Sejarah nama Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Membatalkan revisi 5174043 oleh 114.79.50.44 (Bicara): diragukan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(63 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
Nama '''"Indonesia"''' berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara [[Indocina]] dan [[Australia]] dengan aneka nama, sementara kronik-[[kronik]] bangsa [[Tionghoa]] menyebut kawasan ini sebagai '''Nan-hai''' ("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno bangsa [[India]] menamai kepulauan ini '''Dwipantara''' ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam [[bahasa Sanskerta]] ''dwipa'' (pulau) dan ''antara'' (luar, seberang). Kisah [[Ramayana]] karya pujangga [[Walmiki]] menceritakan pencarian terhadap [[Sinta]], istri [[Rama]] yang diculik [[Rahwana]], sampai ke ''Suwarnadwipa'' ("Pulau Emas", diperkirakan [[Pulau Sumatra]] sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Nama "Indonesia" berasal dari dua kata [[Bahasa Yunani|Yunani]] yaitu, ''[[Sungai Indus|Indus]]'' (Ἰνδός) yang berarti "India" dan kata ''Nesos'' (νῆσος) yang berarti pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan India".<ref>{{cite book|author1=Tomascik, T.|author2=Mah, J.A.|author3=Nontji, A.|author4=Moosa, M.K.|title=The Ecology of the Indonesian Seas – Part One|publisher=Periplus Editions|year=1996|location=Hong Kong|isbn=962-593-078-7}}</ref>
[[File:1855 Colton Map of the East Indies (Singapore, Thailand, Borneo, Malaysia) - Geographicus - EastIndies-colton-1855.jpg|thumb|right|300px|Wilayah yang sekarang diidentifikasi sebagai Indonesia memiliki nama yang berbeda, seperti "[[Hindia Timur]]" di peta tahun 1855 ini.]]
[[Bangsa Arab]] menyebut wilayah kepulauan itu sebagai '''Jaza'ir al-Jawi''' (Kepulauan [[Pulau Jawa|Jawa]]). Nama [[bahasa Latin|Latin]] untuk [[kemenyan]], ''benzoe'', berasal dari nama [[bahasa Arab]], ''luban jawi'' ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon ''[[species:Styrax sumatrana|Styrax sumatrana]]'' yang dahulu hanya tumbuh di
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, [[Persia]], [[India]], dan [[Tiongkok]]. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah '''Hindia'''. Jazirah [[Asia Selatan]] mereka sebut "Hindia Muka" dan
[[Eduard Douwes Dekker]] ([[1820]]-[[1887]]), yang dikenal dengan nama samaran ''Multatuli'', pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "'''[[Insulinde]]'''", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam [[bahasa Latin]] "''insula''" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal [[abad ke-20]].▼
▲[[Eduard Douwes Dekker]] ([[1820]]-[[1887]]), yang dikenal dengan nama samaran ''Multatuli'', pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "'''Insulinde'''", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam [[bahasa Latin]] "''insula''" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal [[abad ke-20]].
== Nama Indonesia ==
Pada tahun [[1847]] di [[Singapura]] terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, ''[[Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia]]'' (JIAEA, [[Bahasa Indonesia|BI]]: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"
Dalam
:"''... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"''".
<!--
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan [[Srilanka]] saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan [[Maladewa]]). Earl berpendapat juga bahwa [[bahasa Melayu]] dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The ''Ethnology of the Indian Archipelago'' ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
:"''Mr Earl menyarankan istilah [[etnografi]] "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah [[geografis]] murni "Indonesia", yang hanya [[sinonim]] yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia''"
<!--
Pada tahun [[1884]] guru besar [[etnologi]] di [[Universitas Berlin]] yang bernama
[[Inlanders|Pribumi]] yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat ([[Ki Hajar Dewantara]]). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun [[1913]] ia mendirikan sebuah biro [[pers]] dengan nama ''[[Indonesische Persbureau]]''. Nama '''Indonesisch''' (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti ''Indisch'' ("Hindia") oleh Prof [[Cornelis van Vollenhoven]] (1917). Sejalan dengan itu, ''[[inlander]]'' ("pribumi") diganti dengan ''Indonesiër'' ("orang Indonesia")..
== Politik ==
Pada dasawarsa [[1920-an]], nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun [[1922]] atas inisiatif [[Mohammad Hatta]], seorang mahasiswa ''Handels Hoogeschool'' (Sekolah Tinggi Ekonomi) di [[Rotterdam]], organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama [[Indische Vereeniging]]) berubah nama menjadi ''[[Indonesische Vereeniging]]'' atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, ''Hindia Poetra'', berganti nama menjadi ''Indonesia Merdeka''.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,
Di Indonesia Dr. [[Sutomo]] mendirikan ''[[Indonesische Studie Club]]'' pada tahun [[1924]]. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI). Pada tahun [[1925]] [[Jong Islamieten Bond]] membentuk kepanduan ''[[Nationaal Indonesische Padvinderij]]'' (''Natipij''). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal [[28 Oktober]] [[1928]], yang kini dikenal dengan sebutan [[Sumpah Pemuda]].
Pada bulan Agustus [[1939]] tiga orang anggota ''[[Volksraad]]'' (Dewan Rakyat; parlemen Hindia
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal [[8 Maret]] [[1942]], lenyaplah nama "Hindia
== Linguistik ==
Sebelum [[bahasa Indonesia]] ditahbiskan menjadi bahasa persatuan pada [[Sumpah Pemuda]], maka sejumlah linguis Eropa telah menggunakan istilah "bahasa Indonesia" alih-alih "[[bahasa Melayu]]" untuk menyebut bahasa yang dipertuturkan di Indonesia, terutama setelah terlihat percabangan pembakuan bahasa yang dipertuturkan di kedua wilayah tersebut pada awal abad ke-20. Pada tahun 1901, [[Hindia Belanda]] (kelak menjadi Indonesia) mengadopsi [[ejaan Van Ophuijsen]], sedangkan pada tahun 1904 [[Persekutuan Tanah Melayu]] (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah [[Inggris]] mengadopsi [[ejaan Wilkinson]].<ref name="indodic">[http://www.indodic.com/Interlang.htm Interlang: Best of the Best (Crème de la Crème)] dari indodic.com</ref> Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan [[Kitab Logat Melayu]] (dimulai tahun 1896) [[van Ophuijsen]], dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Salah satu linguis yang memopulerkan nama bahasa Indonesia adalah linguis Swis, [[Renward Brandstetter]] (1860-1842), yang dikenal sebagai pencetus teori akar bahasa [[bahasa Austronesia|Austronesia]].<ref name="Mahdi">[http://www.academia.edu/8979024/Renward_Brandstetter_s_comparative_analysis_of_the_Indonesian_Mind_ Waruno Mahdi: Renward Brandstetter's Comparative Analysis of the "Indonesian Mind"]</ref>, yang sejak 1908 mulai menyebut dirinya sebagai ''indonesischer Sprachforscher'' (peneliti bahasa Indonesia). Tulisan-tulisan Brandstetter pada kurun waktu sebelumnya (1893-1908) yang disebutnya ''Malaio-polynesische Forschungen'' (studi [bahasa] Melayu Polinesia), mulai 1908 dinamai ulang menjadi ''Monographien zur indonesischen Sprachforschung'' (monograf-monograf mengenai riset bahasa Indonesia). Walaupun demikian, "bahasa Indonesia" yang dimaksud oleh Brandstetter lebih luas daripada sekadar bahasa di Hindia Belanda saja, melainkan juga mencakup [[Daftar bahasa di Filipina|bahasa-bahasa Filipina]], [[bahasa Madagaskar]], "mulai dari [[Taiwan|Formosa]] hingga ke [[Madagaskar]]",<ref name="Mahdi"/> oleh karena itu penggunaan istilah Indonesia oleh kalangan lingustik tidak memiliki konotasi geopolitis yang sama dengan masa sekarang, melainkan sebagai cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat atau Austronesia Barat.<ref>Wilhelm Schmidt,</ref> Penelitian Brandstetter tentang Bahasa Indonesia telah diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1916 (empat esai<ref>''Wurzel und Wort in den indonesischen Sprachen'' (1910, ''Root and Word in the Indonesian Languages''); ''Gemeninindonesisch und Urindonesisch'' (1911, ''Common Indonesian and Original Indonesian''), diterjemahkan dengan judul ''Bahasa Indonesia Umum dan Bahasa Indonesia Purba'', ''Das Verbum'' (1911, ''The Indonesian Verb''), dan ''Di Lauterscheinungen in den indonesischen Sprachen'' (1915, ''Phonetic Phenomena in the Indonesian Languages'') [http://books.google.co.id/books?id=4MBTBQAAQBAJ&pg=PA18&lpg=PA18&dq=Brandstetter&source=bl&ots=YVo0uc_9_b&hl=id&sa=X&redir_esc=y]</ref>), dan satu di antaranya telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada 1956.<ref name="mawardi">[https://bandungmawardi.wordpress.com/tag/renward-brandstetter/ Bandung Mawardi: Rendward Brandstetter]</ref> Esai-esai itu mempengaruhi perkembangan ilmu linguistik Austronesia.<ref>Dempwolf 1934:7</ref> Tentang ketertarikannya, ia menyebutkan pengaruh [[Karel Niemann|Niemann]], [[Snouck Hurgronje|Hurgronje]], [[Adriani]], dan Conant: <br />''"... Dengan begitu bertahun-tahun saja telah mempeladjari berbagai teks dalam bahasa Indonesia, mula-mula dibawah pimpinan Niemans, kemudian sendiri sadja. Kalau teks-teks itu tiada memuaskan, maka saja – oleh sebab tak pernah mengundjungi Indonesia – berhubungan dengan kaum penjelidik jang telah berpuluh-puluh tahun diam disana, untuk memperoleh keterangan dengan lisan, terutama dengan Snouck Hurgronje, Adriani dan Conant."''<ref name="mawardi"/>
Penggunaan istilah "bahasa Indonesia" dalam pengertian modern, yaitu seperti dalam pemikiran Suryaningrat, baru muncul setelah 1918, dan dipakai dalam karya-karya, a.l.: Adriaanse (1918), Jonkman (1918), Ratu Langie (1918). Secara internasional, istilah tersebut mulai digunakan luas pada 1920-an, seperti dalam Weber (1922), dan ''Congres International Pour la Paix'' di Paris (1926)<ref>Jones 1973:110</ref>
== Lihat pula ==
Baris 59:
== Rujukan ==
* [https://web.archive.org/web/20040625134846/http://www.uhpress.hawaii.edu/books/seasiatext/excerpt.html#names David Chandler, et al. 2005. "''The Emergence of Modern Southeast Asia: A New History''", disunting oleh Norman G. Owen (U. Hawai‘i Press, 2005)]
Linguistik:
* Dempwolff, Otto (1923): ''Vergleichende Lautlehre des austronesischen Wortschatzes. Erster Band: Induktiver Aufbau einer indonesischen Ursprache.'' (Beihefter zur Zeitschrift fur Eingeborenen-Sprachen 15). Berlin: Dietrich Reimer /Andrews & Steiner and hamburg: Friederichsen, De Gruyter
* Jones, Russel (1973): ''[https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1973_num_6_1_1130 Earl, Logan and "Indonesia"]'', ''Archipel'' 6, 93-118
* Schmidt, Wilhelm (1899): Die sprachlichen Verhaltnisse Oceaniens (Melanesiens, Polynesiens, Mikronesiens und Indonesiens) in ihrer Bedeutung fur die Ethnologie.''Mittheilungen der Anthropologischen Gesellschaft in Wien'' 29, 245-258
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.lenteratimur.com/menapaki-nama-indonesia/ Menapaki Nama Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110420125901/http://www.lenteratimur.com/menapaki-nama-indonesia/ |date=2011-04-20 }}
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm Asal
* {{id}} [http://batarahutagalung.blogspot.com/2006/03/asal-usul-kata-indonesia.html Asal-usul Kata Indonesia]
* {{id}} [http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/laman/index.php?info=praktis&action=detail&kataistilahid=3 Pusatbahasa: Nama Indonesia]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} [http://www.geonames.de/couid.html Nama Indonesia, Jakarta, dan Jawa dalam berbagai bahasa]
Baris 72 ⟶ 77:
{{Topik Indonesia}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:Budaya Indonesia|Nama Indonesia, Sejarah]]
|