Gatotkaca: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
乱頭利 猫 (bicara | kontrib)
Baedowi Odoy (bicara | kontrib)
 
(133 revisi perantara oleh 91 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|tokoh ''[[Mahabharata]]''|artikel tentang raja India yang bernama sama|Ghatotkacha}}
{{TMH Infobox|
| Image = Gathotkaca-paragaKarna Try To Kill Ghatotkacha.pngjpg
| Caption = Gatotkaca sebagaidi tokohmedan wayangperang kulit Jawa[[Kurukshetra]].
| Nama = Gatotkaca
| Devanagari = घटोत्कच
| Ejaan_Sanskerta = Ghaṭotkaca
| Ejaan_Sansekerta = Ghattotkacha
| Tempat = Kerajaan Rakshasa
| Nama_lain = Bhimasuta, Hidimbyatmaja{{br}}'''Versi wayang:'''{{br}}Kacanegara, Tetuka, Purubaya, Bimasiwi, Kancing Jaya, Krincing Wesi, Guritna, Guruputra, Suryanarada, Arimbiputra.
| Nama_lain = Bhimasuta; Tetuka;{{br}}Tutuka; Hidimbyatmaja
| Asal = wilayah timur laut [[India]]
| Asal = wilayah timur laut [[India]],{{br}}sebelah selatan pegunungan{{br}}[[Himalaya]] timur<ref>[http://www.assamtourism.org/history_assam.htm Gatotkaca merupakan pemimpin suku Kachari di Assam, India]</ref>
| Anak = [[Barbarika]]{{br}}'''Versi wayang:'''<br/>Sasikirana<br/>Suryakaca<br/>Jayasumpena
| Pasangan = [[Ahilawati]] (versi India), Pregiwa (versi Jawa)
| AnakRas = [[BarbarikaRakshasa]]
| Istri = [[Ahilawati]]{{br}}'''Versi wayang:'''<br/>Pergiwa<br/>Suryawati<br/>Sumpani
| Orangtua = [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] (ayah) dan [[Hidimbi]] (ibu)
| GolonganAyah = [[rakshasaBimasena]]
| Ibu = [[Hidimbi]] (Arimbi)
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
}}
'''Gatotkaca''' ([[bahasa {{Sanskerta]]: |घटोत्कच; ''Ghattotkacha'')|Ghaṭotkaca}} adalah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' yang dikenal sebagai, putra [[Bimasena]] (Bima) atau [[WrekodaraWerkodara]] dari keluarga [[Pandawa]]. Ibunya yang bernama [[Hidimbi]] (HarimbiArimbi), berasal dari bangsa [[rakshasa]], sehingga ia. punGatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam [[perang di Kurukshetra|perang besar di Kurukshetra]], ia banyak menewaskan banyak sekutu [[Korawa]] sebelum akhirnya gugur di tangan [[Karna]].
 
Di [[Indonesia]], Gatotkaca menjadi tokoh [[wayang|pewayangan]] yang sangat populer. Misalnya dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], ia dikenal dengan ejaansebutan '''Gatutkaca'Gatotkoco'' ([[bahasa Jawa]]: ''GathutkacaGathotkaca''). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
 
== Etimologi ==
Dalam [[bahasa Sanskerta]], nama ''Ghaṭotkaca'' (घटोत्कच) secara [[harfiah]] bermakna "kepala gundul [yang seperti] kendi".<ref name=encindlit>{{Cite journal | url = https://books.google.com/books?id=zB4n3MVozbUC&pg=PA1755&dq=itihasa | title = The Encyclopaedia of Indian Literature (Volume Two) (Devraj to Jyoti) | isbn = 978-81-260-1194-0 | author1 = Datta | first1 = Amaresh | date = 2006-01-01 | access-date = 2018-07-29 | archive-date = 2023-07-29 | archive-url = https://web.archive.org/web/20230729150432/https://books.google.com/books?id=zB4n3MVozbUC&pg=PA1755&dq=itihasa | dead-url = no }}</ref> Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ''ghaṭaṁ'' (घटं) yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan ''utkaca'' (उत्कच) yang berarti "gundul".<ref name="autogenerated1">{{cite web |url=http://members.cox.net/apamnapat/entities/Ghatotkacha.html |title=Archived copy |accessdate=2006-12-03 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070110002159/http://members.cox.net/apamnapat/entities/Ghatotkacha.html |archivedate=10 January 2007 |df=dmy-all }}</ref> Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya yang gundul mirip dengan buli-buli atau kendi.
Menurut versi ''[[Mahabharata]]'', Gatotkaca adalah putra [[Bimasena]] dari keluaga [[Pandawa]] yang lahir dari seorang [[rakshasa]] perempuan bernama [[Hidimbi]]. Hidimbi sendiri merupakan raksasi penguasa sebuah hutan bersama kakaknya yang bernama [[Hidimba]].
 
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan [[Arimbi]]. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa [[rakshasa]].
 
Dalam [[bahasa Sanskerta]], nama ''Ghatotkacha'' secara [[harfiah]] bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ''ghaṭ(tt)am'' yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan ''utkacha'' yang berarti "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan buli-buli atau kendi.
 
== Kelahiran ==
Menurut versi ''[[Mahabharata]]'', Gatotkaca adalah putra [[Bima]] dari keluarga [[Pandawa]] yang lahir dari seorang [[rakshasa]] perempuan bernama [[Hidimbi]]. Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama kakaknya yang bernama [[Hidimba]] . Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa [[rakshasa]]).
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]]. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. [[Arjuna]] (adik [[Bimasena]]) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk [[dewa]] demi menolong nasib keponakannya itu. Namun pada saat yang sama [[Karna]], panglima [[Hastinapura|Kerajaan Hastina]] juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.
 
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]]. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun, tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. [[Arjuna]] (adik [[Bimasena]]) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk [[dewa]] demi menolong keponakannya itu. Pada saat yang sama [[Karna]], yang kelak menjadi panglima [[Hastinapura|Kerajaan Hastina]] juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, [[Batara Narada]] selaku utusan [[kahyangan]] memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Lalu Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut senjata Konta, sehingga pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri bersama senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Sarung pusaka Konta terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk memotong, kayu mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. [[Kresna]] yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
 
== Jagoan para dewa ==
Pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri membawa senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka Konta terbuat dari Kayu Mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.
[[Berkas:Gatotkaca Surakarta.JPG|ka|jmpl|Gatotkaca sebagai tokoh wayang kulit Jawa.]]
Menurut versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], setelah berhasil dipotong pusarnya, Tetuka dibawa ke kahyangan oleh [[Narada]] yang saat itu sedang digempur oleh Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Patih tersebut diutus rajanya, Kalapracona untuk melamar [[bidadari]] bernama Batari Supraba. Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Semakin dihajar, Tetuka justru semakin kuat. Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya. Kemudian Tetuka bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya dengan gigitan taringnya. [[Kresna]] dan para [[Pandawa]] saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa. [[Batara Guru]], raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu ''Caping Basunanda'', ''Kotang Antrakusuma'', dan ''Terompah Padakacarma'' untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu berganti nama menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.
 
== Pernikahan ==
Akan tetapi keajaiban terjadi. Kayu Mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. [[Kresna]] yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Namun ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
Dalam versi ''[[Mahabharata]]'', Gatotkaca menikahi [[Ahilawati]], gadis dari Kerajaan Naga dan mempunyai anak bernama [[Barbarika]]. Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa, putri [[Arjuna]]. Ia berhasil menikahi Pregiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana Mandrakumara, putra [[Duryodana]] dari keluarga [[Korawa]]. Dari perkawinannya dengan Pregiwa, Gatotkaca memiliki putra bernama Sasikirana, yang menjadi panglima perang [[Hastinapura]] pada masa pemerintahan Prabu [[Parikesit]], putra [[Abimanyu]] atau cucu Arjuna. Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.
 
== MenjadiRaja Jago DewaPringgandani ==
Versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] melanjutkan, Tetuka kemudian dipinjam [[Narada]] untuk dibawa ke kahyangan yang saat itu sedang diserang musuh bernama Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Ia diutus rajanya yang bernama Kalapracona untuk melamar [[bidadari]] bernama Batari Supraba. Bayi Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Anehnya, semakin dihajar bukannya mati, Tetuka justru semakin kuat.
 
Gatotkaca versi [[Jawa]] adalah manusia setengah raksasa, tetapi bukan raksasa hutan. Ibunya adalah putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan [[Pandu]] ayah para [[Pandawa]] akibat adu domba yang dilancarkan [[Sangkuni]]. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama [[Arimba]]. Arimba sendiri tewas di tangan [[Bimasena]] pada saat para [[Pandawa]] membangun [[Indraprasta|Kerajaan Amarta]]. Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh [[Arimbi]] yang telah diperistri Bima. Suksesi kepemimpinan kelak diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada kemudian menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya.
 
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai [[patih]] dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. [[Sangkuni]] dari [[Kerajaan Hastina]] datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya, bukan milik Gatotkaca. Akibat hasutan tersebut, Brajadenta memberontak untuk merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi Brajadenta. Kedua raksasa tersebut tewas bersama. Roh mereka menyusup masing-masing ke dalam kedua telapak tangan Gatotkaca, sehingga menambah kesaktian keponakan mereka tersebut. Setelah peristiwa itu, Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, dengan gelar Patih Prabakiswa.
Tetuka kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya menggunakan gigitan taringnya. [[Kresna]] dan para [[Pandawa]] saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa.
 
== Kematian ==
[[Batara Guru]] raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu ''Caping Basunanda'', ''Kotang Antrakusuma'', dan ''Terompah Padakacarma'' untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu diganti namanya menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang secepat kilat menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.
=== Versi ''Mahabharata'' ===
 
Kematian Gatotkaca terdapat dalam jilid ketujuh kitab ''[[Mahabharata]]'' yang berjudul ''[[Dronaparwa]]'', pada bagian ''Ghattotkacabadhaparwa''. Ia dikisahkan gugur dalam [[perang di Kurukshetra]] pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga [[Pandawa]] melawan [[Korawa]]. ''[[Mahabharata]]'' mengisahkan, sebagai seorang raksasa, Gatotkaca memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian [[Jayadrata]] di tangan [[Arjuna]], pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa saat mereka dalam perjalanan menuju perkemahan mereka.
== Perkawinan ==
Dalam versi ''[[Mahabharata]]'', Gatotkaca menikah dengan seorang wanita bernama Pregiwa. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Sasikirana.
 
Pertempuran berlanjut; semakin malam, kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Banyak prajurit Korawa yang dibunuhnya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa [[rakshasa]] bernama [[Alambusa]] maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu [[Irawan]] putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa putri [[Arjuna]]. Ia berhasil menikahi Pregiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama [[Laksmana Mandrakumara]] putra [[Duryudana]] dari keluarga [[Korawa]].
[[Duryodana]], pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa [[Karna]] menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian [[Indra|Dewa Indra]] yang bernama ''Vasavishakti'' (menurut pewayangan Jawa, disebut senjata ''Konta'') untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Karena terus didesak, akhirnya Karna melemparkan pusakanya ke arah Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca memikirkan cara untuk membunuh prajurit Korawa dalam jumlah besar sekaligus sekali serang. Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa setelah senjata pamungkas Karna menembus dadanya. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa, hanya [[Kresna]] yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan aman.
=== Versi Jawa ===
 
[[Perang di Kurukshetra]] dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] biasa disebut dengan nama [[Baratayuda]]. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' yang ditulis tahun [[1157]] pada zaman [[Kerajaan Kadiri]]. Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama [[Abimanyu]], putra [[Arjuna]]. Setelah mengetahui bahwa Abimanyu menikah dengan [[Utari]], paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu dengan tujuan mengajaknya pulang, tetapi tidak berhasil. Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu marah, Gatotkaca memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, tetapi pamannya itu tewas seketika.
Dari perkawinan Gatotkaca dengan Pregiwa lahir seorang putra bernama Sasikirana. Ia menjadi panglima perang [[Kerajaan Hastina]] pada masa pemerintahan [[Parikesit]], putra [[Abimanyu]] atau cucu Arjuna.
 
Ketika [[Baratayuda|perang Baratayuda]] meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para [[Korawa]] pada hari ke-13. Pada hari ke-14, Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala [[Jayadrata]], ipar [[Duryodana]]. Akhirnya Duryodana memaksa [[Karna]] menyerang perkemahan [[Pandawa]] pada malam itu juga, meskipun hal itu melanggar peraturan perang. Setelah tahu bahwa para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih karena ''Kotang Antrakusuma'' yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Sementara itu dua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa, tewas di tangan musuh mereka, masing-masing bernama Lembusura dan Lembusana.
Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.
 
Gatotkaca berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk [[Batara Surya]], Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca. Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu. Gatotkaca yang pasrah terhadap takdirnya berpesan supaya mayatnya bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju, kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu melebur dengan sarungnya, yaitu kayu mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca. Setelah Gatotkaca gugur, arwah Kalabendana melemparkan jenazahnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping akibat tertimpa tubuh Gatotkaca. Pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya.
== Menjadi Raja Pringgadani ==
[[Berkas:Gatotkaca (wayang).JPG|thumb|left|220px|Gatotkaca dalam bentuk asli wayang kulit dengan hiasan/pahatan berwarna.]]
Gatotkaca versi [[Jawa]] adalah manusia setengah raksasa, namun bukan raksasa hutan. Ibunya adalah [[Arimbi]] putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan [[Pandu]] ayah para [[Pandawa]] akibat adu domba yang dilancarkan [[Sangkuni]]. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama [[Arimba]].
 
== Gatotkaca dalam budaya populer ==
Arimba sendiri akhirnya tewas di tangan [[Bimasena]] pada saat para [[Pandawa]] membangun [[Indraprasta|Kerajaan Amarta]]. Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh [[Arimbi]] yang telah diperistri Bima. Rencananya takhta kelak akan diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Sejak zaman kuno hingga Indonesia modern saat ini, Gatotkaca telah menjadi tokoh budaya pop dan tokoh wayang yang sangat populer di Indonesia, memiliki versi cerita sendiri yang diceritakan dalam versi Jawa dan Bali dari ''Kakawin Bharatayuddha'' oleh [[Empu Sedah]] dan [[Empu Panuluh]].
* Dalam wayang Jawa, ia dikenal sebagai "Gathotkaca" dengan ketenaran [[superhero]] dan terkenal dengan julukan "Satriya otot kawat balung wesi".
* Untuk orang Bali, Gatotkaca dipuja sebagai dewa dan secara populer digambarkan dalam karya seni dan patung, seperti Patung Satria Gatotkaca di persimpangan jalan utama [[Kuta]] di Bali.
* Gatotkaca telah sering digambarkan dalam budaya populer Indonesia seperti musik, permainan, komik dan film.
** Film aksi pahlawan super ''[[Satria Dewa: Gatotkaca]]'' (2020), bagian dari serial ''[[Jagat Satria Dewa]]''.
** Gatotkaca versi Jawa karya [[Is Yuniarto]] ditampilkan sebagai pahlawan yang dapat dimainkan di game ''[[Mobile Legends: Bang Bang]]''.
** [[Gatot Kaca (seri televisi 2005)|Gatotkaca]] merupakan sinetron [[SCTV]] pada Minggu, 21 Agustus-13 Nopember 2005 pukul 19:00-20:00 WIB berjumlah 13 episode diproduksi [[MD Entertainment]].
** Gatotkaca merupakan sinetron [[MNCTV]] pada Rabu, 17 Maret 2010 pukul 18:00-19:00 WIB diproduksi [[Lunar Jaya Films]] dan [[MNC Pictures]].
** Gatotkaca merupakan sinetron [[ANTV]] pada Sabtu, 11 Pebruari–Minggu, 2 April 2017 pukul 8:45-9:45 WIB diproduksi [[Lunar Jaya Films]], [[Verona Pictures]] dan [[ANTV Pictures]].
 
== Galeri ==
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai [[patih]] dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. [[Sangkuni]] dari [[Kerajaan Hastina]] datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya bukan milik Gatotkaca.
<gallery widths="200" heights="180">
 
Berkas:Ghatotkacha - Abhimanyu.jpg | Sosok Gatotkaca (kiri) dan [[Abimanyu]] (sedang memanah) dalam sebuah lukisan tradisional dari [[Maharashtra]], dibuat sekitar [[abad ke-19]].
Akibat hasutan tersebut, Brajadenta pun memberontak hendak merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi kakaknya itu. Kedua raksasa kembar tersebut pun tewas bersama. Roh keduanya kemudian menyusup masing-masing ke dalam telapak tangan Gatotkaca kiri dan kanan, sehingga manambah kesaktian keponakan mereka tersebut.
Berkas:Karna kills Ghatotkacha.jpg | Lukisan tradisional dari Wijayanagara, menggambarkan [[Karna]] (kiri) membunuh Gatotkaca (tengah), sementara [[Kresna]] dan [[Arjuna]] (kanan) menyaksikannya secara langsung.
 
Berkas:Gatotkaca (wayang).JPG | Gatotkaca dalam bentuk asli wayang kulit dengan hiasan/pahatan berwarna.
Setelah peristiwa itu Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, bergelar Patih Prabakiswa.
Berkas:Candi Gatotkaca, Dieng 1163.jpg|[[Candi Gatotkaca]] di [[Kompleks Candi Dieng]], Central Java, [[Indonesia]].
 
</gallery>
== Kematian Versi ''Mahabharata'' ==
Kematian Gatotkaca terdapat dalam buku ketujuh ''[[Mahabharata]]'' yang berjudul ''[[Dronaparwa]]'', pada bagian ''Ghattotkacabadhaparwa''. Ia dikisahkan gugur dalam [[perang di Kurukshetra]] atau [[Baratayuda]] pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga [[Pandawa]] melawan [[Korawa]], di mana Gatotkaca tentu saja berada di pihak Pandawa.
Versi ''[[Mahabharata]]'' mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian [[Jayadrata]] di tangan [[Arjuna]], pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka.
 
Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa [[rakshasa]] bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu [[Irawan]] putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
 
[[Duryodana]] pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa [[Karna]] menggunakan senjata pusaka pemberian [[Indra|Dewa Indra]] yang bernama Shakti untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca.
 
Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca.
 
Dalam barisan Pandawa hanya [[Kresna]] yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.
 
== Kematian Versi Jawa ==
[[Berkas:Ghatotkacha - Abhimanyu.jpg|right|300px|thumb|Sosok Gatotkaca (kiri) dan [[Abimanyu]] (sedang memanah) dalam sebuah lukisan tradisional dari [[Maharashtra]], dibuat sekitar [[abad ke-19]].]]
[[Perang di Kurukshetra]] dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] biasa disebut dengan nama [[Baratayuda]]. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' yang ditulis tahun [[1157]] pada zaman [[Kerajaan Kadiri]].
 
Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama [[Abimanyu]] putra [[Arjuna]]. Suatu hari Abimanyu menikah dengan [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utari]] putri [[Kerajaan Wirata]], di mana ia mengaku masih perjaka. Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Sitisundari putri [[Kresna]].
 
Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar suaminya telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu untuk mengajaknya pulang. Kalabendana adalah adik bungsu [[Arimbi]] yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia. Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah beristri selain Utari, maka kelak ia akan mati dikeroyok musuh.
 
Kalabendana kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Namun Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.
 
Ketika [[Baratayuda|perang Baratayuda]] meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para [[Korawa]] pada hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala [[Jayadrata]].
 
[[Duryudana]] sangat sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya tersebut. Ia memaksa [[Karna]] menyerang perkemahan [[Pandawa]] malam itu juga. Karna pun terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang.
 
Mendengar para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa pun mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih kaarena ''Kotang Antrakusuma'' yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang.
 
Pertempuran malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Namun ia sendiri kehilangan kedua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa yang tewas bersama musuh-musuh mereka, bernama Lembusura dan Lembusana.
 
Gatotkaca akhirnya berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia pun menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu [[Batara Surya]], Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca.
 
Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu.
 
Gatotkaca pasrah terhadap keputusan dewata. Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu pun musnah bersatu dengan sarungnya, yaitu kayu Mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca.
 
Gatotkaca telah tewas seketika. Arwah Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping tertimpa tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa. Akibatnya, pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya. Tidak terhitung banyaknya berapa jumlah mereka yang mati.
 
== Lihat pula ==
Baris 106 ⟶ 80:
* [[Bharatayuddha]]
 
== Catatan kakiReferensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat}}
* {{en}} [http://www.assamtourism.org/history_assam.htm Suku Kachari di India mengklaim bahwa Para Raja Kachari merupakan keturunan Gatotkaca, putera Bima]
* {{en}} [http://www.sacred-texts.com/hin/m07/m07171.htm Terjemahan bahasa Inggris ''Mahabharata'' bukujilid ketujuh atau ''Dronaparwa'', bagian Ghatotkacha''Ghatotkachabadhaparwa''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20221019191236/https://www.sacred-badhatexts.com/hin/m07/m07171.htm Parwa]|date=2022-10-19 }}
* {{id}} [http://jtoku.com/superhero/gatotkaca Gatotkaca sebagai konsep superhero] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120114125926/http://www.jtoku.com/superhero/gatotkaca |date=2012-01-14 }}
 
 
{{Tokoh Mahabharata}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
 
[[bn:ঘটোৎকচ]]
[[en:Ghatotkacha]]
[[fr:Gathotkacha]]
[[gu:ઘટોત્કચ]]
[[ja:ガトートカチャ]]
[[jv:Gathotkaca]]
[[ml:ഘടോൽകചൻ]]
[[nl:Gathotkaca]]
[[ru:Гхатоткача]]
[[su:Gatotkaca]]
[[ta:கடோற்கஜன்]]
[[te:ఘటోత్కచుడు]]
[[th:ฆโฎตกัจ]]