Krakatau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Gunung berapi aktif di Indonesia menggunakan HotCat |
|||
(205 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|
|other_name={{hlist|Krakatoa|Rakata|Krakatau|Anak Krakatau}}
|photo = Krakatoa eruption lithograph.jpg
|photo_caption = [[Letusan Krakatau 1883]].
|elevation = 813 m (2.667 kaki)
|location = [[Selat Sunda]], [[Rajabasa]], [[Lampung Selatan]]
|map = Indonesia Java#Indonesia Banten
|map_relief = 1
|map_caption = Lokasi Krakatau
|lat_d = 6.102|lat_NS = S
|long_d = 105.423|long_EW = E
|coordinates_ref =<ref>{{cite news|url=http://www.dailymail.co.uk/news/worldnews/article-1203028/Fiery-images-killer-volcano-claimed-36-000-lives-stirs-more.html|title=Will Krakatoa rock the world again?|publisher=Associated Newspapers Ltd|date=2009-07-31|accessdate=2010-01-23|location=London|first=Marcus|last=Dunk}}</ref>
|range =
|prominence =
|coordinates = {{coor d|6|6|27|S|105|25|3|E|type:mountain}}
|Topographic map =
|
|volcanic_arc = [[Sabuk alpida]]
|age = Lebih dari 2 Juta Tahun.
|last_eruption = 535 (Krakatau Purba) <br> 1883 (Rakata) <br> 1927-sekarang ([[Anak Krakatau]])
|first_ascent =
|
|Translation =
|Language =
|Pronunciation =
}}
'''Krakatau''' (atau dengan nama internasional '''Krakatoa''' ataupun '''Rakata''') adalah kepulauan [[gunung berapi|vulkanik]] yang masih aktif dan berada di Kecamatan Rajabasa, [[Kabupaten Lampung Selatan]], tepatnya di perairan [[Selat Sunda]], antara Pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]].<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Dinas Kominfotik Provinsi|title=Gunung Anak Krakatau, Destinasi Wisata Lampung yang Wajib Dikunjungi|url=https://lampungprov.go.id/detail-post/gunung-anak-krakatau-destinasi-wisata-lampung-yang-wajib-dikunjungi|website=Pemerintah Provinsi Lampung|language=en|access-date=2021-11-15}}</ref> Nama ini juga disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana ('''Gunung Krakatau'''). Gunung Krakatau Purba pernah meletus hebat tahun 535 M yang menyebabkan terbentuknya Selat Sunda, hilangnya peradaban Pasemah Lampung dan Salakanegara Banten selama sekitar 20-30 tahun. Ledakan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami, langit gelap, dan cuaca dingin.<ref name="Krakatoa Krakatau">{{Cite journal|title=Krakatoa (Krakatau)|url=http://dx.doi.org/10.1007/springerreference_225319|journal=SpringerReference|location=Berlin/Heidelberg|publisher=Springer-Verlag}}</ref> Pada tahun 1680, pernah terjadi letusan juga.<ref name="Krakatoa Krakatau"/> Peristiwa itu pun masih berlanjut terulang kembali yang menyebabkan Krakatau sirna karena letusan kataklismik pada tanggal [[26 Agustus|26]]-[[27 Agustus|27]] Agustus [[1883]]. Pada tahun 2019, kawasan yang sekarang merupakan [[cagar alam]] ini memiliki empat pulau kecil: [[Pulau Rakata]], [[Pulau Anak Krakatau]], [[Pulau Sertung]], dan [[Pulau Panjang]] (Rakata Kecil). Berdasarkan kajian geologi, semua pulau ini berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di masa lalu.
Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. [[Awan panas]] dan [[tsunami]] yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal [[26 Desember]] [[2004]], tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan [[Samudra Hindia]]. Suara letusan itu terdengar sampai ke [[Alice Springs]], [[Australia]] dan [[Pulau Rodrigues]] dekat [[Afrika]], 4.653 [[kilometer]]. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali [[bom atom]] yang diledakkan di [[Hiroshima]] dan [[Nagasaki]] di akhir [[Perang Dunia II]].
[[Berkas:Sunda strait map v3.png|250px|ka|jmpl|[[Selat Sunda]]]]
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi [[atmosfer]]. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit [[Norwegia]] hingga [[New York]].
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan [[Gunung Rinjani|Gunung Samalas]], [[Gunung Tambora]], dan [[Gunung Toba]] di [[Indonesia]], [[Gunung berapi Taupo]] di [[Selandia Baru]] dan [[Gunung Katmai]] di [[Alaska]]. Namun, gunung-gunung tersebut [[gunung meletus|meletus]] jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara itu, ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, [[telegraf]] sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saat itu [[teknologi informasi]] sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang [[geologi]]. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Getaran akibat letusan Gunung Krakatau terasa sampai ke Eropa.
== Perkembangan Gunung Krakatau ==
=== Gunung Krakatau Purba ===
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan [[
Pakar geologi [[Berend George Escher]] dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks disebut Gunung Batuwara.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga per empat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai [[Pulau Rakata]], [[Pulau Panjang, Lampung|Pulau Panjang]] (Rakata Kecil) dan [[Pulau Sertung]]. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung jawab atas terjadinya tahun kegelapan di muka bumi. Wabah [[sampar]] terjadi karena suhu bumi menurun. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan [[Persia purba]], transmutasi [[Kerajaan Romawi]] ke Kerajaan [[Byzantium]], berakhirnya peradaban [[Arabia Selatan|Arab Selatan]], punahnya kota besar [[Maya]], [[Tikal]] dan jatuhnya peradaban [[Nazca]] di [[Amerika Selatan]] yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-30 Tahun.
<!--
Selat Sunda telah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. [[Tsunami]] yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, di antaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau,
''David Keys, Ken Wohletz, and others have postulated that a violent volcanic eruption, possibly of Krakatoa, in [[535]] may have been responsible for [[:en:Climate change|'''the global climate changes''']] of [[535]]–536. Keys explores what he believes to be the radical and far-ranging global effects of just such a putative 6th-century eruption in his book Catastrophe: An Investigation into the Origins of the Modern World. Additionally, in recent times, it has been argued that it was this eruption which created the islands of Verlaten, Lang, and the beginnings of Rakata —all indicators of early Krakatoa's caldera's size. To date, however, little datable charcoal from that eruption has been found.''
''Thornton mentions that Krakatoa was known as "The Fire Mountain" during Java's Sailendra dynasty, with records of seven eruptive events between the 9th and 16th centuries. These have been tentatively dated as having occurred in 850, 950, 1050, 1150, 1320, and 1530.''
Refleksi yang senada dapat kita tangkap dari tulisan tentang letusan Krakatau jauh di masa lalu (kemungkinan tahun [[535]] M) yang mengubah peradaban dunia. (Oman Abdurahman: <strong>Geomagz Volume 1 No. 3 </strong>Tanggal 13 December 2011)
-->>>
=== Munculnya Gunung Krakatau ===
[[Berkas:Map krakatau.gif|250px|
Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan [[basaltik]]. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama [[Gunung Danan]] dan [[Gunung Perbuwatan]] yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Baris 62 ⟶ 63:
=== Erupsi 1883 ===
{{main|Letusan Krakatau 1883}}
Pada hari Senin, [[27 Agustus]] [[1883]], tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung tersebut. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan [[Universitas Oxford]] [[Inggris]] yang juga penulis ''[[National Geographic]],'' mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Sebelum erupsi, terjadi sejumlah gejala alam yang tak biasa. Perilaku hewan berubah. Kuda-kuda mengamuk, ayam tidak bertelur, kera dan burung tak nampak lagi di pepohonan.<ref>{{Cite journal|last=Gustaman|first=Budi|date=2021|title=Binatang-Binatang di Sekitar Letusan Krakatau 1883|url=https://jurnalsejarah.org/index.php/js/article/view/39/38|journal=Jurnal Sejarah|volume=2|issue=2|pages=2}}</ref>
Menurut para peneliti di [[University of North Dakota]], ledakan Krakatau bersama ledakan [[Tambora]] (1815) mencatatkan nilai [[Volcanic Explosivity Index]] (VEI) terbesar dalam sejarah modern. ''[[Guinness World Records|The Guiness Book of Records]]'' mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan [[abu vulkanik]] dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatra bahkan sampai ke [[Sri Lanka]], [[India]], [[Pakistan]], [[Australia]] dan [[Selandia Baru]].
Letusan itu menghancurkan [[Gunung Danan]], [[Gunung Perbuwatan]] serta sebagian [[Gunung Rakata]] di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. [[Tsunami]] (gelombang laut) naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari [[Merak]] di [[Kota Cilegon]] hingga [[Cilamaya]] di [[Karawang]], pantai barat [[Banten]] hingga Tanjung Layar di [[Pulau Panaitan]] ([[Ujung Kulon]] serta Sumatra Bagian selatan). Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk [[Jakarta]] dan [[Lampung]] pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai [[Hawaii]], pantai barat [[Amerika Tengah]] dan [[Semenanjung Arab]] yang jauhnya 7 ribu kilometer.
=== Anak Krakatau ===
{{Main|Pulau Anak Krakatau}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Anak Krakatau TMnr 10027438.jpg|jmpl|250px|Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.]]
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 44 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai [[Anak Krakatau]] dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan
[[Berkas:Indonesia, Sunda Straits.jpg|
Menurut Profesor [[Ueda Nakayama]] salah seorang ahli gunung api berkebangsaan [[Jepang]], Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.
Baris 86 ⟶ 88:
=== Film ===
* ''Krakatoa, East of Java'' [[Drama]], [[Amerika Serikat]], 1969, Sutradara: Bernard Kowalski, bersama pemeran utama [[Maximilian Schell]]
* ''Krakatau – Ein Vulkan verändert die Welt''. [[
* ''Krakatoa. The Last Days'', [[Dokudrama]], Britania Raya, 2006, 87 Min., Sutradara: Sam Miller, Produksi [[British Broadcasting Corporation|BBC]], dengan [[Rupert Penry-Jones]] dan [[Olivia Williams]] sebagai pemeran utama. [http://www.egol.de/BBC/programm/spielfilm/sendungen/409/interview.php Laman] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120119065157/http://www.egol.de/BBC/programm/spielfilm/sendungen/409/interview.php |date=2012-01-19 }} di BBC
=== Sastra ===
* ''[[Syair Lampung Karam]]'' tulisan Mohammad Saleh, terbit di Singapura (1883) ber[[bahasa Melayu]].
=== Kesenian (Gambang Kromong) ===
* ''[[Kramat Karem]]'' lagu gambang kromong yang yang tercipta setelah gunung krakatau meletus tahun 1883.
* Kramat Karem Pantun Riwayat (diiringi Gambang Kromong Irama Jaya dan dinyanyikan oleh Pang Tjin Nio/Masnah ), menceritakan tentang suasana disekitar ketika krakatau meletus.
== Lihat pula ==
* [[Gunung meletus]]
* [[Gunung Anak Krakatau]]
* [[Daftar gunung di Indonesia]]
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* [https://obyekwisataindonesia.com/gunung-krakatau/ Gunung Krakatau] oleh obyekwisataindonesia.com
* [http://dsc.discovery.com/convergence/krakatoa/krakatoa.html Laman di tentang Krakatau di [[Discovery Channel]]]
* [http://www.oysteinlundandersen.com/Volcanoes/Krakatau/Anak_Krakatau.html Koleksi foto Anak Krakatau erupsi 2011-2012]
* [http://www.vansandick.com/familie/archief/In_het_Rijk_van_Vulcaan/?lang=en van Sandick RA 1890. In The Realm of The Volcano. The eruption of Krakatau and the aftermath.] Zutphen, W.J. Thieme & Cie. Buku daring berisi catatan-catatan seorang juru mesin pada saat Krakatau meletus
* [http://www.josc.org/krakatau_stories.htm Laman] berisi penuturan saksi-saksi mata peristiwa meletusnya Krakatau 1883.
* [http://www.bgl.esdm.go.id/index.php/koleksi-geomagazine/231-geomagz-volume-1-no-3 GeoGeomagz Volume 1 No. 3] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304122552/http://www.bgl.esdm.go.id/index.php/koleksi-geomagazine/231-geomagz-volume-1-no-3 |date=2016-03-04 }}
{{Gunung di Indonesia}}
[[Kategori:Krakatau| ]]
[[Kategori:Gunung berapi di Lampung]]
[[Kategori:Kaldera di Indonesia]]
[[Kategori:Pulau tak berpenghuni di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung berapi aktif di Indonesia]]
|