Budaya tandingan (teologi): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Mengubah: en:Countercultural mode
Nuguseo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Model budaya tandingan''' adalah salah satu model yang digunakan dalam [[teologi kontekstual]] yang berusaha terlibat dan relevan dengan konteks sambil setia pada [[injilInjil]], juga berani untuk menantang dan mengubah [[konteks]].<ref name="Bevans">{{en}} Stephen Bevans. 2002. ''Models of Contextual Theology''. Maryknoll, NY: Orbis Books.</ref> Menurut model ini, [[kekristenanKekristenan]] harus menjadi penolakan radikal dan menawarkan budaya tandingan terhadap budaya yang berkembang dalam masyarakat.<ref name="Bevans"></ref> Model ini menyadari bahwa manusia dan ekspresi [[teologi|teologis]]s hanya dapat hidup dalam situasi yang dikondisikan secara historis dan kultural, sambil juga kritis dan curiga terhadap konteks.<ref name="Bevans"></ref> Model budaya tandingan bukanlah anti-budaya, malah ia melihat bahwa injil harus dikomunikasikan dalam budaya dan tidak melihat budaya sebagai sesuatu yang jahat.<ref name="Hunsberger">{{en}} George Hunsberger. 1998. ''Baering the Witness of the Spirit''. Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans.</ref> Beberapa tokoh yang menganut model ini antara lain adalah [[Lesslie Newbigin]], [[Michael Baxter]], dan [[George Hunsberger]].<ref name="Bevans"></ref>
{{inuse|6 Mei}}
 
Namun demikian, terdapat juga beberapa kecenderungan yang berbahaya atau kelemahan dalam model ini.<ref name="Bevans"></ref> Pertama, adanya bahaya untuk menjadi anti-budaya, apabila para praktisi model ini terlalu menganggap budaya itu jahat, sehingga dapat terjadi pemusnahaan budaya seperti masa para [[misionaris]] dulu.<ref name="Bevans"></ref> Kedua, ada kecenderungan menjadi [[sektarian]], jika gereja terlalu memusatkan perhatian untuk membangun indentitasnya, tanpa terlibat ke tengah dunia.<ref name="Bevans"></ref> Kecenderungan ketiga adalah bersifat monokultural, yaitu hanya relevan digunakan pada budaya [[Barat]], dalam konteks orang kulit putih yang kaya.<ref name="Bevans"></ref> Yang keempat adalah bahaya [[eksklusivisme]] [[Kristen]] atas [[agam|agama-agama]] lain, karena terlalu menekankan dan terjebak pada [[superioritas]] Kristen dan [[narasi]] Kristen.<ref name="Bevans"></ref>
[[Berkas:Newbigin.jpg|thumb|200px|left|Lesslie Newbigin, teolog yang menganut model budaya tandingan]]
'''Model budaya tandingan''' adalah salah satu model yang digunakan dalam [[teologi kontekstual]] yang berusaha terlibat dan relevan dengan konteks sambil setia pada [[injil]], juga berani untuk menantang dan mengubah [[konteks]].<ref name="Bevans">{{en}} Stephen Bevans. 2002. ''Models of Contextual Theology''. Maryknoll, NY: Orbis Books.</ref> Menurut model ini, [[kekristenan]] harus menjadi penolakan radikal dan menawarkan budaya tandingan terhadap budaya yang berkembang dalam masyarakat.<ref name="Bevans"></ref> Model ini menyadari bahwa manusia dan ekspresi [[teologi|teologis]] hanya dapat hidup dalam situasi yang dikondisikan secara historis dan kultural, sambil juga kritis dan curiga terhadap konteks.<ref name="Bevans"></ref> Model budaya tandingan bukanlah anti-budaya, malah ia melihat bahwa injil harus dikomunikasikan dalam budaya dan tidak melihat budaya sebagai sesuatu yang jahat.<ref name="Hunsberger">{{en}} George Hunsberger. 1998. ''Baering the Witness of the Spirit''. Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans.</ref> Beberapa tokoh yang menganut model ini antara lain adalah [[Lesslie Newbigin]], [[Michael Baxter]], dan [[George Hunsberger]].<ref name="Bevans"></ref>
 
== Referensi ==
Namun demikian, terdapat juga beberapa kecenderungan yang berbahaya atau kelemahan dalam model ini.<ref name="Bevans"></ref> Pertama, adanya bahaya untuk menjadi anti-budaya, apabila para praktisi model ini terlalu menganggap budaya itu jahat, sehingga dapat terjadi pemusnahaan budaya seperti masa para [[misionaris]] dulu.<ref name="Bevans"></ref> Kedua, ada kecenderungan menjadi [[sektarian]], jika gereja terlalu memusatkan perhatian untuk membangun indentitasnya, tanpa terlibat ke tengah dunia.<ref name="Bevans"></ref> Kecenderungan ketiga adalah bersifat monokultural, yaitu hanya relevan digunakan pada budaya [[Barat]], dalam konteks orang kulit putih yang kaya.<ref name="Bevans"></ref> Yang keempat adalah bahaya [[eksklusivisme]] [[Kristen]] atas [[agam|agama-agama]] lain, karena terlalu menekankan dan terjebak pada [[superioritas]] Kristen dan [[narasi]] Kristen.<ref name="Bevans"></ref>
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Teologi Kristen]]
[[Kategori:Teologi Kontekstual]]
 
[[en:Countercultural mode]]