Kadipaten Sumenep: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Caca enep (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(63 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{Infobox Former Country
|conventional_long_name = Kadipaten Sumenep
|common_name = SongènèbPurwareja
|continent = Asia
|region = Asia Tenggara
|country = Indonesia
|religion = Islam
|p1 =
|s1 = Karesidenan Madura
|year_start = 1269
|year_end = 1929
|date_start =
|date_end =
|event_start = Raja [[Singasari]] Prabu Kertanegara mendinohaken [[Arya Wiraraja]] tahun 1269
- penandatanganan antara Pangeran Puger dengan Kompeni 5 Oktober 1705
|event_end =
|p1 = Kerajaan Singasari
|flag_p1 =
|s1 = Hindia Belanda
|flag_s1 = Flag of the Netherlands.svg
|image_flags2 =
|image_coatflag_s2 = Symbol Keraton Sumenep.jpg=
|symbol_typeyear_start = Lambang Kadipaten Sumenep pada tahun 18111269
|year_end = 1883
|date_start =
|date_end =
|event_start = Raja [[Kertanegara]] ''mendinohaken'' [[Arya Wiraraja]]
|event_end = [[Staatsblad|Staatsblad Pemerintah Kolonial]]
|event1 = Penandatanganan perjanjian antara [[Pakubuwana I]] dengan Kompeni [[VOC]]
|date_event1 = 1705
|event2 =
|date_event2 =
|image_flag = Bendera Kadipaten Sumenep.png
|image_coat =
|symbol_type =
|image_map =
|image_map_caption =
|capital = [[KabupatenKota Sumenep]]
|common_languages = [[Madura]]
|government_type = Monarki Keadipatian
|title_leader = Adipati
|leader1 =
Baris 33 ⟶ 39:
|year_leader2 =
|currency =
|footnotes = * Sumenep menjadi daerah keadipatian (''kadipaten'') semenjak [[Kerajaan Singhasari]] berkuasa atas tanah [[Jawa]] dan [[Madura]]. Pada Masa [[Kerajaan Majapahit]] daerah ini dibebaskan dari segala pajak dan upeti kerajaan, Kadipaten Sumenep yang semula berada di bawah pengaruh [[Kesultanan Mataram]] jatuh ke tangan [[Belanda]] akibat Perjanjian Semarang yang dilakukan [[Pakubuwana I|Susuhunan Pakubuwana I]] dengan [[VOC]]. {{br}}* Pada pemerintahan [[Raffles]], penguasa Kadipaten Sumenep mempunyai kedudukan yang setara dengan Susuhunan di [[Kasunanan Surakarta]] dan Sultan di [[Kesultanan Yogyakarta]]. {{br}}* Pada tahun [[1950]] Sumenep resmi menjadi wilayah [[Republik Indonesia]] yang masuk ke dalam wilayah [[Karesidenan Madura]].
|footnotes =
}}
 
'''Kadipaten Sumenep''' (Atau sering dikenal sebagai ''Kadipaten Madura Timur'' atau ''Madura Wetan''), adalah sebuah monarki yang pernah menguasai seluruhbagian timur [[Pulau Madura]] ([[Kabupaten Pamekasan]] dan sebagian[[Kabupaten daerahSumenep]] tapalsekarang) kudatermasuk kepulauan-kepulauan di lepas pantai [[Selat Madura]] dan [[Laut Bali]]. Pusat pemerintahannya berada di [[Kota Sumenep]] sekarang.
 
Didirikan pada tahun [[1269]] oleh seorang kerabat dari Prabu Kertanegara dari [[Kerajaan Singhasari bernama Arya Wiraraja, wilayah ini berada di bawah pengawasan langsung [[Kerajaan Singhasari]] kemudian dan selanjutnya, [[Kerajaan Majapahit]].
Pada tahun 1269, dimasa pemerintahan Arya Wiraraja wilayah ini berada dibawah pengawasan langsung Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1559, dimasa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan, wilayah yang terletak di Madura Timur ini berada pada kekuasaan penuh Kerajaan Demak. dan Baru pada pemerintahan Kanjeng Pangeran Ario Lor II yang berkuasa pada tahun 1574, wilayah kadipaten Sumenep berada dibawah pengawasan langsung Kasultanan Mataram. Pada tahun 1705, akibat perjanjian Pangeran Puger dengan VOC, Wilayah Sumenep untuk yang kedua kalinya jatuh ketangan kekuasaan VOC. Namun tak seperti wilayah lainnya, dimana kerajaan-kerajaan dihapuskan, untuk wilayah Sumenep, Madura Timur, tetap berjalan sebagaimana biasanya dan baru pada tahun 1269, setelah Kanjeng Tumenggung Ario Prabuwinoto meninggal, berkuasa penuh atas Sumenep dengan mengangkat seorang Bupati, yakni Raden Samadikun Prawotohadikusumo yang semula menjabat sebagai patih Sumenep kala itu.
 
Pada tahun [[1559]], pada masa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan, wilayah yang terletak di Madura Timur ini berada pada pengaruh [[Kesultanan Demak]] dan baru pada pemerintahan Pangeran Lor II yang berkuasa wilayah Kadipaten Sumenep berada di bawah pengawasan langsung [[Kesultanan Mataram]]. Sebelumnya ialah dari kesultanan Pajang yang bersaudara dari Kesultanan Demak yang berasal dari Keturunan Ronggolawe sampai Brawijaya Vll yaitu Raden Hadiwijaya atau Joko Tingkir kata lain Mas Karebet sekitaran Surakarta ketimur.
Selama bertahun-tahun, kadipaten ini diperintah oleh bangsawan elit Madura. Status monarki turun menjadi kepangeranan ketika masa pemerintahan [[Sultan Agung]] dari Mataram. Kemudian, kedudukan Dinasti [[Cakraningrat]] hanya sebagai regent di Madura pada masa pemerintahan Belanda. Peninggalan Kadipaten Sumenep yang terkenal dan masih dapat disaksikan sampai saat ini adalah Keraton Sumenep dan Masjid Jami' yang berada di pusat Kota Sumenep.
 
Awal Mula Kedatangan Belanda ke Indonesia
Seperti halnya keraton-keraton di [[Jawa]], budaya halus dan tata krama yang sopan serta bahasa sehari-hari yang santun juga menjadi identitas budaya, baik di seputar lingkungan Keraton Sumenep maupun di lingkungan masyarakat Sumenep pada umumnya. Walaupun Keraton Sumenep saat ini sudah tidak berfungsi lagi sebagai istana resmi Adipati Sumenep ataupun pusat pengembangan budaya Madura, tetapi kebiasaan peninggalan masa kejayaan Kadipaten Sumenep masih sangat terasa, tak heran jika banyak orang menjuluki Sumenep sebagai 'Solo of Madura'.
 
Belanda datang pertama kali ke Indonesia adalah ke Banten pada tahun 1596. Kedatangan mereka ke sana dipimpin oleh Cornelis de Houtman yang datang ke Banten untuk mencari rempah-rempah.
== Sejarah ==
 
Kedatangan Cornelis de Houtman ini bukan untuk menjajah, tapi untuk mencari rempah-rempah. Dan kedatangannya pun tidak mewakili negara Belanda, tapi mewakili dirinya sendiri.
'''Masa pemerintahan Arya Wiraraja'''
 
Jadi hadirnya Cornelis de Houtman tak lantas menandakan Indonesia dijajah saat itu juga. Pada masa itu kerajaan-kerajaan di Nusantara masih aman dan damai saja walau Belanda datang. Ya karena kedatangan Cornelis de Houtman hanya untuk berdagang, bukan menjajah.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pangerang (prins) van Madura TMnr 3728-224.jpg|thumb|300px|[[Litografi]] oleh [[Auguste van Pers]] yang menggambarkan seorang [[pangeran]] dari Sumenep dan pelayannya pada masa [[Hindia Belanda]]]]
 
Lalu untuk meredam konflik antar sesama pedagang Belanda, dibentuklah kongsi dagang Belanda bernama Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada 20 Maret 1602.
[[Arya Wiraraja]] dilatik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep. Pria yang berasal dari desa Nangka Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan/kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat/pengatur strategi, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.
Adapun jasa-jasa Arya Wiraja :
 
Selama 200 tahun di Indonesia, VOC menguasai tiga daerah, yakni Menaklukan Banten pada 1633, mengalahkan Sultan Hassanudin, dan menguasai Makassar pada 1677, serta menguasai Kartasura dan Yogyakarta.
* Mendirikan Majapahit bersama dengan Raden Wijaya.
* Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.
 
Tetapi, walaupun berhasil menguasai, hal itu juga tidak bisa disebut menjajah Indonesia, sebab saat itu mereka hanya menguasai tiga daerah itu saja, tidak sampai semua daerah Sabang sampai Merauke.
Dalam usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak. Mulai jabatan Demang Kerajaan [[Singosari]] kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, kemudian dipromosikan oleh [[Raden Wijaya]] menjadi Rakyan Menteri di Kerajaan [[Majapahit]] dan bertugas di [[Lumajang]]. Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. Kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga. Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung. Dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari.
 
VOC pun hanya menguasai pemerintahannya saja, terutama dalam ekonomi dan perdagangannya. Kalau rajanya masih tetap orang pribumi.
Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).
 
Kenapa demikian? Karena hadirnya VOC hanyalah pihak pembantu konflik internal antara kerajaan di sana. Misalnya seperti konflik Banten. VOC  bisa datang dan menguasai Banten sebenarnya karena diajak bekerjasama oleh Sultan Haji yang ingin mengkudeta Ayahnya sendiri yang merupakan Raja Banten, yakni Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada Masa Pemerintahan Arya Wiraraja, Wilayah Kekuasaan Sumenep, meliputi seluruh wilayah Madura, sebagian Wilayah [[Tapal Kuda]], dan daerah [[Blambangan]]
 
Kudeta itu berhasil dilakukan. Sultan Haji mendapatkan kekuasaannya, dan VOC yang menjadi rekan dalam kudeta tersebut mau tidak mau harus diberikan imbalan sesuai dengan perjanjian di antara mereka, yakni hak monopoli dagang
'''Masa pemerintahan Pangeran Secodiningrat III'''
 
Fenomena seperti ini juga terjadi di Makassar dan Yogyakarta.
Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole dan adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan batin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Karena hasil dari perkawinan batin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi R.A. Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
 
Namun, VOC bubar pada 31 Desember 1799 musabab bangkrut dan kerugian akibat korupsi para pegawainya. VOC yang bubar, kemudian diganti sistemnya oleh Belanda menjadi daerah otonomi.
Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri. Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
 
Setelah VOC diganti sistemnya, Belanda kemudian berencana mendatangkan pemerintahannya ke Indonesia, tetapi mereka tak bisa melaksanakan niatnya tersebut karena saat itu Belanda sedang dijajah Perancis, sehingga mereka tak bisa ke Indonesia.
Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya R.A. Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III. Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Dan kemudian kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.
 
Nah, karena Belanda dijajah Perancis, maka yang datang kemudian ke Nusantara adalah Perancis. Saat itu yang diperintahkan datang adalah Herman Willem Daendels. Lalu pada 1811 yang datang kemudian adalah Inggris dengan diwakili oleh Thomas Stamford Raffles.
'''Masa Pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III (Pangeran Jimat)'''
 
Namun kekuasaan dua orang itu hanya di pulau Jawa saja (itupun tidak semua daerah pulau Jawa), dan daerah-daerah  luar Jawa yang sebelumnya dikuasai Belanda.
Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III atau Pangeran Jimat adalah putra Pangeran Romo (Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro II). Pada masa pemerintahannya kekuasaan wilayahnya menjakupi wilayah Sumenep, Pamekasan, Besuki dan Blambangan.
 
Barulah pada 1816 wilayah Indonesia dikembalikan lagi ke Belanda. Dengan kembalinya wilayah tersebut, Belanda mulai berkeinginan menguasai seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya wilayah Jawa dan beberapa daerah luar yang sebelumnya telah dikuasai.
'''Masa pemerintahan Raden Ayu Tirtonegoro dan Bindara Saod'''
 
Maka, dimulailah invasi Belanda ke berbagai wilayah Indonesia hingga akhirnya setelah mereka mengalahkan Kerajaan Bali pada 1904 dan Kesultanan Aceh pada 1912, barulah mereka dinyatakan secara resmi menguasai seluruh Nusantara karena sudah berhasil mengalahkan seluruh kerajaan di Nusantara.
Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.
 
Jadi, Belanda baru bisa dinyatakan menjajah Indonesia adalah pada tahun 1912. Kalau dihitung-hitung dari 1912 sampai 1945, maka Belanda hanya menjajah Indonesia selama 33 tahun.
Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya. Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona. Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Madoera TMnr 60022649.jpg|thumb|300px|Pemandangan pintu gerbang Masjid Jami' Sumenep (tahun 1890-1917)]]
Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kota Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.
 
Lalu kenapa disebut 350 Tahun?
'''Masa pemerintahan Panembahan Somala'''
 
Istilah Indonesia dijajah 350 tahun berasal dari perkataan Ir Soekarno dalam setiap orasinya. Hal ini beliau lakukan untuk menggelorakan semangat para rakyat Indonesia agar terus semangat berjuang dalam melawan penjajahan Belanda disaat itu.
Bindara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
Pada tahun [[1705]], akibat perjanjian Mataram dengan [[VOC]], wilayah ini berada dalam kekuasaan penuh Pemerintahan Kolonial. Selama Sumenep jatuh ke dalam wilayah pemerintahan [[Hindia Belanda]], wilayah ini tidak pernah diperintah secara langsung, para penguasa Sumenep diberi kebebasan dalam memerintah wilayahnya namun tetap dalam ikatan-ikatan kontrak yang telah ditetapkan oleh Kolonial Kala itu.
[[Berkas:Mandiyoso.jpg|thumb|300px|''Mandiyoso'', salah satu ruang didalam kompleks [[Keraton Sumenep]] yang menghubungkan Karaton Dhalem dan Pendopo Agung]]
Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.
 
Selanjutnya pada tahun [[1883]], Pemerintah Hindia Belanda mulai menghapus sistem sebelumnya ([[swapraja|keswaprajaan]]), kerajaan-kerajaan di Madura (Bangkalan dan Sumenep) dikelola langsung oleh ''Nederland Indische Regening'' dengan diangkatnya seorang Bupati. Semenjak itulah, sistem pemerintahan Kadipaten di Sumenep berakhir dan berubah menjadi pemerintahan [[Kabupaten]].
'''Masa pemerintahan Sri Sultan Abdulrachman Pakunataningrat'''
 
Peninggalan Kadipaten Sumenep yang terkenal dan masih dapat disaksikan sampai saat ini antara lain [[Keraton Sumenep]], [[Masjid Jamik Sumenep]] dan [[Asta Tinggi Sumenep|Asta Tinggi]] yang berada di pusat [[Kota Sumenep]].
Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jenderal [[Sir Thomas Stamford Raffles]] untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam [[bahasa Melayu]]. Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti [[bahasa Sansekerta]], [[bahasa Kawi]], dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.
 
Seperti halnya keraton-keraton di [[Jawa]], budaya halus dan tata krama yang sopan serta bahasa sehari-hari yang santun juga menjadi identitas budaya, baik di seputar lingkungan [[Keraton Sumenep]] maupun di lingkungan masyarakat Sumenep pada umumnya. Walaupun Keraton Sumenep saat ini sudah tidak berfungsi lagi sebagai istana resmi Adipati Sumenep ataupun pusat pengembangan budaya [[Suku Madura|Madura]], tetapi kebiasaan peninggalan masa kejayaan Kadipaten Sumenep masih sangat terasa, tak heran jika banyak orang menjuluki Sumenep sebagai ''Solo of Madura''.
==Daftar Raja (Adipati) di Sumenep==
 
== Mata Pencaharian Penduduk ==
 
Semenjak dahulu ekonomi daerah ini bergantung pada hasil laut dan pertanian, karena dari zaman pemerintahan Arya Wiraraja, daerah ini harus mengirimkan upeti kepada kerajaan diatasnya. Namun pada waktu Arya Wiraraja oleh [[Raden Wijaya|Prabu Kertarajasa Jayawardhana]] diangkat sebagai penguasa [[Kerajaan Majapahit]] bagian timur yang berpusat di [[Lumajang|Lamajang]], kadipaten ini dibebaskan dari segala upeti. Keadaan ini berlangsung sampai [[Kerajaan Majapahit]] diperintah oleh [[Hayam Wuruk|Prabu Rajasanegara]].
 
Selain mata pencaharian penduduknya yang bergantung dari hasil pertanian yang kurang menguntungkan, mata pencaharian penduduknya sebagian besar juga bergelut dalam bidang kelautan, hal inilah yang kelak menciptakan pelau-pelaut tangguh dari [[Pulau Madura]]. Selain itu mata pencaharian penduduknya juga berupa hasil pertanian garam, pertanian garam sendiri berkembang pada masa pemerintahan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. Hasil bumi tersebut berpusat di sekitar [[Selat Madura]] tepatnya di Desa Pinggirpapas, [[Kalianget, Sumenep|Kalianget]].
 
== Pengaruh Kerajaan Majapahit terhadap pemerintahan Kadipaten Sumenep ==
 
[[Berkas:Labhang Mesem.jpg|jmpl|290px|''Labhang Mesem'' (pintu tersenyum), sebuah bangunan di Kompleks [[Keraton Sumenep]]. Arsitekturnya dipengaruhi oleh [[Yunani Kuno|Arsitektur Yunani]].]]
Wilayah Sumenep mulai di bawah pengaruh Kerajaan Majapahit semenjak awal pendirian pembangunnya, dengan rajanya [[Raden Wijaya]] yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana. Selain itu [[Arya Wiraraja]] yang semula menjadi Adipati Sumenep di bawah Kerajaan Singhasari diangkat sebagai adipati di wilayah timur Majapahit meliputi [[Blambangan]] dan [[Lumajang|Lamajhang]], sesuai janji [[Raden Wijaya|Prabu Kertarajasa Jayawardhana]] ketika meminta bantuan kepada Arya Wiraraja dalam membabat tanah Jawa. Sebagai ganti kedudukannya di Sumenep, ditunjuklah adik dari Arya Wiraraja yang bernama Arya Bangah sebagai adipati selanjutnya di wilayah Kadipaten Sumenep dengan gelarnya Arya Wiraraja II. Pada masa pemerintahannya, wilayah Kadipaten Sumenep yang notabene sudah masuk dalam wilayah Kerajaan Majapahit diberi keistimewaan dari dibebaskannya upeti sampai dengan pemerintahan [[Hayam Wuruk|Prabu Rajasanegara]] berkuasa atas Majapahit. Selanjutnya ketika Kerajaan Majapahit diperitah oleh [[Wikramawardhana|Prabu Wikramawardhana]], wilayah ini kembali diwajibkan menyetor upeti kepada Kerajaan Majapahit. Pada masa pengaruh Majapahit, wilayah Kadipaten Sumenep meliputi seluruh Pulau Madura den pulau-pulau yang ada di sekitarnya, seperti Pulau Sapudi, Kangean dan Masalembo.
 
== Pengaruh Kesultanan Demak terhadap pemerintahan Kadipaten Sumenep ==
 
Pengaruh [[Kesultanan Demak]] secara resmi di Kadipaten Sumenep berlangsung sejak pemerintahan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan sampai masa pemerintahan Raden Mas Anggadipa. Ketika di bawah pengaruh Kesultanan Demak, wilayah Sumenep diwajibkan membayar upeti kepada Ratu Japan sebagai wilayah yang melindunginya.
 
Pada masa-masa ini, kekuasaan wilayah Kadipaten Sumenep meliputi daerah [[Sumenep]] dan [[Pamekasan]] yang lebih dikenal dengan sebutan Madura Timur (''Madura Wetan'')
 
== Pengaruh Kesultanan Mataram terhadap pemerintahan Kadipaten Sumenep ==
 
[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg|jmpl|kiri|240px|Wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan [[Sultan Agung|Sultan Agung Hanyokrokusumo]] yang hampir meliputi seluruh [[Jawa]] dan [[Madura]].]]
Pemerintahan Kadipaten Sumenep mulai dipengaruhi [[Kesultanan Mataram]] pada masa pemerintahan Raden Mas Anggadipa, tetapi sebelum dikuasainya wilayah Kadipaten Sumenep oleh Mataram, seluruh wilayah [[Madura]] bergejolak melawan penyerangan yang dilakukan oleh Mataram ke wilayah Madura. Penyerangan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Pangeran Lor II beserta Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I.
 
Kadipaten Sumenep jatuh ketangan [[Sultan Agung|Sultan Agung Hanyokrokusumo]] pada tahun [[1624]]. Pengaruh Mataram di wilayah Kadipaten Sumenep berlangsung hingga pemerintahan [[Kanjeng Tumenggung Ario Yudonegoro|Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro]].
 
Pengaruh Kesultanan Mataram begitu terasa di Kadipaten Sumenep sampai saat pembubarannya. Pengaruh yang paling besar adalah pola pemerintahannya dan tata ruang kotanya yang mirip dengan kota-kota kerajaan di Jawa.
 
=== Struktur Pemerintahan ===
 
Struktur pemerintahan di Kadipaten Sumenep memakai pola pengorganisasian yang mirip dengan pola pemerintahan di [[Kesultanan Mataram]] sebagai ibu kotanya. Pemerintahan Lebet di wilayah ini hanya meliputi Gedong Negeri, Pengadilan Keraton, Kapengulon, Paseban, dan Rumah Tangga Keraton. Selain itu pemerintahan desa di wilayah Kadipaten Sumenep dibagi dalam beberapa kelompok desa, antara lain: Desa Daleman, Desa Percaton dan Desa Perdikan.
 
== Pengaruh VOC terhadap pemerintahan Kadipaten Sumenep ==
 
[[Berkas:Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I.jpg|jmpl|220px|Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, penguasa Kadipaten Sumenep tahun [[1811]]-[[1854]].]]
Hubungan [[VOC]] dengan pemerintahan di Kadipaten Sumenep sebenarnya sudah berlangsung sebelum perjanjian Pangeran Puger pada tahun [[1705]]. Namun karena pada masa itu situasi di lingkungan [[Kesultanan Mataram]] goyah, maka pada tahun [[1705]], VOC memaksakan suatu kehendak mengenai kekuasaan politik di Madura Timur kepada [[Pakubuwana I|Susuhunan Pakubuwana I]] sehingga terjadilah perjanjian antara kedua belah pihak, dan akhirnya wilayah [[Sumenep]] dan [[Pamekasan]] diberikan kepada VOC.
 
Selama menduduki Sumenep, status wilayah ini masih berupa ''Ke-Adipatian''. VOC tidak serta merta mengubah sitem pola pemerintahan di wilayah ini, para bangsawan keraton masih diberi kepercayaan untuk memerintah rakyatnya dengan syarat-syarat tertentu yang ditandangani oleh kedua belah pihak. Pemerintahan Kolonial, hanya mengawasi dengan menempatkan seorang wakilnya di Sumenep. Para Adipati juga di beri kesempatan untuk menjaga keamanan wilayahnya, maka oleh karena itu, Kadipaten Sumenep juga diberi kewenangan membentuk tentara keamanan yang berasal dari prajurit-prajurit keraton.
 
Pengaruh-pengaruh VOC yang lainnya juga berpengaruh terhadap perkembangan arsitektur di Sumenep, Sebagian besar bangunan-bangunan pemerintahan dan rumah bangsawan Sumenep sedikit banyak dipegaruhi unsur kebudayaan Eropa.
 
== Pengaruh Hindia Belanda terhadap pemerintahan Kadipaten Sumenep ==
 
Seiring berjalannya waktu, Pemerintah [[Hindia Belanda]] mulai mengekang beberapa kebijakan Adipati, sampai pada tahun [[1883]], Pemerintah Kolonial mulai mengeluarkan peraturan yang menghapuskan pemerintahan pribumi, akibatnya, wilayah Sumenep yang semenjak tahun [[1269]] merupakan wilayah Kadipaten, harus dihapus sistem pemerintahannya dan memberikan tunjangan kepada para bangsawan agar tidak menimbulkan gejolak. Setelah dihapuskannya Ke-Adipatian di Sumenep, maka pada saat itulah wilayah ini mulai diperintah secara langsung oleh ''Nederland Indische Regening'' dengan mengangkat seorang Bupati.
 
== Daftar Penguasa Kadipaten Sumenep ==
 
{{clr}}
Baris 98 ⟶ 144:
!No.
!Nama
!Tempat KaratonKeraton
!Tahun
!Masa Pemerintahan
!Keterangan
|-
|1. || Aria Wiraraja I (Aria Banyak WediWide) ||Batuputih ||1269-1292 ||Otak Abdipendiri [[Kerajaan Tumapel]] dan Mendirikan [[Kerajaan Majapahit]] bersama [[Raden Wijaya]] {{br}}
|-
|2. ||Aria Wiraraja II (Ario Bangah)||Banasare ||1292-1301 || Kerajaan disebut Sumenep, dibawah pengaruh [[Majapahit]] {{br}}
|-
|3. ||Aria Danurwendo (Lembu Sarenggono) ||Aeng Anyar ||1301-1311 || {{br}}
|-
|4. ||Aria Assrapati || ||1311-1319 || {{br}}
|-
|5. ||Panembahan Joharsari ||Bluto ||1319-1331 ||{{br}}
Baris 126 ⟶ 172:
|12.||Kanjeng Pangeran Ario Adipoday (Ario Baribin) ||Nyamplong / Poday ||1399-1415 ||{{br}}
|-
|13.||Kanjeng Pangeran Ario Secodiningrat III (Pangeran Jokotole) ||Lapa Taman / DungkekBanasare ||1415-1460 ||Pendiri Benteng Kalimo'ok melawan orang-orang Bali Awang pendiri pintu Gerbang Kerajaan Majapahit {{br}}
|-
|14.||Kanjeng Pangeran Ario Secodiningrat IV (R. Wigonando) ||Gapura ||1460-1502 ||{{br}}
|-
|15. ||Kanjeng Pangeran Ario SecodingratSecodiningrat V (R. Siding Purih) ||Parsanga ||1502-1559 ||kerajaanPatoh disebut ''Sumekar'', akhir kerajaan MajapahitTakundur {{br}}
|-
|16.||Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan ||Karang Sabu ||1559-1562 || dalam pengaruh [[Kerajaan Demak]], Bintoro {{br}}
|-
|17.||Kanjeng Pangeran Ario Wetan dan Kanjeng Pangeran Ario Lor || ||1562-1567 ||{{br}}
Baris 138 ⟶ 184:
|18.||Kanjeng Pangeran Ario Keduk II (R. Keduk) || ||1567-1574 ||{{br}}
|-
|19.||Kanjeng Pangeran Ario Lor II (R. Rajasa)|| ||1574-1589 || dibawah pengaruh [[Kerajaan Mataram]]{{br}}
|-
|20.||Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I (R. Abdullah) ||Karang Toroy ||1589-1626 ||{{br}}
Baris 146 ⟶ 192:
|22.||Kanjeng Tumenggung Ario Jaing Patih dari Sampang ||Karang Toroy ||1644-1648 ||{{br}}
|-
|23.||Kanjeng Tumenggung Ario Yudonegoro (R. Bugan) ||Karang Toroy || 1648-1672 || dibawah pengaruh [[Kerajaan Mataram]]-[[Kompeni]], diangkat oleh P.Trunojoyo{{br}}
|-
|24.||Kanjeng Tumenggung Ario Pulang Jiwo dan Kanjeng Pangeran Ario Sepuh ||Karang Toroy ||1672-1678 || Untuk yang petama kalinya wilayah Sumenep dikuasai oleh kompeni VOC {{br}}
|-
|25. || Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II (P. Romo)||Karang Toroy ||1678-1709 || Kembali dibawah pengaruh Kerajaan Mataram-Kompeni [[VOC]] {{br}}
|-
|26.|| Kanjeng Pangeran Ario Purwonegoro (RT. Wiromenggolo) ||Karang Toroy ||1709-1721 || Untuk kedua kalinya wilayah Sumenep dikuasai oleh kompeni VOC {{br}}
|-
|27.||Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III (R. Ahmat alias Pangeran Ario Jimat) ||Karang Toroy ||1721-1744 || Wilayah kekuasaan meliputi Besuki dan Blambangan{{br}}
|-
|28.||R. Alza Alias Pangeran Lolos ||Karang Toroy ||1744-1749 ||Lolos dalam penyergapan K. Lesap {{br}}
Baris 162 ⟶ 208:
|30.||Gusti Raden Ayu Tirtonegoro R. Rasmana & Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) ||Pajagalan ||1750-1762 ||Pemerintahan diserahkan pada suaminya {{br}}
|-
|31.||Panembahan Sumolo Asirudin ||Pajagalan ||1762-1811 ||Pendiri [[Keraton Sumenep|Karaton Sumenep]] dan [[Masjid Jamik Sumenep]] {{br}}
|-
|32.||Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I (Raden Ario Notonegoro) ||Pajagalan ||1811-1854 ||Dibawah pengawasan pemerintahan Hindia-Belanda dan Inggris, Mendapat gelar SultanKerajaan Sumenep dan gelar doktor kesusastraan Kerajaan Inggris {{br}}
|-
|33.||Panembahan Notokusumo II (Raden Ario Moch. Saleh) ||Pajagalan ||1854-1879 ||{{br}}
|-
|34.||Kanjeng Pangeran Ario Pakunataningrat II (Pangeran Mangkuadiningrat) ||Pajagalan ||1879-1901 || Dikuasai langsung oleh pemerintah Hindia-Belanda{{br}}
|-
|35.||Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusumo ||Pajagalan ||1901-1926 ||{{br}}
Baris 176 ⟶ 222:
|}
 
== Lihat pulaPula ==
 
* [[Pulau Madura]]
* [[Kabupaten Sumenep]]
* [[Arya Wiraraja]]
* [[Keraton Sumenep]]
* [[Masjid JamikKabupaten Sumenep]]
 
== Pustaka ==
 
== Refrensi ==
* Zulkarnaen, Iskandar. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep.
* Adurrahchman, Drs.1971.Sejarah Madura Selajang Pandang. Sumenep
 
[[Kategori:Sejarah Jawa Timur]]
{{Topik Sumenep}}
 
[[Kategori:Sejarah Sumenep]]
[[Kategori:Bekas kadipaten]]