Kerajaan Tidung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
(52 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{lindungidarianon|small=yes}}
 
 
Baris 7 ⟶ 6:
|-
|- align=center
| colspan="2" | [[Berkas:Tarakan.png|220px]]{{br}}''Wilayah kerajaan [http://www.tidungceria.com Tidung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121004014216/http://www.tidungceria.com/ |date=2012-10-04 }}, [[Kalimantan Timur]]''
|- valign=top
| '''Berdiri'''
Baris 33 ⟶ 32:
| style="white-space: nowrap;" | {{br}}[[1557]]{{br}}[[1551]]-[[1787]]{{br}}[[1916]]
|}
 
'''Kerajaan Tidung'''<ref>{{nl}} {{cite book|pages=423 |url=http://books.google.co.id/books?id=WgQDAAAAYAAJ&dq=Pangerang%20Mangkoe%20Boemi&pg=PA423#v=onepage&q&f=false|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde|Bagian 4|authors=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia|publisher=Lange & Co.|year=1855}}</ref> atau dikenal pula dengan nama '''Kerajaan Tarakan''' (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah [[Suku Tidung]] di utara [[Kalimantan Timur]], yang berkedudukan di [[Pulau Tarakan]] dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula [[Kesultanan Bulungan]] yang berkedudukan di Tanjung Palas. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa di pesisir timur pulau [[Tarakan]] yakni, dikawasan [[binalatung]] sudah ada [[Kerajaan Tidung kuno]] (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah kepesisir barat pulau [[Tarakan]] yakni, dikawasan [[Tanjung Batu]], kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisir barat yakni, kekawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau [[Tarakan]] yakni, kekawasan Pimping bagian barat dan kawasan [[Tanah Kuning]], yakni, sekitar tahun 1394-1557.
'''Kerajaan Tidung''' atau dikenal pula dengan nama '''Kerajaan [[Tarakan]]''' (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah [[Suku Tidung]] di [[Kalimantan Utara]], yang berkedudukan di [[Pulau Tarakan]] dan berakhir di [[Salimbatu]]. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula [[Kesultanan Bulungan]] yang berkedudukan di [[Tanjung Palas]].<ref>{{nl}} {{cite book|pages=423|url=http://books.google.co.id/books?id=WgQDAAAAYAAJ&dq=Pangerang%20Mangkoe%20Boemi&pg=PA423#v=onepage&q&f=false|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde|Bagian 4|authors=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia|publisher=Lange & Co.|year=1855}}</ref>
 
== Riwayat ==
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangan [[sukuSuku Tidung]] terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan ([[Salimbatu]], [[Kecamatan Tanjung Palas Tengah]], [[Kabupaten Bulungan]]), ([[Malinau Kota]], [[Kabupaten Malinau]]), ([[Sesayap]], [[Kabupaten Tana Tidung]]), ([[Sembakung]], [[Kabupaten Nunukan]] ), ([[Kota Tarakan]]) dan lain-lain hingga ke daerah ([[Sabah]], ([[Malaysia]]) bagian selatan.<ref name="takapana1"/>
 
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan [[sukuSuku Tidung]] tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari [[Menjelutung]] di [[Sungai Sesayap]] dengan rajanya yang terakhir bernama [[Benayuk]].<ref name="takapana1"/> Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalamke dalam air (sungai) berikut warganya.<ref name="takapana1"/> Peristiwa tersebut dikalangandi kalangan [[sukuSuku Tidung]] disebut [[Gasab]] yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang [[Benayuk]] dari Menjelutung]].<ref name="takapana1"/>
 
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan [[Benayuk]] yang berlangsung sekitar 35 musim.<ref name="takapana1"/> Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama.<ref name="takapana1"/> Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +kurang lebih dengan tahun Hijriah.<ref name="takapana1"/> Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan [[Benayuk]], maka diperkirakan tragedi di [[Menjelutung]] tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI.<ref name="takapana1"/>
 
Kelompok-kelompok suku[[Suku Tidung]] pada zaman kerajaan [[Menjelutung]] belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan [[sukuSuku Tidung]] yang ada di Kalimantan timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :<ref name="takapana1"/>
* Dialek bahas Tidung [[Malinau]]
* Dialek bahasa Tidung [[Sembakung]].
* Dialek bahas Tidung [[Sesayap]].
* Dialek bahas Tidung [[Tarakan]] yang biasa pula disebut [[Tidung Tengara]] yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
 
Dari adanya beberapa dialek [[bahasa Tidung]] yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing.<ref name="takapana1"/> Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah kerajaan [[Benayuk]] di [[Menjelutung]] runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru.<ref name="takapana1"/> Salah seorang dari keturunan [[Benayuk]] yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, [[Sembakung]] dan [[Lumbis]].<ref name="takapana1">[http://takapana.blogspot.com/2009/07/kerajaan-tidung-bag-1.html kerajaan tidung bagb 1] diakses 1 April 2015</ref>
 
== Daftar Silsilah Raja-Raja Tidung ==
 
=== Raja-raja dari Kerajaan Tidung Kuno ===
Kerajaan Tidung Kuno adalah Suatu Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja, dimanadi mana pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah dengan wilayah yang kecil/kampung.<ref name="thetidung">[http://thetidung.blogspot.com/ silsilah kerajaan tidung] diakses 1 April 2015</ref>
* [[Benayuk]] dari [[Sungai Sesayap]], [[Menjelutung]] (Masa Pemerintahan ± 35 Musim).<ref name="thetidung"/> Berakhirnya zaman [[kerajaan Menjelutung]] karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalamke dalam air (sungai) berikut warganya.<ref name="thetidung"/> Peristiwa tersebut dikalangandi kalangan [[sukuSuku Tidung]] disebut [[Gasab]] yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang [[Benayuk dari Menjelutung]].<ref name="thetidung"/>
* Benayuk dari sungai Sesayap, Menjelutung (Masa Pemerintahan ± 35 Musim)
* [[Yamus]] (''Si Amus'') (Masa Pemerintahan ± 44 Musim) Selang 15 (lima belas).<ref musimname="thetidung"/> Musim setelah Menjelutung runtuh seorang keturunan [[Benayuk]] yang bernama [[Yamus]] (''Si Amus'') yang bermukim di [[Liyu Maye]] mengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat pemukiman ke [[Binalatung]] ([[Tarakan]]).<ref name="thetidung"/> [[Yamus]] memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim, setelah wafat [[Yamus]] digantikan oleh salah seorang cucunya yang bernama [[Ibugang]] ([[Aki Bugang]]).<ref name="thetidung"/>
Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan [[suku Tidung]] disebut [[Gasab]] yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang [[Benayuk dari Menjelutung]].
* [[Ibugang]] ([[Aki Bugang]]), [[Ibugang]] beristrikan [[Ilawang]] ([[Adu Lawang]]) beranak tiga orang.<ref name="thetidung"/> Dari ketiga anak ini hanya seorang yang tetap tinggal di [[Binalatung]] yaitu bernama [[Itara]], yang satu ke [[Betayau]] dan yang satu lagi ke [[Penagar]].<ref name="thetidung"/>
 
* [[Itara]] (Lebih kurang 29 Musim), [[Itara]] memerintah selama 29 (dua puluh sembilan) musim.<ref name="thetidung"/> Setelah wafat Anak keturunan [[Itara]] yang bernama [[Ikurung]] kemudian meneruskan pemerintahan dan memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim.<ref name="thetidung"/>
* Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim)
* [[Ikurung]] (Lebih kurang 25 Musim), [[Ikurung]] beristrikan [[Puteri Kurung]] yang beranakkan [[Ikarang]] yang kemudian menggantikan ayahnya yang telah wafat.<ref name="thetidung"/>
Selang 15 (lima belas) musim setelah Menjelutung runtuh seorang keturunan Benayuk yang bernama Yamus (Si Amus) yang bermukim di Liyu Maye mengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat pemukiman ke Binalatung (Tarakan). Yamus memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim, setelah wafat Yamus digantikan oleh salah seorang cucunya yang bernama Ibugang (Aki Bugang).
* [[Ikarang]] (Lebih kurang 35 Musim), di [[Tanjung Batu]] ([[Tarakan]]).<ref name="thetidung"/> [[Ikarang]] memerintah selama 35 (tiga puluh lima) musim di [[Tanjung Batu]] ([[Tarakan]]).<ref name="thetidung"/>
 
* [[Karangan]] (Lebih kurang Musim), [[Karangan]] yang bristrikan [[Puteri Kayam]] (Puteri dari [[Linuang Kayam]]) yang kemudian beranakkan [[Ibidang]].<ref name="thetidung"/>
* Ibugang (Aki Bugang)
* [[Bengawan]] (Lebih kurang 44 Musim), Diriwayatkan sebagai seorang raja yang tegas dan bijaksana dan wilayah kekuasaannya di pesisir melebihi batas wilayah pesisir [[Kabupaten Bulungan]] sekarang yaitu dari [[Tanjung Mangkaliat]] di selatan kemudian ke utara sampai di [[Kudat]] ([[Sabah]], [[Malaysia]]).<ref name="thetidung"/> Diriwayatkan pula bahwa Raja [[Bengawan]] sudah menganut Agama Islam dan memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim.<ref name="thetidung"/> Setelah [[Bengawan]] wafat ia digantikan oleh puteranya yang bernama [[Itambu]].<ref name="thetidung"/>
Ibugang beristrikan Ilawang (Adu Lawang) beranak tiga orang. Dari ketiga anak ini hanya seorang yang tetap tinggal di Binalatung yaitu bernama Itara, yang satu ke Betayau dan yang satu lagi ke Penagar.
* [[Itambu]] (Lebih kurang 20 Musim).<ref name="thetidung"/>
 
* Itara[[Aji Beruwing Sakti]] (Lebih kurang 2930 Musim).<ref name="thetidung"/>
* [[Aji Surya Sakti]] (Lebih kurang 30 Musim).<ref name="thetidung"/>
Itara memerintah selama 29 (dua puluh sembilan) musim. Setelah wafat Anak keturunan Itara yang bernama Ikurung kemudian meneruskan pemerintahan dan memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim
* [[Aji Pengiran Kungun]] (Lebih kurang 25 Musim).<ref name="thetidung"/>
 
* [[Aji nata Djaya]] (Kurang 20 Musim).<ref name="thetidung"/>
* Ikurung (Lebih kurang 25 Musim)
* [[Pengiran Tempuad]] (Lebih kurang 34 Musim), [[Pengiran Tempuad]] kemudian kawin dengan raja perempuan suku[[Suku Kayan]] di [[Sungai Pimping]] bernama [[Ilahai]].<ref name="thetidung"/>
Ikurung beristrikan Puteri Kurung yang beranakkan Ikarang yang kemudian menggantikan ayahnya yang telah wafat.
* [[Aji Iram Sakti]] (Lebih kurang 25 Musim) di [[Pimping]], [[Bulungan]].<ref name="thetidung"/> [[Aji Iram Sakti]] mempunyai anak perempuan yang bernama [[Adu Idung]].<ref name="thetidung"/> Setelah [[Aji Iram Sakti]] wafat kemudian digantikan oleh kemanakannya yang bernama [[Aji Baran Sakti]] yang beristrikan [[Adu Idung]].<ref name="thetidung"/> Dari perkawinan ini lahirlah [[Datoe Mancang]].<ref name="thetidung"/>
 
* Ikarang[[Aji Baran Sakti]] (Lebih kurang 3520 Musim),.<ref di Tanjung Batu (Tarakan).name="thetidung"/>
Diriwayatkan* [[Datoe Mancang]] (Lebih kurang 49 Musim), diriwayatkan bahwa masa pemerintahan [[Datoe Mancang]] adalah yang paling lama yaitu 49 (empat puluh sembilan) musim.<ref name="thetidung"/>
Ikarang memerintah selama 35 (tiga puluh lima) musim di Tanjung Batu (Tarakan).
Setelah* [[Abang Lemanak]] (Lebih kurang 20 Musim), di [[Baratan]], [[Bulungan]], setelah [[Abang Lemanak]] wafat, ia kemudian digantikan oleh adik bungsunya yang bernama [[Ikenawai]] (seorang wanita).<ref name="thetidung"/>
 
* [[Ikenawai]] bergelar [[Ratu Ulam Sari]] (Lebih kurang 15 Musim), [[Ikenawai]] bersuamikan [[Datoe Radja Laut]] keturunan [[Radja Suluk]] bergelar [[Sultan Abdurrasid]].<ref name="thetidung"/>
* Karangan (Lebih kurang Musim)
Karangan yang bristrikan Puteri Kayam (Puteri dari Linuang Kayam) yang kemudian beranakkan Ibidang.
 
* Ibidang (Lebih kurang Musim)
* Bengawan (Lebih kurang 44 Musim)
Diriwayatkan sebagai seorang raja yang tegas dan bijaksana dan wilayah kekuasaannya di pesisir melebihi batas wilayah pesisir Kabupaten Bulungan sekarang yaitu dari Tanjung Mangkaliat di selatan kemudian ke utara sampai di Kudat (Sabah, Malaysia). Diriwayatkan pula bahwa Raja Bengawan sudah menganut Agama Islam dan memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim. Setelah Bengawan wafat ia digantikan oleh puteranya yang bernama Itambu
 
* Itambu (Lebih kurang 20 Musim)
* Aji Beruwing Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
* Aji Surya Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
* Aji Pengiran Kungun (Lebih kurang 25 Musim)
* Aji nata Djaya (Kurang 20 Musim)
* Pengiran Tempuad (Lebih kurang 34 Musim)
Pengiran Tempuad kemudian kawin dengan raja perempuan suku Kayan di Sungai Pimping bernama Ilahai.
 
* Aji Iram Sakti (Lebih kurang 25 Musim) di Pimping, Bulungan
Aji Iram Sakti mempunyai anak perempuan yang bernama Adu Idung. Setelah Aji Iram Sakti wafat kemudian digantikan oleh kemanakannya yang bernama Aji Baran Sakti yang beristrikan Adu Idung. Dari perkawinan ini lahirlah Datoe Mancang
 
* Aji Baran Sakti (Lebih kurang 20 Musim).
* Datoe Mancang (Lebih kurang 49 Musim)
Diriwayatkan bahwa masa pemerintahan Datoe Mancang adalah yang paling lama yaitu 49 (empat puluh sembilan) musim
* Abang Lemanak (Lebih kurang 20 Musim), di Baratan, Bulungan
Setelah Abang Lemanak wafat, ia kemudian digantikan oleh adik bungsunya yang bernama Ikenawai (seorang wanita).
* Ikenawai bergelar Ratu Ulam Sari (Lebih kurang 15 Musim)
Ikenawai bersuamikan [[Datoe Radja Laut]] keturunan [[Radja Suluk]] bergelar [[Sultan Abdurrasid]].
 
=== Dinasti Tengara ===
Dahulu kala kaum suku[[Suku Tidung]] yang bermukim dipulaudi pulau [[Tarakan]], popularjugapopuler juga dengan sebutan kaum Tengara, oleh karena mereka mempunyai pemimpin yang telah melahirkan [[Dynasty Tengara]].<ref name="thetidung"/> Berdasarkan silsilah (''Genealogy'') yang ada bahwa, bahwa dipesisirdi pesisir timur pulau [[Tarakan]] yakni, dikawasandi kawasan binalatung sudah ada [[Kerajaan Tidung kuno]] (''The Ancient Kingdom of Tidung''), kira-kira tahun [[1076]]-[[1156]].<ref name="thetidung"/> Kemudian berpindah kepesisirke pesisir barat pulau [[Tarakan]] yakni, dikawasandi kawasan [[Tanjung Batu]], kira-kira pada tahun [[1156]]-[[1216]].<ref name="thetidung"/> Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisirdi pesisir barat yakni, kekawasanke kawasan sungai bidang kira-kira pada tahun [[1216]]-[[1394]].<ref name="thetidung"/> Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau [[Tarakan]] yakni, kekawasanke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun [[1394]]-[[1557]].<ref name="thetidung"/>
 
Kerajaan Dari Dynasty Tengara ini pertama kali bertakhta kira-kira mulai pada tahun [[1557]]-[[1571]] berlokasi di kawasan [[Pamusian]] wilayah [[Tarakan Timur]].<ref name="melayu online">[http://melayuonline.com/ind/history/dig/502/kerajaan-tidung kerajaan tidung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402135332/http://melayuonline.com/ind/history/dig/502/kerajaan-tidung |date=2015-04-02 }} diakses 1 April 2015</ref>
 
=== Raja-raja dari Dinasti Tengara ===
Silsilah raja dari dinasti tengara, yaitu:<ref name="melayu online"/>
* Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
* Amiril PengiranRasyd DipatiGelar IDatoe Radja Laoet (1571[[1557]]-1613[[1571]])
* Amiril Pengiran SingaDipati LaoetI (1613[[1571]]-1650[[1613]])
* Amiril Pengiran MaharajalilaSinga ILaoet (1650[[1613]]-1695[[1650]])
* Amiril Pengiran Maharajalila III (1695[[1650]]-1731[[1695]])
* Amiril Pengiran DipatiMaharajalila II (1731[[1695]]-1765[[1731]])
* Amiril Pengiran MaharajadindaDipati II (1765[[1731]]-1782[[1765]])
* Amiril Pengiran Maharajalila IIIMaharajadinda ([[1765]]-[[1782-1817]])
* Amiril TadjoeddinPengiran Maharajalila III (1817[[1782]]-1844[[1817]])
* Amiril Pengiran Djamaloel KiramTadjoeddin ([[1817]]-[[1844-1867]])
* Amiril Pengiran Djamaloel Kiram ([[1844]]-[[1867]])
* Ratoe Intan Doera/Datoe Maoelana ([[1867]]-[[1896]]), Datoe Jaring gelar Datoe Maoelana adalah putera [[Sultan Bulungan]] Muhammad Kaharuddin (II)
* [[Datoe Adil]] ([[1896]]-[[1916]])
 
== Hubungan dengan [[Kesultanan Sulu]]lain ==
=== Hubungan dengan [[Kesultanan BerauSulu]] ===
{{terjemah|Melayu}}
Dikatakan Sultan Sulu yang bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar telah berkahwinmenikah dengan seorang gadis [[Tionghoa]] yang berasal dari daerah [[Tirun]] (Tidung).<ref name="academia"/> Dan juga karena ingin mengamankan wilayah North-Borneo (Kini [[Sabah]]) selepas mendapat wilayah tersebut dari Sultan Brunei, seorang putera Sultan Salahuddin-Karamat iaitu Sultan Badaruddin-I juga telah memperisterikan seorang Puteri Tirun atau Tidung (isteri kedua) yang merupakan anak kepada pemerintah awal di wilayah Tidung.<ref name="academia"/> (Isteri pertama Sultan Badaruddin-I, dikatakan adalah gadis dari Soppeng, Sulawesi Selatan.<ref name="academia"/> Maka lahirlah Datu Lagasan yang kemudianyakemudian menjadi Sultan Sulu bergelar, Sultan Alimuddin-I ibni Sultan Badaruddin-I).<ref name="academia"/> Dari zuriat Sultan Alimuddin-I inilah dikatakan datangnya Keluarga Kiram dan Shakiraullah di [[Sulu]].<ref name="academia"/>
 
Maka dari darah keturunan dari Puteri Tidung ini lahir lahlahirlah seorang putera bernama Datu Bantilan dan seorang puteri bernama Dayang Meria.<ref name="academia"/> Datu Bantilan kemudiannya menaiki takhta [[Kesultanan Sulu]] (menggantikan abangnya Sultan Alimuddin-I) pada tahun sekitar [[1748]], bergelar Sultan Bantilan Muizzuddin.<ref name="academia"/> Adindanya Dayang Meria dikatakan berkahwinmenikah dengan seorang pedagang [[Tionghoa]], dan kemudiannya melahirkan Datu Teteng atau Datu Tating.<ref name="academia"/> Dan dari zuriat Sultan Bantilan Muizzuddin inilah datangnya Keluarga Maharajah Adinda, yang kini merupakan "Pewaris Sebenar" kepada Kesultanan Sulu mengikut Sistem Protokol Kesultanan yang dipanggil "Tartib Sulu".<ref name="academia"/>
 
Dikatakan juga pewaris sebenar itu bergelar, Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan Aliuddin Haddis Pabila (Wafat pada 30.06. Juni 2007 di [[Kudat]], [[Sabah]]).<ref name="academia"/> Dan juga dinyatakan bahawa ''Putera Mahkota'' kesultanan Sulu kini adalah putera bongsubungsu kepada DYMM Sultan Aliuddin yang bernama Duli Yang Teramat Mulia (DYTM) Datu Ali Aman atau digelar juga sebagai "Raja Bongsu-II" (*Gelaran ini mungkin mengambil sempena nama moyang mereka yang bernama Raja BongsuBungsu atau Pengiran Shahbandar Maharajalela, yang merupakan putera-bongsu kepada Sultan Muhammad Hassan dari Brunei.<ref name="academia"/> Dikatakan Raja BongsuBungsu ini telah dihantar ke Sulu menjadi Sultan Sulu menggantikan pamannya Sultan Batarasah Tengah ibnu Sultan Buddiman Ul-Halim yang tiada putera.<ref name="academia"/> Ibu Raja BongsuBungsu ini adalah puteri kepada Sultan Pangiran Buddiman Ul-Halim yang berkahwinmenikah dengan Sultan Muhammad Hassan).<ref name="academia"/>
 
Dan kerana mahu rakyat Sulu memahami akan HAK "Pewaris Kedua" dalam Kesultanan Sulu, maka DYTM Datu Raja Bongsu-II ini telah mengutuskan sepupunya Datu Lajamura Bin Datu Wasik ke Sulu untuk memberi penerangan kepada seluruh rakyat Sulu akan HAK Keluarga Maharaja Adinda.<ref name="academia"/> Maka kehadiran Datu Lajamura Bin Datu Wasik di Sulu adalah selaku Pegawai WAKIL penerangan dari Keluarga Maharaja Adinda atau (The Maharaja Adinda Royal House Representative Officer).<ref name="academia"/>
 
=== Hubungan dengan [[Kesultanan Bulungan]] ===
Di antara kedua kerajaan tersebut terdapat hubungan yang erat, sebagaimana layaknya seperti orang bersaudara karena saling diikat oleh tali Perkawinan.<ref name="academia"/> Meskipun demikian proses saling memengaruhi tetap berjalan secara halus dan tersamar, karena salah satu di antaranya ingin lebih dominan dari yang lainnya.<ref name="academia"/> Dengan Demikian tidak dapat dielakkan bahwa persaingan terselubung antara keduanya merupakan masalah laten yang adakalanya mencuat kepermukaan.<ref name="academia"/> Dalam hal ini pihak penjajah [[Hindia Belanda]] cukup jeli memanfaatkan masalah itu, maka semakin serulahbesar masalah hubungan keduanyakedua kerajaan, bahkan menjadi konflik politik yang tajam, sehingga akhirnya tergusurlah Kerajaan dari Suku kaum Tidung tersebutdengan [[Kesultanan Bulungan]] mengakhiri hubungan kerja sama.<ref name="academia"/>
 
=== Hubungan dengan [[Kesultanan Banjar]] ===
Menurut [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] menyebutkan Tirem (=Tirun/Tidung) sebagai salah satu negeri yang telah ditaklukanditaklukkan [[Kerajaan Majapahit]] oleh [[Gajah Mada]].<ref name="academia"/> Menurut [[Hikayat Banjar]], sejak masa kekuasaan [[Maharaja Suryanata]] (Raden Aria Gegombak [[Janggala]] Rajasa), pangeran dari Majapahit yang menjadi raja Negara Dipa (Banjar) yang ke-2 pada masa Hindu, penguasa Karasikan sudah menjadi taklukannya.<ref name="academia"/> Karasikan adalah sebutan dari [[Kesultanan Banjar]] untuk Kerajaan Tidung.<ref name="academia"/> Karasikan dalam Hikayat Banjar disebutkan sebagai salah satu ''tanah di atas angin'' (= negeri di sebelah timur atau utara) yang telah ditaklukanditaklukkan.<ref name="academia"/> Karasikan (= [[Tarakan]]) dianggap sebagai salah satu vazal Banjarmasin, sehingga ketika Banjarmasin jatuh ke tangan [[VOC]] sebagai daerah protektorat (= tanah pinjamanpinzaman) pada [[13 Agustus]] [[1787]] maka vazal-vazal Banjarmasin oleh Sultan [[Tamjidullah I]] diserahkan kepada VOC, maka Karasikan atau wilayah suku[[Suku Tidung]] ini menjadi wilayah VOC.<ref name="academia"/> Karasikan yaitu wilayah suku[[Suku Tidung]] meliputi utara [[Kalimantan Timur]] hingga daerah-daerah pada Divisi [[Tawau]] dan sekitarnya termasuk pulau [[Sipadan]] dan [[Ligitan]], sehingga tidak mengherankan ketika VOC membuat peta tahun [[1787]], wilayah VOC lebih ke utara daripada perbatasan Kalimantan Timur-Sabah yang ada pada masa kini.<ref name="academia">[http://www.academia.edu/2045560/Sejarah_dan_Kebudayaan_Tidung_di_Kabupaten_Malinau Sejarah dan kebudayaan tidung di kabupaten malinau]</ref>
 
=== Hubungan dengan [[Kesultanan Berau]] ===
Menurut [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] menyebutkan Tirem (=Tirun/Tidung) sebagai salah satu negeri yang telah ditaklukan [[Kerajaan Majapahit]] oleh [[Gajah Mada]]. Menurut [[Hikayat Banjar]], sejak masa kekuasaan [[Maharaja Suryanata]] (Raden Aria Gegombak [[Janggala]] Rajasa), pangeran dari Majapahit yang menjadi raja Negara Dipa (Banjar) yang ke-2 pada masa Hindu, penguasa Karasikan sudah menjadi taklukannya. Karasikan adalah sebutan dari [[Kesultanan Banjar]] untuk Kerajaan Tidung. Karasikan dalam Hikayat Banjar disebutkan sebagai salah satu ''tanah di atas angin'' (= negeri di sebelah timur atau utara) yang telah ditaklukan. Karasikan (= Tarakan) dianggap sebagai salah satu vazal Banjarmasin, sehingga ketika Banjarmasin jatuh ke tangan [[VOC]] sebagai daerah protektorat (= tanah pinjaman) pada [[13 Agustus]] [[1787]] maka vazal-vazal Banjarmasin oleh Sultan [[Tamjidullah I]] diserahkan kepada VOC, maka Karasikan atau wilayah suku Tidung ini menjadi wilayah VOC. Karasikan yaitu wilayah suku Tidung meliputi utara Kalimantan Timur hingga daerah-daerah pada Divisi [[Tawau]] dan sekitarnya termasuk pulau [[Sipadan]] dan [[Ligitan]], sehingga tidak mengherankan ketika VOC membuat peta tahun [[1787]], wilayah VOC lebih ke utara daripada perbatasan Kalimantan Timur-Sabah yang ada pada masa kini.
 
== Hubungan dengan [[Kesultanan Berau]] ==
Dari http://bumibatiwakkal.blogspot.com/2009/01/historis-asal-usul-berau.html
Bulungan dan Tidung Memisahkan Diri Membentuk Kesultanan Sendiri
Karena terjadinya kericuan dan insiden pada waktu menetapkan giliran siapa yang harus menjadi raja dari kedua keturunan pangeran itu, kekuasaan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Muara bangun hampir tiada berfungsi lagi.<ref name="bumi"/> Dalam situasi yang tidak menentu itu, daerah Bulungan dan Tidung berkesempatan melepaskan diri dari kesatuan wilayah kekuasaan Berau dan membentuk kesultanan sendiri pada tahun [[1800]].<ref name="bumi">[http://bumibatiwakkal.blogspot.com/2009/01/historis-asal-usul-berau.html historis asal usul berau]</ref>
 
== Demografi kawasan ==
[[Berkas:Arsitektur rumah adat suku tidung.jpg|jmpl|Arsitektur rumah adat suku tidung|pra=Special:FilePath/Arsitektur_rumah_adat_suku_tidung.jpg]]
Kawasan Kalimantan Timur bagian utara secara umum penduduk aslinya terdiri dari tiga jenis suku bangsa yakni : [[Suku Tidung|Tidung]], Bulungan, dan [[Suku Dayak|Dayak]] yang mewakili tiga kebudayaan yaitu Kebudayaan Pesisir, Kebudayaan Kesultanan, dan Kebudayaan Pedalaman.<ref name="academia"/>
 
Kaum suku[[Suku Tidung]] umumnya terlihat banyak mendiami kawasan pantai dan pulau-pulau, ada juga sedikit ditepiandi tepian sungi-sungai dipedalamandi pedalaman umumnya dalam radius muaranya.<ref name="academia"/> Kaum suku Bulungan kebanyakan berada di kawasan antara pedalaman dan pantai, terutama dikawasandi kawasan [[Tanjung Palas, Bulungan|Tanjung Palas]] dan Tanjung Selor.<ref name="academia"/> Sedangkan kaum suku Dayak kebanyakan mendiami kawasan Pedalaman.<ref name="academia"/> Kalangan suku Dayak yang terdengar dan PopularPopuler adalah bernama [[suku Dayak Kenyah]].<ref name="academia"/> Suku Dayak memiliki banyak sub-suku bangsa mereka tersebar dikawasandi kawasan pedalaman dan dan memiliki berbagai macam nama.<ref name="academia"/> Adapun mengenai suku kaum Tidung, mata pencaharian andalannya adalah sebagai Nelayan, di samping itu juga bertani dan memanfaatkan hasil hutan.<ref name="academia"/> Berdasarkan dokumen dan informasi tertulis maupun lisan yang ada bahwa, tempo dulu di kawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan, yakni: Kerajaan dari kaum [[Suku Tidung]] dan Kesultanan dari kaum suku [[Bulungan]].<ref name="academia"/> Kerajaan dari kaum [[Suku Tidung]] berkedudukan di Pulau [[Tarakan]] dan berakhir di [[Salimbatu]], Sedangkan [[Kesultanan Bulungan]] berkedudukan di [[Tanjung Palas]].<ref name="academia"/>
 
=== SukuWilayah TidungKekuasaan ===
Kerika diperintah oleh Raja [[Bengawan]] pada masa [[Kerajaan Tidung Kuno]], wilayah kekuasaan kerajaan ini telah lebih besar dari wilayah [[Kabupaten Bulungan]] sekarang, Jika digambarkan wilayah tersebut meliputi [[Tanjung Mangkaliat]] di selatan kemudian ke utara sampai di [[kudat]], [[Malaysia]].<ref name="melayu online"/> Pada perkembangan kemudian, wilayah kekuasaan kerajaan tidung semakin meluas sehingga meliputi beberapa daerah, yaitu: [[beluran]], [[betayau]], [[bunyu]], [[Kalabakan]], [[Labuk]], [[Lumbis]], [[Malinau]], [[Mandul]], [[Mentarang]], [[Nunukan]], [[Pulau Sebatik]], [[Salim Batu]], [[Sebuku]], [[Sekatak]], [[Sembakung]], [[Serudung]], [[Sesayap]], [[Semendalen]], [[Soembol]], dan [[Tarakan]].<ref name="melayu online"/> Di daerah [[Beluran]], kekuasaan kerajaan tidung juga menguasai beberapa [[Suku Dayak]] yang telah mendiami daerah tersebut, yaitu ''Ulun Aboy Tidung'', ''Ulun Adang'', ''Ulun Belusu'', ''Ulun Daye'', ''Ulun Kelabat'', ''Ulun Krayan'', ''Ulun Libun'', ''Ulun Mentarang'', ''Ulun Punan'', ''Ulun Putuk'', ''Ulun Saban'', ''Ulu Tenggalan'', dan ''Ulun Tubu''.<ref name="melayu online"/> Bahkan sebelum dipersatukan ke dalam satu kerajaan atau masih dikenal sebagai Kerajaan Tidung Kuno, wilayah kekuasaan kerajaan ini masing-masing mempunyai kerajaan yang berdiri sendiri seperti, Raja Berusu (''Belusu''), Raja Tenggalan/Ngabok, Raja Punan, dan Raja Ulun Daya/Aboi Tidoeng.<ref name="melayu online"/>
Adapun mengenai suku kaum Tidung, mata pencaharian andalannya adalah sebagai Nelayan, disamping itu juga bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Berdasarkan dokumen dan informasi tertulis maupun lisan yang ada bahwa, tempo dulu dikawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan, yakni : Kerajaan dari kaum suku Tidung dan Kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu, Sedangkan Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas.
 
=== LihatReferensi pula ===
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Suku Tidung]]
* [[Kesultanan Bulungan]]
Baris 155 ⟶ 134:
* [[Kabupaten Nunukan]]
 
=== Pranala luar ===
* [http://www.tarakankotaTarakankota.go.id/in/Berita_Kota.php?op=tarakanTarakan&mid=459 Arkeologi Pusat Juga Meneliti Keberadaan Kerajaan Tidung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111121170441/http://tarakankota.go.id/in/Berita_Kota.php?op=tarakan&mid=459 |date=2011-11-21 }}
* [http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=10361 Melayu dari Utara]
<!-- [http://www.kuis.ac.jp/icci/member/okushima/ronko/tidung.pdf&ei=p49LSqzbO4yO6QPdzNCEBA&sa=X&oi=translate&resnum=1&ct=result&prev=/search?q=akbarsyah+tidung&hl=id&sa=G] website error -->
 
=== Referensi ===
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Tidung}}
 
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Kabupaten Tana Tidung]]
[[Kategori:Kota Tarakan]]