Gempol, Karanganom, Klaten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(12 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{desa
|nama =Gempol
|provinsi =Jawa Tengah
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Klaten
|kecamatan =Karanganom
|luas =15,433 km²
|penduduk =1975 jiwa
|kepadatan =131 jiwa/km²
|email=gempolkaranganom@gmail.com|RT=18|RW=9|kode pos=57475|KK=619}}<mapframe latitude="-7.622611" longitude="110.619278" zoom="13" width="322" height="233" align="right" />'''Gempol''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di [[kecamatan]] [[Karanganom, Klaten|Karanganom]], Kabupaten [[Kabupaten Klaten|Klaten]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Merupakan sebuah Desa yang terletak di paling Utara wilayah Kecamatan Karanganom.
 
== Geografis ==
===Ж♥♥♥₪«»GEMPOL KARANGANOM KLATEN«»₪♥♥♥Ж===
Secara geografis, Desa Gempol berada pada -7.625454° garis lintang dan 110.6251892° garis bujur. Memiliki luas wilayah ± 154,33 Ha dengan luas lahan sawah sebesar 123,25 Ha dan luas lahan bukan sawah sebesar 31,37 Ha.
 
Jarak antar Desa Gempol dengan pusat pemerintahan Kecamatan Karanganom sekitar 4,1&nbsp;km dan dapat ditempuh selama 9 menit dengan menggunakan kendaraan, sementara itu jarak antara Desa Gempol dengan pusat administrasi [https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Kabupaten_Klaten&oldid=21405129 Kabupaten Klaten] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230730122040/https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Kabupaten_Klaten&oldid=21405129 |date=2023-07-30 }} sekitar 6,7&nbsp;km dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama kurang lebih 15 menit.
NAMA =Gempol
PROVINSI =Jawa Tengah
DATI2 =Kabupaten
DATI 2 =Klaten
KECAMATAN =Karanganom
TRADISI SADRANAN GEMPOL
Ratusan Piring berisi Makanan berjajar Sadranan Gempol
 
=== BATAS WILAYAH ===
Ada geliat yang berbeda di desa gempol kecamatan karanganom klaten siang hari itu. Tak seperti biasanya, desa ini terlihat ramai. Memang ada yang istimewa hari itu/ bertepatan tanggal 18 ruwah/ warga gempol menyelenggarakan nyadran. Nyadran adalah suatu tradisi masyarakat jawa yang dilakukan setahun sekali di bulan ruwah atau menjelang bulan puasa. Ruwah sendiri memiliki akar kata “arwah” konon dari arti kata itu, bulan ruwah dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur.
{| class="wikitable"
|+
|Utara
|[[Dalangan, Tulung, Klaten]]
|-
|Selatan
|[[Soropaten, Karanganom, Klaten]]
|-
|Timur
|[[Pondok, Karanganom, Klaten]]
|-
|Barat
|[[Majegan, Tulung, Klaten]]
|}
 
== Pembagian Administratif ==
Sedangkan nyadran/ berasal dari bahasa arab “sadran” dan jawa kawi ”srada” yang berarti dada, yaitu saling berhadap-hadapan antara leluhur dengan yang masih hidup. Sehingga, secara umum, nyadran dapat dimaknai sebagai masa untuk menghormati leluhur oleh sanak saudara yang masih berada di dunia. Menilik sejarahnya, nyadran merupakan tradisi yang diawali pada jaman majapahit. Pada jaman itu ratu tribuana tunggadewi ingin melakukan doa kepada nenek moyangnya. Maka disiapkanlah aneka rupa sajian untuk didermakan kepada para dewa. Di masa walisongo/ tradisi tersebut lantas diadopsi karena senafas untuk mendoakan leluhur di alam baka. Hanya saja sesaji yang dibuat tidak lagi diperuntukkan para dewa, namun sebagai sarana sedekah kepada kaum papa.
Desa Gempol secara administrasi terbagi menjadi 18 RT dan 9 RW (terdiri dari 11 dukuh), yang terdiri atas 1975 jiwa penduduk dalam 690 jumlah KK (Kartu Keluarga), dengan daftar sebagai berikut :
{| class="wikitable"
|+
!No
!Nama Dukuh
!RW
!RT
|-
|1.
|Cabeyan
|I
|1
|-
|2.
|Jetis
|I
|2
|-
|3.
|Bantulan
|II
|3 dan 4
|-
|4.
|Gempol
|III
|5 dan 6
|-
|5.
|Brajan
|IV
|7 dan 8
|-
|6.
|Karanggeneng
|V
|9 dan 10
|-
|7.
|Miren
|VI
|11 dan 12
|-
|8.
|Kemasan
|VII
|13 dan 14
|-
|9.
|Jenon
|VIII
|15 dan 16
|-
|10.
|Cangkringan
|IX
|17
|-
|11.
|Golongan
|IX
|18
|}
 
== Potensi ==
Di desa gempol sendiri/ tradisi nyadran telah mengakar sejak dulu kala. Bahkan banyak warga gempol tak tahu pasti sejak kapan tradisi tahunan itu dilaksanakan. Yang pasti, warga gempol senantiasa setia melaksanakan tradisi itu setiap tahunnya. Berbeda dengan desa-desa lainnya, desa gempol terbilang paling kental dalam melestarikan tradisi nyadran. Belum pernah mereka absen dalam tradisi ini. Dipercaya, bila tak melakukan nyadran, akan terjadi hal-hal buruk pada warga.
Desa Gempol merupakan Desa padat penduduk dengan tanah yang subur, mengingat sebagian besar wilayahnya merupakan area persawahan. Maka dari itu sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.
 
=== Kampung Pertanian Organik ===
Keseriusan nyadran dapat terbukti juga dengan mudiknya sanak saudara ke kampung halamannya, hanya sekedar untuk mengikuti ritual dan bertemu saudara.
Desa Gempol memiliki perbedaan yang cukup menarik dengan desa-desa pertanian pada umumnya karena di desa ini sebagian besar petani menerapkan sistem pertanian organik. Hal tersebut menjadikan Desa Gempol ini identik dengan sebutan “''Kampung Pertanian Organik''”. Produk yang dihasilkan berupa beras organik. Hal ini berawal ketika adanya hama wereng yang cukup parah dan berlanjut ke hama tikus di tahun 2011. Para petani kemudian mencari cara untuk menciptakan cara bertani baru secara otodidak agar tanaman memiliki daya tahan dan mudah untuk dikembangkan. Kemudian berlanjut dengan adanya komunitas bagi para petani yang tertarik dengan cara bertani baru yaitu dengan cara organik. Pada tahun 2015, terbentuk komunitas dengan 11 orang anggota dan 2,5 hektar sawah, yang tertarik membuat kesepakatan untuk memasarkan sendiri hasil pertaniannya. Namun, jumlah tersebut masih kurang sebagai syarat membuat produk bersetifikat. Hingga akhirnya pada tahun 2016 lolos sertifiasi dari '''LeSOS''' (Lembaga Sertifikasi Organisasi Seloliman).
 
Hal yang menjadi kendala dalam proses produksi beras organik di Desa Gempol adalah persoalan modal karena hanya dijalankan oleh kelompok keil. Pada tahun 2017 - 2018 berhasil mendapatkan bantuan dana dari Laziz Muhammadiyah dan menjual sekitar 5 ton beras dengan target pemasaran ke UMY dan konsumsi individu. Meskipun sempat mengalami kekacauan produksi akibat pandemi di tahun 2019, kini para petani sudah bisa untuk mengirimkan kembali produksi beras organik. Para petani di Desa Gempol mengelola hasil taninya di tempat sentralisasi pengelolaan hasil pertanian milik BumDes.
Sehari sebelum upacara nyadran digelar, diadakan besik atau bebersih makam. Lantas, pada malam harinya warga bertahlil di masjid. Hingga pagi, banyak orang hilir mudik membawa berbagai macam makanan dan uba rampe ke makam. Ya mereka berkumpul bersama satu dusun di makam dusun sembari membawa sarana. Ada yang unik, piring-piring berisi makanan dibawa dengan menggunakan tenong/ dan jodhang setiap keluarga diwajibkan menyediakan minimal 15 piring namun tak jarang keluarga yang mampu/ justr menyiapkan puluhan piring. Piring-piring berisi makanan itu lantas ditata berjajar di atas tikar yang digelar di pelataran luar makam. Makanan yang disajikan sangat beragam/ kue-kue, aneka jajanan pasar, buah-buahan, dan banyak lagi. Bahkan ada pula makanan yang kini jarang dijumpai, seperti sate kolang-kaling, bangketan, madu mongso, kue satu, dan kue jahe. Makin banyak
 
=== Tirta Tiban Barokah ===
Riuh rendah antusias warga makin kentara menjelang acara dimulai. Tua, muda, semua hanyut dalam kemeriahan nyadran. Sambutan yang diberikan perangkat desa menandakan acara telah dimulai. Para warga pun mulai menempati gelaran tikar dengan rapi. Di tengah-tengah sambutan, terlihat warga yang berkeliling meminta sedekah. Pemberian sedekah ini oleh warga gempol disebut ‘wajib’. Ternyata cukup banyak sedekah yang terkumpul kali ini, 765 ribu rupiah. Nantinya sedekah ini akan digunakan untuk mendanai segala biaya yang telah dikeluarkan untuk nyadran. Sisanya, digunakan untuk memperbaiki fasilitas sosial di dusun gempol. Lantunan doa pun dibacakan, sesekali melafalkan kata ”amin” dengan lantang, menandakan semangat serta kemantapan hati.
[[Berkas:Tirta Tiban Barokah.jpg|jmpl|Tirta Tiban Barokah yang menjadi unit layanan isi ulang air minum milik BumDes]]
Potensi lain dari Desa Gempol berupa banyaknya sumber daya alam berupa air. Air di Desa Gempol memiliki kualitas yang tergolong baik sehingga banyak dimanfaatkan oleh warga, salah satunya sebagai air minum. Tirta Tiban yang terletak di dukuh Brajan merupakan fasilitas isi ulang air minum yang tersedia bagi masyarakat Desa Gempol dan dikelola sebagai Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Masyarakat hanya dikenakan dana sebesar Rp. 3000 saja untuk isi ulang galon air minum.
 
=== Kolam Renang ===
Selesai doa, setiap warga memakan makanan yang digelar. Ada yang tukar-menukar kue, ada pula yang asyik berbincang dengan sanak saudara. Sesekali tampak saling bersenda gurau, bahkan anak-anak pun tertawa renyah. Anak-anak pun dengan semangat berkeliling mengumpulkan aneka makanan. Tak heran, kantong plastik yang mereka bawa tampak penuh. Beberapa warga malah asyik menyantap nasi ambengan, yaitu nasi gurih dengan berbagai macam lauk, seperti ingkung ayam, telur, sayuran, dan lain-lain. Beramai-ramai warga tampak bersemangat menawarkan kepada pengunjung untuk bergabung bersama. Akhirnya, semua makanan pun habis tak bersisa. memang harus demikian, sebab menurut adat setempat, bila makanan tidak habis disebut ’ora ilok’. Nyadran tak sekadar ziarah ke makam leluhur. Namun sarat dengan nilai sosial budaya. Dari sini terjalin hubungan kekerabatan, kebersamaan, dan pengorbanan di antara warga. Semoga tradisi ini senantiasa lestari sehingga dapat dijadikan wahana perekat sosial dan sarana membangun jati diri bangsa.
Selain dimanfaatkan sebagai sarana air minum, sumber daya air di Desa Gempol juga dimanfaatkan sebagai kolam renang sebagai aset wisata desa. Kolam renang milik BumDes ini berada di Dukuh Karanggeneng, tepatnya di RT 10/ RW 05. Karena masih dikelola oleh BumDes, belum dikembangkan adanya tarif masuk dan masyarakat hanya cukup membayar dana kebersihan saja.
 
=== Struktur Candi di Dukuh Gempol ===
Ditemukannya struktur candi yang terdapat pada salah satu sawah di Dukuh Gempol. Terletak ditengah area persawahan sehingga sulitnya akses jalan masuk bagi kendaraan, ditemukan di wilayah Dukuh Kemasan dan Dukuh Gempol. Struktur yang ditemukan berupa batuan atau artefak dan struktur batu bata merah. Selain itu ditemukan juga batuan Andesit serta artefak Yoni dan Lingga di sekitar pekarangan rumah warga. Namun, hingga sampai saat ini struktur candi yang ditemukan di Desa Gempol masih belum tertata karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan terkait masalah pendanaan.
 
=== Omah Limbah dan Ternak Maggot ===
Salah satu hal yang dikembangkan di Desa Gempol adalah Omah Limbah. Seperti kebanyakan daerah lainnya di Indonesia, sampah menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani di Desa Gempol. Omah Limbah merupakan tempat yang digunakan sebagai upaya penanggulangan sampah. Dikelola oleh salah satu warga yang merupakan ketua RW 08 atau Dukuh Jenon yaitu Eddy Nugroho yang juga merupakan aktivis pegiat lingkungan. Omah Limbah juga digunakan sebagai tempat ternak maggot. [[Belatung|Maggot]] merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF)<ref>{{Cite journal|last=Salman|first=Salman|last2=Ukhrawi|first2=Lalu Muhammad|last3=Azim|first3=Muhammad|date=2020-03-30|title=Budidaya Maggot Lalat Black Soldier Flies (BSF) sebagai Pakan Ternak|url=http://dx.doi.org/10.29303/jgn.v2i1.40|journal=Jurnal Gema Ngabdi|volume=2|issue=1|pages=7–11|doi=10.29303/jgn.v2i1.40|issn=2656-8098|access-date=2022-08-09|archive-date=2023-07-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230730122034/https://gemangabdi.unram.ac.id/index.php/gemangabdi/article/view/40|dead-url=no}}</ref> atau ''Hermetia Illucens'' dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Maggot dibudidayakan sebagai pakan ternak. {{Karanganom, Klaten}}
 
{{Authority control}}