Filsafat proses: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Anangyb001 (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
(116 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
▲''''Filsafat proses'''' atau filsafat organisme adalah filsafat yang mengatakan bahwa segala sesuatu selalu menjadi.<ref name="Cobb">{{en}}John B. Cobb dan David Ray Griffin. 1976, Process Theology, An Introduction. Philadelphia: The Westminster Press. Hlm. 14-16. </ref> Pengertian ‘proses’ in mengandung makna yakni adanya perubahan berdasarkan mengalirnya waktu dan kegiatan yang saling berkaitan.<ref name="Cobb"/> Kemudian realitas dipahami bukan sebagai sesuatu yang statis melainkan terus bergerak dan berubah dalam suatu dinamika pergerakan yang berkelanjutan.<ref name="Cobb"/> Filsafat ini dicetuskan oleh [[Alfred North Whitehead]] (15 Februari 1861 Ramsgate, Kent, England – 30 Desember 1947 Cambridge, Massachusetts, USA) seorang guru besar Matematika Trinity College yang selanjutnya menjadi guru besar [[filsafat]] di [[Universitas Harvard]] menemukan teori filsafat proses atau disebut juga dengan ''filsafat organisme''. <ref name="Audi (ed.)">{{en}}Robert Audi. 1995, The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge. Hlm. 851-853. </ref>
[[Berkas:Pemikir.jpg|jmpl|350px|Filsuf-filsuf yang memengaruhi Whitehead: Plato, Hegel, Aristoteles, David Hume, Leibniz, John Locke, Immanuel Kant, Descartes]]
▲=Tokoh-fokoh Filsafat yang mempengaruhi Whitehead=
▲ Alfred North Whitehead, yang dikenal dengan sebutan Whitehead, menemukan sistem filsafatnya berdasarkan usaha kritis dan kreatif dalam dialog intelektual dengan para pemikir lain dan dalam konfrontasinya dengan pengalaman hidup.<ref name="Sudarminta (ed.)">{{id}}Sudarminta. 1991, Filsafat Proses, Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfred North Whitehead. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 24. </ref> Dalam bukunya yang berjudul Process and Reality, ia menyebutkan filsuf-filsuf yang mempengaruhinya (Sudarminta, 25).Plato adalah salah satu filsuf yang mempengaruhinya. <ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 25</ref> Bagi Whitehead, sistem filsafat yang mau dikembangkannya adalah suatu sintesis kreatif atas kosmologi Plato, sebagaimana dikemukakan dalam dialognya yang berjudul Timaeus, dengan kosmologi modern sebagaimana yang dikembangkan oleh Galileo, Descartes dan Newton.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 25</ref> Aristoteles adalah Filsuf yang bagi Whitehead memberikan sembangan yang penting bagi sistem filsafat proses. walaupun banyak hal yang ditentang dari Aristoteles, Whitehead menerima gagasan Aristoteles yang mengatakan bahwa realitas yang nyata dan konkret adalah realitas aktual yang merupakan perpaduan forma dan materi.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 26</ref>
== Kritik Terhadap Materialisme Ilmiah ==
▲ Whitehead menyebut filsafatnya sebagai Filsafat Organisme.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> gagasan filsafat ini lahir sebagai reaksi dan alternatif terhadap pandangan kosmologi yang disebut Materialisme Ilmiah.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> pandangan ini mengatakan bahwa dunia ini terdiri dari anasir-anasir material yang hukum-hukumnya bisa dimengerti dan dijelaskan secara tuntas oleh ilmu pengetahuan, khususnya matematika dan fisika.ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> Materialisme Ilmiah menyebut dunia ini tidak lain sebagai mesin besar yang terdiri dari jalinan anasir-anasir independen dan saling berhubungan secara eksternal.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> Dunia ini bersifat impersonal, tidak bermakan, tidak bernilai dan tidak bertujuan.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> Bagi Maretialisme Ilmiah yang nyata adalah segala sesuatu yang dapat dibuktikan secara ilmiah.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> Materialisme Ilmiah menekankan sebab-sebab yang menjelaskan wujud dan sebab-sebab yang menjelaskan siapa yang mengerjakan sesuatu.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 29</ref> Bagi Whitehead pandangan kosmologis Materialisme Ilmiah ini berakar dari kosmologi Descartes yang menanggap dunia ini sebagai materi.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 30</ref> Pandangan dunia yang materialistis dan mekanistis ini diambil alih oleh John Locke, Galileo dan Newton.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 30</ref>
▲ Whitehead tidak mengatakan bahwa Materialisme Ilmiah sebagai paham yang benar-benar keliru.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 30</ref> Cerita kesusksesan Materialisme Ilmiah dalam sejarah telah membuktikan kemajuan bagai kemanusiaan.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 30</ref> Whitehead menyatakan bahwa kekeliruan Materialisme Ilmiah terletak pada generalisasi filosofis yang dibuatnya.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 30</ref> Materialisme Ilmiah menarik kesimpulan yang lebih luas dari yang secara sahih bisa dijamin oleh premis-premisnya (30). Whitehead menyebutkan kekeliruan Materialisme ilmiah dalam hal menganggap konkret apa yang sesungguhnya abstrak. <ref name="Whitehead (terj.)">{{id}}Albert North Whitehead, Hlm. 7, 18, 93</ref>
▲ Materialisme Ilmiah mengatakan bahwa dunia terdiri dari rangkaian partikel-partikel yang terletak dalam ruang dan waktu.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> Dalam pandangan ini ruang dan waktu bersifat mutlak.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> hubungan partikel-partikel tersebut dengan partikel-partikel lainnya tidak menambah dan mengurangi hakikat adanya partikel tersebut.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> kategori waktu, kecepatan gerak dan hubungan internal yang membentuk dunia, tidak berperan sama sekali.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> setiap benda merupakan satuan-satuan padat yang mandiri dan dianggap memiliki ciri-ciri yang tetap dimanapun bena itu berada.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> Bagi Whitehead, hal ini keliru, karena benda yang nampak statis dan jelas itu hanyalah abstraksi akal budi demi kegunaan pragmatis dari suatu proses dinamis satuan-satuan peristiwa yang terus-menerus membentuk benda tersebut.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> Pandangan ini berakar kepada substansi.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 31</ref> Whitehead juga mengkritik materialisme ilmiah sebagai paham yang tidak memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.<ref name="Sudarminta">Sudarminta, Hlm. 33</ref>
Whitehead memulai filsafatnya dengan melihat realitas.<ref name="Paulus Budi Kleden">{{id}}Paulus Budi Kleden. 2002, ''Dialog Antragama Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead.'' Maumere: Ledalero. Hlm. 24-33. </ref> Ia melihat bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan yang konsisten.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Berdasarkan pengamatan ini, filsafat organisme lahir.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Di dalam filsafat organisme segala sesuatu berada dalam proses menjadi.<ref name="Cobb"/> Segala sesuatu terlibat dalam proses.<ref name="Cobb"/> Satuan terkecil dan mendasar dalam proses, Whitehead sebut sebagai [[entitas aktual]].<ref name="Whitehead (terj.) 51-60"/> segala sesuatu merupakan entitas aktual.<ref name="Whitehead (terj.) 51-60"/> entitas aktual-entitas aktual ini bersifat organis.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Satu entitas aktual tidak terlepas dari satu entitas aktual yang lainnya.<ref name="Cobb"/> entitas aktual bukanlah hakikat terkecil dari makluk hidup. Segala sesuatu terbentuk dari rentetan peristiwa.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Bagi Whitehead, entitas aktual bukan satuan mendasar dari makhluk hidup atau benda, melainkan suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi bagian dari makhluk atau benda itu.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
[[Alam semesta]] ini terdiri dari beragam entitas aktual yang berdiri sendiri dan berdampingan.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Berbagai entitas aktual yang berada dalam ruang dan waktu ini melakukan [[sintesis]] dan menghasilkan entitas aktual yang lain dengan segala kompleksitasnya.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Entitas aktual yang lain itu mengandung unsur-unsur entitas aktual yang bersintesis sebelumnya.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> kandungan unsur entitas aktual ini bisa sama dan bisa juga berbeda.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Kompleksitas entitas aktual ini disebut oleh Whitehead sebagai ''nexus''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> nexus disebut juga sebagai jaringan entitas aktual.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Istilah nexus sendiri dicetuskan oleh Whitehead untuk menyebut hakikat sesuatu yang disebut substansi. Sebuah nexus terjadi karena adanya relasi antar entitas aktual yang berada dalam ruang dan waktu.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> bagi Whitehead, nexus memiliki hakikat relasi yang berkesinambungan antara unsur-unsurnya.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Hakikat relasi yang intensif ini disebut dengan ''society''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> yang menentukan sebuah ''society'' adalah adanya unsur formal atau unsur yang tetap dan tidak berubah yang masuk kedalam setiap entitas aktual.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> unsur formal ini adalah ciri dasar yang mendefinisikan ''society'' yang bersangkutan. Unsur formal ini masuk ke dalam entitas aktual karena adanya sintesis beragam entitas aktual yang ada di dalam ruang dan waktu.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
▲=Kategori-kategori Filsafat Proses=
[[Entitas aktual]], [[Kreativitas]], [[Objek-objek abadi]], [[Tuhan]], [[Prehensi]], [[bentuk-bentuk subjektif]], [[nexus]], [[kontras]]▼
Setiap entitas aktual yang ada di semesta ini, menciptakan dirinya sendiri menjadi satu subjek.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> proses ini disebut sebagai ''individuasi'' atau ''subjektivikasi''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Di dalam proses menjadi entitas aktual, segala sesuatu mengambil peran sebagai sumber informasi yang menentukan terbentuknya entitas aktual.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Proses menjadi, selalu terjadi di alam semesta bukan di luar alam semesta.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Alam semesta adalah kumpulan subjek-subjek.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Sebuah subjek memiliki hubungan dengan alam semesta yang daripadanya ia berasal.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> sebuah subjek memengaruhi alam semesta dan alam semesta juga memengaruhi subjek.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Alam semesta adalah nexus.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> oleh karena itu entitas aktual tidak tertutup bagi dirinya sendiri.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Entitas aktual menentukan alam semesta dan ditentukan oleh alam semesta.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
=Referensi=▼
Entitas aktual bebas dalam menentukan dirinya sendiri, meskipun ia dikelilingi oleh berbagai informasi yang mengitarinya.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> setiap entitas aktual bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> meskipun entitas aktual independen pada dirinya sendiri, ia ditentukan oleh informasi yang diperoleh di sekitarnya.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Keterkaitan entitas aktual dengan alam semesta ini, Whitehead sebut sebagai [[konkresi]] atau ''concrescence''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Konkresi artinya adalah relasi antara entitas aktual dengan alam semesta menjadi sesuatu yang konkret (menjadi sebuah subjek).<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Konkresi tertuju kepada sesuatu.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Tujuan itu bukan ada sebelum relasi antara entitas aktual dengan alam semesta tetapi sebagai sesuatu yang hendak dicapai.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
Whitehead menjelaskan hubungan antara entitas aktual dengan alam semesta dengan sebutan [[prehensi]] atau ''prehension''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> prehensi adalah pencerapan.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Mencerap mengandaikan adanya relasi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> bentuk relasi keduanya terungkap dalam prehensi.setiap prehensi mempunyai tiga faktor: ''subjek'' yang memprehensi, yakni entitas aktual yang menjadi subjek melalui prehensi; [[datum]] yang diprehensi; dan ''bentuk subjektif'' yang menunjukan bagaimana sebuah datum diprehensi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> sebuah entitas aktual menycerap informasi yang ada di alam semesta melalui prehensi untuk menjadi subjek.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> jika di dalam prehensi sebuah datum diterima sebagai unsur relevan untuk membangun unsur-unsur subjeknya, ia melakuakn prehensi positif.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> jika di dalam prehensi sebuah datum ditolak dan dieliminasi (dianggap tidak relevan bagi pembentukan unsur-unsur subjek) maka ia melakukan prehensi negatif.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Whitehead menyebut prehensi positif sebagai ''feeling''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
ketika suatu entitas aktual sudah menjadi subjek, ia akan menjadi bagian dari keberagaman.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> keberagaman subjek ini menjadi satu dalam proses dalam menciptakan entitas aktual.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Di dalam satu entitas aktual terdapat unsur keberagaman subjek.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Satu entitas aktual memproyeksikan keberagaman subjek yang ada.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Dalam menjadi entitas aktual yang baru, nilai-nilai pengalaman berperan. Sebuah entitas aktual menjadi subjek apabila ia memiliki pengalaman yang intensif akan dirinya sendiri.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> intensitas pengalaman akan diri sendiri ditentukan oleh intensitas pengalaman akan segala informasi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> sebuah pengalaman yang intensif hanya mungkin terjadi dalam sebuah relasi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Mengalami diri secara intensif mengandaikan adanya hal-hal yang bertentangan antara diri sendiri dengan segala yang lain dalam satu kesatuan yang harmonis.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Karena nilai-nilai ditentukan oleh hal-hal yang berbeda, maka semakin sebuah entitas aktual dalam proses perwujudan diri dapat membedakan dirinya dari yang lain, semakin intensif entitas aktual itu mengalami subjek, semakin intensif pula dia mengalami dirinya sendiri.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
setiap entitas aktual bukan hanya menjadi sebuah proyek bersama keberagaman subjek. setiap entitas aktual berperan pula dalam menjadi informasi bagai terbentuknya entitas aktual yang lain.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> entitas aktual yang menjadi objek informasi bagai entitas aktual yang lainnya, Whitehead sebut sebagai, ''objektivikasi''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> objektifikasi adalah entitas aktual yang telah tuntas menjadi dirinya sendiri dan kemudian menjadi objek informasi bagi terbentuknya entitas aktual yang lain.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Entitas aktual yang telah tuntas menjadi dirinya akan menjadi datum bagi terbentuknya etintas aktual yang lain.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> entitas aktual dapat dikatakan sebagai entitas aktual jika ia sudah dapat menyediakan informasi (menjadi datum) bagai potensi terbentuknya entitas aktual yang lain.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
dengan demikian entitas aktual memiliki dimensi privat dan dimensi publik. Di dalam dimensi Privat, entitas aktual dapat menentukan dirinya sendiri secara mandiri. Di dalam dimensi publik, entitas aktual dibentuk oleh unsur-unsur lain di sekitarnya. melalui objektifikasi sebuah entitas aktual akan menjadi subjek. Setelah subjek itu mencapai pemenuhannya ia akan menjadi objek (informasi yang memengaruhi sekitarnya) bagi segala sesuatu yang akan muncul.
Proses menjadian diri (subjektivikasi) dan pemberian diri untuk turut membentuk yang baru (objektifikasi) diarahkan oleh cita-cita diri.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Whitehead menyebut cita-cita diri sebagai ''subjective aim''.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> cita-cita diri inilah yang akan menjadi ukuran bagi entitas aktual dalam menimbang berbagai informasi yang ada di alam semesta.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> cita-cita diri ini belum ada sebelum atau sesudah prehensi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Ia ada besamaan ketika prehensi informasi-imformasi terjadi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> cita-cita diri terbentuk melalui pergumulan data-data di dalam prehensi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> cita-cita diri berbeda dengan ''eternal object'', [[objek-objek abadi]].<ref name="Sudarminta"/> objek-objek abadi adalah kemungkinan-kemungkinan murni yang akan menjadi prinsip yang memberikan wujud bagi entitas aktual.<ref name="Sudarminta"/> objek-objek abadi mengandaikan adanya prinsip tertentu yang memberi wujud bagi entitas aktual.<ref name="Sudarminta"/> Tanpa objek-objek abadi, tidak akan pernah ada entitas aktual.<ref name="Sudarminta"/> Karena tidak ada satupun yang berwujud.<ref name="Sudarminta"/> objek-objek abadi bukanlah entitas aktual. Ia layaknya dunia ide dalam sistem filsafat plato.<ref name="Sudarminta"/> meski ia bukan satuan aktual ia memiliki hubungan dengan entitas aktual.<ref name="Sudarminta"/> Objek-objek abadi di mungkinkan keberadaannya berdasarkan analisis dari entitas aktual.<ref name="Sudarminta"/>
objek-objek abadi ini di tampung dalam sebuah entitas aktual yang asali.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Entitas aktual asali ini White sebut sebagai Tuhan.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Tuhan di dalam filasfat proses, Tuhan adalah satuan aktual yang berfungsi sebagai prinsip penentu terbentuknya satuan aktual yang lain.<ref name="Sudarminta"/> Di dalam Filsafat proses, Tuhan tidak bisa dipisahkan dengan objek-objek abadi.<ref name="Sudarminta"/> Tuhan adalah pengarah sekaligus penggerak dari proses menjadi.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Di dalam proses Tuhan bukanlah pencipta yang bebas dan tidak tunduk pada siapapun.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Di dalam Proses, Tuhan yang adalah entitas aktual didasarkan pada sebuah prinsip yang tidak bisa tidak ada.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> prinsip yang tidak bisa tidak ada ini adalah [[Kreativitas (Filsafat Proses)|kreativitas]].<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Kreativitas sendiri bukan merupakan entitas aktual.<ref name="Paulus Budi Kleden"/> Kreativitas adalah daya kebaruan. Ia adalah daya yang memungkinkan terjadinya satuan aktual yang baru.<ref name="Paulus Budi Kleden"/>
= Kategori-kategori Filsafat Proses =
▲[[Entitas aktual]], [[Kreativitas (Filsafat Proses)]], [[Objek-objek abadi]], [[Tuhan
▲= Referensi =
{{reflist}}
= Daftar Pustaka =
*
*
*
* Kleden, Paulus Budi. 2002, ''Dialog Antragama Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead.'' Maumere: Ledalero.
*Empat Whitehead, Albert North . Filsafat Proses, Proses dan Realitas Dalam Kajian Kosmologi. 2009, Kreasi Wacana▼
* Sudarminta. 1991, ''Filsafat Proses, Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfred North Whitehead.'' Yogyakarta: Kanisius
▲*
{{Authority control}}
[[Kategori:Filsafat Barat]]
[[Kategori:Ontologi]]
|