Ucu Agustin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rescuing 10 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
(28 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
|
|
|
|alt =
|
|
|
|
|
|death_place =
|nationality = Indonesia |
|
|
|
|
}}
'''Ucu Agustin''' (
Ketika belajar di [[pesantren]] (dia masuk pesantren pada umur 13 tahun), saat ia pulang untuk pertamakalinya dalam perjalanan seorang diri ke [[Sukabumi]], Ucu mendapati kenyataan bahwa ada banyak perempuan dari Sukabumi yang menjadi istri simpanan. Kenyataan tersebut membuat Ucu yang waktu itu duduk di kelas 3 Tsanawiyah mempertanyakan banyak hal dan kelak pertanyaan-pertanyaan itu menjadi alasan untuk ketertarikannya pada dunia jurnalistik setelah ia menyelesaikan kuliahnya di [[IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta]].
Walau belajar di [[pesantren]], Ucu menjadi tertarik pada dunia jurnalistik setelah mengetahui bahwa ada banyak pelacur dari Sukabumi. Mulai bergerak di media cetak, dia pindah ke pembuatan film dokumenter setelah merasa terbatas dalam pembuatan liputan mengenai orang yang tertindas. Film dokumenter pertamanya, ''Death in Jakarta'', dibuat dengan bantuan dana dari [[Jakarta International Film Festival]]. Dokumenternya yang lain termasuk ''Ragat'e Anak'' dan ''Konspirasi Hening''. Dia juga menulis beberapa buku anak-anak dan cerpen.▼
Mulai menulis di koran sejak semester 6 di kampusnya, setelah lulus Ucu menjadi kontributor pada [[Majalah Berita Pantau]] lalu bergabung dengan [[Kantor Berita Radio 68H]] dan menjadi penulis untuk INGO yang bergerak di bidang transformasi konflik sambil tetap menulis artikel dan cerita pendek di koran-koran. Dari menulis di media cetak, Ucu pindah ke pembuatan film dokumenter karena merasa terbatas dalam pembuatan pelaporan liputan.
Ucu pernah disebut "salah satu pembuat film dokumenter Indonesia yang terbaik"{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}} dan sering memuat isu sosial dalam karyanya. ''Ragat'e Anak'' pernah ditayangkan di [[Festival Film Internasional Berlin]] pada tahun 2009.▼
▲
==Riwayat hidup==▼
Ucu dilahirkan di [[Sukabumi]], [[Jawa Timur]], pada tanggal 19 August 1976 di keluarga Muslim yang ketat.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} Di masa kecil, dia belajar di Pesantren Darunnajah di [[Jakarta]] selama enam tahun; karena tidak berhubungan dengan dunia luar, dia merasa syok ketika mengetahui bahwa banyak perempuan dari Sukabumi bekerja sebagai pelacur.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}}{{sfn|Mohamad 2008, Pelacur}} Karena sebelumnya menganggap semua yang ada di bumi sebagai berkat, penemuan ini membuat dia lebih kritis pada dunia sekitar; Ucu pernah menyatakan ini alasan mengapa dia menjadi tertarik dengan jurnalisme.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} Ucu di kemudian hari kuliah di later attended the [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]].{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}}▼
▲
Ia juga pernah bermain dalam film ''[[9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia]]''.
Ucu juga sangat aktif dalam menulis. Pada tahun 2003 dia menerbitkan lima buku anak-anak bertema Islam, dan minta agar mendapatkan royalti daripada biaya flat.{{sfn|Sembiring 2008, Writing for Muslim Children?}} Dia juga pernah menulis cerpen berjudul "Lelaki yang Menetas di Tubuhku", yang dimasukkan dalam antoligi cerpen ''Un Soir du Paris'' (''Suatu Sore di Paris'').{{sfn|Sembiring 2010, Reading Between The Lines}}▼
▲== Riwayat hidup ==
===Pembuatan film===▼
=== Kehidupan awal, pendidikan, dan awal karier ===
Pada tahun 2005, Ucu membuat film dokumenternya yang pertama, ''Death in Jakarta'' yang berdurasi 28 menit.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} Film dokumenter ini, yang menceritakan apa yang dialami fakir miskin ketika ada keluarga yang meninggal, diinspirasi oleh pengamatan Ucu pada keadaan di sebuah taman pemakaman di Utan Kayu, [[Jakarta Timur]].{{sfn|Yazid 2006, Script-winners' films given}} Film tersebut diproduksi setelah menjadi salah satu dari empat finalis pada Lomba Penulisan Skenario [[Jakarta International Film Festival]].{{sfn|Yazid 2006, Script-winners' films given}} Dengan uang hadiah sebanyak Rp. 25 juta, Ucu membuat film ''Death in Jakarta'' dengan kamera yang dipinjamkan pihak lomba; itu merupakan pertama kali dia menggunakan kamera profesional.{{sfn|Yazid 2006, Script-winners' films given}} ▼
▲Ucu
Setelah lulus, Ucu mulai bekerja di media cetak,{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} dengan berkontribusi di Majalah ''Pantau'' setelah menerbitkan beberapa cerita pendek dan artikel di media lain.{{sfn|Engage Media 2011, Featured Filmmaker: Ucu}} Namun karena kecewa dengan tidak adanya kesempatan untuk membuat peliputan ''human interest'' yang berkaitan dengan isu sosial, ia pindah ke media audio-visual.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} She has also cited the intense amount of editing that her works went through as a reason for the change, noting that there "always seemed to be a wide space between the reality that happened and the 'reality' that was reported".{{sfn|Engage Media 2011, Featured Filmmaker: Ucu}}
Filmnya yang berikutnya, ''Ragat'e Anak'', menceritakan kehidupan dua pelacur paruh-waktu di suatu taman pemakaman di [[Tulungagung]], [[Jawa Timur]].{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} ''Ragat'e Anak'' dimasukkan ke ''Pertaruhan'', sebuah kompilasi film dokumenter yang diproduseri [[Yayasan Kalyana Shira]].{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}} Pada tanggal 4 Juni 2009, pemerintah Tulungagung menutupi lokalisasi karena citra buruk yang dibawakan ''Ragat'e Anak''; dalam menanggapi tindakan pemerintah daerah tersebut, Ucu menyatakan bahwa dia menyesali keputusannya.{{sfn|Osman 2009, Film About the Struggle}} ▼
▲Ucu juga sangat aktif dalam menulis. Pada tahun 2003
Film dokumeter berikutnya, ''Konspirasi Hening'' diprodusuri [[Nia Dinata]] dan menarik judulnya dari pernyataan Kartono Mohamad, mantan ketua Kumpulan Dokter Indonesia, bahwa sebuah "konspirasi hening" telah membuat semua peraturan di Indonesia tentang pelayanan kesehatan menjadi tidak dapat ditegaskan.{{sfn|Siregar 2010, Indonesia's Health Care}} Film ini mendalami isu tentang pelayanan kesehatan di Indonesia dengan mengikuti kehidupan tiga orang, dua yang mengalami [[malpraktek]] dan satu orang miskin yang tidak bisa mendapatkan layanan kesehatan.{{sfn|Siregar 2010, Indonesia's Health Care}} Film tersebut menarik kesimpulan bahwa otoritas kesehatan dan pemerintah harus bertanggung atas pelayanan kesehatan.{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}}▼
▲=== Pembuatan film ===
▲Pada tahun 2005, Ucu membuat film dokumenternya yang pertama, ''Death in Jakarta'' yang berdurasi 28 menit.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} Film dokumenter ini, yang menceritakan apa yang dialami fakir miskin ketika ada keluarga yang meninggal, diinspirasi oleh pengamatan Ucu pada keadaan di sebuah taman pemakaman di Utan Kayu, [[Jakarta Timur]].{{sfn|Yazid 2006, Script-winners' films given}} Film tersebut diproduksi setelah menjadi salah satu dari empat
▲Filmnya yang berikutnya, ''Ragat'e Anak'', menceritakan kehidupan dua
▲Film dokumeter berikutnya, ''Konspirasi Hening''
Pada tahun 2011 Ucu bekerja sama dengan Nia lagi dalam film ''Batik: Our Love Story'', sebuah film dokumenter tentang batik.{{sfn|Hidayati 2011, Cinta dalam Selembar}} Nia menyutradarai, dan Ucu menjadi penulis.{{sfn|Hidayati 2011, Cinta dalam Selembar}}
==Tema==▼
Buku anakn-anak Ucu bertema Islam moderat.{{sfn|Sembiring 2008, Writing for Muslim Children?}} ▼
▲== Tema ==
Ika Krismantari, menulis untuk ''[[The Jakarta Post]]'', mencatat bahwa Ucu sering memuat tema yang "menantang", seperti keadilan sosial, jaminan kesehatan, dan ketidaksetaraan gender, dalam film dokumenternya;{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} isu gender sering muncul di filmnya.{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}} Ucu sendiri pernah menyatakan bahwa orang yang "inspiratif" adalah topik yang bagus untuk film dokumenter, sebab penonton mungkin dapat dipengaruhi oleh kehidupan yang susah yang ditempuh subjek.{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}}▼
▲Ika Krismantari, menulis untuk ''[[The Jakarta Post]]'', mencatat bahwa Ucu sering memuat tema yang "menantang", seperti keadilan sosial, jaminan kesehatan, dan ketidaksetaraan gender, dalam film dokumenternya;{{sfn|Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small}} isu gender sering muncul di filmnya.{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}} Ucu sendiri pernah menyatakan bahwa orang yang "inspiratif" adalah topik yang bagus untuk film dokumenter, sebab penonton mungkin dapat dipengaruhi oleh
==Penghargaan==▼
▲== Penghargaan ==
Krismantari menyatakan bahwa Ucu adalah "salah satu pembuat film dokumenter Indonesia yang terbaik".{{sfn|Krismantari 2010, Tackling the tough questions}}
Ucu salah satu pemenang Lomba Menulis Skenario yang diselenggarakan [[Jakarta International Film Festival]] pada tahun 2005, yang menjadi alasan mengapa dia bisa membuat ''Death in Jakarta''.{{sfn|Yazid 2006, Script-winners' films given}} ''Pertaruhan'', yang memuat ''Ragat'e Anak'', diputar di seksi Panorama di [[Festival Film Internasional Berlin]] pada tahun 2009; bersama dengan ''[[Laskar Pelangi (film)|Laskar Pelangi]]'' (yang juga dipertontonkan tahun itu), filmnya ini merupakan film Indonesia pertama yang diputar di Panorama.{{sfn|Sasono 2009, Pelangi Indonesia di Berlin}} Ucu menghadiri tayanganya di Berlin bersama Nia.{{sfn|Sasono 2009, Pelangi Indonesia di Berlin}}
==
;Catatan kaki
{{Reflist|colwidth=30em}}
;Daftar pustaka
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
* {{cite news
{{refend}}
== Pranala luar ==
* {{IMDb name
{{lifetime|1976||Agustin, Ucu}}
[[Kategori:Kelahiran 1976]] [[Kategori:Tokoh dari Sukabumi]]▼
[[Kategori:Sineas Sunda]]
|