Pembantaian Rawagede: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Mengganti singkatan KNPMBI menjadi KNPMB Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(69 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox civilian attack
'''Pembantaian Rawagede''' adalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede (sekarang terletak di Desa [[Balongsari, Rawamerta, Karawang]]), di antara [[Karawang]] dan [[Bekasi]], oleh tentara Belanda pada tanggal [[9 Desember]] [[1947]] sewaktu melancarkan [[Agresi Militer Belanda I|agresi militer pertama]]. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini. ▼
| title = Pembantaian Rawagede
| partof =
| image =
| alt =
| caption =
| map =
{{clear}}
{{OSM Location map
| coord = {{coord| 6|15|S|107|17|E}}
| zoom = 6
| float = right
| width = 240
| height = 200
| caption =
| title =
| scalemark = 60
|shape = image
|mark = Red pog.svg
|mark-size1 = 6
|mark-coord= {{coord| 6|15|S|107|17|E}}
|label =
|label-color = black
|label-pos=bottom
|mark-title= Rawagede
}}
| map_caption =
| location = Rawagede (sekarang Balongsari, [[Jawa Barat]]
| target = Penduduk
| coordinates = {{coord|6|15|S|107|17|E|source:kolossus-frwiki|display=inline,title}}
| date = {{start date and age|1947|12|9}}
| time =
| timezone = UTC+7
| type = [[Pembantaian]]
| fatalities = 431
| injuries =
| perps = ''[[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger]]''
| weapons =
| numparts =
}}
{{Campaignbox Revolusi Nasional Indonesia}}
▲'''Pembantaian Rawagede''' adalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede (sekarang terletak di Desa [[Balongsari, Rawamerta, Karawang]]), di antara [[Karawang]] dan [[Bekasi]], oleh tentara Belanda pada tanggal [[9 Desember]] [[1947]] sewaktu melancarkan [[Agresi Militer Belanda I|agresi militer pertama]]. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini.
Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang. Pertempuran kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi, mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal [[4 Oktober]] [[1948]], tentara Belanda melancarkan pembersihan. Dalam peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Peristiwa dikira menjadi inspirasi dari sajak terkenal [[Chairil Anwar]] berjudul ''Antara Karawang dan Bekasi'', namun ternyata dugaan tersebut tidak terbukti.▼
▲Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang. Pertempuran kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi, mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal [[4 Oktober]] [[1948]], tentara Belanda melancarkan pembersihan. Dalam peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Peristiwa ini dikira menjadi inspirasi dari sajak terkenal [[Chairil Anwar]] berjudul ''Antara Karawang dan Bekasi'',
Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan pemerintah Belanda harus bertanggung jawab dan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya<ref> Sagita, Dessy: "Rawagede Widows Win Damages",</ref>.▼
▲Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan pemerintah Belanda harus bertanggung jawab dan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya.<ref>
== Jalannya peristiwa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militairen van de Zeven December Divisie in Kamp Doeri TMnr 10028426.jpg|thumb|300px|Tentara "Eerste Divisie Zeven December"]]
Di Jawa Barat, sebelum [[Perjanjian Renville]] ditandatangani, tentara Belanda dari Divisi 1 yang juga dikenal sebagai [[Eerste_Divisie_7_December|Divisi 7 Desember]] melancarkan pembersihan unit pasukan [[TNI]] dan laskar-laskar Indonesia yang masih mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Pasukan Belanda yang ikut ambil bagian dalam operasi di daerah Karawang adalah Detasemen 3-9 RI, pasukan para (''1e para compagnie'') dan ''12 Genie veld compagnie'', yaitu brigade cadangan dari pasukan para dan DST (''Depot Speciaale Troepen'').
Sekitar 130.000 tentara Belanda dikirim ke bekas Hindia Belanda, sekarang [[Indonesia]]. Dalam operasinya di daerah [[Karawang]], tentara Belanda memburu Kapten [[Lukas
Pada [[9 Desember]] 1947, sehari setelah perundingan Renville dimulai, tentara Belanda di bawah pimpinan seorang mayor mengepung Dusun Rawagede dan menggeledah setiap rumah. Namun mereka tidak menemukan sepucuk senjata pun. Mereka kemudian memaksa seluruh penduduk keluar rumah masing-masing dan mengumpulkan di tempat yang lapang. Penduduk laki-laki diperintahkan untuk berdiri berjejer, kemudian mereka ditanya tentang keberadaan para pejuang Republik. Namun tidak satu pun rakyat yang mengatakan tempat persembunyian para pejuang tersebut.
Pemimpin tentara Belanda kemudian memerintahkan untuk menembak mati semua penduduk laki-laki, termasuk para remaja belasan tahun. Beberapa orang berhasil melarikan diri ke hutan, walaupun terluka kena tembakan. Saih, kini berusia 83 tahun menuturkan bahwa dia bersama ayah dan para tetangganya sekitar 20 orang jumlahnya disuruh berdiri berjejer. Ketika tentara Belanda memberondong dengan [[senapan mesin]] –istilah penduduk setempat: "didrèdèt"- ayahnya yang berdiri di sampingnya tewas kena tembakan, dia juga jatuh kena tembak di tangan,
Hari itu tentara Belanda membantai 431 penduduk Rawagede. Tanpa ada pengadilan, tuntutan ataupun pembelaan. Seperti di [[Sulawesi Selatan]], tentara Belanda di Rawagede juga melakukan '''eksekusi di tempat''' (''standrechtelijke excecuties''), sebuah tindakan yang jelas merupakan kejahatan perang. Diperkirakan korban pembantaian lebih dari 431 jiwa, karena banyak yang hanyut dibawa sungai yang banjir karena hujan deras.
Seorang veteran tentara Belanda yang tidak mau disebutkan namanya dari desa [[Wamel]], sebuah desa di
Dari arah Rawa Gedeh tentara Belanda ditembaki. Maka diputuskanlah untuk menghajar desa ini untuk dijadikan pelajaran bagi desa-desa lain. Saat malam hari, Rawa Gedeh dikepung. Mereka yang mencoba meninggalkan desa, dibunuh tanpa [[bunyi]] (diserang, ditekan ke dalam air sampai tenggelam; kepala mereka dihantam dengan popor senjata dll). Jam setengah enam pagi, ketika mulai siang, desa ditembaki dengan mortir. Pria, wanita dan anak-anak yang mau melarikan diri dinyatakan patut dibunuh: semuanya ditembak mati. Setelah desa dibakar, tentara Belanda menduduki wilayah itu. Penduduk desa yang tersisa lalu dikumpulkan, jongkok, dengan tangan melipat di belakang leher. Hanya sedikit yang tersisa. Belanda menganggap Rawa Gedeh telah menerima pelajarannya.Semua lelaki ditembak mati oleh pasukan yang dinamai Angkatan Darat Kerajaan. Semua perempuan ditembak mati, padahal [[Belanda]] negara demokratis. Semua anak ditembak mati.
Desa Wamel pada tanggal 20 September 1944 diserbu tentara Jerman. 14 warga sipil tewas dibunuh secara keji oleh tentara Jerman.
Hujan yang mengguyur mengakibatkan genangan darah membasahi desa tersebut. Yang tersisa hanya wanita dan anak-anak. Keesokan harinya, setelah tentara Belanda meninggalkan desa tersebut, para wanita menguburkan mayat-mayat dengan peralatan seadanya. Seorang ibu menguburkan suami dan dua orang putranya yang berusia 12 dan 15 tahun. Mereka tidak dapat menggali lubang terlalu dalam, hanya sekitar 50
=== Kejahatan perang ===
Pimpinan Republik kemudian mengadukan peristiwa pembantaian ini kepada
Tahun 1969 atas desakan
▲Pimpinan Republik kemudian mengadukan peristiwa pembantaian ini kepada ''Committee of Good Offices for Indonesia'' (Komisi Jasa Baik untuk Indonesia) dari PBB. Namun tindakan Komisi ini hanya sebatas pada kritik terhadap aksi militer tersebut yang mereka sebut sebagai “deliberate and ruthless”, tanpa ada sanksi yang tegas atas pelanggaran HAM, apalagi untuk memandang pembantaian rakyat yang tak bedosa sebagai kejahatan perang (war crimes).
▲Tahun 1969 atas desakan [[Parlemen Belanda]], [[Pemerintah Belanda]] membentuk tim untuk meneliti kasus-kasus pelanggaran/penyimpangan yang dilakukan oleh tentara tentara kerajaan Belanda (KL, Koninklijke Landmacht dan KNIL, Koninklijke Nederlands-Indische Leger) antara tahun 1945 – 1950. Hasil penelitian disusun dalam laporan berjudul “Nota betreffende het archievenonderzoek naar gegevens omtrent excessen in Indonesiė begaan door Nederlandse militairen in de periode 1945-1950”, disingkat menjadi De Excessennota. Laporan resmi ini disampaikan oleh Perdana Menteri de Jong pada 2 Juni 1969. Pada bulan Januari 1995 laporan tersebut diterbitkan menjadi buku dengan format besar (A-3) setebal 282 halaman. Di dalamnya terdapat sekitar 140 kasus pelanggaran/ penyimpangan yang dilakukan oleh tentara Belanda. Dalam laporan De Excessen Nota yang hampir 50 tahun setelah agresi militer mereka- tercatat bahwa yang dibantai oleh tentara Belanda di Rawagede hanya sekitar 150 jiwa. Juga dilaporkan, bahwa Mayor yang bertanggungjawab atas pembantaian tersebut, demi kepentingan yang lebih tinggi, tidak dituntut ke pengadilan militer.
Di Belanda sendiri, beberapa kalangan dengan tegas menyebutkan, bahwa yang dilakukan oleh tentara Belanda pada waktu itu adalah kejahatan perang (oorlogs-misdaden) dan hingga sekarang masih tetap menjadi bahan pembicaraan, bahkan film dokumenter mengenai pembantaian di Rawagede ditunjukkan di Australia. Anehnya, di Indonesia sendiri film dokumenter ini belum pernah ditunjukkan.
Pembantaian di Sulawesi Selatan dan di Rawagede serta berbagai pelanggaran HAM berat lain, hanya sebagian kecil bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Belanda, dalam upaya Belanda untuk menjajah kembali bangsa Indonesia, setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Namun hingga kini, Pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui kemerdekaan RI adalah 17.8.1945. Pemerintah Belanda tetap menyatakan, bahwa pengakuan kemerdekaan RI telah diberikan pada [[27 Desember 1949]], dan hanya menerima 17.8.1945 secara politis dan moral –de facto- dan tidak secara yuridis –de jure- sebagaimana disampaikan oleh Menlu Belanda Ben Bot di Jakarta pada 16 Agustus 2005.▼
▲Namun hingga kini, Pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui kemerdekaan RI adalah 17.8.1945. Pemerintah Belanda tetap menyatakan, bahwa pengakuan kemerdekaan RI telah diberikan pada
Pada 15 Desember 2005, [[Jeffry Pondaag]], Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda dan Laksamana Pertama TNI (Purn.) [[Mulyo Wibisono]], Ketua Dewan Penasihat KUKB bersama aktivis KUKB di Belanda diterima oleh Bert Koenders, juru bicara Fraksi Partij van de Arbeit (PvdA) di gedung parlemen Belanda di Den Haag.▼
Tuntutan kepada pemerintah Belanda pertama kali disampaikan oleh Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia (KNPMB) yang didirikan pada 9 Maret 2002.
Karena lingkup kegiatan KNPMB sangat luas, maka khusus untuk menangani hal-hal yang sehubungan dengan Belanda, Ketua Umum KNPMB Batara R. Hutagalug bersama aktivis KNPMB pada 5 Mei 2005 bertempat di gedung Joang '45, mendirikan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB).<ref>{{Cite web|url=http://batarahutagalung.blogspot.com/2011/11/rawagede-perjuangan-knpmbi-dan-kukb.html|title=Gagasan Nusantara: RAWAGEDE, PERJUANGAN KNPMBI DAN KUKB|last=Batarahutagalung|date=2011-11-26|website=Gagasan Nusantara|access-date=2019-04-26}}</ref> Pada
Yayasan tersebut bersama para janda, penyintas (survivor), dan saksi korban pembantaian di Rawagede menuntut kompensasi dari Pemerintah Belanda. Liesbeth Zegveld dari biro hukum Bohler menjadi pengacara mereka.▼
▲
Dalam kunjungannya ke Belanda, pada 18 Desember 2005, Ketua KUKB Batara R. Hutagalung meresmikan KUKB Cabang Belanda dan mengangkat Jeffry Pondaag sebagai Ketua KUKB Cabang Belanda, serta Charles Suryandi sebagai sekretaris. KUKB di Belanda membentuk badan hukum baru, yayasan K.U.K.B. Anggota Dewan Penasihat KUKB, Abdul Irsan SH., yang juga mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, memberi sumbangan untuk biaya pendirian yayasan, dan untuk membayar pengacara di Belanda yang akan mewakili tuntutan para janda korban di Rawagede. Belakangan, KUKB dan Yayasan KUKB pecah.
Pada 15 Agustus 2006, K.U.K.B. bersama beberapa janda dan korban yang selamat dari pembantaian di Rawagede melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Belanda di Jakarta, dan menyampaikan lagi tuntutan kepada Pemerintah Belanda.▼
▲Yayasan
▲Pada 15 Agustus 2006,
Parlemen Belanda cukup responsif dan cukup terbuka mengenai pelanggaran HAM yang telah dilakukan oleh tentara Belanda antara 1945 – 1950, walaupun kemudian belum ada sanksi atau tindakan hukum selanjutnya. Juga tidak pernah dibahas, mengenai kompensasi bagi para korban dan keluarga korban yang tewas dalam pembantaian akibat agresi militer, yang baru pada 16.8.2005 diakui oleh Menlu Belanda, bahwa agresi militer tersebut telah menempatkan Belanda pada sisi sejarah yang salah.
== Pemeriksaan Pengadilan ==
Tujuh janda korban pembantaian, satu anak perempuan korban, dan seorang lelaki penyintas (survivor) lantas menggugat pemerintah Belanda atas kejadian
Namun, pengadilan Den Haag pada 14 September
== Referensi ==
<references>{{cite news
== Pranala luar ==
* [http://www.dutchnews.nl/news/archives/2011/09/dutch_state_is_liable_for_rawa.php Dutch State Is Liable For Rawagede Bloodbath]. Diakses 15 September 2011.
* DutchNews.nl [http://www.nrc.nl/international/article2072341.ece/Dutch_refuse_compensation_for_Indonesian_massacre Dutch refuse compensation for massacre]. NRC Handelsblad Daring. Edisi 25 November 2008. Diakses 27 Nov. 2008.
* Video [http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2009/12/06/4009/157/Cerita-Kelabu-di-Rawagede Cerita Kelabu di Rawagede] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091213034502/http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2009/12/06/4009/157/Cerita-Kelabu-di-Rawagede |date=2009-12-13 }} di [[Metro TV]]
* http://id.berita.yahoo.com/veteran-tentara-belanda-menyesali-terjadinya-peristiwa-rawagede-040200079.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120118153516/http://id.berita.yahoo.com/veteran-tentara-belanda-menyesali-terjadinya-peristiwa-rawagede-040200079.html |date=2012-01-18 }}
{{wikisource-inline|Karawang Bekasi|Chairil Anwar: Karawang Bekasi}}
[[Kategori:Pembantaian]]▼
▲[[Kategori:Pembantaian di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Perang Kemerdekaan Indonesia]]
▲[[Kategori:Lembaran hitam dalam sejarah Indonesia]]
▲{{Lembaran hitam Indonesia}}
|