Waduk Gajah Mungkur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Triunt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k ~
 
(51 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Untuk|kecamatan di kota Semarang|Gajahmungkur, Semarang}}
{{Infobox dam
[[Waduk Gajah Mungkur]] adalah sebuah [[waduk]] yang terletak 3 [[km]] di selatan Kota [[kabupaten]] [[Wonogiri]], [[Provinsi]] [[Jawa Tengah]]. Perairan danau buatan ini dibuat dengan [[bendungan|membendung]] [[sungai]] terpanjang di [[pulau Jawa]] yaitu sungai [[Bengawan Solo]]. Mulai dibangun di akhir tahun [[1970-an]] dan mulai beroperasi pada tahun [[1978]]. Waduk dengan wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan ini bisa mengairi [[sawah]] seluas 23600 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri juga menghasilkan [[listrik]] dari [[PLTA]] sebesar 12,4 MegaWatt. Untuk membangun waduk ini pemerintah memindahkan penduduk yang tergusur perairan waduk dengan [[transmigrasi bedol desa]] ke [[Sitiung, Dharmasraya|Sitiung]], wilayah [[Provinsi]] [[Sumatera Barat]].
[[Berkas:Gajah| Mungkur dam.jpg|thumb|300px|Bendunganname Serbaguna= Waduk Gajah Mungkur]]
[[jv:Wadhuk| image = Gajah Mungkur]] dam.jpg
Waduk Gajah Mungkur juga merupakan tempat [[rekreasi]] yang sangat indah. Di sini tersedia [[kapal boat]] untuk mengelilingi perairan, juga sebagai tempat memancing. Selain itu dapat pula menikmati olah raga layang gantung (Gantole). Terdapat juga taman rekreasi "Sendang" yang terletak 6 km arah selatan Kota Wonogiri. Pada musim kemarau, debit air waduk akan kecil dan sebagian dari dasar waduk kelihatan. Dasar waduk yang di pinggiran dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanami tanaman semusim, seperti jagung.
| caption =
| official_name = Waduk Wonogiri
| crosses = [[Bengawan Solo]]
| locale = [[Wuryorejo, Wonogiri, Wonogiri|Wuryorejo, Wonogiri]], [[Wonogiri]], [[Jawa Tengah]]
| type = Urugan
| crest_elevation = 142 mdpl
| length = 830 m
| height = 30 m
| volume = 1.220.000 m<sup>3</sup>
| spillways = 1
| spillway_type = Ogee
| spillway_capacity =1.350 m<sup>3</sup>
| reservoir_catchment = 1.350 km<sup>2</sup>
| reservoir_surface = 7.360 hektar<ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/ | doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 }}</ref>
| reservoir_capacity = 560.000.000 m<sup>3</sup>
| active_capacity = 440.000.000 m<sup>3</sup>
| inactive_capacity = 120.000.000 m<sup>3</sup>
| began = 1976
| open = 17 November 1981
| purpose = Serbaguna
| status = Beroperasi
| closed =
| cost = [[Dolar Amerika Serikat|US$]] 111.056.000
| designed_by = [[Nippon Koei]]
| builder = [[Proyek Bengawan Solo]]
| owner = [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| plant_name = PLTA Wonogiri
| plant_operator = [[PLN Indonesia Power]]
| plant_type = Konvensional
| turbines = 2
| installed_capacity = 12,4 MW
| annual_generation = 32.600 MWh
| website =
|image_size=300
| extra = <mapframe latitude="-7.900791" longitude="110.917282" zoom="11" width="300" height="300" align="center" text="Waduk Gajah Mungkur">{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"type": "Feature",
"properties": {"marker-symbol":"dam", "marker-color":"0050d0"},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 110.894966, -7.900791 ]
}
}
]
}</mapframe>
|crest_width=10 m<ref name="balitbang">{{cite book | author =
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum | title = Bendungan Besar Di Indonesia | publisher = Departemen Pekerjaan Umum | date = 1995 | location = Jakarta | pages = 142 | language = id | url =https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/Bendungan%20Besar%20di%20Indonesia.pdf}}</ref>}}
'''Waduk Gajah Mungkur''' ({{lang-jv|ꦮꦝꦸꦏ꧀ꦒꦗꦃꦩꦸꦁꦏꦸꦂ|Wadhuk Gajah Mungkur}}) adalah sebuah [[waduk]] yang terletak 6 [[kilometer]] di selatan pusat perkotaan [[Kabupaten]] [[Wonogiri]], [[Provinsi]] [[Jawa Tengah]]. Waduk ini dibuat dengan cara [[bendungan|membendung]] [[sungai]] terpanjang di [[Pulau Jawa]], yakni [[Bengawan Solo]]. Waduk ini adalah waduk terakhir di Indonesia yang dibangun sendiri oleh [[Kementerian Pekerjaan Umum]] tanpa melibatkan kontraktor.<ref name="sinaro"/>
 
Waduk ini dinamakan Gajah Mungkur, karena terletak tidak jauh dari [[Pegunungan Gajah Mungkur]] di sisi barat [[waduk]]. Luas [[daerah tangkapan air]] (DTA) dari [[waduk]] ini mencapai 1.350&nbsp;km<sup>2</sup>, dengan airnya dipasok oleh [[Bengawan Solo]] dan sejumlah anak sungainya, seperti [[Sungai Keduang]], [[Sungai Tirtomoyo]], [[Sungai Parangjoho]], [[Sungai Temon]], dan [[Sungai Posong]]. Luas genangan maksimum dari waduk ini mencapai 9.100 hektar<ref name="sinaro"/> yang mencakup tujuh [[kecamatan]], yakni [[Wonogiri, Wonogiri|Kecamatan Wonogiri]], [[Ngadirojo, Wonogiri|Ngadirojo]], [[Nguntoronadi, Wonogiri|Nguntoronadi]], [[Baturetno, Wonogiri|Baturetno]], [[Giriwoyo, Wonogiri|Giriwoyo]], [[Eromoko, Wonogiri|Eromoko]], dan [[Wuryantoro, Wonogiri|Wuryantoro]]. [[Bendungan]] dari waduk ini dibangun di [[Pokoh Kidul, Wonogiri, Wonogiri|Desa Pokohkidul]], [[Wonogiri, Wonogiri|Kecamatan Wonogiri]].
Waduk ini direncanakan bisa berumur sampai 100 tahun. Namun, sedimentasi yang terjadi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak akan lama. Perum Jasa Tirta Bengawan Solo kewalahan untuk melakukan perawatan terhadap Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri yang menjadi tugasnya. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) yang parah menyebabkan sedimentasi waduk sangat tinggi.<ref>[http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/08/23/brk,20070823-106149,id.html "Jasa Tirta Kewalahan Atasi Sedimentasi Waduk Gajah Mungkur"], tempo.co.id, diakses oktober 2011</ref>.
 
== Sejarah ==
Ide pembangunan waduk ini sebenarnya telah dikemukakan pada tahun 1941 oleh Ir. R.M. [[Sarsito Mangunkusumo]] yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum Mangkunegaran di [[Surakarta]], tetapi pembangunan waduk ini belum dapat dilaksanakan, karena kondisi dan situasi saat itu yang belum memadai.<ref name="angoedi">{{cite book|last=Angoedi|first=Abdullah|date=1984|url=https://pu.go.id/pustaka/biblio/sejarah-irigasi-di-indonesia-1/K74B3|title=Sejarah Irigasi di Indonesia|location=Bandung|publisher=Komite Nasional Indonesia untuk ICID|isbn=|edition=|series=|volume=|pages=|language=|doi=|jfm=|mr=|zbl=|id=|author-link=}}</ref>
 
Hingga pertengahan dekade 1970-an, [[Bengawan Solo]] pun selalu meluap di musim hujan, sehingga menyebabkan banjir seluas sekitar 93.600 hektar. Tetapi, di musim kemarau, debit air Bengawan Solo tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air dari masyarakat sekitar. Pada tahun 1975, [[JICA]] pun mulai mengadakan [[studi kelayakan]] mengenai pembangunan waduk ini, dan JICA kemudian menunjuk [[Nippon Koei]] untuk merancang waduk ini. Waduk ini lalu dibangun sendiri oleh [[Kementerian Pekerjaan Umum]] mulai tahun 1976 melalui [[Proyek Bengawan Solo]] (PBS). Selain pembangunan waduk, juga dilakukan pembangunan [[saluran listrik udara]] dari Wonogiri hingga Wuryantoro, serta pemindahan kabel telepon sepanjang 44 kilometer dan jalan raya sepanjang 43,4 kilometer dari Wonogiri hingga [[Talunombo, Baturetno, Wonogiri|Talunombo]].<ref name="sinaro" />
 
Untuk memungkinkan pembangunan waduk ini, sekitar 41.369 orang warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri pun harus dipindah. Sebagian besar kemudian mengikuti program [[transmigrasi]] ke Sumatera. Selain itu, untuk memungkinkan pemindahan jalan raya, tanah seluas 10.156 hektar juga harus dibebaskan. Ganti rugi atas tanah-tanah tersebut pun diberikan secara bertahap untuk menghindari terjadinya fenomena "kaya mendadak". Bendungan dari waduk ini kemudian dibangun di dekat pertemuan antara Bengawan Solo dengan [[Sungai Keduang]]. Waduk ini lalu mulai diisi pada bulan Juli 1981, dan diresmikan oleh [[Presiden]] [[Soeharto]] pada tanggal 17 November 1981. Pembangunan waduk ini menghabiskan biaya sebesar US$ 111,056 juta atau sekitar Rp 69,5 milyar saat itu.<ref name="sinaro" />
 
Pada tahun 1987, terjadi musim kemarau panjang, sehingga pola operasi PLTA dari waduk ini harus disesuaikan atas izin dari Gubernur Jawa Tengah, agar kebutuhan air irigasi tetap dapat terpenuhi. Musim kemarau panjang juga kembali terjadi sepuluh tahun kemudian.<ref name="sinaro"/>
 
== Sedimentasi ==
Waduk ini direncanakan berumur 100 tahun. Namun, terjadinya [[sedimentasi]] menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak akan selama itu. [[Jasa Tirta I]] sebagai pengelola waduk ini pun berupaya semaksimal mungkin untuk merawat waduk ini, antara lain dengan melakukan pengerukan sedimen dan sampah, terutama yang menumpuk di depan lubang pengambilan air (''intake'') dari PLTA.<ref name="sinaro"/>
 
Sedimentasi yang terjadi di waduk ini salah satunya disebabkan oleh parahnya kerusakan DAS Bengawan Solo.<ref>[http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/08/23/brk,20070823-106149,id.html "Jasa Tirta Kewalahan Atasi Sedimentasi Waduk Gajah Mungkur"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160306194832/http://tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/08/23/brk,20070823-106149,id.html |date=2016-03-06 }}, tempo.co.id, diakses oktober 2011</ref> Pernah dilakukan penghijauan di sekeliling waduk ini dengan menggunakan pinjaman dari [[Bank Dunia]], tetapi sedimentasi tetap terjadi, karena adanya perubahan fungsi lahan di bagian hulu Bengawan Solo.<ref name="sinaro"/>
 
Pada tahun 2003, untuk mencegah terjadinya penyumbatan terhadap lubang ''intake'' dari waduk ini, dengan menggunakan hibah dari pemerintah Jepang, antara lain dilakukan pembersihan terhadap sampah dan sedimen yang menumpuk di depan lubang ''intake'', serta perbaikan terhadap pintu dan katup pengambilan air.<ref name="sinaro"/>
 
Sedimentasi juga disebabkan oleh perubahan kegiatan masyarakat di sekitar waduk ini. Awalnya masyarakat hanya menanam sayur, tetapi kemudian mulai menanam tanaman sawah. Awalnya masyarakat hanya mencari kayu, tetapi kemudian mulai menebang kayu.<ref name="sinaro"/>
 
== Pemanfaatan ==
Dengan dibangunnya waduk ini, debit banjir maksimal Bengawan Solo dapat dikurangi dari 4.000 meter kubik per detik menjadi hanya 400 meter kubik per detik, sehingga wilayah seluas 11.000 hektar dapat terbebas dari banjir. Waduk ini juga direncanakan dapat mengairi lahan pertanian seluas sekitar 23.600 hektar di [[Sukoharjo]], [[Klaten]], [[Karanganyar]], dan [[Sragen]]. Air yang tertampung di waduk ini pun dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 12,4 MW yang dikelola oleh [[PLN Indonesia Power]].<ref name="sinaro"/>
[[File:Waduk Gajah Mungkur dari Bukit Gantole 2.jpg|thumb|Waduk Gajah Mungkur dari Bukit Gantole]]
 
Waduk Gajah Mungkur juga merupakandimanfaatkan tempatsebagai [[rekreasi]]obyek yang sangat indahwisata. Di siniwaduk ini, tersedia [[kapal boat]]yang dapat digunakan untuk mengelilingi perairan,waduk jugadan sebagai tempatuntuk memancing. Selain itu, dapattersedia pula menikmatijuga olahwahana ragaolahraga layang gantung (Gantolegantole). Terdapat juga taman rekreasi "Sendang" yang terletak 6&nbsp;kilometer km arahdi selatan Kota [[Wonogiri]]. Pada musim kemarau, debitvolume air waduk akanini kecilmengecil, dansehingga sebagian dari dasar waduk kelihatandapat dilihat. Dasar waduk yang didapat dilihat tersebut pinggiranpun dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanamimenanam tanaman semusim, seperti [[jagung]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:{{Bendungan dan waduk di Indonesia|Gajah Mungkur]]state=autocollapse}}
 
{{Topik Wonogiri}}
{{Bangunan-stub}}
 
[[Kategori:BangunanBendungan dan strukturwaduk di Jawa Tengah|Gajah Mungkur]]
[[Kategori:Bendungan dan waduk di Indonesia|Gajah Mungkur]]
[[Kategori:Kabupaten Wonogiri]]
[[Kategori:DAS Solo]]
 
[[jv:Wadhuk Gajah Mungkur]]