Mlilir, Dolopo, Madiun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Katyusha 97 (bicara | kontrib) →Kerajinan: Perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
||
(50 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{tanpareferensi}}
{{kelurahan
|nama=
|kecamatan=Dolopo
|dati2=Kabupaten
Baris 7 ⟶ 8:
|provinsi=Jawa Timur}}
'''Mlilir''' adalah
Dulu saat Kelurahan Mlilir masih dalam bentuk Desa, Milir terdiri atas beberapa Dusun, yaitu:
*Dusun Blaru
*Dusun Ngeprih
*Dusun Prenggowiranan
*Dusun Nglobang
*Dusun Guwo
==
Sungai yang ada di Mlilir disebut Kali Asin. Kali Asin bersumber dari Telaga Ngebel. Ekologi Kali Asin pada tahun 1960-an masih sangat komplet (lengkap).
Kali Asin memiliki aneka ragam biota antara lain:
*ikan lele (Clarias batrachius)
*ikan gabus (Channa striata)
*ikan wader (Luciusoma setigerum,Rosbora argyrotaenia)
*ikan sili (Microphis brachyurus brachyurus)
*ikan sunduk prono (Ichthyocampus carce)
*ikan bader (Barbonymus gonionotus)
*ikan keting (Ketengus typus)
*ikan jogoripuh (Acrochordonichtys rugorus)
*belut (Monopterus albus, Ophisternon bengalense)
*udang
*lobster biru
*dll.
Dulu, di musim kemarau, banyak dijumpai lumut (ganggang hijau) yang menjuntai sepanjang 20–50 cm. Kini pada tahun 2012, keberadaan biota itu sudah langka. Kerusakan ekologi yang ada di Kali Asin antara lain dampak dari pencarian ikan dengan Endrin, jenu, penyetruman, dan pencemaran limbah rumah tangga.
== Hasil Bumi ==
Hasil Bumi
== Kerajinan ==
Dulu saat Mlilir masih menjadi desa Dusun Guwo, terdapat pengrajin Pandai Besi. Produk yang dihasilkan adalah aneka macam pisau, ganco, pacul, singkal, pethel, alat sadap getah pinus, dan alat pertukangan, pengrajin Pandai Besi yang terkenal pada awalnya adalah Pak Sadiran (Alm). Kini usahanya diteruskan oleh keturunannya. Di lokasi yang sama juga pernah ada pengrajin genteng sampai tahun 1980-an. Namun kini sudah tidak ada.
== Pendidikan ==
Di
== Sosial budaya ==
Adat istiadat peninggalan nenek moyang yang beragama Hindu masih ada di era Hindu sampai dengan tahun 1970-an, antara lain memberikan Cok bakal di kepunden, memberi sesaji kepada para leluhur yanh ditaruh di dalam atau dekat "senthong" ketika orang yang memberi mempunyai gawe atau mengirim doa. Seiring perkembangan agama Islam di indonesia, adat kebiasaan itu ditinggalkan.
pada Tahun-Tahun sebelumnya dan Tahun 1980-an , ada budaya yang bernama Megengan. budaya megengan adalah budaya selamatan pada malam likuran di bulan puasa. budaya megengan Diadakan per RT dan rumah terdekat sebanyak kurang lebih 20 keluarga. Tiap keluarga mengadakan sendiri-sendiri. Namun
banyak brekat yang tidak habis alhasil brekat yang tidak habis kemudian di jemur. Namun sekarang budaya megengan bareng menjadi tukar menukar "brekat"{{butuh rujukan}}.
{{
|