Gandamana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tranggono (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Tokoh Wayang
[[Berkas:Gandamana Wayang.JPG|thumb|300px|right|Wayang Gandamana gaya [[Surakarta]].]]
| gambar= Gandamana Wayang.JPG
'''Arya Gandamana''' adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam naskah [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', karena merupakan asli ciptaan pujangga [[Jawa]]. Tokoh ini menjabat sebagai [[patih]] [[Kerajaan Hastina]] zaman pemerintahan [[Pandu]], ayah para [[Pandawa]].
[[Berkas:Gandamana| keterangan = Wayang.JPG|thumb|300px|right|Wayang Gandamana gaya [[Surakarta]].]]
| nama = Gandamana
| posisi = [[patih]]
| tempat = [[Astina]]
| keluarga =
* Gandabayu (ayah)
* Trilaksmi (ibu)
* Gandawati (kakak)
}}
'''Arya Gandamana''' adalah nama seorang tokoh dalam kisah [[pewayangan]] [[Jawa]]. Tokoh ini disisipkan ke dalam adaptasi [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', suatu kisah dari zaman [[sejarah India|India Kuno]] karya [[Byasa|Kresna Dwaipayana Byasa]]. Karena merupakan tokoh tambahan ciptaan pujangga [[Jawa]], maka nama dan kisah Gandamana tidak terdapat dalam naskah ''Mahabharata'' yang berasal dari India dan ber[[bahasa Sanskerta]].
 
Dalam cerita pewayangan, tokoh ini menjabat sebagai [[patih]] [[Kerajaan Hastina]] zaman pemerintahan [[Pandu]], ayah para [[Pandawa]]. Karena fitnah [[Sangkuni|Sengkuni]], Gandamana terpaksa meninggalkan kedudukannya dan kembali ke tanah airnya, yaitu [[Kerajaan Pancala]], di mana ia berada di sana sampai akhir hayatnya. Kematiannya terjadi pada saat ia menggelar [[sayembara]] untuk memperebutkan keponakannya yang bernama [[Drupadi]].
 
== Asal-Usul usul ==
Gandamana adalah putra Gandabayu raja [[Kerajaan Pancala]] yang lahir dari permaisuri bernama Trilaksmi. Memiliki kakak perempuan bernama Gandawati yang menikah dengan [[Drupada]], raja Pancala selanjutnya. Gandamana sendiri merupakan [[reinkarnasi]] seorang pendeta muda bernama Resi Jarwada yang pernah menyerang kahyangan menantang para dewa.
 
Gandamana berguru kepada [[Pandu]] raja [[Kerajaan Hastina]] yang mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian. Tapi kesaktian Gandamana bisa melebihi Pandu, dalam versi pedalangan ketika Prabu Tremboko dari Pringgadani memberontak melawan Astina, Gandamana perang tanding melawan Prabu Tremboko dan ia kewalahan lalu mengeluarkan keris pusaka Pringgadani yaitu Kyai Kalanadah yang sangat ampuh. Gandamana ditusuk dengan keris hanya gemetar lalu pingsan tetapi ketika Pandu perang tanding melawan Tremboko, masing-masing menggunakan keris pusaka: Pandu dengan keris Kyai Pulanggeni sedangkan Tremboko dengan Kyai Kalanadah. Tremboko tewas seketika tertusuk Pulanggeni, sedangkan Pandu ketika menginjak Tremboko yang telah tewas, kakinya menginjak keris Kalanadah yang masih dipegang mayat Tremboko, hal yang menyebabkan Pandu sakit keras dan meninggal.
Gandamana berguru kepada [[Pandu]] raja [[Kerajaan Hastina]] yang mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian.
 
== Menikahkan Gandawati ==
Meskipun menjabat sebagai [[putra mahkota]] di [[Kerajaan Pancala]], Gandamana menolak menjadi raja karena ingin mengabdi kepada [[Pandu]]. Ia pun mengadakan sayembara, barang siapa bisa mengalahkan dirinya berhak menjadi suami Gandawati dan mewarisi takhta [[Kerajaan Pancala]]. Banyak pelamar dari golongan satriya mencoba mengikuti sayembara tersebut namun tidak ada yang mampu mengalahkan Gandamana. Pandu sendiri hadir sebagai penonton bersama seorang pembantunya yang berasal dari negeri Atasangin bernama [[Drupada|Sucitra]]. Pandu kemudian mendaftarkan Sucitra untuk mengikuti sayembara. Dengan memakai ''sumping'' (hiasan telinga) milik Pandu, Sucitra berhasil mengalahkan Gandamana. Sucitra pun resmi menjadi suami Gandawati sedangkan Gandamana mengabdi kepada Pandu sebagai [[patih]] [[Kerajaan Hastina]]. Sesuai kesepakatan, setelah Gandabayu meninggal dunia, maka yang menjadi raja Pancala bukan Gandamana, melainkan Sucitra, dengan bergelar [[Drupada]].
 
== Korban Fitnahfitnah ==
Banyak pelamar dari golongan ksatriya mencoba mengikuti sayembara tersebut namun tidak ada yang mampu mengalahkan Gandamana. Pandu sendiri hadir sebagai penonton bersama seorang pembantunya yang berasal dari negeri Atasangin bernama [[Drupada|Sucitra]].
Di negeri Hastina, Gandamana memiliki saingan politik bernama [[Sangkuni|Arya Suman]]. Suatu hari keduanya dikirim [[Pandu]] untuk menumpas pemberontakan Tremboko raja Pringgadani. Pemberontakan ini juga terjadi akibat adu domba yang dilancarkan oleh Suman sendiri. Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh terperangkap ke dalam lubang dan kemudian ditimbuni dengan bongkahan-bongkahan batu. Setelah itu, Suman kembali ke Astina menyampaikan laporan palsu bahwa Gandamana telah menyeberang ke pihak musuh. Dalam keadaan bimbang Pandu memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru. Gandamana yang berhasil meloloskan diri dari maut, lalu kembali ke Astina. Di sana ia menyeret dan menghajar Suman sampai babak belur. Wajah Suman yang semula tampan berubah menjadi jelek akibat dianiaya Gandamana. Karena perbuatan "main hakim sendiri" tersebut, Gandamana pun dipecat Pandu dari jabatan patih. Sementara itu Suman yang kehilangan ketampanannya sejak saat itu dikenal dengan sebutan [[Sangkuni|Sengkuni]], yang berasal dari kata ''Saka'' dan ''Uni'', bermakna "karena ucapan".
 
== Menghajar DronaDurna ==
Pandu kemudian mendaftarkan Sucitra untuk mengikuti sayembara. Dengan memakai ''sumping'' (hiasan telinga) milik Pandu, Sucitra berhasil mengalahkan Gandamana. Sucitra pun resmi menjadi suami Gandawati sedangkan Gandamana mengabdi kepada Pandu sebagai [[patih]] [[Kerajaan Hastina]].
[[Drona|Kumbayana]] adalah saudara angkat [[Drupada]] yang pada suatu hari datang menyusul ke [[Kerajaan Pancala]]. Kumbayana datang dengan sikap yang kurang sopan, yaitu memanggil-manggil nama kecil Drupada, yaitu Sucitra, dengan tidak hormat. Gandamana tersinggung melihat kakak ipar sekaligus rajanya diperlakukan dengan kurang sopan. Ia pun menyeret Kumbayana keluar dari istana dan menghajarnya sampai cacad. Wajah Kumbayana yang semula tampan berubah menjadi buruk rupa.
 
Kumbayana kemudian pergi bertapa dan menjadi seorang pendeta bergelar [[Drona|Durna]]. Ia juga mengabdi di [[Kerajaan Hastina]] sebagai guru ilmu perang para [[Pandawa]] dan [[Korawa|Kurawa]]. Setelah mahir para Korawa dikirim untuk menangkap Drupada dan Gandamana namun tidak ada yang berhasil melakukannya. Para Pandawa pun menggantikan tugas mereka. Kelima putra [[Pandu]] tersebut mendatangi Drupada dan Gandamana dan menyampaikan maksud mereka secara baik-baik. Drupada dan Gandamana yang sama-sama berhutang jasa kepada Pandu tidak kuasa menolak permintaan para Pandawa. mereka pun menyerah secara baik-baik untuk dihadapkan kepada Drona. Di hadapan Durna, Drupada menyerahkan sebagian wilayah Pancala kepadanya.
Sesuai kesepakatan, setelah Gandabayu meninggal dunia, maka yang menjadi raja Pancala bukan Gandamana, melainkan Sucitra, dengan bergelar [[Drupada]].
 
== Korban Fitnah ==
Di negeri Hastina, Gandamana memiliki saingan politik bernama [[Sangkuni|Arya Suman]]. Suatu hari keduanya dikirim [[Pandu]] untuk menumpas pemberontakan Tremboko raja Pringgadani. Pemberontakan ini juga terjadi akibat adu domba yang dilancarkan oleh Suman sendiri.
 
Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh terperangkap ke dalam lobang dan kemudian ditimbuni dengan bongkahan-bongkahan batu. Setelah itu, Suman kembali ke Hastina menyampaikan laporan palsu bahwa Gandamana telah menyeberang ke pihak musuh. Dalam keadaan bimbang Pandu memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru.
 
Gandamana yang berhasil meloloskan diri dari maut kembali ke Hastina. Di sana ia menyeret dan menghajar Suman sampai babak belur. Wajah Suman yang semula tampan berubah menjadi jelek akibat dianiaya Gandamana.
 
Karena perbuatan "main hakim sendiri" tersebut, Gandamana pun dipecat Pandu dari jabatan patih. Sementara itu Suman yang kehilangan ketampanannya sejak saat itu dikenal dengan sebutan [[Sangkuni]], yang berasal dari kata ''Saka'' dan ''Uni'', bermakna "karena ucapan".
 
== Menghajar Drona ==
[[Drona|Kumbayana]] adalah saudara angkat [[Drupada]] yang pada suatu hari datang menyusul ke [[Kerajaan Pancala]]. Kumbayana datang dengan sikap yang kurang sopan, yaitu memanggil-manggil nama kecil Drupada, yaitu Sucitra, dengan tidak hormat.
 
Gandamana tersinggung melihat kakak ipar sekaligus rajanya diperlakukan dengan kurang sopan. Ia pun menyeret Kumbayana keluar dari istana dan menghajarnya sampai cacad. Wajah Kumbayana yang semula tampan berubah menjadi buruk rupa.
 
Kumbayana kemudian pergi bertapa dan menjadi seorang pendeta bergelar [[Drona]]. Ia juga mengabdi di [[Kerajaan Hastina]] sebagai guru ilmu perang para [[Pandawa]] dan [[Korawa]]. Setelah mahir para Korawa dikirim untuk menangkap Drupada dan Gandamana namun tidak ada yang berhasil melakukannya. Para Pandawa pun menggantikan tugas mereka. Kelima putra [[Pandu]] tersebut mendatangi Drupada dan Gandamana dan menyampaikan maksud mereka secara baik-baik.
 
Drupada dan Gandamana yang sama-sama berhutang jasa kepada Pandu tidak kuasa menolak permintaan para Pandawa. mereka pun menyerah secara baik-baik untuk dihadapkan kepada Drona. Di hadapan Drona, Drupada menyerahkan sebagian wilayah Pancala kepadanya.
 
== Kematian ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten wajangpop voorstellende Gandamana TMnr 4283-17.jpg|thumb|Wayang golek tokoh Gandamana.]]
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], kisah [[sayembara]] [[Drupadi]] diceritakan dalam dua versi, yaitu sayembara memanah dan sayembara pertandingan. Untuk sayembara memanah kisahnya mirip dengan versi aslinya, yaitu versi ''[[Mahabharata]]'' dari [[India]]. Sedangkan sayembara pertandingan adalah hasil ciptaan para pujangga Jawa, tidak terdapat dalam naskah ''Mahabharata'' dari India.
 
Dikisahkan putri sulung [[Drupada]] yang bernama [[Drupadi]] dilamar banyak orang. Gandamana mengumumkan barangsiapa mampu mengalahkan dirinya berhak memperistri keponakannya tersebut. Tujuan Gandamana menggelar sayembara ialah untuk menemukan calon suami yang paling tepat untuk Drupadi. Hampir semua penantang tidak ada yang mampu mengalahkan Gandamana, termasuk para [[Korawa|Kurawa]] yang juga ikut mendaftar. Akhirnya muncul seorang pendeta muda gagah mengajukan diri. Gandamana dengan sadar mengetahui kalau lawannya kali ini adalah [[Bimasena]] putra [[Pandu]].
 
Dalam pertandingan tersebut Gandamana berhasil menangkap dan mencekik Bima. Bima yang kehabisan napas merintih menyebut nama ayahnya. Begitu mendengar nama Pandu disebut, Gandamana langsung luluh hatinya. Teringat kepada guru yang sangat ia hormati, Gandamana menjadi lengah. Tanpa sengaja, kuku pusaka Bima yang bernama ''Pancanaka'' menusuk dada Gandamana. Gandamana pun roboh. Dalam keadaan sekarat, Gandamana sempat mewariskan semua ilmu kesaktiannya kepada para [[Pandawa]]. Bima mendapatkan ilmu ''Ungkalbener'' dan ''Bandung Bandawasa'', sedangkan [[Puntadewa]] dan [[Arjuna]] masing-masing memperoleh kalung ''Robyong'' dan ilmu ''Sepi Angin''.
Hampir semua penantang tidak ada yang mampu mengalahkan Gandamana, termasuk para [[Korawa]] yang juga ikut mendaftar. Akhirnya muncul seorang pendeta muda gagah mengajukan diri. Gandamana dengan sadar mengetahui kalau lawannya kali ini adalah [[Bimasena]] putra [[Pandu]].
 
Gandamana akhirnya meninggal dunia akibat lukanya. Namun ia merasa lega karena keponakannya mendapatkan putra Pandu sebagai suami. Bima sendiri mengikuti sayembara tersebut bukan untuk dirinya sendiri, melainkan atas nama Puntadewa, kakak kandungnya.
Dalam pertandingan tersebut Gandamana berhasil menangkap dan mencekik Bima. Bima yang kehabisan napas merintih menyebut nama ayahnya. Begitu mendengar nama Pandu disebut, Gandamana langsung luluh hatinya. Teringat kepada guru yang sangat ia hormati, Gandamana menjadi lengah. Tanpa sengaja, kuku pusaka Bima yang bernama ''Pancanaka'' menusuk dada Gandamana. Gandamana pun roboh.
 
== Bentuk Fisikfisik ==
Dalam keadaan sekarat, Gandamana sempat mewariskan semua ilmu kesaktiannya kepada para [[Pandawa]]. Bima mendapatkan ilmu ''Ungkalbener'' dan ''Bandung Bandawasa'', sedangkan [[Puntadewa]] dan [[Arjuna]] masing-masing memperoleh kalung ''Robyong'' dan ilmu ''Sepi Angin''.
Dalam pedalangan gaya [[Surakarta]], bentuk fisik [[wayang kulit]] Gandamana sangat mirip dengan [[Antareja]], putra sulung [[Bimasena]]. Yang berbeda hanya model rambut yang menghiasi kepala masing-masing. Kemiripan ini menyebabkan beberapa [[dalang]] pernah menampilkan kisah tentang Antareja sebagai [[reinkarnasi]] dari Gandamana. Ada kisah lain dalam dunia pedalangan yaitu ketika Gatotkaca anak Bimasena dengan Arimbi lahir berujud raksasa oleh para dewa Gatotkaca bayi atau diberi nama TetukoTetuka digodog''digodhog''/dilebur diambling kembali di kawah condrodimukaCandradimuka dengan komposisi kulitnya dari baja , otot dibuat dari kawat , tulang dari besi . Setelah seleseselesai membentuk komposisi tubuh Gatotkaca, maka para dewa mengambil jasmani Gandamana yang tlahtelah hidup di surga tersebut sebagai bentuk tubuh gatotkaca Gatotkaca. Maka jadilah Gatotkaca yang gagah perkasa dan fisiknya merupakanmenyerupai fisik Gandamana
 
Gandamana akhirnya meninggal dunia akibat lukanya. Namun ia merasa lega karena keponakannya mendapatkan putra Pandu sebagai suami. Bima sendiri mengikuti sayembara tersebut bukan untuk dirinya sendiri, melainkan atas nama Puntadewa, kakak kandungnya.
 
{{tokoh wayang}}
== Bentuk Fisik ==
Dalam pedalangan gaya [[Surakarta]], bentuk fisik [[wayang kulit]] Gandamana sangat mirip dengan [[Antareja]], putra sulung [[Bimasena]]. Yang berbeda hanya model rambut yang menghiasi kepala masing-masing. Kemiripan ini menyebabkan beberapa [[dalang]] pernah menampilkan kisah tentang Antareja sebagai [[reinkarnasi]] dari Gandamana. Ada kisah lain dalam dunia pedalangan yaitu ketika Gatotkaca anak Bimasena dengan Arimbi lahir berujud raksasa oleh para dewa Gatotkaca bayi atau diberi nama Tetuko digodog/dilebur diambling kembali di kawah condrodimuka dengan komposisi kulitnya dari baja , otot dibuat dari kawat , tulang dari besi . Setelah selese membentuk komposisi tubuh Gatotkaca maka para dewa mengambil jasmani Gandamana yang tlah hidup di surga tersebut sebagai bentuk tubuh gatotkaca . Maka jadilah Gatotkaca yang gagah perkasa dan fisiknya merupakan fisik Gandamana
 
[[Kategori:Tokoh wayang]]