Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syafroni Gucci (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi, Syeikh (glr. Syeikh Bayang, 1864 – 1923). Ia pemimpin delegasi ulama tua (tradisional) moderat bersanding dengan pimpinan ulama t...'
 
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(30 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Makam_Syekh_Bayang_20220413_173107.jpg|jmpl|250x250px|Makam Syekh Bayang di dekat [[Masjid Raya Ganting]]]]
'''Syekh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi''', Syeikhbergelar (glr. Syeikh'''Syekh Bayang,''' (1864 – 1923) adalah seorang [[ulama]] asal [[Pesisir Selatan]] pada pertengahan abad 19. Ia pemimpin delegasi ulama tua (tradisional) moderat bersanding dengan pimpinan ulama tua radikal SyeikhSyekh [[Khatib Ali Al-Padani]], bermitra dialog dengan pimpinan ulama muda (modernis) yang radikal SyeikhSyekh Dr. Haji [[Abdul Karim Amrullah]] dan yang moderat SyeikhSyekh Dr. [[Abdullah Ahmad]], dalam rapat besar 10001.000 ulama di Padang, 15 Juli [[1919]]. Ia Penulis buku best sellerlaris yang disebut BJOoleh [[B.J.O. Schrieke]] dengan kepustakaan pejuang abad ke-20 yang penulpenuh moral yakni ''Taraghub ila Rahmatillah'' (1910).
 
== Syekh Bayang ==
DigelariIa Syeikhdigelari Syekh Bayang, karena ia satusalah seorang di antara ulama tua, pemimpin paham tarekat[[Tarekat naqsyabandiNaqsyabandiyah]] di [[Padang]], lahir di [[Bayang, Pesisir Selatan|Bayang]] (Pancungtaba),. amatIa tinggi ilmunya di bidang Islam, banyak menulis buku fiqh[[fiqih]] dan [[tarekat]], luas pengalaman serta moderat, menawarkan corak pikiran ''ikhtilaf'' (berbeda pendapat) di interenalinternal umat Islam, ''ittifaq'' (bersatu) di eksternal umat Islam sebagai strategi menghadapi penjajah. Ulama yang lahir di Bayang secara historis, tidak saja membuat Bayang menjadi sentra pendidikan Islam, tetapi pernah mengakses Bayang sebagai pusat pengembangan Islam di Pantai Barat SumateraSumatra sekaligus pusat konsentrasi gerakan perlawanan rakyat di Sumatera Barat melawan penjajah dengan spirit Islam, berbasis di Surau SyeikhSyekh Buyung Muda (murid SyeikhSyekh Abdul[[Abdurrauf Rauf SingkelSingkil]]) di Puluikpuluik, Bayang (1666) di samping surau 5 temannya yakni SyeikhSyekh [[Burhanuddin Ulakan|Burhanuddin]] di [[Ulakan Tapakis, Padang Pariaman|Ulakan]], Surau Baru SyeikhSyekh Muhammad Nasir di [[Padang]], Surau SyeikhSyekh Sungayang di [[Solok]], surauSurau Syeikh Padang Ganting, dan surauSurau Lubuk Ipuh (TBKW, 1914:249).
 
== Keluarga ==
Ayah SyeikhMuhammad BayangDalil juga seorang ulama besar bernama SyeikhSyekh Muhammad Fatawi, guru dari banyak ulama di [[Sumatera Barat]]. Sedangkan ibunya juga dari keluarga alim di Pancungtaba, yang namanya tidak dapat dikenal lagi. Meski iaIa ditinggalkan ibu dan bapak ketika masih kecil, namun ia tidak mematahkan semangatnya untuk belajar. Ia terus belajar dengan murid ayahnya Syiekh Muhammad Jamil (tamatan Makah, 1876) saudara tua dari Syeikh Muhammad Shamad (wafat di Mekah 1876). Kemudian ketika berumur 15 tahun, ia melintasi bukit barisan dari kampungnya Pancungtaba (Bayang) sampai di Alahan Panjang – Solok, di sana belajar agama dengan Syeikh Muhammad Shalih bin Muhammad Saman, penulis buku fiqh Al-Kasyf. Karena pintar ia digelar gurunya dengan Tuanku Bayang. Setelah itu Tuanku belajar fiqh dan tarekat pula dengan Syeikh Mahmud di Pinti Kayu, Solok.
 
== Pendidikan ==
Muhammad Dalil mula-mula belajar dengan murid ayahnya Syekh Muhammad Jamil (tamatan Makah, 1876) saudara tua dari Syekh Muhammad Shamad (wafat di Mekah 1876). Kemudian ketika berumur 15 tahun, ia melintasi [[Bukit Barisan]] dari kampungnya Pancungtaba (Bayang) sampai di [[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], Solok, di sana belajar agama dengan Syekh Muhammad Shalih bin Muhammad Saman, penulis buku fiqih ''Al-Kasyf''. Karena pintar, ia digelar gurunya dengan ''Tuanku Bayang''. Setelah itu ia belajar fiqih dan tarekat pula dengan Syekh Mahmud di Pinti Kayu, Solok.
 
Untuk memperdalam ilmu Islam lebih lanjut, Muhammad Dalil terus berkelana ke bekas [[Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu Minangkabau]], dan di sana memperdalam tarekat dengan seorang SyeikhSyekh bernama SyeikhSyekh Musthafa. Hal yang suprise iaIa tidak saja menjadi murid kesayangan (shuhbat al-ustadz), bahkan isteri gurunya itu bernama Nenek Ayang (Siti Jalasah) kecantol dengan pemuda alim tampan ini dan meminangnya untuk dijadikan pasangan anak gadisnya bernama Siti Rahmah.
==Pendidikan==
Untuk memperdalam ilmu Islam lebih lanjut, Muhammad Dalil terus berkelana ke bekas Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu Minangkabau dan di sana memperdalam tarekat dengan seorang Syeikh bernama Syeikh Musthafa. Hal yang suprise ia tidak saja menjadi murid kesayangan (shuhbat al-ustadz), bahkan isteri gurunya itu bernama Nenek Ayang (Siti Jalasah) kecantol dengan pemuda alim tampan ini dan meminangnya untuk dijadikan pasangan anak gadisnya bernama Siti Rahmah.
Setelah menikah dengan Siti Rahmah Muhammad Dalil hijrah ke Padang tahun 1891. Di Padang ia membuka pusat pengajian halaqah di Rumah Asal (rumah gadang milik kaum isterinya kepenakan Syeikh Gapuak, pendiri Masjid Ganting, Padang) sekaligus membina masjid tertua di Padang itu. Banyak murid berdatang ke halaqahnya berasal dari berbagai penjuru di dalam/ luar provinsi Sumatera Barat. Di samping membuka halaqah ia aktif berdakwah dan termasuk da’i kondang, disukai jema’ah bahkan dihormati pembesar Belanda di Padang ketika itu.
 
Setelah menikah dengan Siti Rahmah, Muhammad Dalil hijrah ke Padang tahun 1891. Di Padang ia membuka pusat pengajian ''halaqah'' di Rumah Asal, (yaitu [[rumah gadang]] milik kaum isterinya, kepenakankemenakan SyeikhSyekh Gapuak, (pendiri Masjid Ganting, Padang) sekaligus membina masjid tertua di Padang itu. Banyak murid berdatang ke halaqahnyayang berasal dari berbagai penjuru di dalam/ luar provinsi Sumatera Barat. Di samping membuka halaqah, ia aktif berdakwah dan termasuk da’i kondang,yang disukai jema’ah bahkan dihormati pembesar [[Belanda]] di Padang ketika itu.
==Naik Haji==
Tahun 1903 Muhammad Dalil, berangkat ke Makkah untuk naik haji sekaligus belajar memperdalam ilmunya dalam bidang ke-Islaman di sana. Tercatat gurunya di Makkah di antaranya Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawiy (1860 – 1917), mufti dan tiang tengah penegak mazhab syafi’iy serta mawalli yang dipercaya Arab menjadi imam di Masjidil Haram, sekaligus mengajar fiqhi dan matematik. Juga tercatat gurunya Syeikh Jabal Qubis ahli tasauf dan tarekat naqsyabandi asal Jabal Abu Qubis berseberangan dengan Jabal Quayqian, sebelah timur Makkah dekat dengan Masjidil Haram.
Ulama-ulama yang sama mendapat pendidikan dari Syeikh Ahmad Chatib dengan Syeikh Bayang di antaranya, ulama muda (modernis) empat serangkai yakni Dr.H.Abdul Karim Amarullah (Maninjau – Agam), Dr. Abdullah Ahmad (Padang), Syeikh Jamil Jambek Al-Falaki (Bukittinggi) dan Syeikh Muhammad Thaib Umar (Sungayang- Tanah Datar) dan ulama tua (tradisional) dua serangkai ialah Syeikh Chatib Muhammad Ali Al-Fadani (Padang) pimpinan ulama tua yang radikal penulis buku kepustakaan pejuang abad ke-20 Burhan Al-Haq, Syeikh Taher Jalaluddin Al-Falaki (ulama kharismatik Malaysia asal Bukittinggi ayah dari Hamdan mantan Gubernur Pulau Pinang, Malaysia), Syeikh Sulaiman Al-Rasuli (Candung), Syeikh Ibrahim Musa Parabek, Syeikh Arifin Batuhampar, Syeikh Muhammad Jamil Jaho, Syeikh Ahmad Baruah Gunung Suliki, Syeikh Abbas Ladang Lawas Bukittinggi, Syeikh Abdullah Abbas Padang Japang, Syeikh Musthafa Padang Japang, Syeikh Musthafa Husen Purba Baru, Syeikh Hasan Maksum Medan Deli, Syeikh KH. Muhammad Dahlan dll. dari Jawa – Madura, Kalimantan, Sulawesi dan dari negara- negara Islam lainnya.
 
==Organisasi Naik haji ==
Tahun 1903, Muhammad Dalil, berangkat ke Makkah untuk naik haji sekaligus belajar memperdalam ilmunya dalam bidang ke-Islaman di sana. Tercatat gurunya di Makkah di antaranya SyeikhSyekh [[Ahmad Khatib Al-MinangkabawiyMinangkabawi]] (1860 – 1917), [[mufti]] dan tiang tengah penegak mazhab[[Mazhab syafi’iySyafi'i]] serta ''mawalli'' yang dipercaya Arab menjadi imam di [[Masjidil Haram]], sekaligus mengajar fiqhifiqih dan matematik. Juga tercatat gurunya SyeikhSyekh Jabal Qubis ahli tasauftasawuf dan tarekatTarekat naqsyabandiNaqsyabandiyah asal Jabal Abu Qubis berseberangan dengan Jabal Quayqian, sebelah timur Makkah dekat dengan Masjidil Haram.
Pasca Makkah, Syeikh Bayang di Padang melanjutkan halaqahnya. Bahkan diperkuat dengan membentuk jaringan surau halaqah dalam titik utama seperti di Ganting Padang (Rumah Asal dan Masjid Raya Ganting), Pasar Gadang dan Palinggam Padang (rumah isterinya Siti Nur’aini asal Saningbakar), Seberang Padang dekat rumah isterinya Putti Ummu bersama temannya Syeikh Muhammad Thaib, Lolong Padang, Ulak Karang dan Surau Kalawi Pasir Ulak Karang pimpinan Syeikh Muhammad Qasim (Tuanku Kalawi) serta di kampungnya sendiri di Bayang dalam beberapa tempat pula. Ia mengajar berputar dalam jadwal yang diatur sedemikian rupa oleh pimpinan jaringan halaqah masing-masing. Disiplin ilmu yang diajarkan Tafsir, Tauhid, Fiqh, ushul Fiqh, Nahu dan sharaf dll. Selain mengajar Syeikh juga importir buku-buku dan mengarang buku.
 
Ulama-ulama yang sama mendapat pendidikan dari SyeikhSyikh Ahmad Chatibkhatib dengan SyeikhSyekh Bayang di antaranya, ulama muda (modernis) empat serangkai yakni Dr.H. [[Abdul Karim Amarullah]] (Maninjau – Agam), Dr. [[Abdullah Ahmad]] (Padang), SyeikhSyekh [[Muhammad Jamil Jambek|Jamil Jambek Al-Falaki]] (Bukittinggi), dan Syeikh [[Muhammad Thaib Umar]] (Sungayang- Tanah Datar) danserta ulama tua (tradisional) dua serangkai ialah SyeikhSyekh Chatib[[Khatib Muhammad Ali Al-Fadani]] (Padang) pimpinan ulama tua yang radikal penulis buku kepustakaan pejuang abad ke-20 ''Burhan Al-Haq'', SyeikhSyekh Taher[[Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir Jalaluddin Al-Falaki]] (ulama kharismatik Malaysia asal Bukittinggi, dan ayah dari Hamdan mantan Gubernur Pulau Pinang, Malaysia), SyeikhSyekh [[Sulaiman Al-Rasuli]] (Candung), Syeikh [[Ibrahim Musa]] Parabek, Syeikh [[Arifin Al-Arsyadi|Arifin]] Batuhampar, SyeikhSyekh [[Muhammad Jamil Jaho]], SyeikhSyekh [[Ahmad Baruah]] Gunung Suliki, SyeikhSyekh [[Abbas Qadhi|Abbas]] Ladang Lawas, Bukittinggi, SyeikhSyekh [[Abdullah Abbas]] Padang Japang, SyeikhSyekh Musthafa Padang Japang, SyeikhSyekh Musthafa Husen Purba Baru, SyeikhSyekh Hasan Maksum Medan Deli, SyeikhSyekh KH. Muhammad Dahlan dll. dari Jawa – Madura, Kalimantan, Sulawesi dan dari negara- negara Islam lainnya.
 
== Organisasi ==
Pasca Makkah, SyeikhSyekh Bayang di Padang melanjutkan halaqahnya. Bahkan diperkuat dengan membentuk jaringan surau halaqah dalam titik utama seperti di Ganting Padang (Rumahrumah Asalasal dan Masjid Raya Ganting), Pasar Gadang dan Palinggam Padang (rumah isterinya Siti Nur’aini asal Saningbakar), Seberang Padang dekat rumah isterinya Putti Ummu bersama temannya SyeikhSyekh Muhammad Thaib, Lolong Padang, Ulak Karang dan Surau Kalawi Pasir Ulak Karang pimpinan SyeikhSyekh Muhammad Qasim (Tuanku Kalawi) serta di kampungnya sendiri di Bayang dalam beberapa tempat pula. Ia mengajar berputar dalam jadwal yang diatur sedemikian rupa oleh pimpinan jaringan halaqah masing-masing. Disiplin ilmu yang diajarkan Tafsirtafsir, Tauhidtauhid, Fiqhfiqh, ushul Fiqhfiqh, Nahunahu dan sharaf dll. Selain mengajar Syeikhia juga importirmengimpor buku-buku dan mengarang buku.
 
== Dakwah ==
<!-- mungkin bagian di bawah ini, lebih tepat untuk di artikel [[Islam di Sumatera Barat]]? (Naval Scene) -->
Era Syeikh Bayang ini merupakan gelombang ketiga supremasi pengembangan Islam di Sumatera Barat. Gelombang pertama pengembangan Islam generasi Burhanuddin Al-Kamil (1200) dan Burhanuddin Panglima Islam di Painan kemudian ke Ulakan (1523) dan Syeikh Buyung Muda (1666) Puluikpuluik angkatan Syeikh Burhanuddin Ulakan (1666) dilanjutkan generasi Tuanku Nan Tuo pasca Padri (1837).
 
Era Syeikh Bayang ini merupakan gelombang ketiga supremasi pengembangan Islam di Sumatera Barat. Gelombang pertama pengembangan Islam generasi Burhanuddin Al-Kamil (1200) dan Burhanuddin Panglima Islam di Painan kemudian ke Ulakan (1523) dan Syeikh Buyung Muda (1666) Puluikpuluik angkatan Syeikh Burhanuddin Ulakan (1666) dilanjutkan generasi Tuanku Nan Tuo pasca Padri (1837). Gelombang kedua berawalnya pembaharuan pemikiran Islam adalah era Syeikh Ahmad Chatib Al-Minangkabawiy (yang tadinya dikirim belajar ke Mekah, pergi bersama ayahnya yang Khatib Nagari itu naik hajji tahun 1871) diteruskan dengan era gerakan murid-muridnya. Gerakan pembaharuan dilanjutkan murid Syeikh Ahmad Chatib yang terkemuka di kalangan ulama tua (tradisional) dikenal dua serangkai Syeikh Chatib Ali (Padang) dan Syeikh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi sendiri (Bayang, Pesisir selatan), di kalangan ulama kaum muda (modernis) dikenal empat serangkai yakni Syeikh Dr. H.Abdul Karim Amrullah dari Mninjau, Syeikh Muhammad Jamil Jambek di Bukittinggi, Syeikh Muhammad Thaib Umar di Sungyang dan Syeikh Dr.H. Abdullah Ahmad di Padang. Empat ulama modernis ini merupakan ulama penyambung mata rantai perjuangan pembaharuan Islam di Minangkabau sejak awal abad ke-20.
 
==Dakwah==
Era Syeikh Bayang ini merupakan gelombang ketiga supremasi pengembangan Islam di Sumatera Barat. Gelombang pertama pengembangan Islam generasi Burhanuddin Al-Kamil (1200) dan Burhanuddin Panglima Islam di Painan kemudian ke Ulakan (1523) dan Syeikh Buyung Muda (1666) Puluikpuluik angkatan Syeikh Burhanuddin Ulakan (1666) dilanjutkan generasi Tuanku Nan Tuo pasca Padri (1837). Gelombang kedua berawalnya pembaharuan pemikiran Islam adalah era Syeikh Ahmad Chatib Al-Minangkabawiy (yang tadinya dikirim belajar ke Mekah, pergi bersama ayahnya yang Khatib Nagari itu naik hajji tahun 1871) diteruskan dengan era gerakan murid-muridnya. Gerakan pembaharuan dilanjutkan murid Syeikh Ahmad Chatib yang terkemuka di kalangan ulama tua (tradisional) dikenal dua serangkai Syeikh Chatib Ali (Padang) dan Syeikh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi sendiri (Bayang, Pesisir selatan), di kalangan ulama kaum muda (modernis) dikenal empat serangkai yakni Syeikh Dr. H.Abdul Karim Amrullah dari Mninjau, Syeikh Muhammad Jamil Jambek di Bukittinggi, Syeikh Muhammad Thaib Umar di Sungyang dan Syeikh Dr.H. Abdullah Ahmad di Padang. Empat ulama modernis ini merupakan ulama penyambung mata rantai perjuangan pembaharuan Islam di Minangkabau sejak awal abad ke-20.
Gerakan pembaharuan pemikiran Islam murid Syeikh Ahmad Chatib di Minangkabau semakin mengambil bentuk awal abad ke-20. Diwarnai dengan taktik politik adu domba Belanda yang menghembuskan angin pertentangan kepada dua golongan Islam sama-sama murid dari Syeikh Ahmad Chatib yakni Kaum Muda (Modernis) dipimpin DR. H. Abdul Karim Amarullah yang radikal serta kawan-kawannya empat serangkai yang moderat dan Kaum Tua (Tradisional) dipimpin Syeikh Chatib Muhammad Ali Al-Fadaniy yang radikal dan Syeikh Bayang (Syeikh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi) yang moderat. Pertentangan kaum muda dan kaum tua itu disusupi PR kepada dalam 40 masalah khilafiyah, ditengahi rapat 1000 ulama yang sangat a lot di Padang, 15 Juli 1919 dipimpin BJO Schrieke bekas ketua pengajaran di HIS. Syeikh Bayang terlibat lansung dalam rapat besar 1000 ulama itu sebagai pemimpin ulama tua yang moderat dan penuh moral (BJO Schrieke, 1973:72) didukung Syeikh Chati Ali pimpinan ulama tua yang radikal, berhadapan dengan ulama muda dipimpin Dr. Hajji Abdul Karim Amrullah (radikal) dan Dr. Abdullah Ahmad (moderat). Di antara ulama tua moderat pengikut Syeikh Bayang ialah Syeikh Muhammad Thaib (Seberang Padang), Syeikh Abdullah (Belakang Tangsi Padang), Syeikh Muhammad Qasyim (Ulak Karang Padang asal Raorao Batusangkar), Syeikh Abdullah Basyir (orang keramat Berok Padang), Syeikh Harun bin Abdul Ghani (Toboh Pariaman), Syeikh Sulaiman Arrasuli (Candung), Syeikh Abdurrahman (kakek H. Ilyas Ya’kub) serta sejumlah ulama Lubuk Aur yakni Ahmad Dores, Fakih Rumpunan, Fakih Mas`ud, Khatib Dzikir, Penghulu Raja Muda, Imam Machudum, Manjang, Saitik, Sarnedi, Silapau, Syamsiah, Dunanenjung dan diperkuat Syeikh Batangkapas, Syeikh Ismail (Palangai, Balaiselasa) dll.
 
Pasca rapat besar 10001.000 ulama itu, semangat pembaharuan semakin menggelorakan semangat ulama-ulama kaum muda yang sudah sejak awal menghirup angin pembaharuan dihembuskan majalah Al-Manar Rasyid Ridha dan ‘Urwat Al-Wusqa disambut Al-Imam Taher Jalaluddin di Singapura (saudara sepupu Ahmad Chatib) dan Al-Manar serta Al-Munir Al-Manar Dr. HAKA (ayah HAMKA) dan Dr. Abdullah Ahmad di Padang dan Padang Panjang. Kaum muda pembaharu ini mendapat pujian besar, terus melanjutkan pengaderan (pendidikan kader) terhadap generasi pembaharu, sentranya antara lain di Thawalib Padang Panjang, Parabek, Sungayang dan Padang Japang di samping juga menulis buku dan menerbitkan pers Islam seperti jenis Bulletin, Jurnal, koran dan Majalah. Demikian pula kaum tua (tradisional) giat menyusun kekuatan dan penulisan buku polemik dan apologetik pembelaan paham tarekat yang dianut.
 
== Polemik ==
SyeikhSyekh Bayang sendiri sejak awal melahirkan beberapa buku polemik dan disetakdicetak berudlangberulang-ulang di antaranya, ''Taragub ila Rahmatillah'' (cet. ke-11 1916) merupakan buku best sellerlaris dan disebut sebagai kepustakaan pejuang abad ke-20 yang penuh moral, ''Majmu wa Musta’mal'' (fiqh dagmatikdogmatik), ''Miftahul Haq'' (fiqh) dan ''Dar Al-Mau`izhah'' (1326 H) disebut nazam apologetik pembela tarekatTarekat naqsyabandiNaqsyabandiyah, ''Thalab Al-Shalah'' (1916) syair nasehatnasihat, ''Inilah SoalSoal–Jawab – Jawab bagiBagi Segala Anak'' buku pertanyaanPertanyaan popular mengenai fighfiqh dan dogmatik (cet. ke-3 1335 H), ''Rasul- 25'' (1918) dll.
 
Syeikh Bayang wafat 2 jumadil awal 1342 H (1923), ulama pejuang pendidikan Islam ini, ironisnya banyak dicatat dalam sejarah kolonial dan nyaris tidak dikenal lagi dalam sejarah dan historiograpi domestik. Saksi yang ditinggalkan menjadi saksi bisu Masjid Raya Ganting Padang dan di arah mihrabnya tidak jauh dari rumah anaknya Aisyah terdapat makam ulama ini dengan mejan Turki yang indah. Allah swt menganugerahi anak 20 orang putra putri, yakni 10 dari pihak isterinya Siti Rahmah, di antaranya: Khaidir, Saida, Hajjah, Hafsah, syafi’i, Abu Bakar, Aisyah dan tiga orang lagi tidak dikenal karena telah lama meningal dunia, serta 10 anak dari pihak istrinya Siti Nuar’aini, di antranya Wahid, Syawijah, Amin, Nurdiyah, Syamsudin, Rusyd, Muhammad Saad, Nurjani, dan dua orang anak laki-laki tidak dikenal, karena meningal sejak kecil.*** Yulizal Yunus
Syekh Bayang wafat 2 Jumadil Awal 1342 H (1923). Ulama pejuang pendidikan Islam ini, ironisnya banyak dicatat dalam sejarah kolonial dan nyaris tidak dikenal lagi dalam sejarah dan historiograpi domestik. Saksi yang ditinggalkan menjadi saksi bisu Masjid Raya Ganting Padang dan di arah mihrabnya tidak jauh dari rumah anaknya Aisyah terdapat makam ulama ini dengan meja Turki yang indah.
 
SyeikhIa Bayang wafat 2 jumadil awal 1342 H (1923), ulama pejuang pendidikan Islam ini, ironisnya banyak dicatat dalam sejarah kolonial dan nyaris tidak dikenal lagi dalam sejarah dan historiograpi domestik. Saksi yang ditinggalkan menjadi saksi bisu Masjid Raya Ganting Padang dan di arah mihrabnya tidak jauh dari rumah anaknya Aisyah terdapat makam ulama ini dengan mejan Turki yang indah. Allah swt menganugerahidianugerahi anak 20 orang putra putri, yakni 10 dari pihak isterinya Siti Rahmah, di antaranya: Khaidir, Saida, Hajjah, Hafsah, syafi’i, Abu Bakar, Aisyah dan tiga orang lagi tidak dikenal karena telah lama meningalmeninggal dunia, serta 10 anak dari pihak istrinya Siti Nuar’aini, di antranyaantaranya Wahid, Syawijah, Amin, Nurdiyah, Syamsudin, Rusyd, Muhammad Saad, Nurjani, dan dua orang anak laki-laki tidak dikenal, karena meningal sejak kecil.*** Yulizal Yunus
 
== Referensi ==
* Abdul Munaf Al-Amin, Imam Maulana, tt. Muballigh Al-Islam. Padang: PP Batangkabung. Makalah ringkasan hasil penelitian Yulizal Yunus, tahun 1982. Dipersiapkan untuk ensiklopedia Islam di Indonesia, Bappenas, tahun 2003. Pernah dimuat dalam buku kumpulan ulama Sumatera Barat buku-2 tahun 2002. Pernah pula di presentasikan di berbagai forum Ilmiah. Hasil penelitiannya sudah pernah diterbitkan dalam bentuk buku tahun 2000.
*Abdul Munaf Al-Amin, Imam Maulana,
* Edwar, ed., 1981 Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Sumatera Barat. Padang: Islamic Centre Sumatera Barat
tt. Muballigh Al-Islam. Padang: PP Batangkabung.
* Mestika Zed, Dr., 2002 Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Sumatera Barat. Padang: Islamic Centre Sumatera Barat.
Makalah ringkasan hasil penelitian Yulizal Yunus, tahun 1982. Dipersiapkan untuk ensiklopedia Islam di Indonesia, Bappenas, tahun 2003. Pernah dimuat dalam buku kumpulan ulama Sumatera Barat buku-2 tahun 2002. Pernah pula di presentasikan di berbagai forum Ilmiah. Hasil penelitiannya sudah pernah diterbitkan dalam bentuk buku tahun 2000.
* Schrieke, BJO., terj., 1973 Pergolakan Agama di Sumatera Barat, Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhratara.
*Edwar, ed.,
* Van Ronkel, Dr, Ph.S., 1916 Raport Betreffendle de Godsdienstige Verschijuselenter Sumatra’s Weskust. Batavia: Lands Drukkerij
1981 Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Sumatera Barat. Padang: Islamic Centre Sumatera Barat
* Yulizal, Yunus, 1999 Sastra Islam, Kajian Syair Apologetik Pembela Tarekat Naqsyabandi Syeikh Bayang. Padang: IAIN-IB Press.
Mestika Zed, Dr.,
2002* Riwayat___________, Hidup2000 danPulau Cingkuk Saksi Perjuangan UlamaAnak Sumatera BaratPesisir. Padang: Islamic Centre SumateraIAIN-IB BaratPress.
* ___________, 2003 Islam Masuk dan Berkembang di Pantai Barat SumateraSumatra, Fenomena Gerbang Selatan Sumatera Barat (makalah). Padang: Pusat Pengkajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
*Schrieke, BJO., terj.,
* ____________, 2003 Kesultanan Indrapura dan Mandeh Rubiyah di Lunang, Spirit Sejarah dari Kerajaan Bahari hingga Semangat Malayu Dunia. Padang: Pemkab. Pesisir Selatan – IAIN IB Press.
1973 Pergolakan Agama di Sumatera Barat, Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhratara.
 
Van Ronkel, Dr, Ph.S.,
== Pranala luar ==
1916 Raport Betreffendle de Godsdienstige Verschijuselenter Sumatra’s Weskust. Batavia: Lands Drukkerij
* http://wawasanislam.wordpress.com/2008/04/30/syeikh-muhammad-dalil-bin-muhammad-fatawi/
*Yulizal, Yunus,
 
1999 Sastra Islam, Kajian Syair Apologetik Pembela Tarekat Naqsyabandi Syeikh Bayang. Padang: IAIN-IB Press.
[[Kategori:Kabupaten Pesisir Selatan]]
___________,
[[Kategori:Tokoh dari Pesisir Selatan]]
2000 Pulau Cingkuk Saksi Perjuangan Anak Pesisir. Padang: IAIN-IB Press.
[[Kategori:Ulama|Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi]]
___________,
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi]]
2003 Islam Masuk dan Berkembang di Pantai Barat Sumatera, Fenomena Gerbang Selatan Sumatera Barat (makalah). Padang: Pusat Pengkajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
[[Kategori:Ulama Indonesia|Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi]]
____________,
[[Kategori:Ulama Nusantara|Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi]]
2003 Kesultanan Indrapura dan Mandeh Rubiyah di Lunang, Spirit Sejarah dari Kerajaan Bahari hingga Semangat Malayu Dunia. Padang: Pemkab. Pesisir Selatan – IAIN IB Press.