Ilyas Ya'kub: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syafroni Gucci (bicara | kontrib)
Fenni Bungsu (bicara | kontrib)
k perubahan kata, penambahan pranala dalam, dan penambahan tanda baca
 
(59 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}{{tone}}
{{Infobox Prime MinisterPerson
|name = Ilyas Ya'kub
|image = Masyumi - Iljas Jacoub.jpg
|nationality = [[Minangkabau]]
|captionimagesize = =200px
|caption = Potret Ilyas Ya'kub sebagai [[Daftar anggota Konstituante Republik Indonesia|Anggota Konstituante RI]] (1956)
|birth_date = {{Birth date|1903|6|14}}
|birth_place = [[Pesisir Selatan]]
|birth_place = Asam Kumbang, [[Bayang, Pesisir Selatan|Bayang]], [[Pesisir Selatan]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = [[2 Agustus]] [[1958]]
|death_date = {{Death date and age|1958|8|2|1903|6|14}}
|death_place = [[Pesisir Selatan]]
|death_place = [[Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan|Koto Barapak]], Bayang, Pesisir Selatan, [[Sumatera Barat]]
|nationality = [[MinangkabauIndonesia]]
|occupation = [[Ulama]], [[wartawan]], [[politisi]]
|known_for = [[Daftar Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]]
|spouse =
|children = Anis Sayadi, Fauzi
|parents = Ya’kub (ayah) dan Siti Hajir (ibu)
|religion = [[Islam]]
}}
'''H. Ilyas YakoubYa'kub''' (juga dieja '''Ilyas Yacoub'''; {{lahirmati|Asam Kumbang, [[SumatraBayang, BaratPesisir Selatan|Bayang]], [[1903Pesisir Selatan]], [[Hindia Belanda]]|14|6|1903|[[Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan|Koto Barapak]], [[2Bayang, Agustus]]Pesisir Selatan, [[1958Sumatera Barat]]|2|8|1958}}) adalah seorang [[pahlawan nasional Indonesia]] dariasal [[SumatraMinangkabau]], [[Sumatera Barat]]. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui SuratSK-Mensos RI Nomor: Pol-61/PK/1968, tanggal 16 Desember 1968, dan dikukuhkan kembali dengan Keputusan Presiden RI (Kepres-RI) No. 074/TK/1999 bertanggaltertanggal [[13 Agustus]] [[1999]].
 
== Pahlawan Nasional ==
[[Berkas:Ilyas Yacoub.jpg|200px|jmpl|Potret Ilyas saat masih muda]]
'''Ilyas Ya’kub''' (Lahir di Asam Kumbang, Bayang, [[Pesisir Selatan]], [[Sumatera Barat]], 1903 — 2 Agustus 1958) ialah seorang ulama besar dan syikh al-Islam dari [[Minangkabau]], Indonesia tamatan Mesir. Ia pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia diangkat dengan SK-Mensos RI Nomor: Pol-61/PK/1968, tanggal 16 Desember 1968 dan dikukuhkan kembali dengan Keputusan Presiden RI (Kepres-RI) Nomor 074/TK/Tahun 1999 tanggal 13 Agustus 1999 serta dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana atas jasanya mempertahankan prinsip-perinsip kemerdekaan dari ancaman kolonialisme Belanda sekaligus menggerakkan kemerdekaan RI dengan reskio ia dibaung Belanda ke Digul (di Papua – Indonesia sekarang) serta beberapa tempat di Malaysia, Singapura, Brunei, Australia dll. Ia pernah memimpin mahasiswa Malaysia-Indonesia di Mesir, juga pendiri Partai Politik PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia, 1932) berbasis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Beralasan pula dengan kemampuan dan jasanya sebagai ulama, tokoh pendidikan dan politikus Islam di awal kemerdekaan (1948) ia dipercaya pada negeri yang Islam dan semangat melayunya kuat sebagai Ketua DPR Provinsi Sumatera Tengah merangkap penasehat Gubernur.
'''Ilyas Ya’kub''' mendapat tanda kehormatan [[Bintang Mahaputra Adipradana]] atas jasanya mempertahankan prinsip-prinsip kemerdekaan dari ancaman [[kolonialisme]] [[Belanda]]. Sekaligus menggerakkan kemerdekaan RI dengan risiko dibuang Belanda ke Digul (di [[Papua]] – Indonesia sekarang), serta beberapa tempat di Malaysia, Singapura, Brunei, Australia dll.
 
Ia pernah memimpin mahasiswa Malaysia-Indonesia di Mesir, juga pendiri partai politik PERMI ([[Persatuan Muslim Indonesia]], 1932) yang berbasis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
 
Berkat kemampuan dan jasanya sebagai ulama, tokoh pendidikan, dan politikus Islam di awal kemerdekaan (1948), ia dipercaya sebagai Ketua DPR Provinsi [[Sumatra Tengah]] merangkap penasihat Gubernur, karena semangat Melayu-nya yang kuat.
 
== Seorang wartawan ==
 
Perjuangan Ilyas Ya’kub sebagai ulama dan tokoh pendidikan Islam banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam. Ia juga pernah bekerja sebagai [[wartawan]], di samping berjuang mendirikan lembaga pers sejak masa pendidikan di perguruan tinggi di [[Timur Tengah]]. Sebagai politikus Islam yang gemilang, ia berjasa mewadahi Islam dan Kebangsaan[2] dengan parpol PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia) yang berbasis pada pendidikan Islam yang ia dirikan bersama teman seperjuangan.
 
Sebagai politikus Islam yang gemilang, ia berjasa mewadahi Islam dan Kebangsaan[2] dengan parpol PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia) yang berbasis pada pendidikan Islam yang ia dirikan bersama teman seperjuangan.
Dengan profesinya sebagai wartawan dan penerbitan pers (pernah sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Medan Rakyat, 1 Pebruari 1931) serta politikus Islam pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia itu, membuatnya tegas dan keras menentang prilaku imperialisme dan kolonialisme Belanda. Sepak terjangnya memperlihatkan karakteristik radikal positif justru mengangkat martabat dan integritas dirinya sebagai tokoh Islam (ulama) dan nasionalis yang kuat menentang penjajah, lalu di pihak Belanda menarik perhatian dan amat diperhitungkan sebagai tokoh Islam dan Nasional itu sekaligus dinyatakan sebagai musuh bebuyutan, lalu dengan segala cara Belanda akhirnya dapat menangkapnya dan dibuang bersama isterinya Tinur ke Bouven Digul (dulu Irian Jaya, sekarang Papua) selama 10 tahun (1934 – 1944), ke Kali Bian Wantaka, ke Australia, ke Kupang, Timor, ke Singapura, ke Sarawak (Malaysia), ke Brunei Darussalam, ke Labuhan dll, sampai kembali ke tanah air bersama isteri dan 6 orang anaknya tahun 1946.
 
Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi ''[[Medan Rakyat]]'', 1 Februari 1931, serta menjadi politikus Islam pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga membuatnya tegas dan keras menentang perilaku imperialisme dan kolonialisme Belanda.
 
Sepak terjang Ilyas, memperlihatkan karakteristik radikal positif yang justru mengangkat martabat dan integritas dirinya, sebagai tokoh Islam (ulama) dan nasionalis yang kuat menentang penjajah. Di sisi lain, Ilyas menarik perhatian (pihak Belanda) dan amat diperhitungkan sebagai tokoh Islam dan Nasional.
 
Dengan segala cara, Belanda akhirnya dapat menangkap Ilyas beserta isterinya, Tinur, diasingkan ke [[Boven Digul]] (dulu Irian Jaya, sekarang [[Papua]]) selama 10 tahun (1934 – 1944). Lalu ke Kali Bian Wantaka, ke [[Australia]], ke [[Kupang]], [[Timor]], ke [[Singapura]], ke [[Sarawak]] ([[Malaysia]]), ke [[Brunei Darussalam]], ke [[Labuan]] sampai kembali ke tanah air bersama isteri dan 6 orang anaknya tahun 1946.
 
Apa yang melatari hidup Ilyas Ya’kub dan bagaimana perjuangannya lalu bagaimana akhir kehidupannya sebagai seorang tokoh Islam dan Nasionalis kuat di Indonesia, menarik untuk ditelusuri dalam kajian forum nadwah ulama nusantara (Asean) ini.
 
== Latar kehidupanbelakang Ilyas Ya’kubkeluarga ==
 
PutraIlyas ketigaYa’kub darimerupakan empat bersaudaraputera dari pasangan suami-isteri Haji Ya’kub – Siti Hajir,. IlyasAnak Ya’kubketiga dari empat bersaudara ini, ketika masa kecilnya belajar ilmu agama denganmelalui kakeknya, bernama Syeikh Abdurrahman. Masa itu, Bayang (daerah kelahirannya), masih merupakan sentra pendidikan Islam. Sebab sejak dahulu Bayang termasuk basis pengembangan Islam di [[Pantai Barat SumateraSumatra]] berpusat di surau tua yang didirikan (awal 1666), oleh Syeikh Buyung Muda Puluikpuluik, salah seorang dari 6 ulama pengembang Islam di Indonesia seangkatan Syeikh [[Burhanuddin Ulakan]] Pariaman belajar dengan Syeikh [[Abdul Rauf Singkel]] di Aceh. Sa’atSaat berkobarnya [[Perang Pauh]] (mulai 28 April 1666) surau ini juga menjadi basis perjuangan melawan Belanda.
 
Bayang sejak lama menjadi basis konsentrasi perjuangan rakyat Sumatera Barat melawan Belanda,. tercatatTercatat perang Bayang berlangsung lebih satu abad, (mulai dari tanggal [[7 Juni]] [[1663]], berakhir dengan [[Perjanjian Bayang 1771)]]. Sejak itu, Bayang melahirkan banyak ulama besar dan pejuang kemerdekaan dan Islam di pentas sejarah nasional, di antaranya Syeikh Muhammad Fatawi, Syeikh[[Muhammad Jamil|Syekh Muhammad Jamil]] (tamatan [[Makkah]] 1876), Syeikh Muhammad Shamad (wafat di Makkah tahun 1876), Syeikh Bayang (Syeikh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi (1864 – 1923) penulis bukuBuku taraghub''Taraghub il rahmatillahRahmatillah'' yang oleh BJO Schrieke disebut sebagai kepustakaan pejuang abad ke-20 yang penuh moral, juga Syeikh Abdurrahman (kakek Ilyas Ya’cub), Syeikh Abdul Wahab (Inyiak Kacuang) dll.
 
Ayah Ilyas Ya’kub seorang pedagang kain dan hidup di lingkungan ulama, cukup memberi peluang dana dan motivasi bagi Ilyas Ya’kubbaginya untuk mengecap pendidikan lebih baik. Pertama ia mendapat pendidikan di ''Gouvernements Inlandsche School''. Tamat sekolah ia bekerja sebagai juru tulis selama dua tahun (1917 – 1919) di perusahaan tambang batu bara [[Ombilin]], [[Sawahlunto Sijunjung]]. Ia keluar dari perusahaan itu, sebagai protes terhadap pimpinan perusahaan asing yang imperialisme dan kolonialisme, yangserta kasar terhadap kaum buruh pribumi.
 
Sebagai konvensasi Ilyas Ya’kub memperdalam ilmu agama Ilyas Ya’kub kemudian belajar denganmelalui Syekh Haji Abdul Wahab (Raichul Amar dalam Edwar, ed. 1981, baca juga skripsi Nirmawati, 1984). Gurunya (juga ayah dari isterinya, Tinur) ini melihat Ilyas Ya’kub berbakat, lalu dibawa ke Mekah[[Makkah]]. Ketika berada di tanah suci itu, selesai menunaikan ibadah [[haji]], Ilyas berminat untuk menetap di sana guna memperdalam ilmu agamanya. Tahun 1923 ia punya kesempatan ke Mesir. Di sanasanalah, ia memasuki sebuah universitas mulanya sebagai ''thalib mustami’'' (mahasiswa pendengar).
 
== Perjuangan Ilyas Ya’kub: Islam dan Kebangsaan ==
 
Sa’atSaat di Mesir ini Haji Ilyas Ya’kub, aktif dalam berbagai organisasi dan partai politik, di antaranya ''Hizb al-Wathan'' (partai tanah air) didirikan oleh [[Mustafa Kamal]] semakin membangkitkan semangat anti penjajah. Ia pernah pula menjabat sebagai ketua Perkumpulan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia (PMIM) di Mesir. Selain itu ia juga fungsionaris wakil ketua organisasi sosial politik ''Jam’iyat al-Khairiyah'' dan ketua organisasi politik ''Difa` al-Wathan'' (Ketahanan Tanah Air).
 
Selain gerakan politik yang amat peduli dengan nasib bangsanya terjajah Belanda, Haji Ilyas Ya’kub di Mesir ia juga aktif menulis artikel dan dipublikasimempublikasikannya padadi berbagai Surat Kabar Harian di [[Kairo]]. Bersama temannya [[Muchtar Lutfi|Muchtar Luthfi]], ia mendirikan dan memimpin Majalah ''Seruan Al-Azhar'' dan majalahMajalah ''Pilihan Timur''. Majalah Seruan Al-Azhar adalah majalah bulanan mahasiswa, sedangkan majalah Pilihan Timur adalah majalah politik. Kedua produk jusnalistik ini banyak dibaca mahasiswa Indonesia – MalaysiaIndonesia–Malaysia di Mesir ketika itu.
 
Gerakan Haji Ilyas Ya’kub dalam jurnalistik dan politik anti penjajah di Mesir, tercium oleh Belanda ketika itu. Melalui perwakilannya di Mesir, Belanda mencoba melunakkan sikap radikal Ilyas Ya’kubradikalnya, tetapi gagal. Sejak itu Belanda semakin mengaris merah Ilyas Ya’kub tidak saja sebagai radikalis, bahkan dicap sebagai ekstrimis dan musuhnya di Indonesia.
 
Ketika masih dalam ancaman Belanda, tahun 1929 Haji Ilyas Ya’kub kembali dari Mesir,. Ia memaksanyaterpaksa transit di Singapura kemudian nyasar berlabuh di [[Jambi]]. Di tanah air, ia menemui teman-temannya di Jawa yang bergerak dalam PNI dan PSI. Dari pengalaman dua partai temannya tadi (PNI dan [[Sarekat Islam|Partai SerikatSarekat Islam]]) Ilyas Ya’kub berfikirberpikir, bahwa jiwa yang dimiliki kedua partai tersebut, yakni Islam dan kebangsaan adalah penting dikombinasikan, dikonversi dan dikonsolidasikan kemudian diwadahi dengan satu wadah yang refresentartifrepresentatif. Ternyata kemudian Haji Ilyas Ya’kub sekembali dari kunjungan ini tahun 1930 men-set up idenya: Islam dan kebangsaan dalam dua kegiatannya yakni bidang jurnalistik dan politik. Dalam bidang jurnalistik diwadahi dengan penerbitan pers yakni Tabloid ''[[Medan Rakyat]]''. Dalam bidang politik ia bersama temannya Mukhtar Luthfi mendirikan wadah baru bernama PERMI ([[Persatuan Muslimin Indonesia]]) dengan asas Islam dan kebangsaan. Tujuannya menegakan Islam dan memperkuat wawasan kebangsaan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dengan dasar Islam dan kebangsaan ini, PERMI menjalankan sikap politik non kooperasi dan tak kenal kompromi dengan bangsa apapun yang kental punya prilaku imperialisme dan kolonialisme. Karena itu pula PERMI secara prinsipil mencap bahwa kapitalisme dan imperalisme merupakan penyebab penderitaan rakyat Indonesia.
 
PERMI pada awal mula bernama PMI (Partai Muslimin Indonesia) didirikan Haji Ilyas Ya’kub tahun 1930. PMI ini berbasis pada lembaga pendidikan Islam Sumatera[[Sumatra Thawalib]] dan [[Diniyah School]]. Ide dasarnya, pemberdayaan sekolah agama dengan berbagai inovasi ke arah sistem modern, dimulai perbaikan kurikulum, sistem penjenjangan program dan lama masa pendidikan, memberi perlindungan kepada pelajar serta mengorganisasikan sekolah agama sebagai basis perjuangan kemerdekaan dan sentra pencerdasan bangsa dengan pengatahuan Islam dan kebangsaan. Beralasan kemudian PMI berambisi menambah jumlah sekolah agama dengan mendirikan sekolah baru dengan sistem modern, mulai dari tingkat pendidikan dasar (ibtidaiyah) sampai pendidikan tinggi (Al-Kulliyat). Di antara pendidikan tinggi, di [[Alang Laweh, Padang Selatan, Padang|Alang Laweh]], 12 PebruariFebruari 1931 didirikan perguruan tinggi dalam bentuk college Islam untuk diploma A dan diploma B, bernama ''Al-Kulliyat Al-Islamiyah'', diselenggarakan intelektual jebolan Timur Tengah di antaranya [[Djanan Tajib|Janan Thaib]] (sebagai pimpinan), Syamsuddin Rasyid (''onder director'') dan Ilyas Ya’kub. Mahasiswa awal diterima lulusan Sumatra Thawalib, Diniyah School, [[Tarbiyah Islamiyah]], [[AMS]] (''Algemeene Middelbare School''), ''Schakel School'' dan lulusan sekolah tingkat menengah lainnya.
 
Tahun 1932 PMI mengadakan konsolidasi. Partai ini menyadari perjuangan Islam dan Kebangsaan perlu dikokohkandikukuhkan baik internal maupun eksternal. Tantangan Masyarakat Islam Indonesia sebagai bagian dari Muslim Asean yang ketika itu (sejak abad ke-16) disebut dengan istilah jawiJawi, juga berpeluang berfikirberpikir pengembangan Islam tidak terlepas dari politik kekuasaan meskipun di wilayah konsentrasi Islam seperti di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, apalgi di wilayah minoritas Islam. Mari belajar konflik minoritas muslinmuslim [[Moro]] (sejak abad ke-19) dengan pemerintahan Filipina berbeda sedikit dengan Burma ([[Myanmar]]) perkembangan muslinmuslim relativerelatif stabil sejak tahun 1930-han atau Singapura tahun 1932 sudah mendirikan Jam’iyat (Pesekutuan) Seruan Islam, apakah ini pengaruh Singapura pernah (tahun 1840) menjadi sentra pengembangan Tarekat [[Naqsyabandi]] yang dikembangkan Syeikh Ismail Simabur (Minangkabau) di kawasan Nusantara (Asean) menarik untuk diteliti dianalisis sintesis dengan fenomena terakhir (sejak tahun 1957) Muhammaddiyah telah pula berkembang di Singapura bersamaan dengan gerakan dakwah didukung ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) di Malaysia. Masih kurun itu (1932) kasus di belahan Nusantara (Asean) juga, Thailand yang tidak pernah dijajah misalnya, agama Negara yang diakui kekakuasaankekuasaan raja secara resmi adalah BudhaBuddha Trevada, namun kepada masyarakat Islam yang dominant al-syafi’iyah diberikan kemerdekaan menghurusmengurus ''al-ahwal al-syakhshiyyah'' (hukum keluarga) termasuk ''munakahat'' (perkawinan) terutama dalam bentuk NTCR (Nikah Talak-Cerai dan Rujuk) dilakukan kadhi yang mendapat legalisasi pemerintahan raja (lihat juga Taufik Abdullah, d., 2003:305-339). Angin segar dan peluang masyarakat muslim di NusanataraNusantara yakni Negara Asean yang satu ini tidak terlepas dari jaringan pembaharuan Ahmad Wahab (dari Minangkabau) di Bangkok tahun 1921920-hanan dan kawan-kawan seperti juga Syeikh [[Thaher Jalaluddin]] Al-Falaki (dari Minangkabau) di Malaysia (Yulizal Yunus, 1982).
 
Konsolidasi PMI merupakan bagian kesadaran bagi penguatan lembaga ke-Islam menunjang visi Islam dan kebangsaan Indonesia. Konsolidasi dilakukan dalam bentuk Kongres Besar bertempat di dekat daerah kelahiran Ilyas Ya’kub yakni Koto Marapak (Bayang Pesisir Selatan) dihadiri oleh seluruh pengurus cabang se SumateraSumatra seperti dari [[Tapanuli Selatan]], [[Bengkulu]], [[Palembang]], [[Lampung]], dll. Di antara keputusan Kongres Besar, PMI diubah namanya menjadi PERMI yang dicap Belanda sebagai partai Islam radikal revolusioner. Kantornya di gedung perguruan Islamic College, Alang Lawas, Padang.
 
Kalau tadi Ilyas Ya’kub tidak mengenal kompromi dengan komponen yang punya watak imperialisme dan kolonialisme, dalam PERMI ia bisa kompromi dengan Pertindonya [[Soekarno]]. Bentuk komprominya dalam bentuk koalisi memperkuat perjuangan kebangsaan, yakni dimanadi mana telah ada berdiri cabang Pertindo maka di sana tidak lagi perlu ada cabang PERMI dan sebaliknya. Karena dianggap membahayakan pemerintahan, maka berdasarkan ''vergarder verbod'' Belanda mengeluarkan kebijakan ''exorbita terechten'' yang menyatakan PERMI terlarang dan diikuti tindakan penangkapan terhadap tokoh-tokohnya. Haji Ilyas Ya’kub bersama dua temannya Mukhtar Luthfi dan Janan Thaib ditangkap dan dipenjarakan. Setelah 9 bulan di penjara [[Muaro Padang]], ia diasingkan selama 10 tahun (1934-1944) ke Bouven Digul Irian Jaya bersama para pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia lainnya. Selama di Digul Haji Ilyas Ya’kub didampingi isteri Tinur sering sakit-sakitan. Masa awal penjajahan Jepang di Indonesia pun, para tahanan Digul semakin memprihatinkan, mereka dipindahkan lagi ke daerah pedalaman Irian Jaya di Kali Bina Wantaka kemudian diasingkan pula ke Australia[3]. Ia senantiasa dibujuk [[van der Plas]] dan [[van Mook]] (Belanda), namun semangat nasionalis dan Islamnya tidak pernah pudar memotivasi pembangkangannya dalam menentang penjajah dan menggerakkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
 
Oktober 1945 pemulangan para tahanan perang dari Australia ke Indonesia dengan kapal Experence Bey Oktober, Haji Ilyas Ya’kub tidak diizinkan turun di pelabuhan [[Tanjung Periuk]], bahkan ia kembali ditahan dan diasingkan bersama isteri selama 9 bulan berpindah-pindah di [[Kupang]], Serawak, Brunei Darussalam, kemudian ke LabuhanLabuan, dan Singapura (anaknya iqbalIqbal meninggal di sana). Satu tahun Indonesia merdeka (1946) barulah habis masa tahanan dan Haji Ilyas Ya’kub, ia kembali bergabung dengan kaum republik sekembali dari CerebonCirebon. Ia ikut bergrillya pada clas II (1948) dan ikut membentuk [[PDRI]] (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) yang kemudian dipimpin oleh Mr. Safruddin[[Syafruddin Prawiranegara]]. Ia mendapat tugas menghimpun kekuatan politik (seluruh partai) di SumateraSumatra untuk melawan agresor Belanda. Tahun itu ia menjabat ketua DPR SumateraSumatra Tengah kemudian terpilih lagi sebagai anggota DPRD wakil [[Masyumi]] dan merangkap sebagai penasehatpenasihat Gubernur SumateraSumatra Tengah bidang politik dan agama.
 
== Wafat ==
== Akhir hayat yang husn al-khatimah ==
 
Sebenarnya banyak perjuangan Ilyas Ya’kub yang tidak tercatat secara syumul, mulai sejak masa awal ia bekerja di Perusahaan Asing (Belanda) yakni Tambang Batubara di Sawah Lunto, masa pendidikan di Mesir pasca Mekah (8 tahun), masa bergerak di PERMI diperkuat tabloid ''[[Medan Rakyat]]'' serta hubungannya dengan tokoh politik, masa konsolidasi ideologi gerakan Islam dan Kebangsaan mewujudkan kemerdekaan Indonesia yang beresikoberisiko tinggi pada dirinya masuk penjara keluar penjara penjajah dari satu daerah pengasingan ke daerah pengasingan lainnya di dalam/ luar negeri (13 tahun), sampai ia mengabdi kepada Republik bekerja di badan legislatif. Namun ia telah memenuhi ajakan ‘isy karima wa mut syahida (hidup sebagai orang mulia dan wafat meninggalkan jasa) adalah jasa kepada Islam dan kebangsaan, turut memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
 
Di akhir hayat yang husn al-khatimah itu Ilyas Ya’kub menghembuskan napas terakhir Sabtu, 2 Agustus 1958 jam 18.00 wib, ia meninggalkan 11 orang anak, antara lain putranya Anis Sayadi, Fauzi (satu di antaranya yang menulis riwayat hidup singkat tokoh ini) dll. Kesaksian kebesaran perjuangannya dikukuhkan sebagai pahlawan perintis kemerdekaan RI dengan SK Mensos No. Pol-61/PK/1968, 16 Desember 1968, mendapat piagam penghargaan sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1975. Kepahlawanannya dikukuhkan kembali dengan Keputusan Presiden RI (Kepres-RI) Nomor 074/TK/Tahun 1999 tanggal 13 Agustus 1999 serta dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana atas jasanya mempertahankan prinsip-perinsip kemerdekaan dari ancaman kolonialisme Belanda sekaligus menggerakkan kemerdekaan RI di samping memperjuang Partai dan Pendidikan Islam. Kebesarannya dihargai Negara dan oleh Pemerintahan Kabupaten setiap bulan diberikan bantuan kesejahteraan sejumlah uang tunai kepada keluarga pahlawan nasional ini ditetapkan dengan SK-Bupati Nomor 400-134/BPT-PS/2005 tanggal 2 Januari 2005.
 
Kepahlawanan Ilyas Ya’kub juga diabadikan dengan pemberian namanya kepada gedung olahraga dan jalan serta dibangun sebuah patung di perapatan jalan di gerbang kota Painan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Indonesia). Makamnya di depan mesjidmasjid raya Al-Munawarah Koto Barapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat juga menjadi saksi bisu kebesarannya dalam Islam dan Kebangsaan. ***Yulizal Yunus
 
== Referensi ==
 
* Abdul Munaf Al-Amin, Imam Maulana, tt. Muballigh Al-Islam. Padang: PP Batangkabung.
* [[Mardanas Safwan]], dkk., ed., 1997 Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
 
* Mardanas Safwan, dkk., ed., 1997 Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
 
* Edwar, ed., 1981 *Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Sumatera Barat. Padang: Islamic Centre Sumatera Barat
* [[Mestika Zed]], Dr., ed, 2002 Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Sumatera Barat. Padang: IAIN-IB Press – Angkasa – ICSB.
 
JICSB.
* Mestika Zed, Dr., ed, 2002 Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Sumatera Barat. Padang: IAIN-IB Press – Angkasa – ICSB.
 
* Nirmawati, 1984 Tinjauan tentang Sejarah Perjuangan Haji Ilyas Ya’kub (skripsi). Padang: Fakultas Adab IAIN-IB.
 
* Schrieke, BJO., terj., 1973 Pergolakan Agama di Sumatera Barat, Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhratara.
* [[Taufik Abdullah]], ed., 2003 Ensiklopedi Tematis Dunia o
 
* Taufik Abdullah, ed., 2003 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Dinamika Masa Kini. Jakarta: PT.Ichtiar Baru van Hoeve.
* [[Yulizal, Yunus]], 1999 Sastra Islam, Kajian Syair Apologetik Pembela Tarekat Naqsyabandi Syeikh Bayang. Padang: IAIN-IB Press.
 
== Pranala Luarluar ==
* Yulizal, Yunus, 1999 Sastra Islam, Kajian Syair Apologetik Pembela Tarekat Naqsyabandi Syeikh Bayang. Padang: IAIN-IB Press.
 
* [http://pahlawancenter.com/h-ilyas-jacoub/ "H. Ilyas Jacoub"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140714144047/http://pahlawancenter.com/h-ilyas-jacoub/ |date=2014-07-14 }} ''Pahlawancenter.com''. Diakses 10-6-2014.
== Pranala Luar ==
* [http://wawasanislam.wordpress.com/2008/05/29/ilyas-ya%E2%80%99kub-1903-1958-ulama-dan-pahlawan-nasional-indonesia/ "Ulama dan Pahlawan Nasional Indonesia"] ''Wawasanislam.wordpress.com''
 
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1903|1958|Ya'kub, Ilyas}}
 
[[Kategori:Tokoh Sumatera BaratIndonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
|birth_place[[Kategori:Tokoh dari = [[Pesisir Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
 
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[ms:Ilyas Yakoub]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]