Jembatan Ampera: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(109 revisi perantara oleh 56 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{bukan|Stasiun Ampera}}
{{EngvarB|date=June 2021}}
|bridge_name= Jembatan Ampera▼
{{Infobox bridge
▲|bridge_name= Jembatan Ampera<br/>جمبتن أمڤيرا
|image=Jembatan Ampera at night.JPG
|locale=[[Kota Palembang]], [[Provinsi Sumatera Selatan]]▼
|caption= Panorama Jembatan Ampera saat malam
|width={{convert|22|m|ft|0}}▼
|official_name= Jembatan Ampera<br/>جمبتن أمڤيرا<br/> (Amanat Penderitaan Rakyat)
|also_known_as= Jembatan Bung Karno (1965-1966)
|length={{convert|1117|m|ft|0}}▼
|carries= Lalu lintas, pejalan kaki
|crosses= [[
|design= Angkat vertikal
|mainspan= {{convert|
▲|width= {{convert|22|m|ft|0}}
|clearance=
|below= 7 meter
|traffic=
|designer= Tim arsitek dari Jepang<ref>{{Cite web|title=Jembatan Ampera - Ensiklopedia|url=https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Jembatan_Ampera|website=esi.kemdikbud.go.id|access-date=2024-02-25}}</ref>
|begin= {{start date and age|1962|April|10|df=yes}}
|inaugurated= {{start date and age|1965|November|10|df=yes}}
|open= {{start date and age|1965|November|10|df=yes}}
|coordinates= {{coord|7|11|3|S|112|46|48|E|display=inline,title}}▼
|toll=
|heritage =
|map_cue=
|map_image=
|map_text=
|map_width=
▲|coordinates = {{coord|
}}
'''Jembatan Ampera ([[Abjad Jawi|Jawi]]: جمبتن أمڤيرا)''' ('''Am'''anat '''Pe'''nderitaan '''Ra'''kyat) adalah sebuah [[jembatan]] di [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]], [[Indonesia]]. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah [[Seberang Ulu]] dan [[Seberang Ilir]] yang dipisahkan oleh [[Sungai Musi]]. Jembatan Ampera merupakan ikon Kota Palembang yang paling terkenal.<ref>{{Cite news|last=Shidqiyyah|date=2018-12-21|title=Jembatan Ampera dari Masa ke Masa, Ikon Kota Palembang|url=https://www.liputan6.com/news/read/3853963/jembatan-ampera-dari-masa-ke-masa-ikon-kota-palembang|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2020-11-05|first=Septika|editor-last2=Fahrudin|editor-first2=Nanang|editor-last=Nurdiarsih|editor-first=Fadjriah}}</ref>
== Struktur ==
Panjang Jembatan Ampera 1.117 m, lebar 22 m (bagian tengah 71,90 m, berat 944 ton dan dilengkapi pembandul seberat 500 ton), semua bagian tengah bisa diangkat agar kapal-kapal besar bisa lewat namun sejak tahun 1970 bagian tengah sudah tidak dapat diangkat lagi. Bandul pemberatnya pada tahun 1990 dibongkar karena dikhawatirkan dapat membahayakan. Tinggi jembatan ini 11,5 m dari atas permukaan air, tinggi menara 63 m dari permukaan tanah dan jarak antara menara 75 m.<ref>{{Cite web|url=http://sda.pu.go.id/bbwssumatera8/2018/02/08/jembatan-ampera/|title=Jembatan Ampera|last=|first=|date=8 Februari 2018|website=sda.pu.go.id|access-date=}}</ref><ref name="DetikAmpera" />
== Sejarah ==▼
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman [[Gemeente]] Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Wali kota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.<ref>{{Cite book|title=82 Tahun Pemerintahan Kota Palembang|last=Hanafiah|first=Djohan|publisher=Humas Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang|year=1988|isbn=|location=Palembang|pages=|url-status=live}}</ref>
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan waktu itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama [[Sungai Musi]] yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, [[Achmad Bastari|H.A. Bastari]]. Pendampingnya, Wali kota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada [[Soekarno|Bung Karno]] agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan ''boulevard'' atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan Jembatan Ampera dipusatkan di wilayah hilir yang merupakan kawasan pusat kota, terutama kawasan 16 Ilir. Sewaktu pembangunan Jembatan Ampera, banyak sekali bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibongkar, salah satunya pusat perbelanjaan terbesar [[Matahari Department Store|Matahari]] atau Dezon, Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO. Bangunan peninggalan Belanda yang tidak dibongkar hanya [[menara air]] atau ''waterleding'' yang sekarang digunakan sebagai Kantor Wali Kota. Di bagian hulu, banyak perumahan penduduk yang juga ikut dibongkar.<ref>{{Cite journal|last=Melisa|first=Melisa|year=2012|title=Ampera dan Perubahan Orientasi Ruang Perdagangan Kota Palembang 1920an-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23768|journal=Lembaran Sejarah|volume=9|issue=1|pages=|doi=}}</ref>
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana [[pampasan perang]] [[Jepang]]. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.<ref name="DetikAmpera">{{cite news|title = Dibiayai Jepang, Jembatan Ampera Dulu Bernama Bung Karno|publisher = Detik.com|date = 6 Agustus 2007||url = http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/06/time/084752/idnews/813573/idkanal/10|accessdate = 15 September 2007}}</ref>
▲== Sejarah ==
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.<ref name="KompasAmpera">{{cite news|title = 33 Tahun Sudah Jembatan Ampera Tak Bisa Naik Turun Lagi|publisher = Kompas|date = 19 April 2003|4 = |url = http://kompas.com/kompas-cetak/0304/19/daerah/243065.htm|accessdate = 15 September 2007|archive-date = 2003-04-20|archive-url = https://web.archive.org/web/20030420131838/http://kompas.com/kompas-cetak/0304/19/daerah/243065.htm|dead-url = yes}}</ref>
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada
Sekitar
== Keistimewaan ==▼
Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.▼
▲Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tanggal [[1 Januari]] [[1904]] sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu jembatan ini adalah jembatan terpanjang di [[Asia tenggara]]. Setelah terjadi pergolakan politik pada tanggal [[1 Januari]] [[1905]] ketika gerakan anti-[[Hindia Belanda]] sangat kuat nama jembatan itu pun diubah menjadi '''Jembatan Ampera''' ('''Amanat Penderitaan Rakyat'''). Menunggu Wajah Baru '''Jembatan Ampera'''.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi
▲Sekitar pada tanggal [[1 Januari]] [[1906]] ada wacana untuk mengembalikan nama [[Willem Rooseboom]] sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
▲== Keistimewaan ==
▲Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
▲Pada saat bagian tengah jembatan diangkat kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter bisa lewat mengarungi [[Sungai Musi]]. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
▲Pada tanggal [[1 Januari]] [[1910]] aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada
== Referensi ==
{{reflist}}
== Lihat pula ==
* [[Jembatan Musi II]]
* [[Jembatan Musi IV]]
== Pranala luar ==
{{commonscat-inline|Ampera Bridge}}
* [http://indonesia.travel/id/destination/227/jembatan-ampera Situs Resmi Kementrian Pariwisata]
[[Kategori:Jembatan
[[Kategori:Kota Palembang]]
[[Kategori:Tempat wisata di Sumatera Selatan]]
|