Sejarah Kalimantan Selatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
(66 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Sejarah Kalimantan Selatan''' merupakan catatan historis dari sebuah kawasan yang semula dihuni manusia prasejarah hingga menjadi kawasan provinsial berpemerintahan, yakni provinsi [[Kalimantan Selatan]].
[[Berkas:Gedung_Mahligai_Pancasila.jpg|
{{col-css3-begin|2}}
* [[8000 SM]], migrasi I, manusia
* [[2500 SM]], migrasi II, yaitu bangsa [[Austronesia]] dari pulau [[Penduduk asli Taiwan|Formosa]] ke pulau [[Borneo]] dengan membawa adat [[ngayau]] yang menjadi nenek moyang [[suku Dayak]].
* [[400]],
* [[242 - 1362]], berdirinya [[Kerajaan Tanjungpuri]] di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
* [[1355]], [[Empu Jatmika]] mendirikan pemukiman dan [[Candi
* [[1360]], [[Lambung Mangkurat]], [[Patih]] [[Kerajaan Negara Dipa]] berangkat ke [[Majapahit]] untuk melamar [[Raden Putra]], sebagai calon suami [[Putri Junjung Buih]].
* [[1362]], Wilayah [[Barito]], [[Tabalong]] dan [[pulau Sebuku|Sawuku]] menjadi daerah taklukan [[Kerajaan Majapahit]]. Hancurnya [[Kerajaan Nan Sarunai]], kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari [[Majapahit]] berhasil menjadi raja Negara Dipa.
Baris 32 ⟶ 31:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar [[Pangeran Samudera]].
* 6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu [[Kesultanan Demak]].
* 24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha
* 1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
* [[24 September]] [[1526]]/[[6]] [[Zulhijjah]] [[932 H]], Pangeran Samudera memeluk [[Islam]] dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan [[Suriansyah]].
Baris 46 ⟶ 45:
* [[1596]], [[Belanda]] merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di [[Kesultanan Banten]].
* [[14 Februari]] [[1606]], [[Ekspedisi]] Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
* [[1612]], [[Belanda]] menembak hancur Istana Raja di [[Kuin]], sehingga
* 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
* 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
* 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
* 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga
* 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
* 1650 - Di Banjarmasin terdapat perwakilan dagang VOC.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/voc1650.html?zoomview=1|title=VOC territories and trading posts in Asia, 1650
* 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
* 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara) bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah [[Kerajaan Tanah Bumbu|Tanah Bumbu]] dari pendatang.
* 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
* 1664, perubahan nama ''Banjarmasih'' menjadi ''Banjarmassingh'' (dialek Belanda).
* 1668, Portugis mendatangkan
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 1680–1700, masa pemerintahan Sultan
* [[1714]], Kapten [[Daniel Beeckman]] mengunjungi Banjar ([[Kuin]]).<ref>{{en}} {{cite book|pages=49
* 1720-an Banjarmasin memiliki pelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=hDcoMjdAymwC&lpg=PA28&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA28#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{en}} G. J. Knaap, Heather Sutherland, Monsoon traders: ships, skippers and commodities in eighteenth-century Makassar, KITLV Press, 2004 ISBN
* 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Ilhamidullah (Sultan Kuning).
* 1733, panglima perang anak buah dari La maddukelleng gagal merebut Banjarmasin.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=D-Tka8Zv6qIC&lpg=PA149&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA149#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{id}} Merle Calvin Ricklefs, Sejarah Indonesia modern 1200-2004, Penerbit Serambi, 2005 ISBN
* [[1734]]-[[1759]], masa pemerintahan Sultan [[Tamjidillah I]] di [[Martapura]].
* [[1734]], VOC-Belanda membuat perjanjian monopoli lada dengan Sultan Banjar dan mendirikan benteng di Banjarmasin.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=jeC7B8RjuX8C&lpg=PA38&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA38#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{id}} Gamal Komandoko, Ensiklopedia pelajar & umum: buku serba tahu tentang pengetahuan umum Indonesia dan dunia untuk pelajar, mahasiswa dan umum, Pustaka Widyatama, 2010 ISBN
* 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama [[Kerajaan Pagatan]].
* 1750, Ketua Dewan Mahkota Pangeran Suryanata (sepupu Sultan Sepuh) mangkat di Martapura, kemudian almarhum digantikan oleh puteranya, Pangeran Prabukusuma sebagai ketua Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
* 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah, mangkat tahun 1761.<ref>{{cite book|pages=72
* Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=QtmeRZI7ejUC&lpg=PA95&dq=saidillah%20sultan%20banjarmasin&pg=PA95#v=onepage&q=saidillah%20sultan%20banjarmasin&f=false {{id}} Edi Songo, Genius Senior, WahyuMedia ISBN
* 1761–1801, masa pemerintahan Sultan [[Tahmidullah II]]/Sunan Nata Alam.
* 1762, Saudara Sultan Nata yang bernama Pangeran Prabujaya dilantik sebagai mangkubumi oleh Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
* 1767, Pangeran Sulaiman dilantik sebagai Sultan (Muda) Sulaiman II.
* 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.<ref name="tijdschrift"/>Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera
* 1782, Pangeran Adam dilantik sebagai Sultan (Muda) Adam.
* [[1785]], Sepuluh [[pambakal]] di Amuntai dibebaskan dari pajak hingga anak cucunya karena telah berjasa melawan laskar yang dipimpin Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad, saudara tiri [[Sunan Nata Alam|Sultan Nata]]. Keturunan dari sepuluh datu ini disebut golongan [[anak cucu orang sepuluh]].<ref>{{Cite web |url=http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2011-08-27 |archive-date=2012-01-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120118065114/http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |dead-url=yes }}</ref>
* [[1786]], Pangeran Amir ([[raja Kusan]]) tertangkap VOC Belanda.
* [[14 Mei]] [[1787]], [[Pangeran Amir]]
* [[13 Agustus]] [[1787]], Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
* [[1792]], VOC menempatkan administrasi sipil (onderkoopman) di Banjarmasin seperti sebelumnya.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/voc1792.html?zoomview=1|title=VOC civil administration in Indonesia, 1792|publisher=Robert Cribb|date=
* 24 April 1792, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] membicarakan harga barang-barang yang ditukar antara kedua pihak, serta keluhan bahwa hak Sultan atas separuh cukai tidak mau dibayar oleh Fetor setempat.<ref>[http://mcp.anu.edu.au/N/SRN_bib.html#D40 Surat Beriluminasi Raja Nusantara]</ref>
* 7 Oktober 1792, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] bahwa tugasnya sudah dijalankan sesuai dengan perjanjian, yaitu setiap kepala yang ditunjuk akan membuka kebun lada. Tiap kebun itu dikerjakan oleh 50 orang. Kalau tidak mengerjakan pekerjaan itu, mereka akan dihukum dengan hukuman berat. Juga dinyatakan bahwa mereka sudah menerima kiriman 10 tong obat bedil dan Raja Banjar juga minta dikirimi kertas air emas 12 lembar.
* 20 November 1794, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] tentang penyerangan yang diderita dari orang Pasir dan Kutai. Banyak rakyat dibunuh, yang lain dipaksa mendirikan benteng. Sultan menanti perintah dari Kompeni. Harapannya agar Gur. Jen. menulis surat kepada Sultan Pasir untuk mengajak damai. Kalau ditolak, rencananya Pasir akan diserang dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Banjar. Juga diberitahukan tentang kebun lada yang sedang dikerjakan.
* 17 Mei 1796, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] tentang pemberitahuan bahwa Sultan sudah menerima bingkisan, yang isinya didaftarkan satu per satu.
* 1797, Pangeran Antasari dilahirkan.<ref>{{id}} {{cite book|pages=
* 1801–1825, masa pemerintahan Sultan [[Sulaiman dari Banjar|Sulaiman Saidullah II]].
* 19 Mei 1809, Gubjen. Hindia Belanda [[Herman Willem Daendels]] memerintahkan meninggalkan Banjarmasin karena dianggap tidak menguntungkan.<ref>{{nl}} (1861){{cite book|pages=226|url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=Iets%20Over%20De%20Munten%20Van%20Bandjarmasin%20En&pg=PA226#v=onepage&q=Iets%20Over%20De%20Munten%20Van%20Bandjarmasin%20En&f=false
* 1815–1816, Inggris menguasai [[Maluka Baulin, Kurau, Tanah Laut|Maluka]], [[Liang Anggang, Bati-Bati, Tanah Laut|Liang Anggang]], [[Kurau, Kurau, Tanah Laut|Kurau]] dan Pulau Lamai dibawah [[Alexander Hare]] yang menjadi ''Resident-commissioner'' sejak 1812. Kelak dinamakan [[Distrik Maluka]]<ref>{{id}} {{cite book|pages=137|url=http://books.google.co.id/books?id=nLOhIR3-TiMC&lpg=PA137&dq=borneo%20selatan&pg=PA137#v=onepage&q=borneo%20selatan&f=true
* 7 Oktober 1823, [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] mengirim surat kepada Gubjen. [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] menyatakan bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan telah bersumpah sesuai dengan perjanjian antara Kompeni dan negeri Banjar.
* 1823, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Husin dengan gelar [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] sebagai mangkubumi menggantikan [[Ratoe Anom Ismail]].
Baris 99 ⟶ 100:
* 1835, [[Zending]] dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=ox_pTpB9AjQC&lpg=PA188&dq=kalimantan%20selatan&pg=PA188#v=onepage&q=kalimantan%20selatan&f=true {{id}} Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884]</ref>
* 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan sebagai kerajaan mandiri setelah mangkatnya atasannya Raja Aji Jawi.
* 1842, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Noch dengan gelar [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] sebagai mangkubumi Kesultanan Banjar.<ref>{{nl}} (1861){{cite book|pages=70
* [[1846]], Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai [[Dependensi Borneo]].<ref>{{en}} {{cite book|pages=160
* 1849, Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 dibentuk wester-afdeeling van Borneo dan zuid-ooster-afdeeling van Borneo<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |authors=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref>
* 1851, [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] mangkat digantikan Pangeran Tamjidullah II sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).
* 1852, [[Abdur Rahman dari Banjar|Sultan Muda Abdul Rahman]] mangkat karena diracun diduga atas perintah [[Pangeran Prabu Anom]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=41
* 1852, Surat Sultan Adam kepada [[Hidayatullah II dari Banjar|Gusti Andarun]] tentang pemberian ''tanah badatu'' (tanah lungguh) dan penunjukkannya sebagai pengganti almarhum [[Sultan Muda]] [[Abdur Rahman dari Banjar|Abdul Rahman]].
* 8 Agustus 1852, pemerintah kolonial Hindia Belanda (dengan sengaja secara salah) melantik Pangeran Tamjidillah II sebagai [[Sultan Muda]] Kesultanan Banjar,
* 1855, Secara diam-diam Sultan Adam melantik [[Pangeran Prabu Anom]] sebagai [[Raja Muda]] Kesultanan Banjar dan memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai mangkubumi.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=275|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA276&dq=balangan&pg=PA275#v=onepage&q=balangan&f=false|fisrt=Marwati Djoened
* 1855, Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru<ref>{{nl}} {{cite book|pages=241
* 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
* 9 Oktober 1856, Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
* [[1 November]] [[1857]], [[Sultan Adam]] wafat.<ref>{{nl}} (1866){{cite book|pages=47
* 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
* 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
Baris 117 ⟶ 118:
{{col-css3-end}}
==
{{col-css3-begin|2}}
[[Berkas:1. ZM Stoomschip Celebes in gevecht met een Kota Mara 6 aug 1859 Poeloe Kananat opgenomen.jpg|
* 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859, Neneksuri Nyai Ratu
* [[18 April]] [[1859]], pecahnya [[Perang Banjar]], Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di [[Pengaron, Banjar|Pengaron]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=54
* 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
* 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
Baris 148 ⟶ 149:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
Baris 173 ⟶ 174:
* November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
* 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
* 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah II membuat surat yang berisi pelantikan Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda dan 3 orang lainnya untuk melancarkan Perang Jihad melawan Belanda.<ref>{{nl}} {{cite book|pages=162
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
[[Berkas:Goenong-Tongka.jpg|jmpl|ka|250px|Benteng Gunung Tungka.]]
* 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
* 3 Maret 1861, pertempuran di [[Rantau]], dipimpin Jaya Warna.
Baris 183 ⟶ 185:
* 21 April 1861, Pertempuran benteng [[Amawang]], 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
* 23 April 1861, serangan di [[Bincau, Martapura, Banjar|Bincau]].
* April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal
* [[4 Mei]] [[1861]], pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
* 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, [[Karau Kuala, Barito Selatan|Karau]], [[Dayu, Karusen Janang, Barito Timur|Dayu]] dan [[Siong, Paju Epat, Barito Timur|Sihong]].
Baris 217 ⟶ 220:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
Baris 225 ⟶ 228:
* 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
* 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo ''Regent'' Martapura.
* 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal ''Kontrolir'' Kuin Letnan Verstege.<ref>[http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/11/sekilas-riwayat-hidup-pangeran-hidayatullah/
* [[14 Maret]] [[1862]] (13 Ramadhan 1278 H), [[Pangeran Antasari]]
* 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.<ref>{{id}} {{cite book|pages=6
* 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
* 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
* 1864, serangan Tumenggung Surapati di [[Muara Teweh]] dan [[Montalat, Barito Utara|Montalat]].
* 27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka [http://books.google.co.id/books?id=2uwGAAAAYAAJ&dq=kris%20singkir&pg=PA433#v=onepage&q=kris%20singkir&f=true Keris Singkir dan Tombak Kalibelah].
* 1865, [[Penghulu Rasyid]] gugur di [[Kelua, Tabalong|Kelua]], Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
* 26 Januari 1866,
* 1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
* 1870, serangan [[Panglima Wangkang]] di Marabahan dan Banjarmasin.
Baris 239 ⟶ 242:
* 1883, serangan [[Sultan Muhammad Seman]] di Tanjung, Amuntai dan [[Distrik Balangan|Balangan]].
* 1 Juli 1883, serangan di [[Lampihong, Balangan|Lampihong]].
* 1885,
* 1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
* 1898, perubahan susunan pembagian administratif di Kalimantan menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178
* [[1899]], [[Residen]] C.A Kroesen memimpin ''[[Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo]]''.
* 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin [[Bukhari dari Hantarukung|Bukhari]]
* 1903, Banjarmasin dan Amuntai sudah mendapatkan jalur telegraf.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/telegraph1903.html?zoomview=1|title=TTelegraph lines in the Netherlands Indies, 1903
* 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di [[Cianjur]] serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
* [[24 Januari]] [[1905]], [[Sultan Muhammad Seman]], putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
Baris 251 ⟶ 254:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
[[
* [[1913]], Belanda tetap menempatkan kekuatan militernya di Banjarmasin.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/garrisons1913.html?zoomview=1|title=Military garrisons in the outer islands, 1913
* [[1915]], [[Sarekat Islam]] mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
* [[1919]], [[Banjarmasin]] mendapat otonom pemerintahan menjadi ''[[Gemeente]] Bandjermasin''.
* [[1920]]. Kandangan dan Banjarmasin berpenduduk lebih dari 10.000 jiwa.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/townsni1920.html?zoomview=1|title=Towns with population greater than 10,000, rest of the Netherlands Indies, 1920
* [[1923]], ''[[National Borneo Congres]]'' ke-1.
* [[29]]-[[31]] [[Maret]] [[1924]], ''National Borneo Congres'' ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan [[Sarekat Islam]] lokal.
* 1927, pemberontakan di Tabalong, dipimpin Darmawi
* [[5 Maret]] [[1930]], keluarnya ketetapan nomor 253 dan 254 tentang berdirinya cabang [[Muhammadiyah]] di Banjarmasin dan [[Distrik Alabio|Alabio]].
* 1937, kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke Martapura serta pemberontakan [[Hariang, Banua Lawas, Tabalong|Hariang]], sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
* 1937, Dewan
* 1938 – 1942, masa Gubernur Borneo dr. [[A. Haga]].
* 1938: Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas ''eilandgewest'' yaitu Sumatera
* [[25 Desember]] [[1941]], Jepang membom [[Lapangan Terbang Ulin]]
* [[21 Januari]] [[1942]], Jepang menembak jatuh pesawat Catalina milik Belanda di [[sungai Barito]] perairan [[Alalak, Barito Kuala]].
* [[8 Februari]] [[1942]], Jepang memasuki [[Muara Uya, Tabalong]], [[Gubernur Haga]] mengungsi ke [[Kuala Kapuas]] menuju [[Puruk Cahu
* [[10 Februari]] [[1942]], tentara [[Jepang]] memasuki Banjarmasin, sejak [[6 Februari]] [[1942]] pemerintahan kota sudah ''vacuum''.
* [[Februari]] [[1942]], dengan persetujuan
* [[12 Februari]] [[1942]], tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota
* [[5 Maret]] [[1942]], A.A. Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya.
* 17 Maret 1942, Gubernur A. Haga menyerah dengan Jepang di Puruk Cahu, kemudian ditahan di [[Benteng Tatas]].
* [[18 Maret]] [[1942]], [[Kiai]] [[Pangeran Musa Ardi Kesuma]] ditunjuk Jepang sebagai ''Ridzie'', penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil, meliputi wilayah Banjarmasin, [[Hulu Sungai]] dan [[Kapuas]]-[[Barito]]
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* [[17 April]] [[1945]], rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
Baris 289 ⟶ 292:
* [[November]] [[1945]], berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di [[Haruyan, Hulu Sungai Tengah|Haruyan]].
* 9 November 1945, pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
* [[20 November]] [[1945]], berdirinya organisasi kelaskaran
* [[1945]], berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di [[Birayang, Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah|Birayang]], Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di [[Martapura, Banjar|Martapura]] dan Banteng Borneo di [[Rantau (kota)|Rantau]], serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
* 30 Oktober 1945, penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
Baris 295 ⟶ 298:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
Baris 301 ⟶ 304:
* Mei 1947, pertempuran di [[Telang, Batang Alai Utara, Hulu Sungai Tengah|Hambawang Pulasan]], Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.<ref>http://bumibanjar.blogspot.com/2010/05/pertempuran-hambawang-pulasan-1.html</ref>
* 14 Januari 1948, terbentuknya satuan kenegaraan [[Daerah Banjar]].
* 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar.
* 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di [[Wawai, Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah|Wawai]], 16 orang pejuang gugur.
* Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
Baris 309 ⟶ 312:
* [[6 Februari]], pertempuran [[Kota Pagatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Pagatan]] di [[Tanah Bumbu]].
* 14 Februari 1949, pertempuran di [[Batu Tangga, Batang Alai Timur, Hulu Sungai Tengah|Batu Tangga]], 2 orang pejuang gugur.
* [[15 April]] [[1949]],
* 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di [[Telaga Langsat, Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan|Telaga Langsat]], dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
* 16 Mei 1949, penandatanganan teks [[proklamasi Kalimantan]] di Ni'ih oleh Hasan Basry.
Baris 320 ⟶ 323:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
* 01 Juni 1950, pembentukan [[Kabupaten Kotabaru]].
* 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya ''Afdeeling Van Hoeloe Soengai'' dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan
* 14 Agustus 1950, pembentukan [[Daftar provinsi di Indonesia sepanjang masa#Regio II Kalimantan|provinsi Kalimantan]] serta pembentukan Kabupaten Banjar.
* 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
* 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
* [[
* 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
* [[14 Januari]] [[1953]], perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi [[Kabupaten Hulu Sungai Utara]].
Baris 338 ⟶ 341:
* 4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
* 1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
* [[7 Desember]] [[1956]], terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari [[Kotawaringin]], [[Dayak Besar]], [[Daerah Banjar]] dan [[Federasi Kalimantan Tenggara]].
* 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
* [[23 Mei]] [[1957]], [[wilayah]] Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk [[provinsi]] [[Kalimantan Tengah]].
Baris 348 ⟶ 351:
* 4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
* 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
* 3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
* 1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
* 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
Baris 357 ⟶ 360:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-begin|2}}
* 1968–1970, masa Gubernur
* 23 Maret 1968, pemberian Gelar [[Pahlawan Nasional]] untuk [[Pangeran Antasari]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=12
* 1970–1980, masa gubernur [[Subarjo Sosroroyo]].
* 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan [[Masjid Raya Sabilal Muhtadin]].
* 15 Januari 1979, wafatnya Ir. [[Pangeran
* 1980–1984, masa Gubernur [[Mistar Cokrokusumo]].
* 1984–1995, masa Gubernur Ir. H. [[Muhammad Said]].
* 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Simpang Tiga [[Liang Anggang, Banjarbaru]].
* [[10 November]] [[1991]], peresmian [[Museum Wasaka]] oleh [[Gubernur]] Kalimantan Selatan Ir. H. [[Muhammad Said]].
* 23 April 1997, peresmian [[Jembatan Barito]] oleh Presiden [[Soeharto]].
* [[23 Mei]] [[1997]], peristiwa [[Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997|Jum'at Kelabu di Banjarmasin]], kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=185|url=http://books.google.co.id/books?id=bwe42GHDMfIC&lpg=PA197&dq=orang%20banjarmasin&pg=PA185#v=onepage&q=orang%20banjarmasin&f=false
* 1995–2000, masa Gubernur [[Gusti Hasan Aman]].
* 2000–2005, masa Gubernur [[
* 20 April 2000, pembentukan [[Kota Banjarbaru]].
* 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen [[Hasan Basry]].
Baris 377 ⟶ 380:
* 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
* 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
* [[2005]]-2010, masa Gubernur [[Rudy Ariffin]] - H.M. [[Rosehan
* 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden
* Oktober 2008, dimulainya pembangunan ''runway'' Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
* 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
* 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
* 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
* 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - [[Rudy Resnawan]].
* 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
* 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. [[Khairul Saleh]] sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
* 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.
* 14 Agustus 2011, peresmian Sekretariat Daerah Propinsi Kalimantan Selatan yang baru di kecamatan [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]] ([[Banjarbaru]]) yang berdiri pada perbukitan dengan ketinggian elevasi 44 meter di atas permukaan laut serta berjarak sekitar 60 km dari tapak kantor lama yang bersejarah sejak masa kolonial berlokasi di titik 0 km Banjarmasin di tepi [[sungai Martapura]].<ref>[http://kalsel.antaranews.com/berita/3447/dewan-jangan-jual-kantor-gubernur
* 10 November 2011, pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi KH. DR. [[Idham Chalid]] oleh Presiden.
{{col-css3-end}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Sejarah provinsi Indonesia}}
{{indo-sejarah-stub}}
[[Kategori:Sejarah Kalimantan Selatan| ]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi|Kalimantan Selatan]]
|