Prasasti Raja Sankhara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(25 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Prasasti Raja Sankhara''' adalah [[prasasti]] yang berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan di [[Sragen]], [[Jawa Tengah]]. Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana keberadaannya.<ref name="Bambang Budi Utomo">
=== Asal Usul ===
Prasasti Sankhara sebenarnya ditulis di atas dua batu. Namun batu pertama yang memuat permulaan prasasti belum ditemukan.Dengan demikian tidak diketahui dengan pasti kapan prasasti itu dikeluarkan. Dari segi paleografi (ilmu yang mempelajari perbandingan huruf), diperkirakan Prasasti Sankhara berasal dari pertengahan abad ke-8 Masehi.
Melihat bagian belakang prasasti yang tidak rata dan ada bagian yang merupakan tonjolan, diduga kuat dulu prasasti ini ditempatkan dalam sebuah bangunan.
== Isi prasasti ==
Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Ayah Raja Sankhara, [[raja Sanjaya]], wafat karena sakit selama 8 hari. Anaknya yang bernama Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur.<ref>Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1984:109)</ref>▼
1. twam widitwā swakam api dadataḥ saṭsuwarnaṃ vyayā rtham dharmyaṃ
yan māttha vakyan tad iha sa karavāniti kṛtvā pratijnaṃ prityā
pratyagrahit tad gatakapatmanās tātadattam pṛahsṭaḥ aitvā
2. tuṣṭo pi śṛnvan vacanam iti gurus satyabhāvaṃ vijānan kālenai
vācirena glapitatanuvalas tivradāhajvarena duḥkḥaṃ so sto
dināni jvarakṛtam avaśas sodavān svarggato ait tāte yaś ca prana
ṣṭe punar api vimanā dhairyya ruddhāśrunetraḥ
3. so yan tyaktānya bhaktir jagadasivaharāc chaṃkarāc chaṃkarākhyaḥ*dhātuḥ putryāḥ pra
sādan tuṭivad anutamaṃ svalpapunyo dhigamya sancintyātma
pratijnam anrtagurubhayas satyatān netum icchan prāsādaṃ svā
tmabuddes susadṛsam akarot sarddham ebhih pravandhaiḥ
śreyo mokṣan na param adhikan kathyate jnanavidohir mokṣā
s so pi vratibhir anaghair labhyate jnanahetoḥ tac ca jna
naṃ vratibhir amalaṃ labhyate yat praśādād dhātuh putri janaya
tutarāṃ vanditā -ah kavitvam
4. iha sudṛdayaśostu bhiksu
saṃghaḥ kulapatir agryasukhi cinotu dharmam jagad apaga
damāyi dasyu rakṣanṛpatir arātir ihāciraṃ sa jivyāt
Terjemahan sementara
{{cquote| ''... Setelah mengetahui....(?), ia memberi untuk dikeluarkan juga "emas yang enam" kepunyaannya sendiri; setelah berjanji "saya harus mengerjakan kata-kata yang benar yang telah dikatakan kepada saya itu" Ia menerima dengan senang hati apa yang telah diberikan oleh ayahnya, dengan hati yang bersih dari pikiran-pikiran yang jahat. Sang guru pergi dengan puas, mendengar perkataan itu, (karena) mengetahui sifatnya yang benar. dalam waktu yang lama karena sakit panas, badannya lemah, lemas dan kehabisan tenaga, setelah menderita karena sakit panas dengan sedih selama delapan hari, ia masuk surga Dan ia, setelah ayahnya meninggal, lagi-lagi tidak sadarkan diri, (sambil) dengan ketabahan hati membendung air mata di matanya. Ia, yang bernama Sankara, setelah meninggalkan kebaktian kepada (dewa) yang lain, dari Sankara yang melenyapkan ketidaktentraman di dunia,(dan) dari Putri Dhatr (?), menjadi puas, setelah menyadari jasanya sendiri yang sedikit, yang tidak berarti sebagai buah cardamom yang kecil,setelah merenungkan janjinya sendiri, karena takut akan gurunya yang tidak benar, bermaksud hendak melaksanakannya,Dengan kemauannya sendiri ia membuat prasada (candi) yang indah disertai dengan syair ini.Tiada kebahagiaan yang lebih tinggi daripada moksa, demikian dikatakan oleh mereka yang tahu akan jnana (kennis (pengetahuan)) moksa diperoleh oleh para vratin yang suci berdasarkan ilmunya, semoga Putri Dhatri, yang dipuja-puja, dengan perkenan siapa ilmu yang suci itu diperoleh oleh para vratin, amat memperkembangkan 'kesusasteraan'. Semoga samgha para Bhiksu tetap teguh berjasa, semoga kulapati dengan kebahagiaan tertinggi mengumpulkan kebajikan (dharma),semoga musuh, raja pelindung para Dasyu, yang merupakan bukan rintangan (?) di dunia ini, tidak panjang hidupnya...''}}
▲Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih.
== Penafsiran ==
Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan [[Rakai Panangkaran]]
Oleh [[Poerbatjaraka]] Panangkaran disamakan dengan Panaraban dalam [[Carita Parahyangan]]. Isi prasasti Raja Sankhara ini secara garis besar sesuai benar dengan kisah dalam Carita Parahyangan di mana disebutkan bahwa Raja Sanjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban (Rakai Tamperan) untuk berpindah agama, karena agama Siwa yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunannya itu ialah raja-raja dari [[wangsa Sailendra]], asli Nusantara, yang semula menganut agama Siwa, tetapi sejak Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama Buddha Mahayana.<ref>Poerbatjaraka (1975:25-38)</ref>
Namun pendapat berbeda di kemukakan oleh [[Arlo Griffiths]], menurutnya Sankhara bukanlah raja, tapi kemungkinan adalah rohaniawan yg memelihara tempat ibadah atau bangunan suci, yang menuliskan sajak, syair, atau ajaran dan nasihat pada tempat ibadah. Griffiths berpendapat Prasasti Sankhara merupakan prasasti non kerajaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kerajaan maupun dengan [[wangsa sailendra]].
== Lihat juga ==
* [[Prasasti Sojomerto]]
* [[Prasasti Canggal]]
== Referensi ==
{{Reflist|2}}
[[Kategori:Prasasti di
[[Kategori:Kabupaten Sragen]]
|