(10 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Efek Bohr''', pada awalnya merupakan sebagian sifat [[hemoglobin]] yang dijabarkan pertama oleh [[ilmuwan]] [[Denmark]] bernama [[Christian Bohr]] yang merupakan [[ayah]] dari [[Niels Bohr]]. Menurut beliaudia, peningkatan konsentrasi proton dan/atau [[karbondioksida|CO<sub>2</sub>]] akan menurunkan daya cerapserap hemoglobin terhadap [[oksigen]]. Peningkatan rasio [[plasma darah|plasma]] CO<sub>2</sub> juga akan menurunkan [[pH]] [[darah]] oleh karena sifat antagonis antara proton dan karbondioksida.
Pada tahun 1904, Christian Bohr menemukan bahwa CO<sub>2</sub> menurunkan daya cerapserap hemoglobin dengan drastis, dan pada tahun 1928, [[Barcroft]] menemukan bahwa semua [[senyawa organik|senyawa]] [[asam]] organik memiliki sifat serupa sebagai mekanisme [[difusi]] gas di dalam [[sirkulasi darah]]. Oleh sebab itu, tidak saja CO<sub>2</sub> di dalam [[pembuluh darah kapiler]] yang melepaskan oksigen dari pencerapnyapenyerapnya pada hemoglobin, tetapi tekanan oksigen di dalam paru juga akan melepaskan gas CO<sub>2</sub> dari hemoglobin yang mengusungnya.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://jgp.rupress.org/content/43/4/737.full.pdf|title=The Nature and Significance of the Bohr Effect in Mammalian Hemoglobins|accessdate = 2010-11-16|work=Zoology Department, The University of Texas; AUSTEN RIGGS}}</ref>
Pada tahun 1920, [[Henderson]] untuk pertama kalinya memperlihatkan bahwa molekul hemoglobin memiliki [[gugus fungional|gugus]] asam yang menjadi lebih asam ketika ter[[oksigenasi]]. [[German]] dan [[Wyman]] pada tahun 1937 lebih lanjut membuktikan bahwa proses [[deprotonasi]] hemoglobin terjadi sebagai akibat dari proses oksigenasi pada gugus asam hemoglobin yang disebut [[imidazol]], dan pada tahun 1943-1949 gugus asam serupa pada hemoglobin ditemukan oleh [[Roughton]] dan disebut [[amonium]].
Pada tahun 1952 dan 1958, [[Schmidt]]-[[Nielsen]], [[Gjonnes]] dan [[Larimer]] melakukan pengamatan [[biokimia]] dan mendapati bahwa daya cerap oksigen pada [[mamalia]] berbanding terbalik dengan berat tubuh. Kemudian diketahui bahwa hal ini disebabkan oleh jumlah residu [[sisteina]] untuk setiap [[molekul]] hemoglobin yang semakin banyak, sebanding dengan jumlah [[ion]] [[hidrogen|H<sup>+</sup>]] yang dilepaskan pada proses oksigenasi, pada ukuran mamalia yang semakin kecil. Selain itu, pada tahun 1959 Larimer menemukan bahwa ukuran mamalia berbanding terbalik dengan jumlah anhidrase karbonat yang terdapat di dalam sel darah merah.▼
== Referensi ==
▲Pada tahun 1952 dan 1958, [[Schmidt]]-[[Nielsen]], [[Gjonnes]] dan [[Larimer]] melakukan pengamatan [[biokimia]] dan mendapati bahwa daya cerap oksigen pada [[mamalia]] berbanding terbalik dengan berat tubuh. Kemudian diketahui bahwa hal ini disebabkan oleh jumlah residu [[sisteina]] untuk setiap [[molekul]] hemoglobin yang semakin banyak, sebanding dengan jumlah [[ion]] [[hidrogen|H<sup>+</sup>]] yang dilepaskan pada proses oksigenasi, pada ukuran mamalia yang semakin kecil. Selain itu, pada tahun 1959 Larimer menemukan bahwa ukuran mamalia berbanding terbalik dengan jumlah anhidrase karbonat yang terdapat di dalam sel darah merah.