Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Kakei Yukata (bicara | kontrib)
 
(89 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
{{paragraf pembuka}}
{{rapikanorphan}}
<!--PERLU 5 PRANALA BALIK-->
{{kelayakan}}
[[Berkas:Perhimpunan_Pengembangan_Pesantren_dan_Masyarakat_Icon.jpg|jmpl|ka|200px|logo P3M]]
'''Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat''' ('''P3M''') adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang nirlaba dan non pemerintah. Didirikan pada tanggal 18 Mei 1983 oleh para kyai pengasuh pesantren terkemuka di Indonesia dan beberapa aktivis LSM tahun 1980-an, sebagai wadah aktualisasi tanggung jawab para ulama atau kyai terhadap kehidupan masyarakat dan bangsanya. Dari unsur pesantren di antaranya adalah KH. Sahal Makhfudz (Kajen). KH. M. Ilyas Ruhiyat (Cipasung), KH. Wahid Zaini (Paiton), KH. Yusuf Hasyim (Tebuireng) dan KH. Hamam Dja’far (Pabelan), sementara dari unsur LSM tahun 80-an adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur), Dawam Rahardjo dan Sucipto Wirosarjono.<ref>Buletin Jaring, Edisi 2 April 1998, h. 8</ref> Pusat Kegiatan P3M berkantor di Jl. Cililitan Kecil III/12 Cililitan Kramat Jati Jakarta Timur.
'''Perhimpunan pengembangan pesantren dan masyarakat (P3M)''' adalah sebuah [[lembaga swadaya masyarakat]] yang didasarkan pada komunitas [[pesantren]] sebagai pusat [[pendidikan]] dan keagamaan [[masyarakat]]. P3M didirikan oleh sejumlah [[kyai]] pengasuh pesantren dan beberapa tokoh masyarakat nasional untuk memfasilitasi kepentingan pesantren dalam penguatan dirinya melalui perkhidmatan kepada masyarakat sekitar dan lingkungannya. Lembaga ini menjalankan pusat kegiatannya di Jakarta, sejak berdirinya di tahun 1983.
Sebagai lembaga swadaya masyarakat yang terlibat di bidang [[pemberdayaan masyarakat|pemberdayaan]] dan pengembangan pesantren dan masyarakat, P3M memiliki jaringan pesantren di wilayah Indonesia.
 
== Sejarah ==
Sejarah berdirinya P3M dimulai sejak ada program pengembangan masyarakat oleh pesantren yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendahuluinya. LSM-LSM tersebut seperti LP3ES, Bina Desa, Bina Swadaya, kemudian juga LSP (Lembaga Studi Pegembangan). Lembaga-lembaga LSM awal tahun 70-an itu memang banyak menggunakan Pesantren sebagai pintu masuk dalam program pengembangan masyarakat ini. Lama-kelamaan kyai-kyai yang ikut program dalam pengembangan masyarakat melalui pesantren ini melihat bahwa perlu atau alangkah lebih baiknya kalau ada sebuah LSM tersendiri yang dimotori oleh kyai-kyai pengasuh pesantren untuk menfasilitasi program community development (CD) melaui pesantren ini. Jadi bukan melalui lembaga-lembaga LSM yang sebenarnya tidak berbasis pesantren. Dengan lembaga seperti ini, P3M berdiri dari kesepakatan para kyai-kyai terkemuka di Jawa dan beberapa di luar Jawa.
P3M adalah sebuah [[lembaga swadaya masyarakat]] yang Didirikan pada 18 Mei 1983 oleh para kyai pengasuh pesantren terkemuka di Indonesia dan beberapa aktivis LSM tahun 1980-an, sebagai sarana pernyataam tanggung jawab para ulama atau kyai terhadap kehidupan masyarakat dan bangsanya. Dari unsur pesantren di antaranya adalah KH.[[Sahal Mahfudz]] (Kajen). [[KH. M. Ilyas Ruhiyat]] (Cipasung), KH. Wahid Zaini (Paiton), KH. Yusuf Hasyim (Tebuireng) dan KH. Hamam Dja’far (Pabelan), sementara dari unsur LSM tahun 80-an adalah KH.[[Abdurrahman Wahid]], Dawam Rahardjo dan Sucipto Wirosarjono.<ref>Buletin Jaring, Edisi 2 April 1998, h. 8</ref> Pusat Kegiatan P3M berkantor di Jl. Cililitan Kecil III/12 Cililitan Kramat Jati Jakarta Timur.
 
Sejarah berdirinya P3M dimulai sejak ada program pengembangan masyarakat oleh pesantren yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendahuluinya. LSM-LSM tersebut seperti LP3ES, [[Bina Desa]], Bina Swadaya, kemudian juga LSP (Lembaga Studi Pegembangan). Lembaga-lembaga LSM awal tahun 70-an itu memang banyak menggunakan Pesantren sebagai pintu masuk dalam program pengembangan masyarakat ini. Lama-kelamaan para kyai yang ikut program dalam pengembangan masyarakat melalui pesantren ini melihat bahwa alangkah lebih baiknya kalau ada sebuah LSM tersendiri yang dimotori oleh para kyai pengasuh pesantren untuk menfasilitasi program pengembangan masyarakat melaui pesantren ini. Jadi bukan melalui lembaga-lembaga LSM yang sebenarnya tidak berdasar pesantren. Dengan lembaga begini, P3M berdiri dari kesepakatan para kyai terkemuka di Jawa dan beberapa di luar Jawa.
Pesantren sebagai tempat untuk program pengembangan masyarakat, itu dimulai ketika Dawam Rahardjo memimpin pelaksanaan proyek pengembangan masyarakat melalui pesantren di LP3ES pada tahun 1970-an. Dengan mempertimbangkan akses Muslim tradisionalis ke dunia pesantren. Dawam kemudian mulai merekrut beberapa kalangan Nahdlotul Ulama (NU) untuk terlibat dalam program-program pengembangan masyarakat. Tokoh-tokoh penting di kalangan NU yang kemudian terlibat dalam program ini diantaranya KH. Abdurahman Wahid, di kalangan tokoh mudanya beberapa yang turut terlibat juga adalah Arief Mudatsir, Mufid Busyaeri, Masykur Maskub, MM. Billah, Ison Basuni dan Masdar Farid Mas’udi yang kemudian juga memimpin lembaga P3M.<ref>Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society, Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan PPIM-UIN Jakarta: 2002), h. 96</ref> Maka sejak tahun 1980-an tercatat sejumlah pesantren yang menjadi sasaran proyek LP3ES, di antara pesantren tersebut adalah pesantren Al-Nuqoyah di Galuk-Galuk Madura, pimpinan KH. Abdul Basith dan pesantren Maslakhul Huda di Kajen, Jawa Tengah, pimpinan KH. Sahal Mahfudz. Di kedua pesantren ini usaha-usaha pengembangan terutama diarahkan pada masyarakat sekitar pesantren yang sangat miskin. Selain itu sasaran LP3ES lainnya juga pesantren Tebuireng di Jawa Timur, Pesantren Cipasung di Jawa Barat, dan Pesantren Pabelan di Jawa Tengah.
 
[[Pesantren]] sebagai tempat untuk program pengembangan masyarakatdimulai ketika Dawam Rahardjo memimpin pelaksanaan proyek pengembangan masyarakat melalui pesantren di LP3ES pada tahun 1970-an. Dengan mempertimbangkan akses Muslim tradisionalis ke dunia pesantren. Dawam kemudian mulai mempekerjakan beberapa kalangan Nahdlotul Ulama (NU) untuk terlibat dalam program-program pengembangan masyarakat. Para tokoh penting di kalangan NU yang kemudian terlibat dalam program ini diantaranya KH. Abdurahman Wahid, di kalangan tokoh mudanya beberapa yang turut terlibat juga adalah Arief Mudatsir, Mufid Busyaeri, Masykur Maskub, MM. Billah, Ison Basuni dan Masdar Farid Mas’udi yang kemudian juga memimpin lembaga P3M.<ref>Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society, Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan PPIM-UIN Jakarta: 2002), h. 96</ref> Maka sejak tahun 1980-an tercatat sejumlah pesantren yang menjadi sasaran proyek LP3ES, di antara pesantren tersebut adalah pesantren Al-Nuqoyah di Galuk-Galuk Madura, pimpinan KH. Abdul Basith dan pesantren Maslakhul Huda di Kajen, Jawa Tengah, pimpinan KH. Sahal Mahfudz. Di kedua pesantren ini banyak usaha pengembangan terutama diarahkan pada masyarakat sekitar pesantren yang sangat miskin. Selain itu sasaran LP3ES lainnya juga pesantren Tebuireng di Jawa Timur, Pesantren Cipasung di Jawa Barat, dan Pesantren Pabelan di Jawa Tengah.
Menurut Masdar F. Mas’udi, berdirinya P3M dilatari oleh besarnya potensi pesantren sebagai center of excellent masyarakat bawah sekaligus sebagai pusat perubahan yang berbasis kepada kesadaran masyarakat serta sumberdaya kulturalnya. Selain itu, kelahiran lembaga ini juga dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan informasi antara dunia luar (baca: masyarakat) dengan kalangan pesantren. Karena penggambaran dan pandangan orang luar terhadap pesantren terkadang kurang pas dan tidak membumi menurut pandangan orang pesantren itu sendiri, maka agar adanya keutuhan informasi mengenai dunia pesantren itulah diperlukan sebuah wadah bernama P3M.<ref>Masdar F. Mas’udi, Lembaga Penggugat Pesantren, Majalah AULA, Agustus 1997 h. 71</ref>
 
Menurut [[Masdar F. Mas’udi]], berdirinya P3M dilatari oleh besarnya bakat pesantren sebagai pusat keluarbiasaan masyarakat bawah sekaligus sebagai pusat perubahan yang berdasarkan kesadaran masyarakat serta sumber daya kebudayaanha. Selain itu, kelahiran lembaga ini juga dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan informasi antara dunia luar (baca: masyarakat) dengan kalangan pesantren. Karena penggambaran dan pandangan orang luar terhadap pesantren terkadang kurang pas dan tidak membumi menurut pandangan orang pesantren itu sendiri, maka agar adanya keutuhan informasi mengenai dunia pesantren itulah diperlukan sebuah fasilitas bernama P3M.<ref>Masdar F. Mas’udi, Lembaga Penggugat Pesantren, Majalah AULA, Agustus 1997 h. 71</ref>
Lebih lanjut Masdar F. Mas’udi menjelaskan bahwa dengan P3M program pengembangan masyarakat itu sendiri dijalankan bersama-sama dengan komunitas pesantren. P3M kemudian melakukan suatu proses penafsiran ulang pemahan keagamaan untuk menjadi landasan bagi gerakan sosial pengembangan masyarakat itu. Maka lahirlah di antaranya teologi sosial dan fikih sosial. Karena fikih sosial itulah yang akan menjadi basis teologi, jadi muncullah gagasan untuk mengembangkan fikih sosial sebagai landasan teologis dari community development oleh pesantren.<ref>Muhtadi, Dakwah sebagai Kerja Kebudayaan – Studi atas Program Fiqih Nisa’ P3M. (Jakarta: P3M, 2001), h. 11-12</ref>
 
Lebih lanjut Masdar F. Mas’udi menjelaskan bahwa dengan P3M program pengembangan masyarakat itu sendiri dijalankan bersamaan dengan komunitas pesantren. P3M kemudian melakukan suatu proses penafsiran ulang pemahan keagamaan untuk menjadi landasan bagi gerakan sosial pengembangan masyarakat itu. Maka lahirlah di antaranya teologi sosial dan fikih sosial. Karena fikih sosial itulah yang akan menjadi dasar teologi, jadi muncullah gagasan untuk mengembangkan fikih sosial sebagai landasan teologis dari pengembangan rakyat oleh pesantren.<ref>Muhtadi, Dakwah sebagai Kerja Kebudayaan–Studi atas Program Fiqih Nisa’ P3M. (Jakarta: P3M, 2001), h. 11-12</ref>
Meski tidak berafiliasi secara struktural dengan NU, P3M kemudian juga menjadi salah satu wadah bagi kegiatan kalangan NU. Kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan lembaga ini pun diarahkan bagi pesantren-pesantren terutama kalangan NU. Di antara kegiatan-kegiatan yang kemudian dilakukan adalah pelatihan manajemen dan organisasi pesantren, koperasi, teknologi tepat guna dan diskusi (halaqoh) dengan para kyai pengasuh pesantren. Dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan program-program pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah lainnya dalam kegiatan pengembangan sosial, poitik dan ekonomi masyarakat. P3M memfokuskan diri pada program-program pengembangan wawasan kyai dan masyarakat pesantren sekaligus menjadi fokus kajian agama tafaqquh fi aldien secara kritis.<ref>Lies Marcoes Natsir dan Syafiq Hasyim, P3M dan Program Fiqih an-Nisa untuk Penguatan Hak-hak Reproduksi Perempuan Tahun 1995-1997. (Jakarta: P3M, 1995). H. 1</ref>
 
Meski tidak terkait secara struktural dengan [[Nahdlatul Ulama]] (NU), P3M kemudian juga menjadi salah satu fasilitas bagi kegiatan kalangan NU. Banyak kegiatan utama yang dilakukan lembaga ini pun diarahkan bagi pesantren-pesantren terutama kalangan NU. Di antara kegiatan-kegiatan yang kemudian dilakukan adalah pelatihan pengelolaan dan organisasi pesantren, koperasi, teknologi tepat guna dan diskusi (halaqoh) dengan para kyai pengasuh pesantren. Dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan program-program pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah lainnya dalam kegiatan pengembangan sosial, poitik dan ekonomi masyarakat. P3M memfokuskan diri pada program-program pengembangan wawasan kyai dan masyarakat pesantren sekaligus menjadi fokus kajian agama tafaqquh fi aldien secara kritis.<ref>Lies Marcoes Natsir dan Syafiq Hasyim, P3M dan Program Fiqih an-Nisa untuk Penguatan Hak-hak Reproduksi Perempuan Tahun 1995-1997. (Jakarta: P3M, 1995). H. 1</ref>
== '''B. Tujuan,Visi dan Misi Lembaga''' ==
 
== Konsep, Kegiatan dan Program P3M dalam Upaya Pengembangan Pesantren ==
Menurut K.H. Yusuf Hasyim, tujuan awal didirikannya lembaga ini adalah untuk menangani permasalahan sosial secara langsung mengacu pada realitas sosial bahwa pesantren mempunyai akar kuat di lapisan masyarakat bawah. Selain itu lembaga lembaga ini dibentuk untuk menjembatani adanya kesenjangan kultural dan struktural antara kaum santri dan masyarakat pedesaan. Kelahiran P3M juga dimaksudkan oleh pendirinya sebagai wadah para kyai pengasuh pesantren dan orang-orang yang peduli terhadap peranan pesantren sebagai pusat pengembangan masyarakat, terutama yang tertinggal di wilayah pedesaan.<ref>Yusuf Hasyim, “Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan” dalam Manfred Oepen (ed), Dinamika Pesantren, (Jakarta: P3M, 1988), h. 92 </ref>
 
Dalam Kamus Baru Bahasa Indonesia, Syamsuri Effendi dkk. Mengatakan bahwa konsep berasal dari bahasa Belanda yaitu kata concept yang artinya rancangan, rencana.<ref>Syamsuri Effendi. dkk. Kamus Baru Bahasa Indonesia. (Surabaya: Usaha Nasional. 1980). H. 115</ref> Sementara Pins A. Partanto dan M. Dahlan Al Barri menjelaskan bahwa Konsepsi adalah pengertian, pendapat, gambaran, angan, pikiran, ide dasar, gagasan pokok.<ref>Pins A Partanto & M. Dahlan Al Barri, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994). H. 362</ref>
Atas dasar itu, sebagai sebuah institusi swadaya masyarakat, keberadaan P3M didasarkan pada dua hal. Pertama, tujuan normatif, yakni P3M merupakan suatu forum yang menfasilitasi pergumulan pemikiran dan gagasan bagi kalangan kyai pada satu sisi, dan pusat informasi bagi pemerhati pesantren di sisi lain. Kedua, tujuan praktis, bahwa P3M melakukan usha transformasi sosial dengan pendekatan sosial kultural berdasarkan visi keagamaan melalui peningkatan mutu pendidikan dan kegiatan-kegiatan dakwah bil-hal.<ref>Company Profile P3M di www.p3m.or.id.</ref>
 
Arah kebijakan dari tujuan P3M adalah kebijakan pembangaunan yang mendorong pada otoaktivitas dan kreativitas rakyat guna peningkatan partisipasi aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan di negara Indonesia. Dalam konteks ini, P3M ingin mengembangkan secara mutlak sumber daya manusia dengan ciri-ciri: sehat, cerdas, mandiri, ulet, memiliki semangat ikhtiar yang tinggi serta berpegang teguh pada etika dan moral agama yang terpuji (Akhlakul karimah).
Dengan tujuan tersebut maka sasaran kegiatan P3M adalah masyarakat pesantren yang secara fungsional dapat dipilah ke dalam tiga kelompok:
 
# Kyai pengasuh pesantren dan santri yang sedang belajar dengan sistem keyakinan dan pandangan dunianya.
# Kelembagaan pesantren dengan sistem keilmuan dan tradisi belajar mengajarnya.
# Masyarakat sekitar pesantren sebagai konstituen dengan beragam persoalan sosial-budaya, ekonomi, kesehatan, maupun lingkungannya.
 
Dalam melaksanakan aktivitasnya, P3M mendasari visinya pada kehidupan masyarakat Islam Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan (al-adalah), kemerdekaan (al-hurriyah), demokrasi (al-syura), persamaan (al-musawaah), dan persaudaraan (al-ukhuwah) di antara umat manusia semata-mat karena mereka adalah manusia, makhluk Allah, hamba dan khalifah-Nya.
 
Untuk mewujudkan visi sosial ke masyarakat, maka P3M melaksanakan kegiatan aksi-aksi kultural, baik pada tataran wacana keagamaan, penguatan Kelembagaan maupun pendampingan, hal tersebut dilakukan dengan misi sebagai berikut:
 
# Mengembangkan visi keagamaan yang mencerminkan substansi, nilai dan moralitas yang terdapat dalam agama, seperti keadilan, kedamaian, keadaban, dan kesetaraan.
# Mengenalkan pada publik tentang wacana keagamaan yang lebih progresif guna memberikan panfangan alternatif terutama di tengah merebaknya pandangan keagamaan yang fundamentalistik dan radikalistik.
# Membudayakan kesadaran kritis dan dialog konstruktif di tengah-tengah masyarakat dalam rangka memecahkan beberapa problem krusial yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
 
Untuk mancapai visi misi tersebut P3M menempuh strategi berjenjang mulai dari pengembangan wawasan keagamaan sampai dengan aksi-aksi sosial yang berorientasi pada pemecahan problem-problem kemanusiaan baik sosial, ekonomi, politik maupun budaya.
 
== '''C. Struktur Pengurus Lembaga P3M''' ==
 
P3M adalah sebuah lembaga yang di dirikan oleh para kyai pemimpin Pondok pesantren dan basisi konstituennya adalah juga pesantren yang selama ini diidentikan sebagai kelompok yang tradisionalis oleh banyak kalangan, namun pada pelaksanaan kegiatan kelembagaan sudah menganut sistem organisasi modern yang profesional karena sudah ada pembagian-pembagian tugas sesuai dengan kemampuan di bidangnya, lain halnya dengan pondok pesantren yang segala permasalah pengelolaan dipegang oleh satu orang yaitu sang kyai.
 
Pada awal berdirinya, susunan pengurus P3M terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara dan anggota. Selanjutnya pengurus P3M ini berfungsi sebagai legislatif, yang tugasnya membuat aturan lembaga, melakukan koreksi dan membuat keputusan melalui mekanisme musyawarah dan hasilnya dilaksanakan oleh pelaksana harian dengan Direktur Pelaksana sebagai pimpinannya.
 
Adapun struktur pelaksana harian yang fungsinya sebagai Lembaga Eksekutif-nya P3M ini terdiri dari Direktur Pelaksana. Wakil Direktur yang membawahi Sekretaris dan Bendahara kemudian kebawah adalah program yang akan dilaksanakan oleh divisi-divisi.
 
== '''D. Konsep, Kegiatan dan Program P3M dalam Upaya Pengembangan Pesantren''' ==
 
Dalam Kamus Baru Bahasa Indonesia, Syamsuri Effendi dkk. Mengatakan bahwa konsep berasal dari bahasa Belanda yaitu kata concept yang artinya rancangan, rencana.<ref>Syamsuri Effendi. dkk. Kamus Baru Bahasa Indonesia. (Surabaya: Usaha Nasional. 1980). H. 115 </ref> Sementara Pins A. Partanto dan M. Dahlan Al Barri menjelaskan bahwa Konsepsi adalah pengertian, pendapat, gambaran, angan, pikiran, ide dasar, gagasan pokok.<ref>Pins A Partanto & M. Dahlan Al Barri, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994). H. 362 </ref>
 
Konsep P3M mengenai pengembangan pesantren bisa dilihat dari gagasan-gagasan awal para pendiri lembaga tersebut. Salah satu yokoh pendiri yaitu K.H Yusuf Hasyim mengatakan bahwa sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan, pesantren memiliki fungsi serba ganda, sejarah pertumbuhannya yang berawal dari masyrakat sekitarnya, telah memberi warna kultural dan keagamaan yang berabad-abad. Hal yang sulit dipisahkan, fungsi pesantren tersebut dengan kondisi sosial kemasyarakatan yang berlangsung terus. Dengan demikian, pesantren sebagai dinamisator keagamaan sekaligus kemayarakatan memang sangat potensial sebagai lembaga tumpuan yang diharapkan mampu menjawab perubahan sosial, pergeseran nilai-nilai dan transformasi keilmuan.
 
Guna mensinergikan potensi pesantren tersebut dalam pengembangan masyarakat dibentuklah sebuah lembaga perhimpunan pesantren dan masyarakat. Dalam hal ini ada lima asumsi dasar yang dipakai pijakan oleh P3M yaitu :
# Bahwa masyarakat Indonesia, di mana pesantren ada di dalamnya sedang dalam proses perubahan meskipun antar komunitas tempo intensitas dan ekstensitasnya berbeda.
# Perubahan yang sedang melanda masyarakat juga menggoyahkan sendi=sendi masyarakat, keberadaan komponen-komponen masyarakat serta hubungan antar komponen yang ada.
Baris 58 ⟶ 32:
# Persoalannya sekarang adalah: adakah daya tahan dan daya suai itu dapat dijadikan pangkal tolak untuk menambahkan daya dorong di dsalam proses “social engineering” di mana perubahan-perubahan itu terjadi di dalam masyarakat memang merupakan perubahan yang terarah atau diarahkan.
 
Atas dasar asumsi di atas maka pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga dimensi yakni :
a. Adalah lembaga pendidikan masyarakat, pengabdian dan perjuangan yang di dalamnya melekat fungsi sosial-keagamaan.
b. Adalah pusat pengembangan sumberdaya manusia yang menekankan keseimbangan antara potensi kalbu (ketakwaan-batiniyah), fikru (kecerdasan-ilmiyah) dan jawarih (keterampilan-amaliyah) sebagai tiga potensi dasar manusiawi yang seharusnya selalu dalam keseimbangan.
Baris 66 ⟶ 40:
Perhatian utama kegiatan menyangkut isu-isu tentang Islam, pluralisme dan demokrasi. Selain isu-isu ini P3M juga menggarap isu-isu yang berkaitan kepesantrenan dan kebijakan publik.
Sementara program-program yang telah dilakukan P3M dapat dilihat dalam laporan kegiatan tahun 1997-1999 [[program]]-program tersebut adalah:
 
=== 1. Program Fikih Siyasah ===
[[Fikih Siyasah]] (fikih politik) merupakanadalah pemikiran keagamaan menyangkut tata kehidupan bersama yang di dalamnya didiskusikan dan diperdebatkan antara khazanah Islam yang hidup di pesantren dan perkembangan organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik yang berkembang di masyarakat. Sasarannya adalah para kayi dan nyai pemuka pesantren yang diharapkan dapat menjadi tempat penyalur aspirasi rakyat. Program yang dilakukan terdiri atas enam kegiatan yaitu :
 
a. Halaqah Sosialisasi
 
[[Halaqah]] ini adalah berupa diskusi intensif sebagai sarana penyebaran gagasan dan pendalaman dengan tujuan untuk memperkenalkan dasar pikiran dan tujuan kegiatan fikih siyasah kepada pemimpin pesantren.
 
b. Pelatihan Fikih Siyasah
 
[[Pelatihan]] ini dilakukan selama satu minggu dengan melibatkan 35-40 orang peserta. Kegiatannya adalah mendiskusikan berbagi isu antara Islam, demokrasi, dan HAM serta refleksi terhadap situasi sehari-hari secara mendalam. Kegiatan ini bertujuan agar rakyat menyadari hak dan kewajiban bernegara dan memberdayakan rakyat dengan cara membuat jaringan dan mengorganisirrnya sehingga menjadi mandiri.
 
c. Halaqah Lanjutan
Program ini diikuti oleh para alumni dengan mengadakan diskusi lanjutan dengan topik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan usulan dari masing-masing daerah.
 
d. [[Penelitian]]
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengambangkan gagasan dan evaluasi terhadap upaya yang sudah dilakukan dan untuk merumuskan ide-ide yang berkembanag di kalangan kyai dan nyai dalam kaitannya dengan diskursus demokrasi dan HAM serta untuk pemetaan masalah dan ide yang berkembang di pesantren kaitannya dengan demokrasi dan HAM.
 
e. Penerbitan dan Seminar
 
[[Penerbitan]] berupa buletin HALQAH yang diterbitkan dua bulan sekali dan didistribusikan ke pesantren-pesantren sebagai wahana diskusi dan tukar informasi dan penerbitan buku-buku yang merupakan rangkuman dari seluruh proses kegiatan fikih siyasah sebagi bentuk sosialisasi.
 
f. Komunikasi dan Pertemuan antar Alumni
 
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai ajang saling tukar informasi sekaligus membangun gerakan bersama yang lebih solid, ini dilaksanakan di masing-masing daerah.
 
=== Program Pengembangan Kelembagaan Pesantren ===
Program yang dimaksudkan untuk memperkuat dimensi kelembagaan pesantren sebagai lembaga pendidikan ini terdiri dari:
 
a. [[Penelitian]]
=== 2. Program Pengembangan Kelembagaan Pesantren ===
Program yang dimaksudkan untuk memperkuat dimensi kelembagaan pesantren sebagai lembaga pendidikan ini terdiri dari :
 
a. Penelitian
 
Merupakan suatu upaya dalam menguraikan secara cermat model-model kelembagaan dalam hal manajemen dan organisasi sejumlah pesantren yang dianggap memiliki keunggulan dan daya tahannya maupun keberhasilannya sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan moral kemasyarakatan.
 
b. [[Seminar]] dan Loka Karya[[Lokakarya]]
Dimaksudkan untuk menemukan kesepakatan visi kelembagaan pesantren sekaligus strategi dan langkah-langkah teknis pengembangannya.
 
Baris 110 ⟶ 83:
Dilakukan dengan cara mengirim seorang konsultan manajemen untuk mendampingi fasilitator pelatihan untuk membuat dan menerapkan sistem manajemen yang sesuai dengan kebutuhan pesantren.
 
=== 3. Program Pengembangan Wawasan ===
Program ini bertujuan untuk mewujudkan kajian dan produksi wacana yang memiliki keterkaitan antara pesantren dan masyarakat dengan segala aspeknya, memperkuat dan memperluas wawasan sosial komunitas pesantren serta keterkaitan fungsional pesantren dengan kehidupan masyarakat, negara dan bangsa. Program ini terdiri dari :
 
a. Halaqah Reguler Masalah Pembangunan
Merupakan suatu forum kajian di mana para kyai bersama-sama dengan para pakar pengambilan kebijakan pembangunan dapat melakukan telaah atas masalah-masalah pembangunan sekaligus menemukan bentuk partisipasinya yang sesuai dengan maqom sosialnya.
 
b. Latihan AnalisaAnalisis Sosial
Merupakan proses di mana para kyai muda yang akan mengambil kepemimpinan penuh atas pesantren dan masyarakat dilatih untuk memiliki pemahaman yang lebih kritis dan lebih sahih terhadap realitas sosial yang terus berubah.
 
Baris 127 ⟶ 100:
Merupakan suatu upaya di mana kyai pengasuh pesantren berkunjung ke lembaga-lembaga yang memiliki kelebihan baik pada prestasi akademik dan keilmuannya maupun dalam hal kepedulian terhadap pelayanan sosial.
 
=== 4. Program Pengembangan Masyarakat ===
 
Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan warga didik pesantren untuk tidak hanya sebagai pemimpin agama dengan ibadah ritual tapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang bisa meningkatkan kecerdasan dan taraf hidup sosial ekonominya. Program ini terdiri dari :
a. Penelitian Aksi
Dimaksudkan untuk mengidentifikasikan persoalan-persoalan sosial, ekonomi, kesehatan maupun lingkungan di wilayah tertentu di mana kyai seharusnya dapat memainkan peranan penting dalam ikhtiar pemecahannya.
Baris 137 ⟶ 110:
Layanan Masyarakat ini sebagai penghidmatan langsung kepada masyarakat oleh pesantren bersama-sama dengan P3M dan berfungsi sebagai ajang pengalaman ketrampilan para santri yang telah dilatih, selain berupa pelayanan bidang kesehatan juga bidang peningkatan pendapatan maupun perbaikan lingkungan.
 
=== 5.Program Fikih[[Fiqih]] [[An-Nisa]] ===
Program ini dilakukan sebagai penyadaran dan pemberdayaan Hak-hak Perempuan. Terdiri dari :
 
a. Pelatihan [[Hak Reproduksi Perempuan]]
Pelatihan ini ditujukan bagi kalangan [[Mubalighah]] (juru dakwah). [[Ustadzah]] (guru agama), ibu nyai pondok pesantren dan aktifisaktivis organisasi perempuan agar mereka bisa mensosialisasikan berkenaan dengan hak-hak perempuan.
 
b. Halaqah
Merupakan forum diskusi untuk membahas soal tertentu dalam konteks hak-hak perempuan khusunya hak reproduksi dan juga merupakan arena pendalaman dari pelatihan yang pernah dilakukan.
 
Merupakan forum diskusi untuk membahas soal tertentu dalam konteks hak-hak perempuan khusunya hak reproduksi dan juga merupakan arena pendalaman dari pelatihan yang pernah dilakukan.
c. Pasok Informasi
Berbentuk Tabloid Sehat, diterbitkan sebagai sarana sosialisasi dan tukar informasi baik alumni maupun pihak lain yang meminati isu-isu seputar perempuan dan Islam dengan Isu utama seputar kesehatan reproduksi.
 
Berbentuk Tabloid Sehat, diterbitkan sebagai sarana sosialisasi dan tukar informasi baik alumni maupun pihak lain yang meminati isu-isu seputar perempuan dan Islam dengan Isu utama seputar kesehatan reproduksi.
d. Forum Rahim
 
Forum ini bertujuan untuk mengkaji persoalan secara khusus mengenai Islam dan perempuan yang ditinjau dari berbagai perspektif baik sosiologis, politis, ekonomis, maupun antropologis.
 
Sementara pada laporan kegiatan tahun 1999-2002, program-program yang telah dilakukan adalah :
1. Penguatan Hak-hak Reproduksi Perempuan di kalangan Masyarakat Pesantren
2. Ma’had Aliy (Penyediaan Kader-Kader Pemimpin Umat)
Baris 162 ⟶ 134:
Hal yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pendidikan pemilih dan percetakan serta distribusi poster, pamflet, dan leaflet kepada masyarakat luas.
 
=== Program Pendidikan Demokrasi di Kalangan Santri (Santri Government) ===
 
=== 6. Program Pendidikan Demokrasi di Kalangan Santri (Santri Government) ===
 
Kegiatan ini dimaksudkan untuk penguatan Civil Society dan merupakan program lanjutan dari program pemberdayaan masyarakat sipil.
 
=== 7. Pesantren Cililitan ===
Kegiatan ini dimaksudkan unutk menampung para santri yang tengah mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang pendididkan tinggi baik di dalam ataupun luar negeri dengan memperdalam pengetahuan dan kemampuan di berbagai bidang seperti ; Bahasa Arab, Bahasa Inggris, teori-teori, sosial, metode analisis sosial dll.
 
== Program-program 2002-2004 ==
 
=== Program Pendidikan Demokrasi untuk Kepengurusan Santri (Santri Government) ===
'''Sementara pada tahun 2002-2004 program-program yang sedang dilakukan adalah :'''
Program ini adalah kelanjutan dari program fikih siyasah yang awalnya berbentuk penguatan wacana demokrasi di lingkungan pesantren. Pada program ini bentuk penguatan wacana demokrasi di terjemahkan dalam bentuk praktik-praktik demokrasi seperti: pembentukan kepemimpinan santri (santri government) yang diharapkan dapat menjadi laboratorium sosial dan menimplentasikan wacana demokrasi yang sesuai dengan konsep syura sebagai khazanah pesantren. Dan kegiatan ini bertujuan untuk mendorong proses demokratisasi dari bawah melalui pemahaman dan penghayatan nilai-nilai demokrasi. Program ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 
=== a. Program Pendidikan Demokrasi untuk Kepengurusan Santri (Santri Government) ===
Program ini adalah kelanjutan dari program fikih siyasah yang awalnya berbentuk penguatan wacana demokrasi di lingkungan pesantren. Pada program ini bentuk penguatan wacana demokrasi di terjemahkan dalam bentuk praktek-praktek demokrasi seperti: pembentukan kepemimpinan santri (santri government) yang diharapkan dapat menjadi laboratorium sosial dan menimplentasikan wacana demokrasi yang sesuai dengan konsep syura sebagai khazanah pesantren. Dan kegiatan ini bertujuan untuk mendorong proses demokratisasi dari bawah melalui pemahaman dan penghayatan nilai-nilai demokrasi. Program ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pelatihan Demokrasi untuk Pengurus Santri (Santri Government)
Dalam kegiatan pelatihan ini diharapkan para santri dapat mengimplementasikan hasil pergumulan wacana demokrasi dengan dasar Islam tentang kepentingan rakyat terutama pada aspek kepemimpinan dalam model pemerintahan santri yang independen.
 
b. Pendampingan Proses Rekruitmen Kepemimpinan Santri
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan training santri government berupa asistensi pilot proyek pembentukan pranata kepemimpinan dalam organisasi melalui proses rekruitment secara demokratik di beberapa pesantren yang telah mengikuti pelatihan.
 
c. In House Mentoring untuk Penguatan Santri Government
c. In House Mentoring untuk Penguatan Santri Government
Kegiatan ini merupakan paska pilot proyek pendampingan proses rekruitment kepemimpinan santri. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pengurus santri dalam konteks pengelolaan dan pengembangan struktur pemerintahan santri yang sudah terbentuk baik pada proses cara menetapkan kebijakan aturan administrasi dan pendayagunaan pengurus santri dalam kerangkan demokratisasi pesantren.
 
d. Penerbitan Majalah Halaqoh
Penerbitan majalah ini dimaksudkan sebagai wahana tukar gagasan, komunikasi dan suplai informasi ke alumni training maupun ke seluruh jaringan P3M yang meliputi ribuan pesantren di Indonesia, juga bertujuan untuk memperkaya dan mempertajam kesadaran berdemokrasi dan pluralisme dan di kalangan santri.
''Teks miring''
 
=== b. [[Jaringan Pendidikan dan Pemantauan PemiluPemilih untuk Rakyat]] ([[JPPR]]) ===
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka turut mensukseskan pemilu 2004. Dengan tujuan untuk mensosialisasikan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu serta informasi teknis pelaksanaan pemilu 2004.
 
=== c. Program Penerbitan Bina Pesantren ===
Program ini merupakan salah satu bentuk sosialisasi khazanah yang dimiliki pesantren kepada publik terutama dalam hal respons pesantren terhadap isu-isu kontemporer seperti [[HAM]], [[demokrasi]] dan [[pluralisme]].
 
=== d. [[Gerakan Anti Korupsi]] Berbasis Pesantren ===
Program ini lahir dari keprihatinan atas semakin maraknya korupsi sebagai problem bangsa yang akut dan serius. Program ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Workshop Pelibatan Kalangan [[Agamawan]] untuk Gerakan [[Anti -Korupsi]]
b. Training Gerakan Anti Korupsi Berbasis Agama di Tiga Region Jawa
c. Workshop Pemetaan Masalah Korupsi Daerah
d. Revitalisasi Bahsul Masail untuk Kontrol Kebijakan Publik ([[APBD]])
e. Islam dan Visi Emansipatoris
 
Program ini mempunyai perhatian pada pembaharuan metodologi tafsir keagamaan terutama wawasan keislaman yang berorientasi pada perubahan sosial menuju tata kehidupan baru yang lebih manusiawi, demokratis, dan lebih adil baik secara ekonomi, politik, maupun budaya. Program ini meliputi :
 
* Pendalaman Wawasan [[Islam]] [[Emansipatoris]]
Dalam Program ini diambil langkah upaya pencarian dan pengayaan gagasan keagamaan yang menyemangati pembebasan, perubahan, pembelaan terhadap kaum lemah. Program ini juga dimaksudkan untuk mengubah wajah keberagamaan yang selama ini berangkat dari teks menuju keberagamaan yang berangkat dari problem kemanusiaan.
 
Baris 207 ⟶ 180:
Untuk memperluasjangkaun program dalam rangka memperkenalkan gagasan Islam Emansipatoris ke masyarakat. Acaranya dalam bentuk talk show di radio dll.
 
* BahsalBahsul Masail Islam Emansipatoris untuk Kebijakan Publik
Dalam kegiatan ini dicari solusi atas persoalan-persoalan riil yang dihadapi masyrakat seperti problem tata niaga tembakau, nelayan, buruh migran dan lain-lain. Dengan program ini diharapkan para kyai dan agamawan memberikan perhatian terhadap problem-problem tersebut dengan menagih tanggung jawab negara dan pemerintah setempat untuk dapat menyelesaikannya.
 
Baris 213 ⟶ 186:
Program ini diharapkan dapat menghadirkan tafsir keagamaan yang pluralis dan berwawasan antroposentris. Selain itu program ini diharapkan dapat mewujudkan sikap keberagamaan yang humanis, inklusif, dan pluralis. Program ini adalah bagian dari diseminasi gagasan Islam Emansipatoris, ini dilaksanakan dengan bekerja sama dengan Majalah Gatra dan di Radio News FM.
 
=='''E. PengurusJaringan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat 2009-Sekarang'''di Indonesia ==
 
1. Sumatera
Direktur: Dr. Anas Saidi
[[PWNU Sumatera Utara]], Lakpesdam NU Sumatera Utara, [[UIN Sumatera Utara]], [[Universitas Sumatera Utara]], Komunitas Islam Emansipatoris (Kosiem) Sumut, [[Sced]] (Society Caring for Educastion)
 
2. Yogyakarta
Sekjen: Adbdul Waidl
[[PWNU DIY]], Lakpesdam NU DIY, Lakpesdam NU Bantul, Lakpesdam NU Kulonprogo, Pesantren Rahmatul Umma Bantul, Pesantren Raudlatul Jannah Kulonprogo
 
3. Nusa Tenggara Barat:
Wakil Sekretaris: Istiqomah
 
[[PWNU NTB]], [[Lakpesdam NU NTB]], Lakpesdam NU Mataram, [[Universitas Mataram]], Pesantren Nurul Haromain Narmada NTB, Pesantren Ta’limus Shibyan NTB, Pesantren Bagu Pringgarata NTB.
Bendahara 1: Drs. Sodri Nasori
 
4. Kalimantan:
Bendahara 2: Rumpi Widyastuti
 
[[PWNU Kaltim]], Lakpesdam NU Kaltim, [[STAIN Samarinda]], Kosiem Kaltim.
Program Officer EFA (Education For All) dalam CSOiEFA: Ahmad Ikrom
 
5. Jawa:
Pendamping program EFA: Masykurudin Hafidz
 
Banten: [[PWNU Banten]], Lakpesdam NU Banten, Lakpesdam NU Lebak, Lakpesdam NU Pandeglang, Pesantren Al-Hidayah Lebak, Pesantren Al-Chobir Serang.
Program Officer Community Development: Imam Thoha
 
DKI Jaya: [[PWNU DKI]], [[Lakpesdam NU DKI]], [[UIN Jakarta]], [[Universitas Indonesia]], Pesantren An-Nuriyah Jaksel,
Program Officer Islam dan Penegakan HAM: Suraji Sukamzawi
 
Jawa Barat: [[PWNU Jawa Barat]], [[UIN Bandung]], Lakpesdam NU Jawa Barat, Lakpesdam NU Ciamis, Lakpesdam NU Garut, Lakpesdam NU Sukabumi, Pesantren An-Nidzom Sukabumi, Pesantren Ar-Risalah Ciamis, Pesantren Baitul Hikmah Tasikmalaya, [[Pesantren Al-Mizan]] Majalengka, Pesantren Al-Masturiyah Sukabumi, Kosiem Jawa Barat, [[INKRES Bandung]]
Program Oficer Islam dan Transformasi Sosial: Miftah Faqih
 
Jawa Tengah: [[PWNU Jawa Tenga]]h, Lakpesdam NU Jawa Tengah, Universitas Wahid Hasyim Solotigo, [[UIN Semarang]], Lakpesdam NU Pati, [[Pesantren API Tegalrejo]], Pesantren Ma’had Thalabah Tegal, Pesantren Ihya’ Ulumuddin Cilacap, Kosiem Jawa Tengah
Program Officer Advokasi Kebijakan Publik: Burhan AS.
 
[[Jawa Timur]]: [[PWNU Jawa Timur]], [[Lakpesdam NU Jawa Timur]], [[UIN Surabaya]], [[Universitas Airlangga]], Lakpesdam NU Blitar, Lakpesdam NU Ponorogo, Lakpesdam NU Lamongan, [[Pesantren]] [[Tebuireng]] Jombang, Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Pesantren Darus Salam Jombang, Pesantren Darur Roja Blitar, Pesantren An-Nuqoyyah Sumenep
 
6. Sulawesi
''' Contact:Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)'''
[[PWNU Sulsel]], [[Lakpesdam NU Sulsel]],
[[UIN Alauddin Makassar]], [[Universitas Hasanuddin Makassar]], Kosiem Makassar, [[LAPAR Makassar]]
 
== Pengurus Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat 2009-Sekarang ==
Alamat: Jl. Cililitan Kecil III/12
 
Direktur: Dr. Anas Saidi
Kramatjati, Jakarta Timur, 13640 Indonesia
 
Sekjen: Abdul Waidl
Telp : (021) 8091617
 
Wakil Sekretaris: Istiqomah
Fax : (021) 8092971
 
Bendahara 1: Drs. Sodri Nasori
Email : sekretariat@p3m.or.id
 
Bendahara 2: Rumpi Widyastuti
Web : www.p3m.or.id [http://www.p3m.or.id/]
 
Program Officer EFA (Education For All) dalam CSOiEFA: Ahmad Ikrom
 
Pendamping program EFA: Masykurudin Hafidz
'''Referensi:'''
 
Program Officer Community Development: Imam Thoha
Buletin Jaring, Edisi 2 April 1998, h. 8 <ref>1</ref>
 
Program Officer Islam dan Penegakan HAM: Suraji Sukamzawi
Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society, Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan PPIM-UIN Jakarta: 2002), h. 96 <ref>2</ref>
 
Program Oficer Islam dan Transformasi Sosial: Miftah Faqih
Masdar F. Mas’udi, Lembaga Penggugat Pesantren, Majalah AULA, Agustus 1997 h. 71 <ref>3</ref>
 
Program Officer Advokasi Kebijakan Publik: Burhan AS.
Dakwah sebagai Kerja Kebudayaan – Studi atas Program Fiqih Nisa’ P3M. (Jakarta: P3M, 2001), h. 11-12 <ref>4</ref>
 
Marcoes Natsir dan Syafiq Hasyim, P3M dan Program Fiqih an-Nisa untuk Penguatan Hak-hak Reproduksi Perempuan Tahun 1995-1997. (Jakarta: P3M, 1995). H. 1 <ref>5</ref>
 
Yusuf Hasyim, “Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan” dalam Manfred Oepen (ed), Dinamika Pesantren, (Jakarta: P3M, 1988), h. 92 <ref>6</ref>
 
Staf Media dan Komunikasi: Khayun Ahmad Noer
Company Profile P3M di [http:///www.p3m.or.id] <ref>7</ref>
 
== Pranala luar ==
Syamsuri Effendi. dkk. Kamus Baru Bahasa Indonesia. (Surabaya: Usaha Nasional. 1980). H. 115 <ref>8</ref>
* {{id}} [http://www.p3m.or.id Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110928044735/http://www.p3m.or.id/ |date=2011-09-28 }}
Pins A Partanto & M. Dahlan Al Barri, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994). H. 362 <ref>9</ref>
* {{id}} [http://www.wahidinstitute.org Wahid Institute]
* {{id}} [http://www.lp3es.or.id LP3ES]
* {{id}} [http://www.jppr.org Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190207081509/http://jppr.org/ |date=2019-02-07 }}
* {{en}} [http://www.kemitraan.or.id/library/index.php?author=%22Perhimpunan+Pengembangan+Pesantren+dan+Masyarakat+%28P3M%29%22&search=Search&p=catalogue KEMITRAAN]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
* [[Buletin Jaring]], Edisi 2 April 1998, h. 8
* [[Hendro Prasetyo]], [[Islam dan Civil Society]], Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan PPIM-UIN Jakarta: 2002), h. 96
* [[Masdar F. Mas’udi]], Lembaga Penggugat Pesantren, Majalah AULA, Agustus 1997 h. 71
* Dakwah sebagai Kerja Kebudayaan–Studi atas Program Fiqih Nisa’ P3M. (Jakarta: P3M, 2001), h. 11-12
* [[Lies Marcoes Natsir]] dan [[Syafiq Hasyim]], P3M dan Program Fiqih an-Nisa untuk Penguatan [[Hak-hak Reproduksi Perempuan]] Tahun 1995-1997. (Jakarta: P3M, 1995). H. 1
* [[Yusuf Hasyim]], “Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan” dalam Manfred Oepen (ed), Dinamika Pesantren, (Jakarta: P3M, 1988), h. 92
* Company Profile P3M di www.p3m.or.id [http://www.p3m.or.id] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110928044735/http://www.p3m.or.id/ |date=2011-09-28 }}
* [[Syamsuri Effendi]]. dkk. Kamus Baru Bahasa Indonesia. (Surabaya: Usaha Nasional. 1980). H. 115
* [[Pins A Partanto]] & [[M. Dahlan Al Barri]], [[Kamus Ilmiyah Populer]], (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994). H. 362
 
[[Kategori:NonLembaga Govermentswadaya Organizationmasyarakat (nGO)di Indonesia]]
[[Kategori:LembagaOrganisasi Swadayadi Masyarakat (LSM)Indonesia]]
[[Kategori:Organisasi yang didirikan tahun 1983]]