Aksi Polisionil: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Unreferenced and rephrased |
|||
(35 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Tanpa referensi|date=Juli 2023}}{{Sejarah Indonesia}}
'''Aksi Polisionil''' ({{lang-nl|Politionele acties}}) atau juga dikenal dengan sebutan '''Agresi Militer Belanda''', adalah [[operasi militer]] yang dilancarkan oleh militer [[Belanda]] di [[Jawa]] dan [[
== Latar belakang ==
(Sesudah pejabat-pejabat wibawa Belanda berangsur-angsur kembali ketegangan antara orang pribumi dan nonpribumi bertambah. Penduduk keturunan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] juga menjadi korban. Perdana Menteri [[Sjahrir]] mengakhiri kurun waktu
Akhirnya ada gencatan senjata dan rundingan untuk akur politik, disebut [[Perjanjian Linggajati]].
==
{{utama|Agresi Militer Belanda I}}
Aksi pertama terjadi
Operasi
[[Perserikatan
==
:''artikel utama: [[Agresi Militer Belanda II]]''
Aksi polisionil kedua akhir 1948 dilaksanakan memaksa Republik bekerja sama dengan pengurus Belanda untuk
Sewaktu aksi polisionil ini
Sewaktu dua aksi polisi, 100.000 tentara dikerahkan setiap kali, termasuk [[KNIL]] (Bala Tentara Hindia
== Peristiwa-Peristiwa ==
=== Zuid-Celebes-Affaire (Peristiwa Sulawesi) ===
{{utama|Pembantaian Westerling}}
Peristiwa [[Westerling]] yang terjadi sebelum aksi polisionil pertama. Di Sulawesi perlawanan terhadap Belanda keras sekali. Kapten
Sewaktu kejadian ini terkenal, hak kewenangan khusus pasukan itu diambil. Pada April 1947 [[komisi Enthoven]] menyelidiki hal ini. Laporan ini dikirim parlemen Belanda akhir 1948, bersifat pribadi. Awal 1949 surat-surat dari tentara-tentara Belanda dibacakan di parlemen, yang juga dicatat koran-koran Belanda. Penulisnya, sekalipun demikian sering tidak melawan kehadiran militer di Indonesia, tetap melaporkan kejahatan-kejahatan perang. Pemerintah mempertimbangkan mengutus [[Pangeran Bernhard]] (suami [[Ratu Juliana]]), Pemeriksa Angkatan Darat, ke Indonesia, akan tetapi ini dianggap tidak baik untuk proses perdamaian.
Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan lagi di Belanda, sewaktu ahli jiwa dr. J.E. Hueting, bekas veteran Hindia, pada [[1969]] menceritakan tindakan Belanda melalui TV. Penyelidikan berikut, dikepalai [[Cees Fasseur]], menghasilkan ''Excessennota'' nota yang melaporkan 3144 korban
Jumlah ini diragukan. Indonesia melaporkan 40.000 korban. Masih saja ada jalan-jalan di Sulawesi disebut "Jalan 40.000". Memang, 42 tentara Belanda dihukum karena ini, akan tetapi tidak pernah perwira-perwira.
Nanti, DST dikerahkan upaya mendirikan RMS ([[Republik Maluku Selatan]]).
=== Bondowoso Dan Pakisadji ===
[[Peristiwa Bondowoso]],
Kira-kira pada waktu yang sama, tentara Belanda membakar kampung [[Pakisaji, Malang|Pakisadji]] karena
Pers melaporkan hal ini yang menimbulkan kemarahan masyarakat Belanda karena tentara-tentara yang berkelakuan baik dihukum lebih keras.
==
Sepertiga tentara Belanda wajib militer menolak berjuang menaklukkan Indonesia. Separohnya yang menolak dipaksa ke Indonesia. Bagian lain dihukum atau melarikan diri. Jumlah tentara yang membelot ke pihak
Segera sesudah
▲Sepertiga tentara Belanda wajib militer menolak berjuang Indonesia. Separohnya yang menolak dipaksa ke Indonesia. Bagian lain dihukum atau melarikan diri. Jumlah tentara yang membelot ke pihak perjuang-perjuang kemerdekaan 23. Mereka dibunuh atau dihukum keras sekali oleh Belanda. Satu-satunya yang baru sempat lolos [[Poncke Princen]], akan tetapi istrinya (pribumi) dibunuh oleh tentara Belanda sewaktu aksi itu. Poncke Princen meniggal dunia tahun 2002 sebagai WNI.
Akhirnya lebih dari 400.000 orang Indo-Eropa (
▲Segera sesudah pernatyaan kemederkaan Indonesia semboyah pemerintah Belanda “Indië verloren, rampspoed geboren” artinya kehilangan Hindia kelahiran malapetaka. Kebalikan benar, sesudah perakuan kemerdekaan Indonesia pemerintah dan pengusaha-pengusaha Belanda mengarah industri Eropa. Akibat, minoritas yang kaya karena Hindia kurang kaya, mayoritas rakyat Belanda berangsur-angsur mengalami kemakmuran sejak waktu itu. Sebelumnya keadaan sebagian besar rakyat Belanda buruk sampai buruk sekali, sudah sebelum perang dunia kedua.
Sebagian besar penduduk Belanda mengakui kesalahan Belanda{{fact}}, terutama yang lahir sesudah kemerdekaan Indonesia. Untunglah pemerintah Belanda secara resmi menyesali kejadian-kejadian sewaktu aksi-aksi polisionil dan akhirnya (2005) mengakui 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia, akan tetapi belum minta maaf (2006). Alasan, pemerintah Belanda dengan memperhatikan hati sanubari veteran Belanda dan masyarakat Maluku di Belanda.▼
▲Akhirnya lebih dari 400.000 orang Indo-Eropa (orang yang bapaknya Eropa, ibunya Indonesia dan keturunannya) dan 10.000 orang Maluku tunawarga (bekas tentara [[KNIL]] dan keluarganya) pindah atau diungsi ke Belanda.
Hingga kini pemerintah Belanda dan pemerintah Indonesia masih mencari jalan keluar atas aksi polisionil atau dikenal sebagai agresi militer ini
▲Sebagian besar penduduk Belanda mengakui kesalahan Belanda, terutama yang lahir sesudah kemerdekaan Indonesia. Untunglah pemerintah Belanda secara resmi menyesali kejadian-kejadian sewaktu aksi-aksi polisionil dan akhirnya (2005) mengakui 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia, akan tetapi belum minta maaf (2006). Alasan, pemerintah Belanda dengan memperhatikan hati sanubari veteran Belanda dan masyarakat Maluku di Belanda.
== Lihat pula ==
* [[Invasi]]
* [[Okupasi militer]]
{{Commonscat|Politionele acties}}
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
|