Wikipedia:Artikel Pilihan/28 2011: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Kebiasaan tidak makan pagi dapat menyebabkan perubahan perilaku dan pola makan yang meningkatkan resiko obesitas
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tepigambar|COLLECTIE TROPENMUSEUM Poserende Minangkabause mannen TMnr 10005045.jpg|140|left|Sekelompok orang Minang pada tahun 1929}}
Makan pagi mempunyai peran penting dalam menyuplai pemasukan energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dan otak. Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30% total energi tubuh harus di penuhi saat makan pagi. Namun sering kali akibat kesibukan atau buru-buru karena sempitnya waktu, makan pagi terpaksa diabaikan (Kant, 2006). Orang yang memiliki kebiasaan tidak makan pagi, akan menyebabkan tidak terpenuhinya intake diet penting dari menu diet yang direkomendasikan pada saat makan pagi (Amy et al., 2001). Namun penelitian lain menjelaskan bahwa, kebiasaan tidak makan pagi akan menyebabkan pola makan yang tidak teratur seperti makan dalam jumlah banyak sekaligus atau frekuensi mengemil yang lebih sering, sehingga berisiko untuk obesitas (Purnamawati, 2009).
'''[[Orang Minang|Minang]]''' atau '''[[Orang Minang|Minangkabau]]''' adalah [[kelompok etnik]] [[Nusantara]] yang ber[[bahasa Minang|bahasa]] dan menjunjung [[adat Minangkabau]]. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi [[Sumatera Barat]], separuh daratan [[Riau]], bagian utara [[Bengkulu]], bagian barat [[Jambi]], bagian selatan [[Sumatera Utara]], barat daya [[Aceh]], dan juga [[Negeri Sembilan]] di [[Malaysia]]. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai '''orang Padang''', merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat yaitu kota [[Padang]]. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan '''urang awak'''.
Kebiasaan makan pagi bermanfaat dalam pemenuhan nutrisi, BMI, aktifitas fisik, dan keseluruhan kualitas hidup pada anak-anak dan remaja (Marangoni et al., 2009). Meninggalkan kebiasaan makan pagi dapat mengakibatkan lambung kosong selama 10 hingga 12 jam, ketidakseimbangan sistem saraf pusat yang diikuti pusing, badan gemetar, cepat lelah, lesu, mudah tersinggung, mudah cemas dan kurang dapat berkonsentrasi (Marangoni et al., 2009). Menurut (Keski-Rahkonen et al., 2003) kebiasaan tidak makan pagi berhubungan dengan perilaku kesehatan yang berbahaya seperti merokok, snacking, mengkonsumsi alkohol dan sedentary lifestyle pada anak-anak dan remaja . Penelitian lain menyebutkan bahwa kebiasaan makan pagi dapat mencegah obesitas dibandingkan dengan yang mengabaikan makan pagi (Ambar et al., 2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada anak-anak Taman Kanak-kanak di kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta menyebutkan, bahwa terdapat sekitar 28,1% prevalensi obesitas, dimana 24% diantaranya memiliki kebiasaan mengabaikan makan pagi (Mexitalia et al., 2009). Kebiasaan tidak makan pagi akan mengakibatkan perubahan pada ritme, pola, dan siklus waktu makan (Castro, 2003). Orang cenderung lebih banyak makan pada siang dan malam hari apabila mereka tidak makan pagi yang dapat meningkatkan simpanan glikogen dalam tubuh. Sedangkan aktifitas fisik yang kurang pada malam hari menyebabkan glikogen dikonversi menjadi simpanan lemak dihati. Sehingga orang memiliki kebiasaan tidak makan pagi akan berisiko menjadi obesitas (Yunseng Ma et al., 2003).
Mahasiswa sering memiliki kecendrungan untuk mengabaikan makan pagi dengan berbagai alasan seperti meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka (Sayogo, 2006). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “ Hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi dengan obesitas”, dengan sampel penelitian mahasiswa bertempat tinggal di asrama karena mahasiswa yang termasuk dalam kelompok usia dewasa muda (18-25 tahun) yang sering terlupakan dalam masalah kesehatan dan pendidikan gizi, sampel lebih homogen, dan sampel dianggap seharusnya memiliki manset konsep gizi yang baik (Harris et al., 2006).
Sumber: Yunsheng, Ma., Elizabeth, R., Bertone, Edward, J., Stanek, III., George W. R., James, R.H., Nancy L., Cohen, P.A., Merriam and Ira, S.O., 2003, Association Between Eating Patterns and Obesity in a Free-living U.S. Adult Population, Am. J. Epidemiol, 158: 85-92; doi:10.1093/aje/kwg117.
Harris, K.M., Gordon-Larsen, P., Chantala, K. & Udry J.R., 2006, Longitudinal trends in race/ethnic disparities in leading health indicators from adolescence to young adulthood. Arch Pediatr Adolesc Med 160(1): 74-81.
Amber A.W.A., van der Heijden., Frank, B. Hu., Eric B. Rimm, and Rob M. van Dam, 2007, A Prospective Study of Breakfast Consumption and Weight Gain among U.S. Men, NAASO, 2007; 15(10): 2463- 2469.
 
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-[[demokrasi]] sejak masa pra-[[Hindu]] dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. '''([[Orang Minang|Selengkapnya...]])'''
Castro, J.M., 2003, The Time of Day of Food Intake Influences Overall Intake in Humans, American Society for Nutritional Sciences, 0022-3166/04, 104-111
 
Purnamawati, I., 2009, Prevalensi obesitas pada Anak Taman Kanak-kanak di Kelurahan Cikini Kecamatan Menteng DKI Jakarta, dan Hubungannya dengan yang melewatkan sarapan pagi, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
{{TFAfooter|Pembantaian di Indonesia 1965–1966|Jimmie Johnson|Anak-anak hijau dari Woolpit}}
<gallery>
 
<cowogemini>