Slamet Rijadi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Halaman baru: '''Ignatius Slamet Rijadi''' ( Lahir di Solo: Jawa Tengah ,26 Juli 1927 - Gugur di Ambon ,4 Nopember 1950 ) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia , merupakan anak Idris Prawiropra... |
|||
(156 revisi perantara oleh 82 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Redirect|Slamet Riyadi|kegunaan lain|Slamet Riyadi (disambiguasi)}}
{{Infobox officeholder
|name = Ignatius Slamet Rijadi
|image = Zaterdag, 12 november werd in het stadion te Solo een grote massabijeenkomst geh, Bestanddeelnr 924 (Slamet Rijadi, cropped).jpg
|caption = Rijadi berpidato dalam pertemuan massal pemindahan kekuasaan [[Kota Solo]] dari Belanda ke Indonesia pada 1949.
|birth_date = {{Birth date|1927|07|26}}
|death_date = {{Death date and age|1950|11|4|1927|07|26}}
|birth_place = [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
|death_place = [[Ambon]], [[Maluku]], [[Indonesia]]
|birth_name = Soekamto
|placeofburial =
|placeofburial_label =
|placeofburial_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|display=inline,title}} -->
|father = Raden Ngabehi Prawiropralebdo
|mother = Soetati
|allegiance = [[Indonesia]]
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|serviceyears = 1947—1950
|rank = [[File:19-TNI Army-BG.svg|25px| ]] [[Brigadir Jenderal]] [[TNI]]
|unit =
|commands =
|battles = {{unbulleted list|[[Serangan Umum Surakarta]]|[[Invasi Ambon]]}}
|battles_label =
|awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
}}
[[Brigadir Jenderal]] ([[Anumerta]]) [[TNI]] '''Ignatius Slamet Rijadi''' ([[EYD]]: '''Ignatius Slamet Riyadi'''; {{lahirmati|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|26|7|1927|[[Ambon]], [[Maluku]]|4|11|1950}}) adalah seorang tentara [[Indonesia]]. Rijadi lahir di Surakarta, [[Jawa Tengah]], putra dari seorang tentara dan penjual buah. "Dijual" pada pamannya dan sempat berganti nama saat masih balita demi sembuh dari penyakit, Rijadi tumbuh besar di rumah orangtuanya dan belajar di sekolah milik Belanda. Setelah [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki]] [[Hindia Belanda]], Rijadi menghadiri sekolah pelaut yang dikelola oleh [[Jepang]] dan bekerja untuk mereka setelah lulus; ia meninggalkan tentara Jepang menjelang akhir [[Perang Dunia II]] dan turut mengobarkan perlawanan selama sisa pendudukan.
Setelah [[Proklamasi kemerdekaan Indonesia|Indonesia merdeka]] pada tanggal 17 Agustus 1945, Rijadi memimpin tentara Indonesia di Surakarta pada masa [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]] melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dimulai dengan kampanye [[gerilya]], pada 1947 ia berperang dengan sengit melawan Belanda di [[Ambarawa]] dan [[Semarang]], bertanggung jawab atas Resimen 26. Selama [[Agresi Militer Belanda I|Agresi Militer I]], Belanda mengambil alih kota tetapi berhasil direbut kembali oleh Rijadi, dan kemudian mulai melancarkan serangan ke [[Jawa Barat]]. Pada tahun 1950, setelah berakhirnya revolusi, Rijadi dikirim ke [[Maluku]] untuk memerangi [[Republik Maluku Selatan]]. Setelah operasi perlawanan selama beberapa bulan dan berkelana melintasi [[Pulau Ambon]], Rijadi gugur tertembak menjelang operasi berakhir.
Sejak kematiannya, Rijadi telah menerima banyak penghormatan. Sebuah jalan utama di Surakarta dinamakan menurut namanya, begitu juga dengan [[fregat]] [[TNI AL]], [[KRI Slamet Riyadi (352)|KRI ''Slamet Riyadi'']]. Selain itu, Rijadi juga dianugerahi beberapa tanda kehormatan secara [[anumerta]] pada tahun 1961, dan ditetapkan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal 9 November 2007.
== Biografi ==
=== Kehidupan awal ===
Rijadi terlahir dengan nama Soekamto di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]], pada tanggal 26 Juli 1927;{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=263}} ia adalah putra kedua dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo, seorang perwira pada tentara [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Kasunanan]], dan Soetati, seorang penjual buah.{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1024}}{{sfn|Pour|2008|p=13}} Saat Soekamto berusia satu tahun, ibunya menjatuhkannya; ia kemudian jadi sering sakit-sakitan. Untuk membantu menyembuhkan penyakitnya, keluarganya "menjualnya" dalam ritual tradisional [[suku Jawa]] kepada pamannya, Warnenhardjo; setelah ritual, nama Soekamto diganti menjadi Slamet. Meskipun setelah ritual secara formal ia adalah putra Warnenhardjo, Slamet tetap dibesarkan di rumah orangtuanya.{{sfn|Pour|2008|pp=15–16}} Ia menganut agama [[Katolik Roma|Katolik]],<ref>''[[#DepPen|20 Tahun Indonesia Merdeka]]'', [https://books.google.com/books?hl=id&id=QtsRAAAAMAAJ&dq=slamet+rijadi+katolik&focus=searchwithinvolume&q=kusuma+bangsa%3F hlmn. 431]</ref> serta dikatakan bahwa sejak kecil Slamet menyukai '[[tirakat]]' berpuasa dan hal-hal 'mistik{{'"}}.{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1024}}
Slamet umumnya menempuh pendidikan di sekolah milik Belanda. Sekolah dasar dilaluinya di [[Hollandsch-Inlandsche School|Hollandsch-Inlandsche Schooll Ardjoeno]], sebuah sekolah swasta yang dimiliki dan dikelola oleh kelompok agamawan Belanda.{{sfn|Pour|2008|pp=15–16}} Saat bersekolah di Sekolah Menengah Mangkoenegaran, ia memperoleh nama belakang Rijadi karena ada banyak siswa yang bernama Slamet di sekolah tersebut.{{sfn|Pour|2008|p=19}} Saat di sekolah menengah juga ayahnya kembali "membelinya" dari sang paman.{{sfn|Pour|2008|pp=15–16}} Setelah tamat sekolah menengah dan saat [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Hindia Belanda]] pada tahun 1942, ia melanjutkan pendidikannya ke akademi pelaut di [[Jakarta]]. Setelah lulus, ia bekerja sebagai navigator di sebuah kapal laut.{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=263}}{{sfn|Pour|2008|p=20}}
Saat tidak bekerja di laut, Rijadi tinggal di sebuah asrama di dekat [[Stasiun Gambir]], [[Jakarta Pusat]], sesekali ia juga bertemu dengan para pejuang bawah tanah.{{sfn|Pour|2008|p=21}} Pada 14 Februari 1945, setelah Jepang mulai mengalami kekalahan dalam [[Perang Dunia II]], Rijadi beserta rekannya sesama pelaut meninggalkan asrama mereka dan mengambil senjata; Rijadi pulang ke Surakarta dan mulai mendukung gerakan perlawanan di sana.{{sfn|Pour|2008|p=22}} Ia tidak ditangkap oleh [[Kempeitai|polisi militer Jepang]] atau unit lainnya selama masa pendudukan, yang berakhir dengan [[Proklamasi kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 17 Agustus 1945.{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=263}}
=== Revolusi nasional ===
Setelah Jepang menyerah, Belanda berupaya untuk kembali menjajah Indonesia; karena tidak mau dijajah kembali, rakyat Indonesia-pun [[Revolusi Nasional Indonesia|melawan balik]]. Rijadi memulai kampanye gerilya melawan Belanda dan dengan cepat memperoleh kenaikan pangkat.{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=263}} Ia bertanggung jawab atas Resimen 26 di Surakarta. Selama [[Agresi Militer Belanda I]], yaitu serangan umum yang dilancarkan oleh Belanda pada pertengahan 1947, Rijadi memimpin pasukan Indonesia di beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk [[Ambarawa]] dan [[Semarang]]; ia juga memimpin pasukan penyisir di sepanjang [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu|Merbabu]].{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1024}}
Pada bulan September 1948, Rijadi dipromosikan dan diserahi kontrol atas empat batalion tentara dan satu batalion tentara pelajar. Dua bulan kemudian, Belanda melancarkan [[Agresi Militer Belanda II|serangan kedua]], kali ini menyasar kota [[Yogyakarta]], yang saat itu menjadi ibu kota negara. Meskipun Rijadi dan pasukannya melancarkan serangan terhadap tentara Belanda yang berusaha mendekati Solo melalui [[Klaten]], tentara Belanda akhirnya berhasil memasuki kota. Dengan menerapkan kebijakan "berpencar dan menaklukkan", Rijadi mampu menghalau tentara Belanda dalam waktu empat hari.{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1024}} Setelah itu, Rijadi dikirim ke [[Jawa Barat]] untuk melawan [[Angkatan Perang Ratu Adil]] bentukan [[Raymond Westerling]].{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1025}}
=== Setelah perang dan kematian ===
[[Berkas:Slamet Rijadi and troops into Ambon Harian Umum 1 December 1950 p1.jpg|jmpl|kiri|Rijadi dan pasukannya memasuki Ambon, Desember 1950.]]
[[Berkas:Kawilarang and Rijadi Harian Umum 27 November 1950 p1.jpg|jmpl|Rijadi (kanan) dan [[Alexander Evert Kawilarang]] sedang merundingkan strategi di [[Ambon]].]]
Tak lama setelah berakhirnya perang, [[Republik Maluku Selatan]] (RMS) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Indonesia yang baru lahir. Rijadi dikirim ke garis depan pada tanggal 10 Juli 1950 sebagai bagian dari [[Operasi Senopati]].{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1025}}{{sfn|Pour|2008|p=8}} Untuk merebut kembali [[Pulau Ambon]], Rijadi membawa setengah pasukannya dan menyerbu pantai timur, sedangkan sisanya ditugaskan untuk menyerang dari pantai utara. Meskipun pasukan kedua mengobarkan perlawanan dengan sengit, pasukan Rijadi mampu mengambil alih pantai tanpa perlawanan; mereka kemudian mendaratkan lebih banyak [[infanteri]] dan kendaraan [[lapis baja]].{{sfn|Conboy|2003|p=9}}
Pada tanggal 3 Oktober, pasukan Rijadi, bersama dengan Kolonel [[Alexander Evert Kawilarang]], ditugaskan untuk mengambil alih ibu kota pemberontak di [[Kota Ambon|New Victoria]]. Rijadi dan Kawilarang memimpin tiga serangan; pasukan darat menyerang dari utara dan timur, sedangkan pasukan laut langsung diterjunkan di pelabuhan Ambon. Pasukan Rijadi merangsek mendekati kota melewati rawa-rawa bakau,{{sfn|Conboy|2003|p=9}} perjalanan yang memakan waktu selama sebulan. Dalam perjalanan, tentara RMS yang bersenjatakan [[Jungle Carbine]] dan [[Owen Gun]] terus menembaki pasukan Rijadi, sering kali membuat mereka terjepit.{{sfn|Conboy|2003|p=10}}{{sfn|Pour|2008|p=12}}
Setibanya di New Victoria, pasukan Rijadi diserang oleh pasukan RMS. Namun, ia tidak mengetahui akhir pertempuran tersebut. Ketika Rijadi sedang menaiki sebuah [[tank]] menuju markas pemberontak pada tanggal 4 November, selongsong peluru [[Senapan mesin|senjata mesin]] menembakinya. Peluru tersebut menembus baju besi dan perutnya. Setelah dilarikan ke rumah sakit kapal, Rijadi bersikeras untuk kembali ke medan pertempuran. Para dokter lalu memberinya banyak [[morfin]] dan berupaya untuk mengobati luka tembaknya, namun upaya ini gagal. Rijadi gugur pada malam itu juga, dan pertempuran berakhir pada hari yang sama.{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1025}}{{sfn|Conboy|2003|p=10}} Rijadi dimakamkan di Ambon.{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1025}}
== Peninggalan ==
[[Berkas:Statue of Slamet Rijadi in Surakarta, Indonesia.jpg|jmpl|Patung Slamet Riyadi di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]]]
[[Berkas:Slamet Riyadi.webm|jmpl|Patung Slamet Riyadi di kala subuh.]]
Sejumlah tempat, jalan, dan benda dinamai untuk menghormati Riyadi. Sebuah jalan utama sepanjang {{convert|5.8|km|mi|adj=on}} di Surakarta dinamakan sesuai nama sang brigadir jenderal.{{sfn|Ayuningtyas 2011, Surakarta offers car-free}} [[KRI Slamet Riyadi (352)|KRI ''Slamet Riyadi'']], sebuah [[fregat]] yang dikatakan sebagai salah satu kapal tercanggih yang dimiliki oleh [[TNI Angkatan Laut]], juga dinamai menurut namanya,{{sfn|Erviani and Lilley 2011, Bali maritime security}} begitu juga dengan [[Universitas Slamet Riyadi|sebuah universitas]] di Surakarta dan Yayasan Pendidikan Katolik Slamet Riyadi.{{sfn|Universitas Slamet Riyadi, Sejarah UNISRI}}
Pada 9 November 2007, [[Presiden Republik Indonesia|Presiden]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]] menganugerahi Rijadi gelar [[Pahlawan Nasional Indonesia]];{{sfn|The Jakarta Post 2007, Four forgotten independence}} ia dikukuhkan sebagai pahlawan bersama dengan [[Adnan Kapau Gani]], [[Ida Anak Agung Gde Agung]], dan [[Moestopo]], berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66 Tahun 2007.{{sfn|Suara Merdeka 2007, Presiden Anugerahkan Gelar}}
== Penghargaan{{sfn|Pringgodigdo|Shadily|1973|p=1025}} ==
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana.png|width=100}}
|
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Bhakti.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Sakti.png|width=100}}
|}
{| class="wikitable" width="70%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
!Baris ke-1
| colspan="9"|[[Bintang Mahaputera Adipradana]] (6 November 2007)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI Yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 2004 - Sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/4404daftar_penerima_bintang_mahaputera_tahun_2004-sekarang.pdf|access-date=25 Agustus 2021}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="3"|[[Satyalancana Bhakti]] (November 1961)
| colspan="3"|[[Bintang Gerilya]] (Juli 1961)
| colspan="3"|[[Bintang Sakti]] (Mei 1961)
|}
== Referensi ==
;Catatan kaki
{{reflist|3}}
;Daftar pustaka
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite book
|title=20 Tahun Indonesia Merdeka
|volume=VII
|url=https://books.google.com/books?hl=id&id=QtsRAAAAMAAJ
|publisher=Departemen Penerangan R.I.
|others=Didigitalkan pada 13 September 2006 oleh Universitas Michigan
|ref=DepPen
}}
* {{cite book
|year=2010
|last1=Ajisaka
|first1=Arya
|last2=Damayanti
|first2=Dewi
|edition=Revisi
|title=Mengenal Pahlawan Indonesia
|url=http://books.google.ca/books?id=rVQoHVbUNvIC
|isbn=978-979-757-430-7
|publisher=Kawan Pustaka
|location=Jakarta
|ref=harv
}}
* {{cite news
|title=Surakarta offers car-free night
|last=Ayuningtyas
|first=Kusumasari
|work=The Jakarta Post
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/12/21/surakarta-offers-car-free-night.html
|date=21 December 2011
|ref={{SfnRef|Ayuningtyas 2011, Surakarta offers car-free}}
|archiveurl=https://www.webcitation.org/66ETOFLsH?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/12/21/surakarta-offers-car-free-night.html
|accessdate=17 Maret 2011
|archivedate=2012-03-17
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|year=2003
|last1=Conboy
|first1=Kenneth
|title=Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces
|url=http://books.google.ca/books?id=lf5TUoHfeM8C
|isbn=978-979-95898-8-0
|publisher=Equinox
|location=Jakarta
|ref=harv
}}
* {{cite news
|title=Bali maritime security beefed up following bomb threats
|last1=Erviani
|first1=Ni Komang
|last2=Lilley
|first2=Lawrence
|work=The Jakarta Post
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/01/bali-maritime-security-beefed-following-bomb-threats.html
|date=1 April 2011
|ref={{SfnRef|Erviani and Lilley 2011, Bali maritime security}}
|archiveurl=https://www.webcitation.org/66ETkeToM?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/01/bali-maritime-security-beefed-following-bomb-threats.html
|accessdate=17 Maret 2011
|archivedate=2012-03-17
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2007/11/10/four-forgotten-independence-heroes-get-official-recognition.html
|date=11 November 2007
|title=Four forgotten independence heroes get official recognition
|work=The Jakarta Post
|accessdate=17 Maret 2011
|archiveurl=https://www.webcitation.org/65AqQQ0KC?url=http://www.thejakartapost.com/news/2007/11/10/four-forgotten-independence-heroes-get-official-recognition.html
|archivedate=2012-02-03
|ref={{SfnRef|The Jakarta Post 2007, Four forgotten independence}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|year=2008
|last1=Pour
|first1=Julius
|title=Ign. Slamet Rijadi
|url=http://books.google.ca/books?id=lf5TUoHfeM8C
|isbn=978-979-22-3850-1
|publisher=Gramedia
|location=Jakarta
|ref=harv
}}
* {{cite news
|url=http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/10/nas09.htm
|date=10 November 2007
|title=Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional
|work=Suara Merdeka
|accessdate=17 Maret 2011
|archiveurl=https://www.webcitation.org/65ArV49Bm?url=http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/10/nas09.htm
|archivedate=2012-02-03
|ref={{SfnRef|Suara Merdeka 2007, Presiden Anugerahkan Gelar}}
|dead-url=no
}}
* {{cite encyclopedia
|last1 =Pringgodigdo
|first1 =Abdul Gaffar
|last2 =Shadily
|first2 =Hassan
|encyclopedia =Ensiklopedi Umum
|title =Slamet Riyadi
|url =http://books.google.ca/books?id=BJrFsQ0SwzgC&pg=PA1025&dq=Slamet+Riyadi&hl=en&sa=X&ei=KZ9kT7XULo6GrAfe5uy8Bw&ved=0CE0Q6AEwBjgU#v=onepage&q=Slamet%20Riyadi&f=false
|year =1973
|publisher =Kanisius
|oclc =4761530
|pages =1024–1025
|ref =harv
}}
* {{cite web
|url=http://www.unisri.ac.id/konten-sejarah.html
|accessdate=12 Desember 2013
|publisher=Universitas Slamet Riyadi
|title=Sejarah UNISRI
|ref={{sfnRef|Universitas Slamet Riyadi, Sejarah UNISRI}}
|archive-date=2013-11-09
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131109043732/http://www.unisri.ac.id/konten-sejarah.html
|dead-url=yes
}}
{{refend}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
{{lifetime|1927|1950}}
{{artikel pilihan}}
{{DEFAULTSORT:Rijadi, Slamet}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Kematian akibat perang]]
[[Kategori:Tokoh TNI]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Katolik Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Penerima Bintang Sakti]]
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Bhakti]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]
|