Sobron Aidit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(27 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Penulis
|
|
|
|
|
|
|
|
|death_date = {{death date and age|2007|2|10|1934|6|2}}
|
|
|
|
|religion = [[Katolik]]
|
|
|genre
|subject
|movement =
|
|spouse
|partner
|children = [[Wanita Tekun Pertiwi]] <ref name=tempo.co.id/>
|relatives = [[D.N. Aidit]] (kakak)<br>[[Asahan Alham]] (adik)
|
|
|awards
|
|website
|portaldisp =
}}
'''Sobron Aidit''' ({{lahirmati|[[Tanjung Pandan]], [[Belitung]]
== Menjadi pengarang ==
Sejak masa remajanya, Sobron telah aktif mengarang. Karangannya yang pertama dibuatnya pada usia 13 tahun berupa cerita pendek, "Kedaung" yang diterbitkan dalam Majalah [[Waktu (majalah)|Waktu]] di [[Medan]]. Pindah ke Jakarta, Sobron bertemu dengan [[Chairil Anwar]] yang kebetulan tinggal bersama kakaknya. Chairil banyak membimbingnya dalam penulisan dan kreativitas Sobron pun kian berkembang. Puisi dan cerpennya terbit di berbagai majalah, seperti [[Mimbar Indonesia]], [[Zenith (majalah)|Zenith]], [[Kisah (majalah)|Kisah]], [[Sastra (majalah)|Sastra]], yang semuanya diasuh oleh [[H.B. Jassin]]. Penerbitan lain yang memuat karya-karyanya adalah Harian [[Sunday Courier]], [[Republik (harian)|Republik]], [[Bintang Timur]] (Bintang Minggu), [[Harian Rakjat]], [[Zaman Baru]], [[Kencana (harian)|Kencana]], [[Siasat (majalah)|Siasat]], [[Mutiara (harian)|Mutiara]], dll.
Sobron pernah memperoleh penghargaan Hadiah Sastra untuk karya-karyanya. Cerpennya, "Buaja dan dukunnja" mendapatkan penghargaan dari Majalah Kisah/Sastra pada 1955-1956, dan cerpennya "Basimah" mendapatkan penghargaan dari [[Harian Rakjat]] Kebudajaan pada 1961.
== Pekerjaan dan aktivitas ==
Sobron Aidit bekerja sebagai guru di [[SMA Utama]] di Salemba, dan [[SMA]] [[Tiong Hoa Hwee Koan]], keduanya di Jakarta (1954-1963). Ia juga menjadi dosen di [[Akademi Sastra Multatuli]] yang didirikannya bersama Prof. [[Bakri Siregar]]. Sobron juga pernah menjadi wartawan untuk [[Harian Rakjat]] dan [[Bintang Timur]], keduanya terkenal sebagai harian [[kiri]] pada akhir [[1950-an]] dan awal [[1960-an]]. Selain itu, ia juga aktif sebagai pengurus [[Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok]] bersama Prof. Dr. [[Prijono]], dan kemudian bersama [[Djawoto]] dan [[Henk Ngantung]] (1955-1958).
Pada 1960-1962, ia aktif sebagai pengurus [[Lembaga Persahabatan Indonesia-Vietnam]] bersama [[K. Werdoyo]] dan [[Nyak Diwan]], dan pengurus [[Baperki]] bersama [[Siauw Giok Tjhan]] dan [[Buyung Saleh]] (1960-1961). Sebagai seniman, Sobron mendirikan kelompok "[[Seniman Senen]]" bersama [[SM Ardan]], [[Wim Umboh]] dll.
Pada tahun 1963 ia mendapat undangan untuk menjadi Guru Besar Sastra dan Bahasa Indonesia di [[Institut Bahasa Asing]] Beijing (1964). Di samping itu ia tetap menjadi wartawan, antara lain untuk [[Peking Review]]. Sobron dan keluarganya bermukim di [[Beijing]] atau [[Tiongkok]] sebagai pengajar di Institut Bahasa Asing. Sejak itu, ia tak bisa pulang ke Indonesia. Karena, bila ia kembali, keselamatannya tidak terjamin.
== Revolusi Kebudayaan ==
Pada tahun [[1966]] - [[1976]] Tiongkok dilanda [[Revolusi Kebudayaan]] yang antara lain besifat anti kaum intelektual. Sobron pun terpaksa berhenti bekerja dan diperintahkan pergi ke desa untuk hidup dan bekerja bersama dengan para petani. Setelah Revolusi ini berakhir, pada [[1979]] ia kembali ke [[Beijing]] dan bekerja di [[Radio Peking]] sebagai penyiar dan redaktur.
== Pindah ke
Setelah kontraknya dengan Radio Peking berakhir, Sobron berniat meninggalkan Tiongkok, namun ia tidak tahu harus ke mana. Mulanya ia ingin ke [[Hong Kong]], namun ia khawatir akan [[ekstradisi|diekstradisi]] ke Indonesia. Pada 1981, ia memutuskan ke [[Paris]], meskipun sama sekali tidak paham tentang negara itu dan tidak mengenal bahasanya. Setibanya di
== Membuka restoran ==
Setelah selesai mendapatkan pelajaran dasar bahasa
Dana untuk membuka restoran mereka peroleh dari berbagai sumber, terutama dari sejumlah pendukung di [[Belanda]], dari [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]], dan dari uang tunjangan yang mereka terima selama dua tahun dari pemerintah
Oleh pemerintah Indonesia sendiri kelompok ini diboikot dan dimusuhi. Baru setelah [[Soeharto]] jatuh dari kursi kekuasaannya, ada keterbukaan dari pihak perwakilan Indonesia di Paris.
== Kegiatan terakhir ==
Selama [[Orde Baru]], karya-karya Sobron, termasuk karyanya bersama orang lain, dilarang beredar. Meskipun demikian, tulisan-tulisannya tetap muncul di berbagai media di Indonesia, semuanya dengan nama samaran. "Saya punya 25 nama samaran selama 32 tahun," Sobron mengaku.
Sobron menjadi salah seorang pendukung dan penulis yang aktif bagi usaha terbitan pers alternatif, terutama sekali bagi majalah sastra dan seni [[Kreasi (majalah)|Kreasi]], majalah [[Mimbar (majalah)|Mimbar]], dan majalah opini dan budaya pluralis [[Arena (majalah)|Arena]]. Catatan kehidupan dan pengembaraannya muncul secara teratur di [[internet]]. Sejumlah karya Sobron telah diterjemahkan ke dalam bahasa [[bahasa Rusia|Rusia]], [[bahasa Tionghoa|Mandarin]], [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Bulgaria|Bulgaria]], [[bahasa Belanda|Belanda]], [[bahasa Jerman|Jerman]], dan [[bahasa Prancis|Prancis]].
Sobron telah menjadi warga negara Prancis, dan dengan paspor Prancis ia sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Ia juga menggunakan nama "Simon". Sobron Aidit terkena [[serangan jantung]] dua hari sebelum ia meninggal di rumah sakit di Paris, Prancis pada tanggal [[10 Februari]] [[2007]].<ref name=tempo.co.id>[http://tempo.co.id/hg/jakarta/2007/02/10/brk,20070210-92919,id.html "Sobron Aidit Meninggal"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150930161428/http://tempo.co.id/hg/jakarta/2007/02/10/brk,20070210-92919,id.html |date=2015-09-30 }} ''[[Tempo.co]]''. Diakses 30 September 2015.</ref>
== Keluarga ==
Simon Sobron Aidit terakhir tinggal di
== Karya tulis ==
Sebagian dari karangan dan kumpulan puisi Sobron Aidit:
* ''Surat kepada Tuhan'': memoar (2003)
* ''Gajah di Pelupuk Mata'': memoar Sobron Aidit (2002)
Baris 84 ⟶ 78:
* ''Derap Revolusi'': kumpulan novelette and tjerpen (1962)
* ''Ketemu di Djalan'': tiga kumpulan sadjak (1956) (bersama [[Ajip Rosidi]] dan [[SM Ardan]])
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.ranesi.nl/tema/masyarakat/migrasi051003/sobron_aidit1 Sobron Aidit: Dari Belitung sampai Paris]▼
* {{id}} [http://www.lallement.com/sobron/razzia00.htm SOBRON AIDIT: sastrawan engagé] ▼
{{lifetime|1934|2007|Aidit, Sobron}}▼
▲* {{id}} [http://www.ranesi.nl/tema/masyarakat/migrasi051003/sobron_aidit1 Sobron Aidit: Dari Belitung sampai Paris] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070214091228/http://www.ranesi.nl/tema/masyarakat/migrasi051003/sobron_aidit1 |date=2007-02-14 }}
[[Kategori:Sastrawan Indonesia|Aidit, Sobron]]▼
[[Kategori:Tokoh Kepulauan Bangka Belitung|Aidit, Sobron]]▼
[[Kategori:Tokoh Indonesia di pengasingan|Aidit, Sobron]]▼
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
|