Koto Gadang, IV Koto, Agam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(174 revisi perantara oleh 70 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{nagari
|nama=KotogadangKoto Gadang
|foto=[[Berkas:Kantor Wali Nagari Koto Gadang.jpg|250px|jmpl|Kantor Wali Nagari Koto Gadang]]
|provinsi=Sumatera Barat
|dati2=Kabupaten
Baris 6 ⟶ 7:
|kecamatan=IV Koto
|kode pos =26161
|nama pemimpin= -Budi Zulfikar, A.Md
|luas=6896,4 km²Ha
|penduduk=2.3992589 jiwa (20042021)
* Laki-laki: 1279 jiwa
* Perempuan: 1310 jiwa
|nama_lain=''Kota Gedang''
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatra. TMnr 60003330.jpg|thumb|300px|Masjid Koto Gadang di sekitar tahun 1870]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Minangkabau-huis van Radja Mengkoeloe te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatra. TMnr 60003328.jpg|thumb|300px|Kediaman Radja Mengkoeloe di Koto Gadang di sekitar tahun 1870]]
'''Koto Gadang''' adalah [[nagari]] di kecamatan [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]], provinsi [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]].
 
[[Berkas:Tembok Gadang Koto Gadang.JPG|jmpl|259x259px|Objek wisata [[Janjang Saribu]] yang menyambungkan antara Koto Gadang dengan [[Kota Bukittinggi]] melalui [[Ngarai Sianok]].]]
Nagari ini terkenal sebagai penghasil kerajinan [[perak]] dan melahirkan banyak tokoh-tokoh kaliber nasional bahkan internasional.
[[Berkas:Masjid Nurul Iman Koto Gadang 2020 02.jpg|jmpl|258x258px|[[Masjid Nurul Iman Koto Gadang]] pada tahun 2020. Masjid ini merupakan pembangunan ulang dari masjid lama yang sebagian runtuh saat [[gempa bumi Sumatera 2007]] meluluhlantakkan Koto Gadang.]]
'''Koto Gadang''' adalah sebuah [[nagari]] (setingkat [[desa]]) di [[Kecamatan]] [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]], [[Provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Nagari ini terkenal sebagai penghasil kerajinan [[perak]] dan melahirkan banyak tokoh-tokoh tingkat [[Bangsa|nasional]] bahkan [[Antarbangsa|internasional]], seperti [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], [[Sutan Syahrir|Soetan Sjahrir]], [[Agus Salim|Haji Agus Salim]], [[Rais Abin|Jenderal Rais Abin]], [[Rohana Kudus]], dan banyak tokoh lainnya.
 
== Geografi ==
Nagari Koto Gadang terletak di dataran antara [[Gunung Singgalang]] dan [[Ngarai Sianok]] yang terletak di [[Altitudo|ketinggian]] antara 920 – 950 meter dari permukaan laut dengan [[suhu]] rata-rata berkisar antara 30[[Celsius|<sup>o</sup>C]] hingga 16[[Celsius|<sup>o</sup>C]] pada malam hari. Nagari Koto Gadang memiliki luas wilayah 640 [[Hektare|Ha]] dengan batas-batas sebagai berikut:
Nagari Koto Gadang terletak di dataran di antara [[Gunung Singgalang]] dan
* Sebelah utara dengan Nagari [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok VI Suku]]
[[Ngarai Sianok]] dengan ketinggian 920 – 950 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 <sup>o</sup>C dan pada malam hari mencapai 20 <sup>o</sup>C. Nagari Koto Gadang memiliki luas wilayah 640 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:
* Sebelah Utaraselatan dengan Nagari Sianok[[Koto VITuo, Suku.IV Koto, Agam|Koto Tuo]]
* Sebelah Selatantimur dengan Nagari[[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Guguak TuoTabek Sarojo]]
* Sebelah Timurbarat dengan GuguakNagari Tabek[[Koto SarojoPanjang, IV Koto, Agam|Koto Panjang]]
* Sebelah Barat dengan Nagari Koto Panjang.
 
== Pemerintahan ==
=== Jorong ===
[[Jorong|Jorong-jorong]] yang ada di Koto Gadang;
Secara administrasi Nagari Koto Gadang terdiri dari tiga jorong :
* Jorong KotogadangKoto Gadang
* Jorong Ganting Gantiang
* Jorong Subarang Tigo Jorong (Su-ti-jo)
# Kampung Pondok
# Kampung Taruko
# Kampung Baru
 
[[Penggunaan lahan|Penggunaaan lahan]] (tersensus pada tahun 2004) sebagian besar yaitu 300 [[Hektare|ha]] dimanfaatkan untuk areal [[Sawah|persawahan]], pemukiman[[Pemukiman|permukiman]] 42,8 [[Hektare|ha]] , daerah perkebunan 59 [[Hektare|ha]], serta sisa yang masih diliputi kawasan [[hutan]] dan [[Belukar|semak belukar. ]]
 
=== Sawah ===
[[Berkas:Ngarai Sianok 24 Nov 2018 1.jpg|jmpl|257x257px|Pemandangan [[Ngarai Sianok]] dilihat dari Koto Gadang.]]
Sawah-sawah dibagi atas beberapa tumpak :
Sawah-sawah dibagi atas beberapa tumpak:
 
{{col|2}}
# Kubu
# Munggu Kubu
# Munggu
# Ladang laweh
# Ladang Laweh
# Kayu Katiak
# Kayu Katiak
# Campago
# Balai Campago
# Aur Balai
# Aua
# Pejajahan
# Pejajahan
# Bancah
# Bancah tangah
# Bancah Tangah
# Batu Balirik
# Batu Balirik
# Panta
# Panta
# Koto Tangah
# Koto Tangah
# Banda Malintang
# Banda Malintang
# Sikajuik
# Sikajuik
# Badapak
# Badapak
# Tapi Lambah
# Tapi Lambah
# Lurah Pulai
# RawangLurah Pulai
# Rawang
# Tabek / Belakang Mesjid
# Tabek (belakang Masjid)
# Golek Aguang
# Golek Aguang
# Talago
# Talago
# Lungguak Batu
# Limau
# Pandam
# Cimbam
# Banda Gadang
# Pugaran
# Banda Katiak
# BandaKatiak
# Banda Panjang
# BandaPanjang
# Sibutuang
# Puraweh
# Pinggang Rangek
# Tapi Rangek
# Sumpitan Hamo
# Padang Sikumpak
# Banto
{{EndDiv}}
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Minangkabau-huis van Radja Mengkoeloe te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatera. TMnr 60003328.jpg|jmpl|238x238px|[[Rumah Gadang|Rumah gadang]] [[Raja Mengkulu]] di Koto Gadang (sekitar tahun 1870)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Minangkabau vrouw in Kota Gedong weeft slendangs die als huwelijksgeschenk zullen worden aangeboden aan Koningin Wilhelmina en Prins Hendrik TMnr 10014514.jpg|jmpl|238x238px|Seorang perempuan Koto Gadang sedang [[menenun]] sebuah [[selendang]] yang akan dipersembahkan sebagai hadiah pernikahan untuk [[Wilhelmina dari Belanda|Ratu Wilhelmina]] dan [[Pangeran Hendrik dari Belanda|Pangeran Hendrik.]]]]
[[Berkas:Indonesië voorheen Nederlands-Indië, Mosdjul te Kota Gedang bij Fort de Kock. Sumatera, 1880-1910.jpg|jmpl|238x238px|[[Masjid Nurul Iman Koto Gadang|Masjid Koto Gadang]], antara tahun 1880-1910.]]
Nagari Koto Gadang merupakan salah satu dari 11 [[nagari]] yang terletak di [[Kecamatan]] [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]]. Asal-usul Nagari Koto Gadang menurut sejarahnya (''[[Tambo Minangkabau|tambo]]'') dimulai pada sekira akhir abad ke-17, dimana ketika itu sekelompok kaum [[Nenek moyang|moyang]] yang berasal dari [[Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]] mendaki, menuruni [[bukit]] dan [[lembah]], menyeberangi anak [[sungai]], untuk mencari tanah yang elok untuk dipeladangi dan dijadikan [[sawah]] serta untuk tempat [[permukiman]].
[[Berkas:KITLV - 37389 - Demmeni, J. - Tulp, De - Haarlem - Minangkabau bride at Kota Gedang near Fort de Kock (Bukittinggi) - 1911.tif|jmpl|[[Pengantin perempuan]] [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] dari Koto Gadang, dengan memakai ''[[Tikuluak Koto Gadang|tikuluak]]'' khas Koto Gadang, terpotret tahun 1911.]]
[[Berkas:Vrouwen aan het kantklossen, vermoedelijk in de Amai Setia School te Kota Gedang, KITLV 5556.tiff|jmpl|Gadis-gadis yang sedang belajar [[Renda|merenda]] di [[Yayasan Amai Setia|Amai Setia]] pada zaman kolonial Belanda.]]Setelah sekian lama berkembara, sampailah mereka di sebuah bukit yang bernama ''Bukik Kapanehan'' (Bukit Kepanasan). Disitulah mereka [[Mufakat|bermufakat]] akan membuat teratak, meneroka sawah, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi sebuah perkampungan. Lama kelamaan, dikarenakan anak kemenakan bertambah banyak, tanah untuk bersawah dan berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat buah koto. Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit tersebut. Dimana 2 penghulu pergi ke [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok]], 12 penghulu dan 4 orang tua pergi ke [[Guguak, Lima Puluh Kota|Guguak]], 6 penghulu pergi ke [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Tabek Sarojo]], dan 24 penghulu menetap di Bukik Kapanehan. Karena penghulu yang terbanyak tinggal di koto tersebut, maka dinamakanlah kampung itu sebagai ''Koto Gadang'' (kota besar)
 
Kaum-kaum yang datang bersama ini kemudian membangun permukiman dan bernagari dengan tidak melepaskan adat kebiasaan mereka. Dengan bergotong-royong mereka membangun [[Rumah Gadang|rumah-rumah gadang]], sehingga sebelum tahun 1879 banyaklah rumah gadang yang bagus berikut dengan lumbungnya ([[rangkiang]]). Pada tahun 1879 dan 1880 terjadilah kebakaran besar sehingga memusnahkan perumahan-perumahan tersebut.
Nagari Koto Gadang merupakan salah satu dari 11 nagari yang terletak di Kecamatan [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]]. Asal usul Nagari Koto Gadang menurut sejarahnya dimulai pada akhir abad ke-17, dimana ketika itu sekelompok kaum yang berasal dari Pariangan Padangpanjang mendaki dan menuruni bukit dan lembah, menyeberangi anak sungai, untuk mencari tanah yang elok untuk dipeladangi dan dijadikan sawah serta untuk tempat pemukiman.
 
Penghidupan orang Koto Gadang sebelum Alam Minangkabau berada dibawah pemerintah [[Hindia Belanda]] ialah bersawah, berladang, berternak, bertukang kayu, dan bertukang emas dan perak. Pekerjaan bertukang emas dan perak anak negeri sangat terkenal di seluruh Minangkabau. Karena berkembangnya penduduk, hasil yang diperoleh dari persawahan tidaklah mencukupi lagi. Maka mulailah orang Koto Gadang pergi merantau ke negeri lain seperti [[Bengkulu]], [[Kota Medan|Medan]], [[Jakarta]], dan lain-lain.
Setelah lama berjalan, sampailah di sebuah bukit yang bernama Bukit Kepanasan. Disitulah mereka bermufakat akan membuat teratak, menaruko sawah, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi dusun. Lama kelamaan, dikarenakan anak kemenakan bertambah banyak, tanah untuk bersawah dan berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat buah koto. Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit tersebut. Dimana 2 penghulu pergi ke Sianok, 12 penghulu dan 4 orang tua pergi ke Guguk, 6 penghulu pergi ke Tabeksarojo, dan 24 penghulu menetap di Bukit Kepanasan. Karena penghulu yang terbanyak tinggal di koto tersebut maka tempat itu dinamakan Koto Gadang. Itulah nagari–nagari awal yang membentuk daerah IV Koto.
 
Setelah pemerintah [[Hindia Belanda]] memerintah Alam Minangkabau, Koto Gadang dijadikan ibu nagari dari [[IV Koto, Agam|Kelarehan IV Koto]]. Dibuatlah susunan pemerintahan yang baru dengan ''Tuanku Lareh'' sebagai pemimpin yang memerintah di [[Kecamatan|kelarasan]] IV Koto dan ''Penghulu Kepala'' atau ''Wali Nagari'' sebagai pemimpin pemerintahan [[nagari]].
Kaum-kaum yang datang bersama ini kemudian membangun pemukiman dan bernagari dengan tidak melepaskan adat kebiasaan mereka. Dengan bergotong royong mereka membangun rumah-rumah gadang, sehingga sebelum tahun 1879 banyaklah rumah gadang yang bagus berikut dengan lumbungnya. Pada tahun 1879 dan 1880 terjadilah kebakaran besar sehingga memusnahkan perumahan-perumahan tersebut.
 
== Suku dan Jurai ==
Penghidupan orang Koto Gadang sebelum Alam Minangkabau berada dibawah pemerintah Hindia Belanda ialah bersawah, berladang, berternak, bertukang kayu, dan bertukang emas. Pekerjaan bertukang emas anak negeri sangat terkenal di seluruh Minangkabau. Karena berkembangnya penduduk, hasil yang diperoleh dari persawahan tidaklah mencukupi lagi. Mulailah orang Kotogadang pergi merantau ke negeri lain seperti Bengkulu, Medan, Jakarta, dan lain-lain.
=== Suku ===
Penduduk yang telah bermukim itu tersusun berdasarkan ''suku'' dan ''kaum'', yang dipimpin oleh Penghulu Suku yang disebut ''Datuak''. Koto Gadang terbagi atas empat ''suku'' ([[marga]]) yaitu:
 
# [[Suku Sikumbang|Sikumbang]]:
## Sikumbang Mudiak: empat ''paruik''
## Sikumbang Hilia: empat ''paruik'' <br />Kaum – kaum ini dinamakan ''Sikumbang nan Salapan Hindu''
# [[Suku Koto|Koto]]:
## Koto nan Ampek Paruik
## Koto nan Tigo Paruik <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Koto nan Tujuah Paruik''
# [[Suku Guci|Guci]]/[[Suku Piliang|Piliang]]:
## Guci terdapat tiga buah ''paruik'';
### Guci Pacah
### Guci Tabit Hanyir
### Guci Parit Tahampai
## Piliang terdapat tiga buah ''paruik'';
### Piliang Kamang/Piliang Panjang
### Piliang Tangah
### Piliang Kampuang Teleng <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Guci/Piliang nan Anam Panghulu''
# [[Suku Caniago|Caniago]]:
## Caniago Tapi
## Caniago Tangah
## Caniago Bodi<br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Caniago nan Tigo Ninik.''
 
=== Jurai ===
''Jurai'' dibagi atas tiga:
# Jurai Mudiak
# Jurai Tangah
# Jurai Hilir
 
Itulah sebabnya dikatakan ''Koto Gadang nan Tigo Jurai nan Ampek Suku.''<ref>{{Cite book|last=Mahzar|first=Hera|date=2005|url=https://books.google.co.id/books/about/Buku_adat_istiadat_Koto_Gadang.html?id=99f4GgAACAAJ&redir_esc=y|title=Buku adat istiadat Koto Gadang|publisher=|language=id}}</ref>
Setelah pemerintah Hindia Belanda memerintah Alam Minangkabau, Koto Gadang dijadikan ibu nagari dari Kelarasan IV Koto. Dibuatlah susunan pemerintahan yang baru dengan Tuanku Lareh sebagai pemimpin yang memerintah di kelarasan IV Koto dan Penghulu Kepala sebagai pemimpin pemerintahan nagari.
 
== Nagari Terpelajar ==
 
Koto Gadang merupakan nagari/desa yang paling banyak melahirkan sarjana di Indonesia{{fact}}. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, keluarga-keluarga di Koto Gadang tetap mengutamakan pendidikan kepada anggota keluarganya. Kalau masyarakat daerah lain di Minangkabau merantau umumnya untuk berdagang, maka masyarakat Koto Gadang merantau untuk menuntut ilmu pengetahuan.<ref>Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R. [http://books.google.co.id/books?id=kv-EnDIbe8sC&pg=PR5&lpg=PR5&dq=koto+gadang+masa+kolonial&source=bl&ots=eLdJwrKZc-&sig=NHUgfx6mvYnt1tC1fv_GNw5IWkY&hl=id&sa=X&ei=oB8jU82QJeeoiAfTj4DQBA&redir_esc=y#v=onepage&q=koto%20gadang%20masa%20kolonial&f=false "Koto Gadang Masa Kolonial"] ''PT LKiS Pelangi Aksara'', 2007.</ref>
 
Tahun 1856, dari 28 Sekolah Desa dengan masa belajar tiga tahun yang berdiri di berbagai nagari di Sumatera Barat, satu terdapat di nagari Koto Gadang. Menurut laporan Steinmetz, sejak didirikan, ada 416 murid Sekolah Desa. Namun hanya 75 orang yang selesai. Selebihnya putus di tengah jalan, karena menikah atau lantaran berbagai sebab lain. Steinmetz menilai, kemajuan paling pesat tampak pada anak-anak Agam terutama dari Koto Gadang yang rajin dan cerdas.
 
Kesadaran menuntut ilmu di Koto Gadang dimulai di awal abad-20 ketika pembaharuan dimasukkan oleh larasLaras Koto KadangGadang, [[Jahja Datoek Kajo]] (bertugas dari tahun 1894-19121914) yang meramalkan bahwa hanya melalui pendidikan, corak kehidupan dapat didatangkan ke Koto Gadang. Dengan perencanaan yang sistematis dan dengan sistem kepemimpinan yang kharismatik, Jahja Datoek Kajo mendorong setiap anak lelaki dan perempuan pergi ke sekolah. Sekolah untuk anak laki-laki didirikan dipada tahun 1900, dan dipada tahun 1912 didirikan pula sekolah yang terpisah untuk anak-anak gadis Koto Gadang. Sebuah badan tersendiri yang dinamai ''studiefonds'' (dana pelajar) didirikan untuk mengumpulkan dana dari orang kampung guna mengirim anak-anaknya melanjutkan studi di [[Jawa]], dan bahkan di [[Belanda|negeri Belanda]].
 
Besarnya semangat belajar anak-anak Koto Gadang, maka pada awal dekade 1900-an, negeri ini dikenal sebagai tempat kelahiran para pekerja birokrasi Belanda, seperti jaksa, hakim, guru, pegawai pajak, yang meliputi daerah tugas Sumatera, Kalimantan, dan Batavia. Menurut suatu laporan, pada 1915, diperkirakan 165 lelaki dari Koto Gadang bekerja sebagai pegawai pemerintahan Belanda. Hampir separuh (79 orang) bekerja di luar wilayah Minangkabau. Sebanyak 72 orang di antaranya lancar berbahasa Belanda, sebagai suatu bukti mereka berpendidikan baik.<ref>Saur Hutabarat, Orang Minang dalam Elite Indonesia, Majalah Tempo, 12 Juli 1986</ref>
Menurut laporan di Soeara Kemadjuan Kota Gedang (1916), demi kepentingan pendidikan, para orang tua yang waktu itu berpenghasilan rata-rata 15 gulden per bulan, sanggup membayar uang sekolah anaknya yang mencapai 5 gulden per bulan. Sebelum ada [[HIS|Hollands Inlandsche School (HIS)]], Sekolah Dasar tujuh tahun dengan bahasa pengantar Belanda, dan [[MULO|Meer Uitgebreid Lager Onderwojs (MULO)]] berdiri awal tahun 1900, sudah banyak anak Minang bersekolah ke [[STOVIA]], sekolah tinggi kedokteran di Jakarta, atau NIAS di Surabaya, terutama anak-anak Koto Gadang. Menurut data tahun 1926, dokter lulusan STOVIA asal Minang berjumlah 32 orang.
 
Menurut laporan "Soeara Kemadjuan Kota Gedang" (1916), demi kepentingan pendidikan, para orang tua yang waktu itu berpenghasilan rata-rata 15 gulden per bulan, sanggup membayar uang sekolah anaknya yang mencapai 5 gulden per bulan. Sebelum ada [[HIS|Hollands Inlandsche School (HIS)]], Sekolah Dasar tujuh tahun dengan bahasa pengantar Belanda, dan [[MULO|Meer Uitgebreid Lager Onderwojs (MULO)]] berdiri awal tahun 1900, sudah banyak anak Minang bersekolah ke [[STOVIA]], sekolah tinggi kedokteran di Jakarta, atau NIAS di Surabaya, terutama anak-anak Koto Gadang. Menurut data pada tahun 1926, dokter lulusan [[Stovia|STOVIA]] asal Minang berjumlah 32 orang. Dan 16 tahun kemudian lompatan segera terjadi. Dimana pada tahun 1942, sejumlah 40 siswa asal Koto Gadang lulus dari [[Stovia|STOVIA]]. Angka ini hanya mencakup satu kanagarian saja di ranah Minang, dan belum termasuk nagari-nagari lainnya.
Semangat menuntut ilmu ini diteruskan sampai sekarang di Koto Gadang, yang akibatnya praktis setiap orang kampung di Koto Gadang melek huruf, pintar membaca dan menulis, serta pintar-pintar bahasa Belanda. Makanya jangan heran, tahun 1917, dari 2.415 penduduk, sebanyak 1.391 orang di antaranya sudah bekerja, antara lain 297 orang jadi amtenar dan 31 orang menjadi dokter.
 
Semangat menuntut ilmu ini diteruskan sampai sekarang di Koto Gadang, yang akibatnya praktis setiap orang kampung di Koto Gadang melek huruf, pintar membaca dan menulis, serta pintar-pintar bahasa Belanda. Makanya jangan heran, tahun 1917, dari 2.415 penduduk, sebanyak 1.391 orang di antaranya sudah bekerja, antara lain 297 orang jadi ''ambtenar'' dan 31 orang menjadi dokter.
Penelitian yang dilakukan Mochtar Naim menunjukkan, di antara 2.666 orang yang berasal dari Koto Gadang di tahun 1967, 467 atau
 
17,5 persen merupakan lulusan universitas. Di antaranya 168 (orang menjadi dokter, 100 orang jadi insinyur, 160 orang jadi sarjana hukum, dan kira-kira 10 orang doktorandus ekonomi dan bidang-bidang ilmu kemasyarakatan lainnya. Kemudian di tahun 1970, 58 orang lagi lulus universitas. Jadi, dengan 525 orang lulusan universitas (tidak termasuk mereka yang bergelar sarjana muda), Koto Gadang yang punya penduduk kurang dari 3.000 tak terkalahkan barangkali oleh desa mana saja, bahkan tidak oleh masyarakat-masyarakat yang
Penelitian yang dilakukan [[Mochtar Naim]] menunjukkan, di antara 2.666 orang yang berasal dari Koto Gadang pada tahun 1967, 467 atau 17,5% merupakan lulusan universitas. Di antaranya (168 orang menjadi dokter, 100 orang jadi insinyur, 160 orang jadi sarjana hukum, dan kira-kira 10 orang doktorandus ekonomi dan bidang-bidang ilmu kemasyarakatan lainnya. Kemudian pada tahun 1970, 58 orang lagi lulus universitas. Jadi, dengan 525 orang lulusan universitas (tidak termasuk mereka yang bergelar sarjana muda), Koto Gadang yang punya penduduk kurang dari 3.000 tak terkalahkan barangkali oleh desa mana saja, bahkan tidak oleh masyarakat-masyarakat yang telah maju lainnya di dunia.
telah maju lainnya di dunia.
 
== Tokoh ==
[[Berkas:SoetanSjahrir.jpg|ka|jmpl|100px|[[Soetan Sjahrir]]]]
[[Berkas:Jahja Datoek Kajo.jpg|ka|jmpl|100px|[[Jahja Datoek Kajo]]]]
[[Berkas:Rohana Kudus.jpg|ka|jmpl|100px|[[Rohana Kudus]]]]
[[Berkas:Ketua Wantimpres Emil Salim.png|ka|jmpl|100px|[[Emil Salim]]]]
[[Berkas:Mohamad Sjaaf.jpg|ka|jmpl|100px|[[M. Syaaf]]]]
[[Berkas:Dr Sjahrir.jpg|ka|jmpl|100px|[[Sjahrir (ekonom)|Dr. Sjahrir]]]]
[[Berkas:Oesman Effendi.jpg|ka|jmpl|100px|[[Oesman Effendi]]]]
 
Karena majunya pendidikan di nagari Koto Gadang, banyak tokoh-tokoh kalibertingkat nasional dan internasional yang lahir atau berasal dari Kotokampung Gadangini. AdaSudah lebihpuluhan 70bahkan ratusan tokoh yang masih menjabat atau menjadi mantan pejabat berasal dari Koto Gadang, dengan jabatan sebagai
guru besar, rektor, atase, dokter, direktur BUMN, wali kota, menteri, dan sebagainya.
 
* [[Abdul Gani Rajo Mangkuto|Abdoel Gani Radjo Mangkoeto]], guru, pengusaha
* [[Sutan Sjahrir]], perdana menteri pertama Indonesia
* [[Haji Agus Salim]], mantan menteri luar negeri dan diplomat Indonesia
* [[Rohana Kudus]], perempuan jurnalis pendiri surat kabar Soenting Melajoe
* [[Emil Salim]], mantan menteri lingkungan hidup Indonesia
* [[Syahrir (ekonom)|Syahrir]], ekonom dan pendiri Partai Indonesia Baru
* [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], ahli fikih dan imam besar [[Masjidil Haram]]
* [[Daan Jahja Datoek Kajo]], gubernur militer ''[[Jakartademang]]'', dananggota [[pangdamVolksraad]] SiliwangiFraksi Nasional
* [[Haji Agus Salim]], seorang pejuang kemerdekaan, [[Menteri luar negeri|Menteri Luar Negeri]] 3 Juli 1947 – 20 Desember 1949, Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 Tahun 1961
* Mr. Dr. Mohamad Nazif, sekjen gubernur Batavia
* [[Rohana Kudus]], perempuan jurnalis pendiri surat kabar ''[[Soenting Melajoe]]'', Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia No. 120/TK/2019
* Prof. dr. Mohamad Sjaaf, Dokter spesialis mata dan presiden (rektor) pertama [[Universitas Andalas]], [[Padang]]
* dr Marzoeki Mahdi, Kepala Rumah Sakit Jiwa Bogor
* Ferdy Salim, mantan Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam
* Raihoel Amar Datoek Basa, penterjemah, Ahli pada Lembaga Bahasa dan Budaya [[Universitas Indonesia]]
* Prof. Dr. Hanif Datuk Magek Labiah, guru besar
* dr. Goelam St. Arbi SpOG, Lektor Kepala Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan FK-UI
* Mr. Tamzil glr. Sutan Narayau, mantan Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin
* [[Mohamad Nazief|Mr. Dr. Mohamad Nazif Soetan Machoedoem]], Bendahara Perhimpunan Indonesia, Sekretaris Umum (''Algemeene Secretary'') pemerintah [[Hindia Belanda]]
* Abdul Muis, mantan Duta Besar RI di Ceko
* [[Djamaluddin Tamin]], Tokoh Komunis Indonesia, Partai Republik Indonesia (PARI),
* Mr. Abdul Karim, mantan Dirut BNI
* Djamaloes Jahja St. Pamoentjak, Ketua Badan Keamanan Rakyat Sumatera Barat, Kepala Luhak dan Bupati
* Mr. Mohamad Razif, mantan Duta Besar RI untuk Malaysia dan terakhir untuk India
* Jazir Datuk Mudo, dr, Inspektur Kesehatan Sumatera Tengah
* B. A Masfar, mantan Kuasa Usaha Indonesia di Arab Saudi
* [[Sutan Sjahrir]], Perdana Menteri Indonesia ke 1 14 November 1945 – 3 Juli 1947, Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia nomor 76 tahun 1966
* Haji Oesman Effendy, pelukis
* [[Tamsil|Mr.Tamzil gelar Sutan Narayau]], Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 3 Juli 1947 – 29 Januari 1948
* Haji Hasan Jafar, pelukis
* [[Mohamad Razif|Mr. Mohamad Razif]], Duta Besar RI untuk [[Malaysia]] 1957–1963 dan Duta Besar RI untuk [[India]] 1967–1971
* Zanir, mantan Direktur BNI dan BCA
* dr. Sagaf Jahja, Ketua Parindra Djambi 1940-1942, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Kota Djambi 1945, Residen Djambi 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Tengah (Anggota) 1946-1950
* Ir. E. H. Nizar Datuk Kayo, mantan Dirut PT Semen Tonasa
* [[Djohan Sjahroezah]] , Pejuang Kemerdekaan, Tokoh [[Partai Sosialis Indonesia]]/PSI
* Ir. Ichdan Nizar, mantan Dirut PT Semen Padang
* Joesoef Jahja St. Majo Lelo, Ketua Voetbalbond Indonesische Jacatra/VIJ Persija 1942-1955, Komite Nasional Indonesia Pusat (Anggota) 1945, Wakil Walikota Djakarta 1945-1947
* Ed Zoelverdi, jurnalis dan fotografer yang dijuluki Mat Kodak Indonesia
* dr. Saiful Anwar, Dokter, Pengawas Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur 1948-1963
* Rais Abin, jenderal TNI
* Mohamad Jusuf St. Rumah Panjang, Direktur Utama PT Satria Negara 1958-1961, Direktur Utama PT Aneka Bakti 1961-1964, Direktur Utama PT Petsin 1964-1965
* Oemar Basri (OB) Syaaf, Laksamana Madya TNI
* Mr. Masrin St. Rajo Mudo, Direktur NV Djakarta Lloyd 1960-1961, Presiden Direktur PN Djakarta Lloyd 1961-1963
* Jasril Jacub, jenderal TNI
* Mr. Abdul Karim, Presiden Direktur [[Bank Negara Indonesia]] 1954-1959
* Niel Almatzir, jenderal TNI
* Abdul Muis, Duta Besar RI di Cekoslowakia 1972-1975
* Daan Anwar, jenderal TNI
* Sjamsoel Echsan Haznam, Direktur Muda NV Djakarta Lloyd 1952-1960
* Dr Nusmir, jenderal TNI
* Zanir Rajo Naando, Anggota Pengawas Yayasan Dapenso BNI, Direktur Bank Negara Indonesia 1966-1970, Dirut [[Bank Central Asia]] -1980, Direktur [[Bank Central Asia]] 1980-1992
* Z. Bazar, jenderal Polisi
* Alizam Almatsier, Direktur Pembinaan Anggaran Pembangunan Departemen Keuangan -1975, Direktur Keuangan PT Pertamina -1979
* K. Rahman Dt Maharajo, jenderal TNI
* Hasan Jafar, pelukis
* Syaiful Sulun, jenderal TNI
* [[Oesman Effendi]], pelukis
* Badrel Asraf Masfar St. Rajo Malintang, Kuasa Usaha Indonesia di Arab Saudi
* Darry Salim Datuk Perpatih, Duta Besar/Utusan Khusus RI Textile Surveillance Body GATT Geneve Swiss 1985-1989, Ketua Umum Majelis Pembina Adat Alam Minangkabau 1990-
* [[Ferdy Salim]], Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam 1987-1990
* Indraman Akmam, Ir, Direktur Eksploitasi PT Pertamina 1981-1988, Vice Presiden PT. Arun 1988-1990
* dr. Erjan Albar SpOG(K), Kepala Bagian Obgin FK-USU
* Ir. Azril Nazahar Datuk Marah Bangso, Dirut PT. PANN -1987
* [[Akhiroel Yahya]] Datuk Batuah, Drs, Kolonel (L), Walikota Padang 1968-1972
* Nurmeiman Oesman Dt. Tjumano, Direktur PT Jasindo 1987-2001
* Ir. Muhammad Jaffri Burhanuddin, Dekan Fakultas Teknik Unuversitas Tanjung Pura Pontianak 1971-1975
* dr. Asmir
* [[Ade Irawan]], Aktris
* [[E.H. Nizar Datuk Kayo]], Ir, Dirut PT. Semen Padang 1990-1995 dan Dirut PT. Semen Tonasa
* [[Ed Zoelverdi]], jurnalis dan fotografer yang dijuluki Mat Kodak Indonesia
* [[Ahlan B. Razif|Ahlan Bahari Razif St. Marah Alam]], Drs, Duta Besar RI untuk Laos 2002-2005
* Ir. Masri Saridam, Vice President Director II PT Semen Cibinong
* [[Ikhdan Nizar]] St. Diateh, Ir, Dirut PT Semen Padang 2000-2003
* [[Merdias Almatsier|dr. Merdias Almatsier Sp.S(K)]], Pembantu Rektor Universitas Indonesia 1986-1994, Ketua Umum IDI 1997-2000,
* [[Ahzam B. Razif|Ahzam Bahdari Razif St. Bandaharo]], Drs, Duta Besar RI untuk Senegal merangkap Gabon,Gambia, Guinea-Bissau, Kongo, Pantai Gading dan Sierra Leone 2003-2007
* Rizal Imran Ambiar, dr Sp.THT-BKL, Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 2001-2008
* [[Syahrir (ekonom)|Syahrir]], DR, ekonom dan pendiri Partai Indonesia Baru
* Razni Carnandy Datuk Kayo, dr Sp.PD MARS, Kol (Ckm), Kakesdam Jaya 1998-1999, Dirjangmed RSPAD Gatot Subroto
* [[Hamid Jabbar]], Sastrawan
* [[Aidil Chandra Salim]], Duta Besar RI untuk Fiji 2010-2013
* [[Leonardy Harmainy]] Datuk Bandaro Basa, S.IP., M.H., Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat 2004–2009, Anggota DPD-RI 2017-2019, 2019-2024
* Irsyadul Halim Drs, H, Wakil Ketua II Lazis Muhammadiyah 2010-2015, Anggota Baznas RI 2015-2020
* [[Andi Achmad Dara]], Anggota DPR-RI Partai Golkar 2014–2019, 2019–2024
* [[Felia Salim]], Direktur Riset dan Pengembangan PT BEJ 1995-1999, Wakil Presiden Direktur [[Bank Negara Indonesia]] 2008-2015
* Huzna Gustiana Zahir, Ir, M.A, Ketua Harian YLKI, Ketua Pengawas YLKI
* Alwin Albar, Direktur Operasi PT Timah Tbk 2017-2018, Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk 2019-2020
 
Perwira Tinggi TNI dari Koto Gadang:
== Suku dan Jurai ==
* [[O.B. Sjaaf|Oemar Basri Sjaaf]], Presiden Seskoal pertama, Pangkowilhan IV, Ketua Umum LVRI 1973–1978, Laksdya TNI (Purn)
=== Suku ===
* Kanido Rachman Masjhur Datuk Maharajo, Dir Percobaan Alat-Alat Peralatan (PERAL) TNI-AD -1960, Brigjen TNI (Purn)
Penduduk yang telah bermukim itu tersusun berdasarkan suku dan kaum, dipimpin oleh Penghulu Suku yang disebut ''Datuk''. Kotogadang terbagi atas empat suku yaitu:
* [[Daan Jahja]], [[pangdam]] Siliwangi 1948, Gubernur Militer [[Jakarta]] 1949-1950, Anggota DPR-GR Fraksi Karya Pembangunan 1966-1971, Brigjen TNI (Purn)
* [[Daan Anwar]], Wakil Ketua API (Angkatan Pemuda Indonesia) 1945, Asisten Deputi I Kasad 1962-1964, Brigjen TNI (Purn)
* [[Lucky Ichwan Anwar]], Wakil Kepala Pusat Cadangan Nasional (PUSCADNAS) Kemenhan 1974-1977, Direktur Umum PT Pupuk Kujang 1977, Brigjen TNI (Purn)
* dr. Azhar Zahir, Kepala Kesehatan AL, Anggota MPR RI Fraksi ABRI, Laksma TNI (Purn)
* [[Rais Abin]], Panglima Pasukan Keamanan PBB, Duta Besar RI untuk [[Malaysia]] 1981-1984, Ketua Umum LVRI 2012-2017, Letjen TNI (Purn)
* dr. Noesmir, Rektor Universitas Sriwijaya 1966-1968, Kakesdam II Sriwijaya 1969-1970, Brigjen TNI (Purn)
* [[Hazniel Almatsier|Hazniel Khatim Almatsier]], Kepala Departemen Pusat Pendidikan Peralatan Angkatan Darat 1967,Brigjen TNI (Purn)
* [[Syaiful Sulun]], Kassospol ABRI, Wakil Ketua MPR-RI, Letjen TNI (Purn)
* [[Jasril Jakub]], Komandan Paspampres, Sekretaris Militer Presiden RI, Letjen TNI (Purn)
* Zarvea Bazar Datuk Cumano, Sahli Kapolri bidang Hukum -1995, Kepala Inkopol 1995-1996, Brigjen Pol (Purn)
* Ken Chaidian, Dir Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan, Laksma TNI (Purn)
* [[Boy Rafli Amar]] Datuk Rangkayo Basa, Kepala BNPT 2020-2023, Komjen Pol (Purn)
* [[Primadi Saiful Sulun]], Kepala Staf Divif 2/Kostrad 2022-, Brigjen TNI
 
Guru Besar (Profesor) dari Koto Gadang:
# Sikumbang:
* [[M. Syaaf|Prof. Dr. M.Syaaf]], Sp.M, Ilmu Penyakit Mata (Oftalmologi), Presiden (Rektor) Universitas Andalas Padang 1956-1958
## Sikumbang Mudiak : empat paruik
* Prof. Dr. Zainal,Sp.PD, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
## Sikumbang Hilir : empat paruik <br />Kaum – kaum ini dinamakan ''Sikumbang nan Salapan Hindu''<br />
* Prof. Dr. Aulia, Sp.PD, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
# Koto:
* Prof. Dr. [[Bahder Djohan]], Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1950-1951
## Koto nan ampek paruik
* Prof. Dr. Kadri, Sp.PD-KEM, Ilmu Penyakit Dalam (FK USU), Kepala Bagian Penyakit Dalam FK USU
## Koto nan tigo paruik <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Koto nan Tujuah Paruik''<br />
* [[Isak Salim|Prof. Dr. Isak Salim]], Ilmu Kesehatan Mata (FK UI), Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UI -1977
# Guci/Piliang:
* [[Busyra Zahir|Prof. Dr. Busyra Zahir]], Ilmu Penyakit Dalam (FK UI), Rektor Universitas Andalas Padang 1968-1976
## Guci terdapat tiga buah paruik
* Prof. Dr. Rasmin Rasyid Sp.P, Ilmu Pulmonologi (FK UI), Kepala Bagian Paru-paru Rumah Sakit Persahabatan
### Guci Pacah
* Prof. Dr. Ramlan Mochtar Sp.B, Ilmu Bedah (FK UGM), Kepala Bagian Bedah FK UGM 1960-1974, 1976-1979, Dekan Fakultas Kedokteran UGM 1967 -1969
### Guci Tabit Hanyir
* Prof. Dr. Hanif Datuk Magek Labih, Sp.PD-KHOM, Ilmu Penyakit Dalam (FK Unand), Dekan Fakultas Kedokteran UNAND
### Guci Parit Tahampai
* Prof. Mahadi SH, Fakultas Hukum USU, Ketua Presidium USU
## Piliang terdapat tiga buah paruik
* Prof. Dr. Laksmana Aulia, Ilmu Anatomi (FK USU)
### Piliang Panjang
* Prof. Dr. S.M. Akmam, Sp.M, Ilmu Kesehatan Mata (FK UI), Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UI 1977-1987
### Piliang Kamang / Piliang Tapi
* Prof. Dr. Mustafa Zakir, Sp.THT, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (FK Unair)
### Piliang Kampuang Teleng <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Guci/Piliang nan Anam Panghulu''<br />
* Prof. Dr. Moch. Zaman (Suami Prof. Nanizar), Sp.THT, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (FK Unair)
# Caniago:
* Prof. Dr. Nanizar Zaman Yunus, Pharm.D, Ilmu Farmasi (FK Unair), Ketua Jurusan Farmasi FK Unair 1963- , Dekan Fak. Farmasi Unair
## Caniago Tapi
* Prof. Dr. Moesafar Walad Haznam Sp.PD-KEMD, Ilmu Penyakit Dalam (FK Unpad)
## Caniago Tangah
* Prof.Dr. Ir. Abu Dardak, MSc, Ilmu Pertanian (FPert USU)
## Caniago Bodi<br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Caniago nan Tigo Ninik''
* Prof. Dr. Syahbanar Zahir, Ilmu Biokimia (FK UI)
* Prof. Dr. Sjaifoellah Noer,Sp.PD-KGEH, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* [[Emil Salim|Prof. Dr. Emil Salim]], Ilmu Ekonomi (FE UI) & Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Pembangunan (Presiden Soeharto)
* Prof. Dr. Med. dr. H. Jazanul Anwar, SpFK, Farmakologi Klinik (FK USU)
* Prof. Dr. Wirda Soemarto,Sp.PD, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. Soemarto (suami Prof.Wirda), Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, Ilmu Kesehatan Mata (FK UI)
* Prof. Dr. Drg. Arifzan Razak, MSc, Sp. Pros. , Kedokteran Gigi (FKG Unair)
* Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain Datuk Gunung Ameh,Sp.PD, DTM&H, KPTI, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. Yasmeini Yazir, Ilmu Faal (Fisiologi) (FK USU)
* Prof. Dr. Hasyim Effendi (Suami Prof.Yasmeini), Ilmu Faal (Fisiologi) (FK USU)
* Prof. Dr. Lila Dewata, Sp.OG (K)-FER Ilmu Obstetri dan Ginekologi (FK Unair), Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unair 1994-2005
* Prof. Dr. dr. Nurul Akbar, Sp.PD-KGEH, FINASIM, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. Drg. Boedi Oetomo Ruslan MBioMed, Kedokteran Gigi (FKG Univ.Trisakti)
* Prof. Dr. Nuzirwan Acang Datuk Toemanggoeng, Sp.PD-KHOM, FINASIM, Ilmu Penyakit Dalam (FK Unand), Dirkeu RSUP. Dr. M. Djamil Padang
* Prof. Dr. Khalilul Rahman, Sp.M (K), Ilmu Kesehatan Mata (FK Unand)
* Prof. Dr. dr. Asman Manaf, Sp.PD-KEMD, Ilmu Penyakit Dalam (FK Unand)
* Prof. dr. Fadil Oenzil PhD. SpGK, Ilmu Biokimia / Gizi Klinik (FK Unand), Dekan Fakultas Kedokteran Unri 2001-2004, Dekan Fakultas Kedokteran Unand 2004-2008
* Prof. Dr. dr [[Ilham Oetama Marsis]] SpOG (K), Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia 2015-2018
* Prof. dr. Zuljasri Albar, Sp.PD-KR, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. H. Syafrizal, Dekan Fakultas Ekonomi Unand 1996-2000 & 2000-2004
* Prof. dr. [[Menaldi Rasmin]], SpP (K), Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (FK UI), Dekan Fakultas Kedokteran UI 2004-2008,Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2009-2014
* [[Akmal Taher|Prof. Dr. Akmal Taher]], Sp.U (K), PhD, Ilmu Bedah (FK UI), Dirut RSCM, Dirjen BUK Kemenkes 2013-
* Prof. Dr. Chaidir Arif Mochtar, SpU (K), PhD, Ilmu Bedah Urologi (FK UI), Deputy Chairman Scientific Committee Urological Association of Asia 2006-2010,Presiden Ikatan Ahli Urologi Indonesia 2012-2015
* Prof. Dr. dr. Sri Widia Jusman, M.S. Biokimia dan Biologi Molekular (FK UI)
* Prof. Dr. Henita Rahmayanti, M.Si, Ilmu Lingkungan (UNJ)
* Prof.Dr.drg. Melanie Sadono Djamil, M.Biomed, Ilmu Biokimia (FKG Univ.Trisakti), Ketua Konsil Kedokteran Gigi periode 2020-2025
* Prof. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ) Sp.KJ(K), Psikiatri (FK USU), Ketua Program Studi Psikiatri FK USU
* Prof. Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, SpJP(K), Kardiologi dan Ilmu Vaskuler (FK UI)
 
Nama Rumah Sakit di Indonesia yang mengambil Nama Putra Koto Gadang:
=== Jurai ===
* [[Rumah Sakit dr. Saiful Anwar|Rumah Sakit dr. Sjaiful Anwar]], RSUP Malang, Jawa Timur
Jurai dibagi atas tiga :
* Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir, RST Salatiga, Jawa Tengah
# Jurai Mudiak
* Rumah Sakit Tentara Dr. Noesmir, RST Baturaja, Sumatera Selatan
# Jurai Tangah
* Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzuki Mahdi, RSJ Cilendek, Bogor, Jawa Barat
# Jurai Hilir
* Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Azhar Zahir, Manokwari, Papua
 
== Lihat juga ==
 
* [[Janjang Koto Gadang|Janjang Saribu]]
* [[Masjid Nurul Iman Koto Gadang|Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang]]
* [[Yayasan Amai Setia]]
* [[Ngarai Sianok]]
* [[Tikuluak Koto Gadang]]
* [[IV Koto, Agam|Kecamatan IV Koto]]
* [[Kabupaten Agam]]
 
== Referensi ==
* Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R., ''Koto Gadang Masa Kolonial'', LKiS, 2007
* James, K.A., "''De Nagarie Kota Gedang''", Tijdschrift voor het Binnenlandsch Bestuur 49, 1916, pp.&nbsp;185–195
* Graves, Elizabeth E., "''The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century''", Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd, Singapore, 2010, pp.&nbsp;207–224
 
== Catatan kaki ==
Itulah sebabnya dikatakan ''Kotogadang nan tigo jurai nan ampek suku''.
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.agamkab.go.id/ Situs web resmi Kabupaten Agam]
* {{id}} [http://www.kotogadang-pusako.com/ Situs web resmi Nagari KotogadangKoto Gadang]
* {{en}} {{cite web| last = Indiyanto| first = Agus| url = http://www.knaw.nl/indonesia/transition/workshop/2004_12.pdf| title = Coping with Crisis: A Field Report from Kotogadang| format = PDF| accessdate = 2009-8-7| archive-date = 2005-01-10| archive-url = https://web.archive.org/web/20050110044414/http://www.knaw.nl/indonesia/transition/workshop/2004_12.pdf| dead-url = yes}}
 
{{IV Koto, Agam}}
 
{{Kabupaten Agam}}
{{commonscat|Koto Gadang}}
 
{{Authority control}}