Gaok (seni): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SU21Fany (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Perbaikan tata bahasa
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Gaok''' adalah sebuah kesenian tradisional dari [[Kabupaten Majalengka]], tepatnya di Desa Kulur dan Burujul yang memiliki unsur [[budaya]] [[Islam]].<ref>https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230406070051/https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf |date=2023-04-06 }}. Hal.137</ref> Gaok diambil dari kata ''ngagorowok'', artinya ''berteriak''. Dalam gaok, para pemain secara bergantian melantunkan pupuh (lagu yang terikat oleh banyaknya suku kata di satu bait, jumlah larik, dan permainan lagu. Pupuh yang dilantunkan seperti [[Kinanti]], Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula. Maka dari itu, gaok merupakan kesenian tembang khas Majalengka yang menyampaikan [[wawacan]] secara lisan dalam sebuah pagelaran ritual.<ref>{{Cite book|last=Ruhaliah|first=|date=2018-10-25|url=https://books.google.co.id/books?id=lZd0DwAAQBAJ&pg=PA19&dq=gaok+majalengka&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi86N2OwvDrAhVM8HMBHfwrCxoQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=gaok%20majalengka&f=false|title=Wawacan: Sebuah Genre Sastra Sunda|location=|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-496-6|pages=11|language=id|url-status=live|access-date=2020-09-17|archive-date=2023-07-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20230728191811/https://books.google.co.id/books?id=lZd0DwAAQBAJ&pg=PA19&dq=gaok+majalengka&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi86N2OwvDrAhVM8HMBHfwrCxoQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=gaok%20majalengka&f=false|dead-url=no}}</ref>
Kesenian [[Gaok]] apabila diamati dalam cara penampilannya merupakan [[seni tradisional]] yang telah mengalami singkritisme antara nilai-nilai [[budaya]] etnis [[sunda]] buhun dan budaya bernuansa islam yang dibawa dari [[cirebon]]. <ref name="Kesenian Majalengka"> [http://majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78&Itemid=59 Kesenian Majalengka]</ref> Misalnya dapat diamati ketika dalam pertunjukan, ternyata selalu diawali dengan [[bahasa sunda]], tetapi gayanya terkadang seperti orang yang sedang mengumandangkan [[adzan]], kemudian busana yang dikenakan para pemainnya adalah busana khas [[sunda]]. <ref name="Kesenian Majalengka"> </ref>
 
Kesenian [[Gaok]]gaok apabila diamati dalam cara penampilannya merupakan [[seni tradisional]] yang telah mengalami singkritismesinkretisme antara nilai-nilai [[budaya]] etnis [[sundaSunda]] buhunBuhun dan budaya bernuansa islamIslam yang dibawa dari [[cirebonCirebon]]. <ref name="Kesenian Majalengka">{{Cite web [|url=http://majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78&Itemid=59 |title=Kesenian Majalengka] |access-date=2011-11-07 |archive-date=2016-03-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160313152215/http://majalengkakab.go.id/index.php?id=78&itemid=59&option=com_content&view=article |dead-url=no }}</ref> Misalnya dapat diamati ketika dalam pertunjukan, ternyata selalu diawali dengan [[bahasa sunda|bahasa Sunda]], tetapi gayanya terkadang seperti orang yang sedang mengumandangkan [[adzan]], kemudian busana yang dikenakan para pemainnya adalah busana khas [[sundaSunda]]. <ref name="Kesenian Majalengka"> </ref>
Seni ini mulai ada dan berkembang di [[majalengka]] di perkirakan sejak setalah masuknya Agama [[Islam]] di wilayah Kabupaten [[Majalengka]] yaitu sekitar abad ke 15 ketika [[pangeran Mehammad]] berusaha menyebarkan ajaran [[islam]], yang dilaksanakan sebagai upaya yang dipandang strategis dalam [[dakwah]] islam. <ref name="Kesenian Majalengka"> </ref> Hingga sekarang seni tradisonal [[Gaok]] masih ada yaitu yang dikembangkan di desa [[Kulur]] Kecamatan [[Majalengka]] oleh seorang seniman bernama [[Sabda Wangsaharja]] sejak sekitar tahun [[1920]]. <ref name="Kesenian Majalengka"> </ref>
 
Seni ini mulai ada dan berkembang di [[majalengkaMajalengka]] di perkirakandiperkirakan sejak setalah masuknya Agamaagama [[Islam]] di wilayah Kabupaten [[Majalengka]] yaitu sekitar abad ke -15 ketika [[pangeranPangeran Mehammad]] berusaha menyebarkan ajaran [[islam]], yang dilaksanakan sebagai upaya yang dipandang strategis dalam [[dakwah]] islamIslam. <ref name="Kesenian Majalengka"> </ref> Hingga sekarang seni tradisonal [[Gaok]]gaok masih ada yaitu yang, dikembangkan di desaDesa [[Kulur]], Kecamatan [[Majalengka]] oleh seorang seniman bernama [[Sabda Wangsaharja]] sejak sekitar tahun [[1920]]. <ref name="Kesenian Majalengka"/> </ref>
{{Stub}}
 
==Rujukan Pertunjukan ==
Kelengkapan dari pertunjukan adalah naskah [[wawacan]], sesaji, dan [[Alat musik|waditra]] pengiring. Wawacan yang sering dilantunkan adalah naskah yang selamat dari pembakaran waktu jaman penjajahan, antara lain Wawacan Manakab, Ahmad Muhammad, Samawi, Sulanjana, Sejarah Ambiya, Babad Talaga Manggung, dan Babad Majalengka.<ref name=":0">{{Cite web|last=irvansetiawan|date=2018-01-15|title=Gaok, Tradisi Lisan Majalengka yang Hampir Punah|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/gaok-tradisi-lisan-majalengka-yang-hampir-punah/|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat|language=en-US|access-date=2020-09-17|archive-date=2023-02-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20230223231431/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/gaok-tradisi-lisan-majalengka-yang-hampir-punah/|dead-url=no}}</ref> Wawacan akan dibacakan satu malam suntuk secara bergiliran oleh penembang. Satu penembang akan bergiliran membaca per satu bait wawacan, kemudian bait yang dibacakan akan dilantunkan oleh penembang lain dengan nada pupuh yang sudah tercantum dalam naskah. Gaok atau beluk ini sering dipertunjukan dalam acara hajatan, [[Selamatan|syukuran]], ngaruat bumi atau selamatan.<ref>{{Cite book|last=Iskandarwassid|first=|date=1992|url=https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=2stkAAAAMAAJ&focus=searchwithinvolume&q=gaok|title=Kamus istilah sastra: pangdeudeul pengajaran sastra Sunda|location=|publisher=Geger Sunten|isbn=|pages=22 dan 45|language=su|url-status=live|access-date=2020-09-19|archive-date=2023-07-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20230728191811/https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=2stkAAAAMAAJ&focus=searchwithinvolume&q=gaok|dead-url=no}}</ref>
{{Reflist}}
 
== Sesaji ==
[[Kategori:Kesenian]]
 
* Parawanten, yaitu aneka ragam makanan atau minuman yang sudah ada sejak zaman leluhur, seperti ''puncak manik'' ([[telur]] di atas [[tumpeng]]), ''rurujakan'' (rujak [[kelapa]], [[pisang]], [[asem]]), [[bubur]] merah dan bubur putih, [[buah]]-buahan, [[kopi]] pahit dan kopi manis, kelapa muda, kupat leupeut, ''tangtang angin'', dan cara atau kue [[serabi]] kecil.
* Pangradinan, tempat disimpannya kecantikan pada masa lalu, tempat tersebut berisi minyak kelapa, [[minyak]] wangi, [[kapur]] sirih, [[bunga]]-bunga, [[cermin]] dan [[sisir]].
* Parupuyan, yaitu perapian untuk membakar kemenyan.
* Perlengkapan tambahan adalah alat pengiring dan ''buyung songsong'', yang berfungsi sebagai pengiring dalam pertunjukan pada saat mengakhiri kalimat lagu atau pupuh (''madakeun'' atau ''ngagoongkeun'').<ref name=":0" />
 
== Rujukan ==
{{Reflist}}
{{budaya-stub}}
 
[[Kategori:Kesenian Sunda]]
[[su:Gaok]]
[[Kategori:Kabupaten Majalengka]]