) ini mempunyai seorang putra tunggal bernama Raja Muda Don Yesriel Yohan Kusa Banunaek (Kusa Banunaek) . Makam (son nain) dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek dan permaisurinya di [[Oinlasi]], Kabupaten [[Timor Tengah Selatan]], Provinsi Nusa Tenggara Timur.Pada waktu Raja lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek berkuasa di kerajaan Amanatun maka tercatat dalam sejarah di arsip negara bahwa yang menjadi countorleur di Zuid Midden Timor / Timor Tengah Selatan adalah Tuan Frans Van Donggen.
Nama [[raja-raja]] yang pernah memerintah di kerajaan Amanatun/Onam adalah sebagai berikut:
* 1. [[Monarki|Raja]] [[Tnai Pah Banunaek]]
* 2. [[Monarki|Raja]] [[Tsu Pah Banunaek]]
* 3. [[Monarki|Raja]] [[Nopu Banunaek]]
* 4. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek I]]
* 5. [[Monarki|Raja]] [[Nifu Banunaek]]
* 6. [[Monarki|Raja]] [[Kili Banunaek]]
* 7. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek II]]
* 8. [[Monarki|Raja]] [[Nono Luan Banunaek]]
* 9. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek III]]
* 10. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek IV]]
* 11. [[Monarki|Raja]] [[Bab'i Banunaek]]
* 12. [[Monarki|Raja]] [[Bnao Banunaek V]] ([[Monarki|Raja]] [[Bnao Nunkolo]]) ± [[1766]]
* 13. [[Monarki|Raja]] [[Kusat Muti]] [[Muti Banunaek I]]) ± [[1832]]
* 14. [[Monarki|Raja]] [[Loit Banunaek]] ± [[1899]]
* 15. [[Monarki|Raja]] [[Muti Banunaek]] II [[1900]] - [[1915]]. wafat.[[Ende]]-[[Flores]]
[[September/Oktober]] [[1918]].Makam tidak diketahui.
* 16. [[Monarki|Raja]] [[Kusa Banunaek]] ( [[1916-1919]]) mangkat [[16 Juli]] [[1919]].
* 17. [[Monarki|Raja]] [[Abraham Zacharias Banunaek]] / [[Monarki|Raja]] [[Kolo Banunaek]] ([[1920]]-[[1946]]), mangkat [[1969]]. Makam atau son nain di [[Nunkolo]].
* 18. [[Monarki|Raja]] [[Lodoweyk Lourens Don]] [[Louis]] [[Banunaek]] /[[Monarki|Raja]] [[Laka Banunaek]] ([[1946]]-[[1965]]), lahir: [[Nunkolo]], tanggal [[18 Agustus]] [[1925]].Mangkat [[26 April]] [[1990]] di [[Sonaf Amanuban]] di [[Niki-niki]]. Makam atau son nain di [[Oinlasi]].dimakamkan tanggal [[2 Mei]] [[1990]].
 
== Raja-rajaSumber Amanatunpustaka ==
* Benufinit,T.R.(2007). ''[[Sejarah]] [[Raja-raja]] dan [[Pulaunya]]'', UPTD [[Pendidikan]] dan [[Kebudayaan]], [[Kupang]],
Nama enam raja terakhir yang pernah memerintah di kerajaan Amanatun/Onam adalah sebagai berikut:
* Banunaek,D.Y.Y.K (2007).''[[Raja-raja]] Amanatun yang [[Berkuasa]]'', Pustaka [[Pelajar]]-[[Yogyakarta]]
* Bosch.J (1938). Memorie van overgave de Resident [[Timor]] en Onderhorigheden.[[Kupang]]
* Dungen Gronovius.J.D van Den (1849) Het Amanatoeng Rijk op [[Timor]],
* Fransen Herderschee,B.H.(1909) Nota van toelichting bettrefende de Zelfbesturende [[landschappen]] en rijken van Midden [[Timor]].[[Kapan]]
* Goeneveldt,W.P.(2009) ''[[Nusantara]] dalam Catatan [[Tionghoa]]'', [[komunitas]] [[Bambu]], [[Jakarta]]
* Huitema (1950) Korte Beschowing Over het Landschap Amanatun.[[Kupang]]
* Kumpun.C van 1917 Nota Over [[Timor]] Eilanden
* Ligtvoet.A, ([[1872]]) Affdeling [[Tallo]].
* Middelkoop,P. (1982)''Atoni Pah Meto'', [[BPK]] [[Gunung Mulia]].
* ------------ (1925) Reisdoor Amanatoen.
* ------------ (1951) De Geestesbeveging in [[Nunkolo]].
* Ormeling,F.J ''The [[Timor]] [[Problem]]'', J.B.Wolters: [[Groningen]]-Jakarta
* Parera,A.D.M. 1994( penyunting Drs Gregor Neonbasu, [[SVD]]), ''[[Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor]]'', Pustaka [[Sinar]] [[Harapan]]: [[Jakarta]].
* Ranawidjaja,U (1955).''Swapraja'', Djambatan,
* Reinjntjes,W.H.G (1948) Memorie Overgave Van de Onderafdeeling Zuid Midden [[Timor]],[[SoE]]
* Riedel.J.G ([[1885]]) [[Timor]] On Onderhoorigheden in 1878 en later.[[Amsterdam]].
* Roo Van Alderweler (1909) Aanteekeningen Over [[Timor]] [[1660]].
* Schulte Nordholt,H.G (1971) ''The [[Political System]] of Atoni of [[Timor]]'', The Hague: Martinus Nijhoff.
* Schullts,C (1927)Memorie Resident Van [[Timor]] en Onderhoorigheden.[[Kupang]]
* Swieten,TH. van (S) (1898) Huiselijk Leven der [[Timorese Christenen]].B.S.CB.Nijmegen.
* Venema (1916) Note Over Zuid Midden [[Timor]] Einlanden
* Wadu,J,dkk,(2003) ''[[Sejarah]] [[Pemerintahan]] [[Kabupaten]] [[Timor Tengah Selatan]]'',[[Lembaga]] [[Peneliti]] [[Universitas]] [[Nusa]] Cendana (UNDANA) dengan [[Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan]], Penfui-[[Kupang]].
* Weidner.Ch.(1929) Nota Van Toelchting bettrefende de Zelfbesturende Landshappen Amanatoeng in de Onderafdelling Zuid Midden [[Timor]].[[SoE]].
 
{{Kerajaan di Sunda Kecil}}
* 14. Raja Bnao Banunaek V (Raja Bnao Nunkolo)
* 15. Raja Kusat Muti (Raja Muti Banunaek I) ± [[1832]]
* 16. Raja Loit Banunaek ± [[1899]]
* 17. Raja Muti Banunaek II . . . - 1915. Ia diasingkan ke [[Ende]], [[Flores]] pada [[1915]] oleh pemerintah kolonial Belanda karena Raja Muti II tidak mau takluk kepada Belanda. Raja Muti Banunaek II mangkat di Ende Flores ± September/Oktober [[1918]]) . Makamnya tidak diketahui.Raja Muti Banunaek II sejak diasingkan oleh Belanda hingga wafatnya tidak kembali lagi ke tanah Timor ( Amanatun).Ketika Belanda hendak menaklukan Kerajaan Amanatun yang dipimpin oleh Raja Muti Banunaek II [[Kategori:]]tahun ± 1911 maka pasukan tentara Belanda yang sedang menuju ke wilayah Amanatun dihadang oleh Panglima Perang / Meo Naek dari kerajaan Amanatun yang bernama Meo Seki Tafuli. Komendan tentara Belanda di tembak mati oleh Meo Seki Tafuli dari jarak yang cukup jauh dari benteng Meo Seki Tafuli sebelumnya diucapkan kata-kata keramat ( fanu). Komendan Belanda yang tewas ini kemudian oleh rakyat Amanatun disebut MIN FAFI hingga sekarang.
* 18. Raja Abraham Zacharias Banunaek (Raja Kolo Banunaek (1920-1946) , mangkat 1964. Makam atau son nain di [[Nunkolo]].
* 19. Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek) 1946-1965, lahir : Nunkolo, tanggal 18 Agustus 1925.Mangkat 26 April 1990 di Sonaf Amanuban di Niki-niki. Makam atau son nain di [[Oinlasi]].
 
[[Kategori:SejarahKerajaan Indonesiadi Nusantara|Amanatun]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusa Tenggara Timur|Amanatun]]
[[Kategori:Bekas negara di Asia Tenggara]]