Jayadrata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Relly Komaruzaman (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh M. Adiputra
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(22 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = JayadrataJaydrath abduct Draupadi.jpg
| Caption = Ilustrasi Jayadrata dalamberusaha menculik Dropadi. Litograf dari [[Raja Ravi Varma|Raja versiRavi pewayanganVarma JawaPress]].
| Nama = Jayadrata
| Devanagari = जयद्रथ
| Ejaan_SansekertaEjaan_Sanskerta = Jayadratha
| Kasta = kesatria
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Nama_lain = Sinduraja, Saindawa, Tirtonoto
| Asal = [[Kerajaan Sindhu]]
| PasanganIstri = [[DursalaDursilawati]]
| Ayah = Wredaksatra
| Senjata = Gada
}}
Dalam wiracarita [[Mahabharatawiracarita]], '''Jayadrata''' ([[SansekertaMahabharata]]:'', '''जयद्रथJayadrata'''; ''{{Sanskerta|जयद्रथ|Jayadratha'')}} adalah seorang raja diRaja [[Kerajaan Sindhu|Sindhu]]. Dia menikahi [[DursalaDursilawati]], adik perempuan [[Korawa]] bersaudara. Jayadrata merupakan tokoh penting di balik pembunuhan [[Abimanyu]], putra [[Arjuna]]. Ia menghadang para ksatriakesatria [[Pandawa]] saat mereka berusaha menyelamatkan [[Abimanyu]]. Atas kematian Abimanyuanaknya, [[Arjuna]] berusaha membunuh Jayadrata. Akhirnya pada [[Bharatayuddha]]pertempuran pada hari keempat belas, Jayadrata gugur di tangan Arjuna.
 
== AnugerahDendam Siwapada Pandawa ==
 
Dalam kitab ''[[Wanaparwa]]'', yang mengisahkan masa pembuangan Lima [[Pandawa]] di tengah hutan, Jayadrata berusaha menculik dan mengawini [[Dropadi]], istri para Pandawa. [[Arjuna]] dan [[Bima (Mahabharata)|Bima]] berhasil menangkapnya, lalu membawanya ke hadapan [[Yudistira]], kakak sulung mereka. Atas permohonan dari Dropadi, Yudistira menyarankan agar Jayadrata dibebaskan, sebab ia tidak tega melihat [[Dursala]] hidup menjanda.
JayadrataSebelum menghinamembebaskan [[Dropadi]]Jayadrata, istriBima paramencukur [[Pandawa]]rambutnya, karena berusaha menculik dan mengawininya.menyisakan Setelahsedikit [[Arjuna]] memburu dan menangkapnya hidup-hidup, nyawanya diselamatkan oleh [[Yudistira]], dan ia dijadikan budak. Kemudian [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] mencukur rambutnya sehingga Jayadratabagian botaksaja. KarenaDidasari dendam terhadap perlakuan tersebut, Jayadrata melakukan tapa ke hadapan [[Siwa]]. Ia memohon kekuatan untuk menaklukkan [[Pandawa]], namuntetapi Siwa mengatakan bahwa itu hal yang mustahil. Meski namundemikian, ia menganugerahkan agar Jayadrata agar mampu mengalahkan seluruh Pandawa bersaudara pada hari pertama – (kecuali [[Arjuna]].) Maka,untuk akhirnyasatu Arjunahari berhasil mengalahkan Jayadratasaja.
 
== Perang di Kurukshetra ==
 
Raja [[Kerajaan Sindhu|Sindhu]] – Jayadrata memihak [[Duryodana]] dalam [[perang di Kurukshetra]]. Pada hari ketiga belas, Jayadrata menggunakan kekuatannya ketika menghentikan [[Pandawa]] di dekat formasi [[Cakrawyuha]] yang sulit ditembus, yang dimasuki oleh [[Abimanyu]], – puteraputra [[Arjuna]]. Di dalam formasi tersebut, Abimanyu bertarung sendirian. Ia dikepung oleh para ksatriakesatria [[Korawa]] dan terdesak, sementara ksatriakesatria-ksatriakesatria Pandawa yang ingin menyelamatkan Abimanyu dihadang oleh Jayadrata. Saat terjebak dan kesusahan, Abimanyu dibunuh dengan curang.
 
[[Arjuna]] terkejut dan pingsan setelah mendengar kematian [[Abimanyu]]. Atas penjelasan para ksatria Pandawa, Abimanyu dikurung dalam formasi [[CakrawyuhaCakrabyuha]] dan dibunuh dengan serangan serentak. BeberapaPara ksatriaPandawa ingin membantu dan menyelamatkan Abimanyu, namuntetapi dihadang oleh Jayadrata. Mendengar hal itu, Arjuna bersumpah bahwa ia akan membakar dirinya sendiri pada akhir hari keempat belas apabila ia tidak berhasil membunuh Jayadrata.
 
=== Dendam ArjunaKematian ===
[[File:Arjuna Kills Jaydhratha.jpg|thumb|[[Oleograf]] dari [[India]], dibuat sekitar tahun 1910-an, menggambarkan [[Arjuna]] (kiri bawah) melesatkan anak panahnya dan memenggal kepala Jayadrata (kanan atas).]]
Pada hari keempat belas, [[Arjuna]] berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan ksatriakesatria dan prajurit dari pihak [[Korawa]] melindungi Jayadrata dan memisahkannya dengan Arjuna. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau Jayadrata dan membunuhnya, dan apabila setelah malam tiba Arjuna belum berhasil membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri. [[Kresna]] yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat [[gerhana matahari]] buatansemu. Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan [[Korawa]] yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka. Pada saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum malam. Pada kesempatan itu, [[Arjuna]] menyuruh [[Kresna]] agar menjangkau Jayadrata. Saat mendekat, ia melepaskan anak panahnya dan memutuskan "leher" Jayadrata dengan senjata sakti [[Pasupati]].
 
Atas saran dari Kresna, Arjuna mengarahkan agar senjata tersebut membawa kepala Jayadrata ke pangkuan ayahnya, Wredaksatra yang sedang bermeditasi. Sebelum perang terjadi, Wredaksatra menganugerahkan bahwa siapa pun yang membuat kepala anaknya menyentuh tanah, maka kepala orang tersebut akan meledak menjadi seratus serpihan. Saat kepala anaknya jatuh di pangkuannya, Wredaksatra terkejut, lalu tanpa sengaja menjatuhkan kepala tersebut. Hal itu pun mengakibatkan kepalanya langsung pecah.
Pada hari keempat belas, [[Arjuna]] berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan ksatria dan prajurit dari pihak [[Korawa]] melindungi Jayadrata dan memisahkannya dengan Arjuna. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau Jayadrata dan membunuhnya, dan apabila setelah malam tiba Arjuna belum berhasil membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri. [[Kresna]] yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat gerhana matahari buatan. Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan [[Korawa]] yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka. Pada saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum malam. Pada kesempatan itu, [[Arjuna]] menyuruh [[Kresna]] agar menjangkau Jayadrata. Saat mendekat, ia melepaskan anak panahnya dan memutuskan "leher" Jayadrata.
 
== Riwayat selanjutnyaPascakematian ==
 
SetelahDalam kitab ''[[Aswamedikaparwa]]'' dikisahkan bahwa setelah perang berakhir, [[Arjuna]] bertarung dengan pasukan [[Kerajaan Sindhu|Sindhu]] ketika mereka menolak untuk mengakui [[Yudistira]] sebagai Maharajamaharaja dunia. Ketika [[Dursala]], istri Jayadrata, keluar untuk melindungi puteranyaputranya, yaitu raja muda penerus tahtatakhta Sindhu, Arjuna menghentikan pertarungan.
 
== Jayadrata dalam pewayanganPewayangan Jawa ==
 
Antara kisah Jayadrata dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' dan pewayangan Jawa memiliki beberapa perbedaan, namuntetapi tidak terlalu besar karena inti ceritanya sama. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh proses ''Jawanisasi'', yaitu membuat kisah wiracarita dari [[India]] bagaikan terjadi di pulau [[Jawa]].
 
=== Riwayat ===
[[Berkas:Jayadrata.jpg|ka|jmpl|Jayadrata sebagai tokoh dalam pewayangan Jawa.]]
Jayadrata adalah seorang ksatria yang sangat sakti dari pihak [[Korawa]]. Misteri menyelubungi asal usulnya. Kisahnya bermula ketika [[Bima (tokoh Mahabharata)|Wrekudara]] lahir, ari-ari yang membungkusnya dibuang. Pertapa tua, yaitu Begawan Sempani, secara kebetulan memungutnya, mendoakannya, dan mengubahnya menjadi seorang bocah lelaki, yang tumbuh dewasa dengan nama Jayadrata. Dari pandangan sekilas saja tampak jelas kemiripan kekerabatan dengan Wrekudara dan putra Wrekudara, Raden [[Gatotkaca]]. Ketika Jayadrata beranjak dewasa, ia dibujuk untuk datang ke [[Hastina]] oleh [[Sengkuni]] yang cerdik, yang memandang perlu seorang sekutu yang seperti itu untuk melawan [[Pandawa]]. Di sana Jayadrata diberi suatu kedudukan yang tinggi dan dikawinkan dengan saudara perempuan [[Duryudana]], Dewi [[Dursala|Dursilawati]]. Hal ini mengikatnya dengan kuat pada pihak kiri[[Kuru]]. Dalam Perang [[Bharatayuddha]], dialah yang membunuh satria muda [[Abimanyu]], dan setelah itu pada gilirannya ia dibunuh oleh [[Arjuna]] yang kehilangan anaknya. Karakter Jayadrata adalah jujur, setia, dan terus terang bagaikan [[Gatotkaca]] di antara [[Kurawa]]. Ia mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada. Oleh Resi Sempani ia diberi pusaka gada bernama ''Kyai Glinggang''.
 
Jayadrata nama sesungguhnya adalah '''Arya Tirtanata''' atau '''Bambang Sagara'''. Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja [[Kerajaan Sindhu|negara Sindu]], dan bergelar Prabu Sinduraja. Karena ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata pemerintahan dan tata kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara Hastina untuk berguru pada Prabu [[Pandu|Pandu Dewanata]]. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia menukar namanya dengan nama patihnya, Jayadrata. Di negara Hastina Jayadrata bertemu dengan keluarga [[Kurawa]], dan akhirnya diambil menantu oleh Prabu [[Drestarastra]], dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Banakeling. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Arya Wirata dan Arya Surata.
Jayadrata adalah seorang ksatria yang sangat sakti dari pihak [[Korawa]]. Misteri menyelubungi asal usulnya. Kisahnya bermula ketika [[Bima (tokoh Mahabharata)|Wrekudara]] lahir, ari-ari yang membungkusnya dibuang. Pertapa tua, yaitu Begawan Sempani, secara kebetulan memungutnya, mendoakannya, dan mengubahnya menjadi seorang bocah lelaki, yang tumbuh dewasa dengan nama Jayadrata. Dari pandangan sekilas saja tampak jelas kemiripan kekerabatan dengan Wrekudara dan putra Wrekudara, Raden [[Gatotkaca]]. Ketika Jayadrata beranjak dewasa, ia dibujuk untuk datang ke [[Hastina]] oleh [[Sengkuni]] yang cerdik, yang memandang perlu seorang sekutu yang seperti itu untuk melawan [[Pandawa]]. Di sana Jayadrata diberi suatu kedudukan yang tinggi dan dikawinkan dengan saudara perempuan [[Duryudana]], Dewi [[Dursala|Dursilawati]]. Hal ini mengikatnya dengan kuat pada pihak kiri. Dalam Perang [[Bharatayuddha]], dialah yang membunuh satria muda [[Abimanyu]], dan setelah itu pada gilirannya ia dibunuh oleh [[Arjuna]] yang kehilangan anaknya. Karakter Jayadrata adalah jujur, setia, dan terus terang bagaikan [[Gatotkaca]] di antara [[Kurawa]]. Ia mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada. Oleh Resi Sempani ia diberi pusaka gada bernama ''Kyai Glinggang''.
 
Jayadrata gugur di tangan [[Arjuna]] di medan perang [[Bharatayuddha]] sebagai senapati perang [[Kurawa]]. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti [[Pasopati]]. Jadi, walaupun sekuat apapun seorang satria itu, namuntetapi jika ia berada di pihak yang salah maka hancurlah kesaktian yang ia miliki itu.
Jayadrata nama sesungguhnya adalah '''Arya Tirtanata''' atau '''Bambang Sagara'''. Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja [[Kerajaan Sindhu|negara Sindu]], dan bergelar Prabu Sinduraja. Karena ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata pemerintahan dan tata kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara Hastina untuk berguru pada Prabu [[Pandu|Pandu Dewanata]]. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia menukar namanya dengan nama patihnya, Jayadrata. Di negara Hastina Jayadrata bertemu dengan keluarga [[Kurawa]], dan akhirnya diambil menantu oleh Prabu [[Drestarastra]], dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Banakeling. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Arya Wirata dan Arya Surata.
 
Jayadrata gugur di tangan [[Arjuna]] di medan perang [[Bharatayuddha]] sebagai senapati perang [[Kurawa]]. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti [[Pasopati]]. Jadi, walaupun sekuat apapun seorang satria itu, namun jika ia berada di pihak yang salah maka hancurlah kesaktian yang ia miliki itu.
 
== Lihat pula ==
* [[Abimanyu]]
 
 
{{Tokoh Mahabharata}}
Baris 49 ⟶ 56:
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]
 
[[en:Jayadratha]]
[[gu:જયદ્રથ]]
[[ta:ஜயத்திரதன்]]
[[te:సైంధవుడు]]