Sejarah Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hendrichalid (bicara | kontrib)
Taylorbot (bicara | kontrib)
perbaikan panggilan templat salah: "Cat main" -> "Main" | t=555 su=49 in=63 at=49 -- only 24 edits left of totally 74 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000
 
(249 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{more footnotes}}
Istilah Sejarah Nusantara dalam tulisan ini dimaknai sebagai catatan mengenai rangkaian peristiwa yang terjadi di [[Kepulauan Indonesia]] sebelum berdirinya [[Republik Indonesia]].
{{Sejarah_Indonesia}}
'''Sejarah Nusantara''' dalam tulisan ini dimaknai sebagai catatan mengenai rangkaian peristiwa yang terjadi di [[Nusantara|kepulauan antara Benua Asia dan Benua Australia]] sebelum berdirinya [[Republik Indonesia]].
 
== ZamanLatar pra-sejarahbelakang ==
Wilayah utama daratan Nusantara terbentuk dari dua ujung Superbenua [[Pangaea]] di Era [[Mesozoikum]] (250 juta tahun yang lalu), namun bagian dari [[lempeng benua]] yang berbeda. Dua bagian ini bergerak mendekat akibat pergerakan lempengnya, sehingga pada saat [[Zaman Es]] terakhir telah terbentuk selat besar di antara [[Paparan Sunda]] di barat dan [[Paparan Sahul]] di timur. [[Pulau Sulawesi]] dan pulau-pulau di sekitarnya mengisi ruang di antara dua bagian benua yang berseberangan. Kepulauan antara ini oleh para ahli biologi sekarang disebut sebagai [[Wallacea]], suatu kawasan yang memiliki distribusi fauna yang unik. Situasi geologi dan geografi ini berimplikasi pada aspek [[topografi]], [[iklim]], [[kesuburan tanah]], sebaran [[makhluk hidup]] (khususnya tumbuhan dan hewan), serta migrasi manusia di wilayah ini.
*2000 tahun sebelum Masehi - Perpindahan besar-besaran (migrasi) yang dilakukan oleh bangsa Austronesia ke kepulauan Nusantara
 
Bagian pertemuan [[Lempeng Eurasia]] di barat, [[Lempeng Indo-Australia]] di selatan, dan [[Lempeng Pasifik]] di timur laut menjadi daerah [[gunung api|vulkanik]] aktif yang memberi kekayaan [[mineral]] bagi tanah di sekitarnya sehingga sangat baik bagi [[pertanian]], namun juga rawan [[gempa bumi]]. Pertemuan lempeng benua ini juga mengangkat sebagian dasar laut ke atas mengakibatkan adanya formasi perbukitan karst yang kaya [[gua]] di sejumlah tempat. Fosil-fosil hewan laut ditemukan di kawasan ini.
== Zaman pra-kolonial ==
 
Nusantara terletak di daerah [[tropika]], yang berarti memiliki laut hangat dan mendapat penyinaran cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun dengan intensitas tinggi. Situasi ini mendorong terbentuknya ekosistem yang kaya keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Lautnya hangat dan menjadi titik pertemuan dua samudera besar. Selat di antara dua bagian benua (Wallacea) merupakan bagian dari arus laut dari [[Samudra Hindia]] ke [[Samudera Pasifik]] yang kaya sumberdaya laut. [[Terumbu karang]] di wilayah ini merupakan tempat dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kekayaan alam di darat dan laut mewarnai kultur awal masyarakat penghuninya. Banyak di antara penduduk asli yang hidup mengandalkan pada kekayaan laut dan membuat mereka memahami navigasi pelayaran dasar, dan kelak membantu dalam penghunian wilayah Pasifik ([[Oseania]]).
 
Benua Australia dan perairan Samudera Hindia dan Pasifik di sisi lain memberikan faktor variasi iklim tahunan yang penting. Nusantara dipengaruhi oleh sistem muson dengan akibat banyak tempat yang mengalami perbedaan ketersediaan air dalam setahun. Sebagian besar wilayah mengenal musim kemarau dan musim penghujan. Bagi pelaut dikenal angin barat (terjadi pada musim penghujan) dan angin timur. Pada era perdagangan antarpulau yang mengandalkan kapal ber[[layar]], pola angin ini sangat penting dalam penjadwalan perdagangan.
 
Dari sudut persebaran makhluk hidup, wilayah ini merupakan titik pertemuan dua provinsi flora dan tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat proses evolusi yang berjalan terpisah, namun kemudian bertemu. Wilayah bagian Paparan Sunda, yang selalu tidak jauh dari ekuator, memiliki fauna tipe Eurasia, sedangkan wilayah bagian Paparan Sahul di timur memiliki fauna tipe Australia. Kawasan Wallacea membentuk "jembatan" bagi percampuran dua tipe ini, namun karena agak terisolasi ia memiliki tipe yang khas. Hal ini disadari oleh sejumlah sarjana dari abad ke-19, seperti [[Alfred Wallace]], [[Max Carl Wilhelm Weber]], dan [[Richard Lydecker]]. Berbeda dengan fauna, sebaran flora (tumbuhan) di wilayah ini lebih tercampur, bahkan membentuk suatu provinsi flora yang khas, berbeda dari tipe di India dan Asia Timur maupun kawasan kering Australia, yang dinamakan oleh botaniwan sebagai [[Malesia]]. Migrasi manusia kemudian mendorong persebaran flora di daerah ini lebih jauh dan juga masuknya tumbuhan dan hewan asing dari daratan Eurasia, Amerika, dan Afrika pada masa sejarah.
 
== Zaman prasejarah ==
{{utama|Prasejarah Indonesia}}
Fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' yang ditemukan di beberapa tapak di Jawa menunjukkan kemungkinan kontinuitas populasi mulai dari 1,7 juta tahun ([[Sangiran]]) hingga 50.000 tahun yang lalu (Ngandong). Rentang waktu yang panjang menunjukkan perubahan fitur yang berakibat pada dua subspesies berbeda (''H. erectus paleojavanicus'' yang lebih tua daripada ''H. erectus soloensis''). Swisher (1996) mengajukan tesis bahwa hingga 50.000 tahun yang lalu mereka telah hidup sezaman dengan manusia modern ''[[Homo sapiens|H. sapiens]]''.<ref>Swisher, C.C., W.J. Rink, S.C. Anton, H.P. Schwarcz, G.H. Curtis, A. Suprijo, Widiasmoro. 1996. Latest Homo erectus of Java: Potential Contemporaneity with Homo sapiens in Southeast Asia. ''Science'' 274: 1870-1874
</ref>
 
Migrasi ''H. sapiens'' (manusia modern) masuk ke wilayah Nusantara diperkirakan terjadi pada rentang waktu antara 70 000 dan 60 000 tahun yang lalu. Masyarakat ber[[fenotipe]] Austrolomelanesoid, yang kelak menjadi moyang beberapa suku pribumi di [[Semenanjung Malaya]] ([[Semang]]), [[Filipina]] (Negrito), [[Aborigin]] [[Australia]], [[Papua]], dan [[Melanesia]], memasuki kawasan Paparan Sunda. Mereka kemudian bergerak ke timur. Gua Niah di [[Sarawak]] memiliki sisa kerangka tertua yang mewakili masyarakat ini (berumur sekitar 60 sampai 50 ribu tahun). Sisa-sisa tengkorak ditemukan pula di gua-gua daerah karst di Jawa ([[Pegunungan Sewu]]). Mereka adalah pendukung kultur Paleolitikum yang belum mengenal budidaya tanaman atau beternak dan hidup meramu (''hunt and gathering'').
 
Penemuan seri kerangka makhluk mirip manusia di [[Liang Bua]], [[Pulau Flores]], membuka kemungkinan adanya spesies [[hominid]] ketiga, yang saat ini dikenal sebagai ''[[H. floresiensis]]''.
 
Selanjutnya kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]] dari [[Taiwan]] ke Filipina, kemudian ke selatan dan Indonesia, dan ke timur ke Pasifik. Mereka adalah nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
 
Orang Austronesia ini paham cara bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir [[Sebelum Masehi]] memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).
 
== Periode protosejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Basreliëf Boroboedoer. TMnr 60002312.jpg|jmpl|200px|Bas-relief (relief dalam) pada [[Candi Borobudur]], menunjukkan kapal/perahu bercadik khas Nusantara yang digunakan pedagang dari wilayah ini. Perhatikan pula arsitektur rumah panggung di sisi kiri, yang banyak dijumpai di berbagai tempat di Nusantara.]]
Kontak dengan dunia luar diketahui dari catatan-catatan yang ditulis orang [[Tiongkok]]. Dari sana diketahui bahwa telah terdapat masyarakat yang berdagang dengan mereka. Objek perdagangan terutama adalah hasil hutan atau kebun, seperti berbagai [[rempah-rempah]], seperti [[lada]], [[gaharu]], [[cendana]], [[pala]], [[kemenyan]], serta [[gambir]], dan juga [[emas]] dan [[perak]]. Titik-titik perdagangan telah tumbuh, dipimpin oleh semacam penguasa yang dipilih oleh warga atau diwarisi secara turun-temurun. Catatan Tiongkok menyebutkan bahwa pada abad-abad pertama masehi diketahui ada masyarakat beragama [[Buddhisme|Buddha]], [[Hindu]], serta [[animisme]]. Temuan-temuan [[arkeologi]] dari beberapa ratus tahun sebelum masehi hingga periode Hindu-Buddha menunjukkan masih meluasnya budaya [[Megalitikum]], bersamaan dengan budaya [[Masa Perundagian|Perundagian]]. Catatan [[Bangsa Arab|Arab]] menyebutkan pedagang-pedagang dari timur berlayar hingga pantai timur Afrika. Peta [[Ptolemeus]], penduduk [[Aleksandria]], menuliskan ''Chersonesos aurea'' ("Semenanjung Emas") untuk wilayah yang kemungkinan adalah [[Semenanjung Malaya]] atau Pulau Sumatra.
 
=== Kerajaan Hindu/Buddha ===
{{main|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}}
* [[Kerajaan Salakanagara]]
{{col-begin}}
{{col|3}}
* [[Kerajaan Tarumanagara]]
* [[Kerajaan Kutai]]
* [[Kerajaan Sriwijaya]]
* [[Kerajaan Sunda|Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh]]
* [[Kerajaan Kalingga]]
* [[Kerajaan KeritangMedang]] (Mataram Kuno)
* [[Kerajaan Mataram (Hindu)]]/[[Kerajaan Mataram Kuno]]
* [[Kerajaan Medang]]
* [[Kerajaan Kahuripan]]
* [[Kerajaan Kediri]]
* [[Kerajaan Kanjuruhan]]
* [[Kerajaan Kahuripan]]
* [[Kerajaan Panjalu]] (Kadiri)
* [[Kerajaan Janggala]]
* [[Kerajaan SingasariSinghasari]]
* [[Kerajaan Majapahit]]
* [[Kerajaan Melayu Jambi]]/[[Kerajaan Dharmasraya]]/[[Kerajaan Melayu Tua - Jambi]]
* [[Sekala Brak|Kerajaan Sekala Brak]]
* [[Kerajaan Pajajaran]]
* [[Kerajaan Blambangan]]
* [[Kerajaan SailendraKlungkung]]
* [[Kerajaan SanjayaNegara Daha]]
* [[Kerjaan Isyana]]
* [[Kerajaan Banjar]]
* [[Kerajaan Negara Daha]]
* [[Kerajaan Negara Dipa]]
* [[Kerajaan Tanjung Puri]]
* [[Kerajaan Nan Sarunai]]
* [[Kerajaan Kuripan]]
* [[Kerajaan Tulang Bawang]]
* [[Kerajaan Aru]]
* [[Kerajaan Mengwi]]
{{col-end}}
 
=== Kerajaan Islam ===
{{main|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}}
{{col|3}}
* [[Kesultanan Aceh]]
* [[Kesultanan Asahan]]
Baris 42 ⟶ 70:
* [[Kerajaan Batin Enam Suku]]
* [[Kerajaan Indragiri]]
* [[Kesultanan Melayu Melaka]]
* [[Kesultanan Banten]]
* [[Kesultanan Bima]]
Baris 47 ⟶ 76:
* [[Kesultanan Buton]]
* [[Kesultanan Cirebon]]
* [[Kesultanan Lingga-Riau]]
* [[Kesultanan Deli]]
* [[Kesultanan Dompu]]
* [[Kesultanan Demak]]
* [[Kerajaan Djipang]]
* [[Kesultanan Kalinyamat]]
* [[Kesultanan Gowa]]
* [[Kesultanan Jambi]]
Baris 56 ⟶ 88:
* [[Kesultanan Langkat]]
* [[Kesultanan Pajang]]
* [[Kesultanan Mataram (Islam)]]
* [[Kesultanan Kartasura]]
* [[Kesultanan Pagaruyung]]
* [[Kesultanan Inderapura]]
* [[Kerajaan Sungai Pagu]]
* [[Kesultanan Palembang]]
* [[Kesultanan Pontianak]]
* [[Kesultanan Samawa]]
* [[Kesultanan Sambas]]
* [[Kesultanan Serdang]]
* [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]
* [[Kerajaan Tanjungpura]]
* [[Kesultanan Tanjung Pura - Pontianak]]
* [[Kerajaan Iha]]
* [[Kerajaan Tanah Hitu]]
* [[Kesultanan Ternate]]
* [[Kesultanan Tidore]]
* [[Kesultanan Buton]]
* [[Kerajaan Sumedang Larang]]
* [[Kasunanan Surakarta]]
* [[Kasultanan_Ngayogyakarta_HadiningratKasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kasultanan Yogyakarta]]
* [[Praja_Mangkunagaran|Praja Mangkunagaran|Praja Mangkunegaran]]
* [[Kadipaten PakualamanPaku Alaman]]
* [[Kesultanan Malaka]]
* [[Kerajaan Pasai]]
* [[Kesultanan Banjarmasin]]
* [[Kerajaan Linge]]
* [[Kesultanan Perlak]]
* [[Kesultanan Paser]]
* [[Kesultanan Kotawaringin]]
* [[Kerajaan Pagatan]]
* [[Kerajaan Tidung]]
* [[Kesultanan Sambaliung]]
* [[Kesultanan Gunung Tabur]]
* [[Kesultanan Mempawah]]
* [[Kesultanan Kubu]]
* [[Sekala Brak|Kerajaan Sekala Brak]]
{{EndDiv}}
 
== Zaman kolonial ==
=== Kedatangan Portugis ===
{{main|Kolonialisme Portugis di Indonesia}}
Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari [[Malaka]] yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga <ref name="RICKLEFSp24">{{cite book|last=Ricklefs|first=M.C|title=A History of Modern Indonesia Since c.1300, second edition|publisher=MacMillan|date=1993|location=London|pages=p.22–24|url=|isbn= 0-333-57689-6}}</ref> dan untuk memperluas usaha [[misi (Kristen)|misi]] [[Katolik Roma]]. Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari [[Kerajaan Sunda]].
 
Pada awal abad ke-16, [[pelabuhan]]-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara [[Pulau Jawa]] sudah dikuasai oleh [[Kesultanan Demak]], termasuk dua pelabuhan [[Kerajaan Sunda]] yaitu [[Banten]] dan [[Cirebon]]. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah, raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]], Sri Baduga ([[Prabu Siliwangi]]) mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke [[Portugis]], penguasa [[Malaka]]. Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, [[Surawisesa]], ke Malaka untuk meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama [[lada]], serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.<ref>{{cite book
=== Zaman Portugis ===
|last =Zahorka
|first =Herwig
|publisher= Yayasan Cipta Loka Caraka
|title = The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory
|date =
|year =2007
|url =
|accessdate = }}</ref>
 
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
=== Zaman [[VOC]] ===
 
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah [[Jorge de Albuquerque]]. Tahun itu pula dia mengirim sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kelapa disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun 1522 yang berisi naskah perjanjian dan tanda tangan para saksi, dan yang kedua adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh [[João de Barros]] dalam bukunya "[[Da Asia]]", yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
=== Zaman Belanda ===
 
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja [[Portugal]] dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut [[Ciliwung]] sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai maka dia akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal [[21 Agustus]] [[1522]].
=== Zaman Jepang ===
 
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah ''Padam Tumungo, Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar'', maksudnya adalah "Yang Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda Kelapa". Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya dengan adat istiadat melalui "selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di [[Museum Nasional Republik Indonesia]], [[Jakarta]].
== Pranala luar ==
*[http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah.shtml Kronologi Online Sejarah Indonesia]
 
Pada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Luso-Sundanese padrão]], di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan [[Tugu]] di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan ''padrão'' saat mereka menemukan tanah baru. ''Padrão'' tersebut sekarang disimpan di [[Museum Nasional Jakarta]].
== Lihat juga ==
 
* [[Sejarah Sunda]]
Portugis gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
* [[Sejarah Jawa]]
 
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara [[Kesultanan Demak]] ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal [[22 Juni]] [[1527]]. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya [[Jakarta]].
 
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau [[Ternate]], [[Pulau Ambon|Ambon]], dan [[Solor]]. Namun, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada pertengahan abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan minat mereka beralih kepada [[Jepang]], [[Makao]] dan [[Tiongkok]]; serta gula di [[Brasil]].
 
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, [[Flores]] dan [[Timor Portugis]] setelah mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di [[Ternate]],<ref>Wacana Nusantara. (2012). [http://wacananusantara.org/sultan-baabullah-datu-syah-penguasa-72-negeri/ Sultan Baabullah Datu Syah Penguasa 72 Negeri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140214033836/http://www.wacananusantara.org/sultan-baabullah-datu-syah-penguasa-72-negeri/|date=2014-02-14}} [http://wacananusantara.org/sultan-baabullah-datu-syah-penguasa-72-negeri/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140214033836/http://www.wacananusantara.org/sultan-baabullah-datu-syah-penguasa-72-negeri/|date=2014-02-14}}</ref> dan setelah penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda.<ref name="MILLER_XV">{{cite book|last =Miller |first =George (ed.)|authorlink =|coauthors =|title =To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia|publisher =Oxford University Press|date =1996|location =New York|pages =p.xv|url =|doi =|id = ISBN 967-65-3099-9 }}</ref> Pengaruh kedatangan bangsa Portugis terhadap budaya Indonesia antara lain: sejumlah nama marga Portugis pada masyarakat keturunan Portugis di [[Tugu]], [[Jakarta Utara]], musik [[keroncong]], dan nama keluarga di Indonesia bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga terdapat [[Daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia|sejumlah kata pinjaman]] dari [[bahasa Portugis]], seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju, dll.
 
=== Zaman VOC ===
{{main|Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara}}
Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau [[VOC]] yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VOC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
 
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
 
VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
 
Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda.
 
=== Zaman Perang Dunia II dan setelahnya ===
{{Main|Sejarah Indonesia}}
 
== Lihat pula ==
* [[Sejarah Indonesia]]
* [http://Historynusantara.com History Nusantara]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://wacananusantara.org/rentang-waktu-sejarah-nusantara/ Rentang Waktu Sejarah Nusantara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140203062709/http://www.wacananusantara.org/rentang-waktu-sejarah-nusantara/ |date=2014-02-03 }}
* {{id}} [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah.shtml Kronologi Online Sejarah Indonesia]
 
{{KerajaanSejarah di JawaNusantara}}
{{sejarah-stub}}
 
[[categoryKategori:Sejarah Nusantara| ]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia| ]]