Tuanku Rao: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(49 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Tuanku]] '''Tuanku Rao''' (lahir, 1790 - wafat, 1833) adalah [[panglima perang]] dan tokoh [[Paderi]] terkemuka. DiaIa merupakan salah seorang tokoh penyebar Islam di Tanah [[Suku Batak|Batak]].
 
== AsalKehidupan usulpribadi ==
Tuanku Rao lahir dari pasangan [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang berasal dari [[Rao, Pasaman]], [[Sumatera Barat]]. Ayahnya berasal dari Koto Gadang, Tarung-Tarung, Rao, sedangsedangkan ibunya dari Padang MatinggiMantinggi, Rao.<ref>Marjohan, Mempertimbangkan Kepahlawanan Tuanku Rao, Padang Today, 2-4-2009</ref>
 
Pada masa remaja, Tuanku Rao mendalami ilmu agama Islam di surau [[Tuanku Nan Tuo]], [[Koto Tuo, IV Koto, Agam|Koto Tuo]], [[Kabupaten Agam|Agam]], dan kemudian melanjutkannya di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]]. Setelah menyelesaikan ilmu ''fiqihu al-Islam'' dengan predikat ''thayyib jiddan'' (sangat memuaskan), diaia dianugerahi gelar "Fakih Muhammad".
 
Fakih Muhammad kemudian menikah dengan seorang wanita anakbangsawan, putri Yang Dipertuan Rao. Karena mertuanya bukan seorang penganut [[Wahabi]], dan tidak bersemangat untuk menentang penjajahan [[Hindia-Belanda]], maka pimpinankepemimpinan pemerintahan Rao diambil alih oleh menantunya, yang kemudian bergelar Tuanku Rao.<ref name="ReferenceA">Mohammad Said, Sisingamangaradja XII</ref>
 
Fakih Muhammad kemudian menikah dengan seorang wanita anak Yang Dipertuan Rao. Karena mertuanya bukan seorang penganut Wahabi, dan tidak bersemangat untuk menentang penjajahan [[Hindia-Belanda]], maka pimpinan pemerintahan Rao diambil alih oleh menantunya, yang kemudian bergelar Tuanku Rao.<ref>Mohammad Said, Sisingamangaradja XII</ref>
== Gerakan Paderi ==
Pada tahun 1816, Tuanku Nan Barampek mengiringi Fakih Muhammad pulang ke Raokampung halamannya untuk menyebarkanmempertegas hukum Islam. Di Rao, Yang Dipertuan Daulat Padang Nunang, yang punya pertalian darah dengan [[Kerajaan Pagaruyung]], tak ragu-ragu menyosialisasikan hukum Islam tersebut kepada anak kemenakandan kemenakannya.
 
Kemudian bersama kemenakannya, Bagindo Suman dan Kali Alam, diaia menyebarkan ajaran Paderi ke Langung, Muaro Sitabu, Muaro Bangku, Koto Rajo, Silayang, hingga sampai ke [[Rokan Hulu]], [[Riau]]. Di wilayah Rokan diaHulu, ia bertemu dengan teman seperguruannya, [[Tuanku Tambusai]]. Bersama Tuanku Tambusai, diaia mengislamkan masyarakat [[Padang Sidempuan]], [[Kotanopan, Mandailing Natal|Kotanopan]], [[Padang Lawas]], [[NegeriLembah Bakkara|Bakkara]], dan sejumlah perkampungan di bibirtepi [[Danau Toba]].
 
Tuanku Rao merupakan salah satu panglima [[Perang Padri]] yang tangguh, dengan gigih melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] di wilayah Pasaman, Kotanopan, Padang Lawas, hingga Padang Sidempuan. Setelah pasukan Belanda menaklukan [[Matur, Agam|Matur]] dan Lubuk Sikaping, pada bulan Oktober 1832 Rao berhasil ditaklukan. Letnan [[Henricus Johannes IJsbrand Engelbert van Bevervoorden|Bevervoorden]], seorang komandan pasukan Belanda, menemui Tuanku Rao dan membujuknya agar menyerah. Dalam pertemuan itu, Tuanku Rao berdalih akan pergi haji dan menyerahkan kembali pimpinan pemerintahan Rao kepada mertuanya, Yang Dipertuan Rao.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pustaka, 1964</ref>
== Menentang Belanda ==
 
Pada bulan Oktober 1832, Tuanku Rao bertemu dengan Letnan Vevervoorden dan membujuknya supaya menyerah. Sesudah pertemuan itu, Tuanku Rao menyerahkan kembali pimpinan pemerintahan Rao kepada mertuanya Yang Dipertuan Rao. Meskipun Rao telah dikuasai musuh, namun Tuanku Rao terus berjuang dengan melakukan penyerangan terhadap pertahanan Belanda di Air Bangis.
Setelah pertemuan itu, Tuanku Rao menarik diri dan bersembunyi di dalam hutan. Namun semangat yang dibawakan Tuanku Tambusai yang baru saja pulang dari [[Mekkah]], menyemangatinya untuk terus berjuang melawan Belanda. Untuk memuluskan penyebaran paham Paderi ke tanah Batak, Tuanku Rao melakukan penyerangan terhadap pertahanan Belanda di Air Bangis. Pada tanggal 29 Januari 1833, Tuanku Rao dihadang oleh pasukan Belanda. Perlawanannya dapat dipatahkan, ia menderita luka berat akibat dihujani peluru. Kemudian ia dinaikkan ke atas kapal untuk diasingkan. Belum lama berada di atas kapal, Tuanku Rao menemui ajalnya. Diduga jenazahnya dibuang ke laut oleh pasukan Belanda.<ref name="ReferenceA"/>
Pada tanggal 29 Januari 1833, Tuanku Rao dihadang pasukan Belanda di Air Bangis. Perlawanannya dapat dipatahkan, dan dia menderita luka berat akibat dihujani pelor. Kemudian dia dinaikkan ke atas kapal untuk diasingkan. Belum lama berada di atas kapal, Tuanku Rao menemui ajalnya dalam keadaan syahid. Diduga jenazahnya dibuang oleh tentara Belanda ke laut.<ref>Mohammad Said, Sisingamangaradja XII</ref>
 
== Kontroversi ==
Dalam buku ''Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao: terrorTerror agamaAgama Islam mazhabMazhab Hambali di tanahTanah Batak, 1816-1833'', Mangaradja Onggang Parlindungan menulis riwayat hidup Tuanku Rao dan sejarah Perang Paderi.<ref>Mangaradja Onggang Parlindungan, Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao: terror agama Islam mazhab Hambali di tanah Batak, 1816-1833, Tandjung Pengharapan, 1964</ref> Namun di dalam buku itu, banyak terdapat kejanggalan serta fakta-fakta yang tidaktak dapat diterima oleh banyak sejarawan. DiantaraDi antara pernyataan Parlindungan yang cukupdinilai kontroversialsesat adalah asal- usul Tuanku Rao yang disebutnya berasal dari etnis Batak bermarga Sinambela, sertadan kematiannyamerupakan seorang kemenakan Sisingamangaraja X. Ketidakakuratan lainnya adalah mengenai tahun kematian Tuanku Rao yang disebutkannya pada tahun 1921.
 
Namun buku tersebut telah dibantah oleh banyak ahli sejarah dan agama Islam. Antara lain oleh [[Hamka]], melalui bukunya ''Tuanku Rao : Antara Khayal dan Fakta''. Dalam buku ini Hamka membeberkan kebohongan yang diungkapkan Parlindungan, sekaligusberusaha meluruskan fakta mengenai Tuanku Rao dan Perang Paderi. <ref>Hamka, Tuanku Rao : Antara Khayal dan Fakta, Bulan Bintang, 1974</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{indo-bio-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Rao, Tuanku}}
[[Kategori:Kelahiran 1790]]
 
[[Kategori:TokohKematian Minangkabau1833]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]