Mangkunegara III: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ranggajaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(59 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Refimprove|date=Desember 2020}}{{Infobox royalty
{{Infobox President
| name = Mangkunegara III<br/>{{jav|ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫ꧇꧓꧇}}
| honorific-prefix = K.G.P.A.A.
| death_date = {{death date and age|1853|01|06|1803|01|16}}
| name = Mangkunegara III
| image = Portrait of Mangkunegara = MN-3III.jpg
| office alt = Raja Mangkunagaran
| order caption = 3
| succession = [[Mangkunagara|Adipati Mangkunegaran]] ke-3
| term_start = [[1835]]
| term_end reign = [[29 Januari 1835 - 06 Januari 1853]] (18 tahun)
| coronation = 16 Januari 1843
| predecessor = [[Mangkunegara II]]
| successor predecessor = [[Mangkunegara IVII]]
| birth_datesuccessor = [[Mangkunegara = IV]]
| birth_placebirth_name = BRM. = Sarengat
| birth_date = {{birth date|1803|01|16}}
| death_date =
| birth_place = [[Pura Mangkunegaran]], Surakarta, Hindia Belanda
| death_place =
| title = Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
| nationality =
| party spouses = 14 selir<ref name= silsilah/>
| death_place = [[Pura Mangkunegaran]], Surakarta, Hindia Belanda
| spouse =
| children full name =
| professionera dates = =
| religion posthumous name =
| signature temple name =
| death_datehouse =
| death_placeissue = 42
| father = KPH. Natakusuma
| mother = BRAy. Sayati
| occupation =
| religion = Islam
| queen = {{unbulleted list|GKR. Sekar Kedhaton|RAy. Samsiyah<ref name=silsilah>Sumahatmaka et al. 1973. Pratelan Para Darah Dalem Soewargi Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Mangkoenagara I hing Soerakarta Hadiningrat: Asalsilah Djilid I. Mangkunegaran. Surakarta.</ref>}}
}}
'''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III''' adalah raja yang ketiga di Praja [[Mangkunegaran]]. Nama kecilnya ialah '''Raden Mas Sarengat''', sedangkan gelar-gelar lainnya adalah '''Pangeran Riyo''' dan '''Pangeran Arya Prabu Prangwadana'''. Ia adalah cucu dari [[Mangkunegara II]] yang dilahirkan oleh puterinya BRAy. Sayati, yang menikah dengan [[Pangeran Natakusuma]]. Pemerintahan Mangkunegara II berlangsung dari tahun [[1835]]-[[1853]].
 
'''Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III''' adalah Adipati ketiga yang berkuasa di Kadipaten [[Praja Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran]]. Nama lahirnya adalah '''Bandara Raden Mas Sarengat''', sedangkan gelar-gelar lainnya adalah "Kangjeng Pangeran Riya" dan "Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana".
== Asal usul ==
Mangkunegara III lahir tanggal 16 Januari 1803 dengan nama Raden Mas Sarengat. Ayahnya ialah KPA. Natakusuma dan ibunya ialah BRAy. Sayati. KPA Natakusuma adalah putra dari KPA Kusumadiningrat, dan BRAy. Sayati adalah putri dari [[Mangkunegara II]].
 
Beliau adalah cucu dari [[Mangkunegara II|KGPAA. Mangkunegara II]], melalui putrinya (dari permaisuri), BRAy. Sayati yang menikah dengan Kangjeng Pangeran Harya Natakusuma (putra dari KPH. Kusumadiningrat dan GRAy. Kusumadiningrat). Sehingga KGPAA. Mangkunegara III masih termasuk buyutdalem dari [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]].
== Kemiliteran ==
RM. Sarengat memasuki pendidikan Kadet Mangkunegaran saat berusia 15 tahun. Pada umur 18 tahun, ia mendapatkan gelar Kanjeng Pangeran Riyo serta pangkat Letnan Kolonel pada Legiun Mangkunegaran. Saat berusia 21, gelarnya berubah menjadi Pangeran Arya Prabu Prangwadana, yang menandakan bahwa ia sudah disiapkan sebagai calon penerus tahta kerajaan.
 
== AsalMasa usulAwal ==
Pangeran Arya Prabu Prangwadana turut serta bersama kakeknya Mangkunegara II saat berlangsungnya [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]], dan ia ditempatkan di perbatasan antara Mangkunegaran dan Yogyakarta yaitu di desa Jatinom dan Kapurun. Ia mendapat penghargaan bintang militer berpangkat empat atas kontribusinya dalam perang tersebut.
KGPAA. Mangkunegara III lahir pada hari Minggu Pon, 22 Pasa Wawu 1729 windu Sengara atau tanggal 16 Januari 1803. Terlahir dengan nama kecil Bandara Raden Mas Saréngat (julukan Ndara Glémboh).<ref name=silsilah/> Ayahnya bernama KPH. Natakusuma, salah seorang cucu [[Pakubuwana III|SISKS. Pakubuwana III]] melalui putrinya GRAy. Kusumadiningrat. Sedangkan ibunya adalah BRAy. Sayati yang merupakan putri pertama KGPAA. [[Mangkunegara II]] dari permaisuri. Sejak kecil beliau diangkat anak oleh KGPAA. [[Mangkunegara II]] serta dididik untuk menjadi pemimpin tangguh.
 
Pada hari Kamis Legi, tanggal 14 Jumadilakir Alip 1747 windu Kunthara atau tanggal 30 Maret 1820, beliau dinikahkan dengan GKR. Sekar Kedhaton, putri dari [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]. Namun sayang, pernikahan ini tidak mencapai dua tahun karena sang isteri wafat saat keguguran. Setelah menduda sebentar, kemudian beliau menikahi sepupunya sendiri yang bernama RAy. Samsiyah, putri dari KPH. Suryamijaya I (putra KGPAA. [[Mangkunegara II]]) dengan ampil Mas Ajeng Pulungsih.
== Pemerintahan ==
Pasca peperangan Jawa, Pangeran Arya Prabu Prangwadana kemudian bertahta pada tahun 1835 sebagai adipati di Mangkunegaran menggantikan kakeknya. Ia dinobatkan dengan KGPAA. Mangkunegara III pada tanggal 16 Januari 1843 bertepatan dengan hari kelahirannya, yaitu saat usianya 40 tahun sebagai syarat untuk gelar tersebut.
 
Dari pernikahan tersebut kemudian dianugerahi dua orang putri bernama BRAj. Dunuk dan BRAj. Dénok. Selain permaisuri, BRM. Saréngat juga memiliki 14 orang selir yang memiliki keturunan. Sehingga secara total keseluruhan, beliau memiliki 42 orang anak dengan rincian : 28 anak hidup hingga dewasa, 14 anak meninggal ketika masih bayi/muda dan 5 anak yang tidak berputra.<ref name=silsilah/>
Mangkunegara III memerintah dari [[29 Januari]] [[1835]] sampai dengan [[27 Januari]] [[1853]]. Ia digantikan oleh adik sepupu yang juga menjadi menantunya, KPH. Gandakusuma, sebagai [[Mangkunegara IV]].
 
== Karier Kemiliteran ==
BRM. Sarengat memasuki pendidikan Kadet Mangkunegaran semenjak berusia 15 tahun. Beliau diangkat menjadi [[Letnan Kolonel]] di [[Legiun Mangkunegaran]] pada hari Sabtu Pon tanggal 14 Dulkangidah Jimakir 1746 windu Adi atau pada tanggal 4 September 1819, dan mendapat gelar '''Kangjeng Pangeran Riya'''.
 
Ketika berusia 19 tahun, beliau resmi disiapkan oleh kakeknya sebagai calon penerus Pengageng Pura selanjutnya dan diberikan gelar wisuda sebagai '''Kangjeng''' '''Pangeran Arya Prabu Prangwadana''' pada hari Kamis Pon, 8 Jumadilawal Jimawal 1749 windu Kunthara atau pada tanggal 31 Januari 1822.
Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana turutikut serta bersama kakeknya, KGPAA. Mangkunegara II, saatterlibat berlangsungnyadalam [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]], danmenghadapi perlawanan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] (1825-1830). iaBeliau ditempatkan di perbatasan antara wilayah Pura Mangkunegaran dan Kesultanan Yogyakarta yaitutepatnya di desaDesa Jatinom dan KapurunDesa Kepurun (Klaten). IaBeliau juga mendapat penghargaan bintang militer berpangkatWillems empatOrder kelas 4 atas kontribusinya dalam perang tersebut.<ref name=silsilah/>
 
== Pemerintahan ==
Seusai Perang Jawa dan setelah sekitar 3 bulan pasca meninggalnya KGPAA. Mangkunegara II, tampuk kepemimpinan Pura Mangkunegaran diwariskan kepada KPA. Prabu Prangwadana. Beliau diangkat sebagai Pengageng Pura Mangkunegaran dengan memakai gelar '''"Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwadana III"''' pada hari Kamis Wage tanggal 30 Pasa Jimakir 1762 windu Sengara atau tanggal 29 Januari 1835, menggantikan kakeknya yang telah mangkat di usia 32 tahun. Beliau baru dinobatkan dengan sematan gelar '''KGPAA. Mangkunegara III''' pada hari Senin Pon tanggal 15 Besar Djimakir 1770 windu Sancaya atau tanggal 16 Januari 1843, bertepatan dengan hari kelahirannya dan pada waktu itu usianya telah menginjak 40 tahun sebagai syarat utama untuk pergantian gelar Pengageng Pura Mangkunegaran tersebut. Pemerintahan KGPAA. Mangkunegara III ini berlangsung dari tahun 1835 hingga tahun 1853.
 
== Wafat ==
<ref>{{Cite web|title=Jejak Sejarah Mataram|url=https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid03DQRtoW2EteHsz5euAh4JwgtJNB9qJgMzqGYGiCNUnmnVHbywWguUNReqWu76ss6l&id=100009397006908|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-07-26}}</ref> Beliau wafat pada hari Kamis Legi tanggal 25 Mulud Jimawal 1781 windu Kunthara atau tanggal 6 Januari 1853 dalam usia 49 tahun. Lalu beliau dimakamkan di [[Astana Mangadeg|Astana Mangadeg, Matesih]] disamping kakeknya dalam satu cungkup. Setelah beliau wafat kemudian digantikan oleh adik sepupu yang juga menjadi menantunya bernama KPH. Gandakusuma sebagai [[Mangkunegara IV|KGPAA. Mangkunegara IV]] nantinya.
Ia wafat dalam usia 50 tahun, dan makamnya terletak di [[Astana Mangadeg]], [[Kabupaten Karanganyar]], [[Jawa Tengah]].
 
== Minat terhadapTerhadap kesenianKesenian Jawa ==
KGPAA. Mangkunegara III juga memiliki minat besar terhadap kesenian, terutama pada [[wayang purwa]]. PadaBahkan pada masa pemerintahannya, kitabbeliau seratmemerintahkan untuk menyalin kembali naskah Serat Dewa Ruci diperintahkannyayang untuksarat disalinakan kembalikepemimpinan dan cita-cita yang luhur. Minat terhadap kesenian tersebutini kemudian dilanjutkan oleh para penguasa Pura Mangkunegaran selanjutnya, yangdengan semangat untuk terus mengembangkan kebudayaan Jawa, terutama pewayangan dan pedhalangan di keraton''gagrag'' Mangkunegaran.
 
== Petuah dan Wasiat KGPAA. Mangkunegara III<ref>Serat Wasiat Dalem Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III</ref> ==
Selain memiliki minat pada kesenian Jawa, KGPAA. Mangkunegara III juga memiliki pemikiran filosofis yang dinamakan Panca Mutiara<ref>Buku Pengetan Khol Tahunan Sri Mangkunegara III</ref>, berisikan lima sifat yang perlu dimiliki orang Jawa dan masih relevan hingga masa kini, antara lain :
 
# '''Temen''', artinya bersungguh-sungguh.
# '''Mantep''', artinya setia atau teguh.
# '''Gelem Nglakoni''', artinya mau melakukan dan menerima konsekuensi.
# '''Aja Kagetan''', artinya jangan mudah kaget atau terperanjat.
# '''Aja Gumunan''', artinya jangan mudah heran.
 
Selain itu Panca Mutiara di atas, KGPAA. Mangkunegara III juga membuat suatu petuah yang sangat baik dan memberikan suatu gambaran bagaimana kerukunan bisa terjalin baik dalam keluarga dan selebihnya kepada masyarakat umumnya. Petuah tersebut dituangkan dalam bentuk tembang macapat Gambuh Wewarah Marang Kerukunan. Terdiri dari 3 bait sebagai berikut :
 
'''1. Lamun sirarsa rukun, lawan kadang sanak miwah karuh, hangluberna sih marma marang sasami, kang anom kudu miturut, kang tuwa wajib angemong.'''
 
Artinya : ''Jikalau dapat hidup rukun terhadap sanak saudara, agar supaya memberikan perhatian / cinta kasih terhadap sesama, yang muda hendaknya menurut (pada yang lebih tua), dan yang tua harus bisa merawat (memberi arahan).''
 
'''2. Tegese ngemong iku, amot mengku anuju mrih sarju, aywa ladak ing ulat wuwus lan wengis, manis arum yen pitutur, hangungak wenganing batos.'''
 
Artinya : ''Maksud dari merawat itu mampu menampung supaya dapat menyenangkan hati orang, janganlah bermuka angkuh apalagi suka menghardik secara bengis, namun hendaknya manis dalam bertutur kata, agar hatinya dapat lebih terbuka.''
 
'''3. Tegese kang miturut, nuting pangreh ing bener rahayu, eling-eling wong urip tan lawas lalis, den gayuh hayuning kayun, ywa tinggal ganda lir bosok.'''
 
Artinya : ''Maksud dari yang menurut adalah menuruti pemimpin yang benar dan selamat, harus selalu ingat bahwa orang hidup itu tidak lama dan akan mati, capailah mimpi yang menjadi tujuan, jangan hanya meninggalkan bau yang tidak sedap (tidak memiliki kebaikan).''<blockquote>
====== TAMBAHAN : ======
</blockquote>Terdapat kemiripan namun tetap ada bedanya, antara gelar Adipati Pura Mangkunegaran dan Adipati Anom Karaton Kasunanan Surakarta.
 
Adipati Mangkunegaran bergelar : "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Amengkunegara Senapati ing Ayudha Sudibyaningprang".
 
Adipati Anom Karaton Kasunanan Surakarta bergelar : "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunagara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram".
 
sumber : Pustaka Sri Radyalaksana<ref>{{Cite web|title=Pustaka Sri Radyalaksana, Prajaduta, 1939, #272 (Hlm. 001–103)|url=https://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/kasunanan/912-pustaka-sri-radyalaksana-prajaduta-1939-272-hlm-001-103|website=Sastra Jawa|language=jv|access-date=2023-07-22}}</ref> dan Serat Centhini<ref>{{Cite web|title=Cênthini, Kamajaya, 1985–91, #761 (Jilid 01: Pupuh 001–023)|url=https://www.sastra.org/kisah-cerita-dan-kronikal/serat-centhini/949-centhini-kamajaya-1985-91-761-jilid-01-pupuh-001-023|website=Sastra Jawa|language=jv|access-date=2023-07-22}}</ref>.
 
== Lihat pula ==
* [[Raja-Raja Mataram II]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* Sastra Jawa Mangkunagaran, Nayaka Utama http://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/60-mangkunagaran/293-nayakatama-citra-upaya-1930-273-hlm-001-090 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170225130253/http://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/60-mangkunagaran/293-nayakatama-citra-upaya-1930-273-hlm-001-090 |date=2017-02-25 }} n http://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/60-mangkunagaran/884-nayakatama-citra-upaya-1930-273-hlm-091-175- {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170225205504/http://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/60-mangkunagaran/884-nayakatama-citra-upaya-1930-273-hlm-091-175- |date=2017-02-25 }} {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170225205504/http://www.sastra.org/arsip-dan-sejarah/60-mangkunagaran/884-nayakatama-citra-upaya-1930-273-hlm-091-175- |date=2017-02-25 }}<nowiki/>a
 
{{kotak mulai}}
Baris 50 ⟶ 101:
{{kotak selesai}}
{{Mangkunegara}}
{{DEFAULTSORT:Mangkunegara 03}}
[[Kategori:Istana Mangkunegaran]]
 
{{DEFAULTSORT:Mangkunegara 03}}
[[jv:Mangkunagara III]]
[[Kategori:Mangkunegara]]
[[nl:Mangkoenegara III]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:IstanaTokoh MangkunegaranJawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]