Mukim (Aceh): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Minopueblo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6 |
||
(27 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Kaart van Pedir.jpg||
'''Mukim''' adalah sebuah tingkatan dalam pembagian daerah berdasarkan kekuasaan [[feodal]] [[Ulèë Balang|Uleebalang]]. Sistem ini diterapkan pada zaman [[Kesultanan Aceh]].{{fact}} Mukim dianggap sebagai kesatuan masyarakat hukum dibawah [[Kecamatan]] yang terdiri atas gabungan beberapa [[Gampong]] yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh [[Imum Mukim]] dan berkedudukan langsung dibawah [[Camat]].<ref>Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006, Bab 1 Pasal 1 ayat 20</ref>
▲[[Berkas:Kaart van Pedir.jpg||thumb|right|400pxl|Peta Aceh Besar dan Pidie di tahun 1898, dibuat oleh Belanda, tampak daerah Sagi 22,25, dan 26 Mukim]]
== Latar belakang ==
Mukim berasal dari [[bahasa Arab]], dan diartikan sebagai suatu [[distrik]] yang terdapat satu [[mesjid]] yang dipakai bersama-sama untuk [[Salat Jumat|
Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia|KBBI]] Mukim dapat berarti orang yang tetap tinggal di [[Mekkah]], penduduk tetap;Tempat tinggal, kediaman; Daerah (dalam lingkungan suatu [[Masjid]]; Kawasan.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mukim|title=Arti kata mukim – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|last=Setiawan|first=Ebta|website=kbbi.kemdikbud.go.id|access-date=2017-11-16}}</ref>
Mukim terbentuk dari minimal empat [[gampong]]. Setiap mukim dipimpin oleh seorang Uleebalang atau seorang Imuem. Beberapa mukim membentuk suatu "Nanggroe" yang dipimpin oleh Uleebalang. ▼
Setelah [[Nota kesepahaman|Nota Kesepahaman]] atau lebih dikenal dengan MoU Helsinki antara [[Pemerintah Indonesia|Pemerintah Republik Indonesia]] dan [[Gerakan Aceh Merdeka]] ditanda tangani pada tanggal 15 Agustus 2005, Mukim kembali digunakan dalam struktur [[Pemerintahan Aceh]].<ref>{{Cite web |url=http://www.conflictrecovery.org/bin/peace-process_cmi_agreement_bhs.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2017-11-16 |archive-date=2017-10-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20171031101501/http://www.conflictrecovery.org/bin/peace-process_cmi_agreement_bhs.pdf |dead-url=yes }}</ref> Pemimpin Mukim disebut Imum Mukim. Imum Mukim dipilih secara Musyawarah Mukim.
Dalam bekas [[Kesultanan Aceh]], di [[Aceh Besar]] sekitarnya, dibentuklah [[federasi]] mukim yang disebut '''Sagoe Mukim ''' atau '''Sagi Mukim'''. Federasi ini disebut juga dengan ''Aceh Lhèè Sagoë''.<br /> ▼
Pemilih yang mempunyai hak untuk memilih mukim adalah:<ref>{{Cite web|url=https://jdih.acehprov.go.id/qanun-aceh-nomor-3-tahun-2009-tentang-tata-cara-pemilihan-dan-pemberhentian-imum-mukim-di-aceh|title=QANUN ACEH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN IMUM MUKIM DI ACEH|website=jdih.acehprov.go.id|language=id-ID|access-date=2017-11-16|archive-date=2017-11-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20171116133232/https://jdih.acehprov.go.id/qanun-aceh-nomor-3-tahun-2009-tentang-tata-cara-pemilihan-dan-pemberhentian-imum-mukim-di-aceh|dead-url=yes}}</ref>
Ketiga Sagoe Mukim itu adalah : ▼
# ''Imum Chik''
# Sagi XXV Mukim, dibentuk dari 25 Mukim.▼
# ''Geuchik Gampong'' (kepala desa) dalam wilayah mukim yang bersangkutan
# Sagi XXVI Mukim, dibentuk dari 26 Mukim.▼
# ''Tuha Peuët Mukim''
# Sagi XXII Mukim, dibentuk dari 22 Mukim.▼
# ''Imum Meunasah''
# Ketua lembaga adat yang ada di mukim bersangkutan
# Tiga orang tokoh masyarakat perwakilan ulama, tokoh pemuda dan tokoh perempuan
▲Mukim terbentuk dari minimal empat [[gampong]]. Setiap mukim dipimpin oleh seorang
Sagi XXV Mukim dan Sagi XXVI Mukim daerahnya dipisahkan oleh [[Krueng Aceh]]. Sagi XXV Mukim di kiri dan berpusat di mesjid Indrapurwa [[Peukan Bada, Aceh Besar|Pancu]]<ref>http://www.acehselatankab.go.id/index.php?view=article&catid=38%3Aumum&id=209%3Asejarah-mukim-di-aceh&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=83</ref>.<br /> Sagi XXVI Mukim dikanan dan berpusat di mesjid [[Ladong, Mesjid Raya, Aceh Besar|Ladong]]. Sagi XXII Mukim menguasai daerah di bagian [[selatan]] dan berpusat di mesjid [[Indrapuri, Aceh Besar|Indrapuri]]<ref>{{citeweb |title=Verandah of violence: the background to the Aceh problem by Anthony Reidh, page 30-31. |url:http://books.google.co.id/books?id=PfF8Y9nZE3oC&pg=PA30&lpg=PA30&dq=Sagi+XXV+Mukim+-umar&source=bl&ots=SeDi7X39pw&sig=stjwYpy3Sd1DqrIt6wT70mYWSuE&hl=id&ei=aQ3XTp_6MsjrrQfDu6HpDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCMQ6AEwADgK#v=onepage&q=Sagi%20XXV%20Mukim%20-umar&f=false}}</ref>.▼
▲Dalam bekas [[Kesultanan Aceh]], di [[Aceh Besar]] sekitarnya, dibentuklah [[federasi]] mukim yang disebut
==Sejarah Aceh Lhèè Sagoë==▼
Di masa [[Safiatuddin dari Aceh|Sultanah Tajul Alam Safiatuddin]] memimpin<ref>http://acehpedia.org/Sultanah_Nurul_Alam_Naqiyatuddin_Syah_%281675-1678%29</ref>, [[Abdurrauf Singkil|Syeikh Abdur Rauf]] mengajukan sebuah konsepsi [[reformasi]] [[tata negara]] Kerajaan Aceh untuk merombak sistim pewarisan jabatan [[Sultan]]. Dikarenakan ada kejadian dimana Aceh pernah dipimpin oleh Sultan/Sultanah yang tidak cakap, sehingga menimbulkan konflik-konflik.<br /> Konsepsi tersebut mengatur berbagai hal, salah satunya tentang pembagian kekuasaan Wilayah Aceh Besar menjadi tiga sagi, yang dikenal dengan Aceh Lhèè Sagoë.▼
Dalam konsepsi itu, Syeikh Abdur Rauf mengatur, ketiga pemimpin Sagi (Sagoë) bersama Qadhi Malikul Adil berhak mengangkat dan menurunkan sultan dari jabatannya. Sementara daerah di luar Aceh Lhèè Sagoë diberi hak [[otonomi]] yang luas, dimana kepala daerahnya bertindak sebagai sultan kecil yang tunduk kepada Sultan Aceh<ref>http://daniel-riders.blogspot.com/2011/10/reformis-aceh-lhei-sagoe.html</ref>.▼
▲Sagi XXV Mukim dan Sagi XXVI Mukim daerahnya dipisahkan oleh [[Krueng Aceh]]. Sagi XXV Mukim di kiri dan berpusat di mesjid Indrapurwa [[Peukan Bada, Aceh Besar|Pancu]].<ref>http://www.acehselatankab.go.id/index.php?view=article&catid=38%3Aumum&id=209%3Asejarah-mukim-di-aceh&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=83</ref
▲== Sejarah Aceh Lhèè Sagoë ==
▲
▲Dalam konsepsi itu, Syeikh Abdur Rauf mengatur, ketiga pemimpin Sagi (Sagoë) bersama Qadhi Malikul Adil berhak mengangkat dan menurunkan sultan dari jabatannya. Sementara daerah di luar Aceh Lhèè Sagoë diberi hak [[otonomi]] yang luas,
==
* [[Kawedanan]], bentuk wilayah administrasi pemerintahan setingkat di [[Jawa]]
== Catatan ==
{{reflist}}
{{
[[Kategori:Pemerintahan Aceh]]
[[Kategori:Pembagian administratif di Aceh]]
[[Kategori:Pembagian administratif]]
|