Tuhan telah mati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambahkan rujukan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(63 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
"'''Tuhan telah mati'''" ({{lang-de|Gott ist tot}}; juga dikenal sebagai '''kematian Tuhan''') adalah pernyataan yang dibuat oleh filsuf Jerman [[Friedrich Nietzsche]], yang telah dikutip secara luas. Nietzsche menggunakan ungkapan itu untuk menyatakan gagasannya bahwa [[Abad Pencerahan]] telah menghapuskan kemungkinan [[filsafat ketuhanan|keberadaan Tuhan]]. Namun, terdapat para pendukung dari [[teologi kematian Tuhan]] yang menggunakan frasa ini dalam arti harfiah, yang berarti bahwa Tuhan, yang pernah ada pada suatu masa, telah mati.
Pernyataan ini diungkapkan oleh "seseorang yang gila" dalam karya Nietzsche sebagai berikut:
:Tuhan sudah mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya. Bagaimanakah kita, pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua yang pernah dimiliki dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan menyapukan darahnya dari kita? Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu [pembunuhan Tuhan]?▼
:::Nietzsche, ''Die fröhliche Wissenschaft'', seksi 125|}}▼
▲
Ungkapan ini pertama kali muncul dalam karya Nietzsche tahun 1882, ''[[Sains yang Mengasyikkan]]'' ({{Lang|''de''|''Die fröhliche Wissenschaft''}}, juga diterjemahkan sebagai "Pengejaran Akan Pengetahuan yang Menyenangkan").<ref>{{cite book|last=Nietzsche|first=Friedrich Wilhelm|date=2001|url=https://www.worldcat.org/oclc/46364754|title=The gay science: with a prelude in German rhymes and an appendix of songs|location=Cambridge, Britania Raya|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-63159-9|pages=109; 119-120; 199|others=Bernard Williams, Josefine Nauckhoff, Adrian Del Caro|oclc=46364754|url-status=live}}</ref> Namun, ungkapan ini paling terkenal dikaitkan dengan ''[[Maka Berbicaralah Zarathustra]]'' ({{lang|de|''Also sprach Zarathustra''}}), karya Nietzsche yang membuat frasa ini menjadi populer. Filsuf terdahulu juga telah membahas konsep yang kurang lebih sama, seperti [[Philipp Mainländer]] dan [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel]].
== Penggunaan awal ==
Sebelum Nietzsche, frasa 'Dieu est mort!' dapat ditemukan dalam Puisi 1854 [[Gérard de Nerval]] "[[Chimera|Le Christ aux oliviers]]" ("Kristus di pohon zaitun").<ref>{{Cite web|title=Le Christ aux oliviers|url=http://www.gerard-de-nerval.net/lechristauxoliva.html|website=www.gerard-de-nerval.net|access-date=2022-04-29|archive-date=2021-02-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210208191909/http://www.gerard-de-nerval.net/lechristauxoliva.html|dead-url=yes}}</ref> Puisi tersebut merupakan adaptasi dari sebuah syair dari visi mimpi yang muncul dalam novel [[Siebenks|Siebenkäs]] karya [[Jean Paul]] tahun 1797 dengan judul bab 'Kristus yang Mati Memproklamirkan Bahwa Tidak Ada Tuhan'.<ref>{{Cite book|last=Richter|first=Jean Paul Friedrich|year=1897|url=https://www.gutenberg.org/files/36164/36164-h/36164-h.htm#div1Ref_flower1|title=The Dead Christ Proclaims That There Is No God|location=London|publisher=George Bell and Sons|translator-last=Ewing|translator-first=Alexander}}</ref> Dalam pidato yang dia berikan pada tahun 1987 kepada [[Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat|American Academy of Arts and Sciences]], sarjana sastra [[George Steiner]] mengklaim bahwa rumusan Nietzsche 'God is dead' terinsipirasi dari visi mimpi 'Dead Christ' dari Jean Paul, tetapi Steiner tidak memberikan bukti nyata bahwa Nietzsche pernah membaca Jean Paul.<ref>{{Cite journal|last=Steiner|first=George|date=Nov 1987|title=Some Black Holes|url=https://www.jstor.org/stable/3822663|journal=Bulletin of the American Academy of Arts and Sciences|volume=41,2|pages=17}}</ref>
Frasa ini juga ditemukan dalam sebuah bagian yang diungkapkan oleh seorang narator dalam novel tahun 1862 karya [[Victor Hugo]] ''[[Les Misérables]]'':<ref>[http://www.online-literature.com/victor_hugo/les_miserables/318/] Hugo.] Hugo, Victor. Hapgood, Elizabeth (translator). ''Les Miserables''. Volume V - Book First. "The War Between Four Walls", Chapter 20. {{ISBN|978-1420953268}}</ref><ref>{{Cite web|title=Page:Hugo - Les Misérables Tome V (1890).djvu/119 - Wikisource|url=https://fr.wikisource.org/wiki/Page:Hugo_-_Les_Mis%C3%A9rables_Tome_V_(1890).djvu/119|website=fr.wikisource.org}}</ref>
{{Blockquote|"Tuhan sudah mati, mungkin," kata Gerard de Nerval suatu hari kepada penulis baris-baris ini, mengacaukan kemajuan dengan Tuhan, dan menghentikan gerakan kematian Wujud.}}
=== Suara Nietzsche ===▼
Meskipun Nietzsche menempatkan ungkapan "Tuhan sudah Mati" ke dalam mulut seorang "gila" dalam '' Die fröhliche Wissenschaft'', ia juga menggunakan ungkapan ini dalam suaranya sendiri dalam seksi 108 dan 343 dari buku yang sama. Dalam ucapan si orang gila, orang itu digambarkan berlari-lari di pasar sambil berseru-seru, "Tuhan sudah mati! Tuhan tetap mati!" Ia membangkitkan rasa geli pada beberapa orang. Namun tak seorangpun yang menanggapinya dengan serius. Dengan rasa frustrasi si orang gila menghantamkan lenteranya di tanah, sambil berteriak keras-keras bahwa ia datang terlalu dini. Orang belum dapat menyadari bahwa mereka telah membunuh Tuhan. Lalu ia pun berkata:▼
== Filsafat Jerman ==
:Kejadian yang aneh ini masih berlangsung, masih berkelana, belum mencapai telinga manusia. Kilat dan guntur membutuhkan waktu, cahaya bintang-bintang membutuhkan waktu, perbuatan pun, meskipun telah dilakukan, masih membutuhkan waktu untuk dilihat dan didengar. Perbuatan ini masih lebih jauh daripada bintang-bintang yang paling jauh - ''kendati pun demikian mereka telah melakukannya sendiri.''▼
=== Hegel ===
Sebelumnya dalam buku itu (seksi 108), Nietzsche menulis "Tuhan sudah mati; tetapi karena cara manusia, mungkin masih ada gua-gua selama ribuan tahun di mana bayang-bayang Tuhan masih akan kelihatan. Dan kita -- kita masih harus memusnahkan bayang-bayang-Nya pua." Si tokoh protagonis dalam ''[[Also Sprach Zarathustra]]'' juga mengucapkan kata-kata tersebut, dan berkomentar kepada dirinya sendiri setelah mengunjungi seorang pertapa yang, setiap harinya, menyanyikan nyanyian dan hidup untuk memuliakan tuhannya: ▼
Wacana tentang "kematian Tuhan" dalam budaya Jerman muncul pada awal abad ke-17 dan awalnya mengacu pada teori [[Keselamatan (Kristen)|penebusan dosa]] [[Gereja Lutheran|Lutheran]]. Ungkapan "Tuhan telah mati" muncul dalam himne "''Ein Trauriger Grabgesang''" ("Sebuah lagu sedih") oleh [[Johann von Risto|Johann von Rist]]. Sejarawan kontemporer berpendapat bahwa filsuf [[Idealisme Jerman|idealis Jerman]] abad ke-19, terutama yang terkait dengan [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel]], bertanggung jawab dalam menghilangkan resonansi khusus Kristen dari frasa yang berkaitan dengan kematian Yesus Kristus dan mengaitkannya dengan teori filosofis dan sosiologis sekuler.<ref>{{Cite book|last=Josephson-Storm|first=Jason|date=2017|url=https://books.google.com/books?id=xZ5yDgAAQBAJ|title=The Myth of Disenchantment: Magic, Modernity, and the Birth of the Human Sciences|location=Chicago|publisher=University of Chicago Press|isbn=0-226-40336-X|pages=67–9}}</ref>
Meskipun pernyataan ini dikaitkan dengan Nietzsche, Hegel telah lebih dulu membahas konsep kematian Tuhan dalam karyanya, ''[[Fenomenologi Roh|Phenomenology of Spirit]].'' Dia menganggap kematian Tuhan sebagai "hal yang tidak berarti kecuali bagian yang mudah dikenali dari orang Kristen sebagai siklus penebusan".<ref>{{Cite journal|last=von der Luft|first=Eric|date=Apr–Jun 1984|title=Sources of Nietzsche's "God is Dead!" and its Meaning for Heidegger|journal=Journal of the History of Ideas|issue=2|pages=263–276}} See page 265.</ref> Kemudian Hegel menulis tentang timbulnya rasa sakit yang luar biasa karena mengetahui bahwa Tuhan sudah mati: "Konsep murni, atau ketidakterbatasan, sebagai jurang kehampaan yang di dalamnya semua makhluk tenggelam, menunjukkan rasa sakit yang tak terbatas, yang sebelumnya hanya ada dalam budaya secara historis dan sebagai perasaan yang melandasi agama modern, perasaan bahwa Tuhan sendiri telah mati, (perasaan yang diungkapkan Pascal, meskipun hanya secara empiris, dalam perkataannya: Alam adalah sedemikian rupa sehingga menandai di mana-mana, baik di dalam maupun di luar manusia, suatu kehilangan Tuhan), murni sebagai fase, tetapi juga tidak lebih dari sekadar fase, dari ide tertinggi."<ref>{{Cite book|last=Hegel|first=Georg Wilhelm Friedrich|date=1845|title=Philosophische Abhandlungen|page=153}}</ref>
:'Dan apakah yang dilakukan si orang suci ini di hutan?' tanya Zarathustra. Si orang suci menjawab: 'Aku membuat nyanyian dan menyanyikannya; dan ketika aku membuat nyanyian, aku tertawa, menangis dan bersenandung: jadi dengan melakukan semua itu aku memuji Tuhan. Dengan bernyanyi, menangis, tertawa, dan bersenandung aku memuji tuhan yang adalah tuhanku. Tetapi apa yang engkau bawa kepada kami sebagai hadiah?' Ketika Zarathustra mendengar kata-kata ini ia mengucapkan selamat berpisah dan berkata: 'Apa yang dapat kumiliki untuk kuberikan kepadamu? Tapi biarkanlah aku pergi dengan segera agar aku tidak mengambil sesuatu daripadamu!' Dan kemudian mereka berpisah, si orang tua dan lelaki itu, sambil tertawa seperti dua anak lelaki tertawa. <p>Tetapi ketika Zarathustra sendirian ia berbicara kepada dirinya sendiri: 'Mungkinkah itu? Si orang suci di hutan ini belum mendengar apa-apa tentang hal ini, bahwa Tuhan ''sudah mati!''' ▼
Murid Hegel, [[Richard Rothe]], dalam teks teologisnya tahun 1837 ''Die Anfänge der christlichen Kirche und ihrer Verfassung'', tampaknya menjadi salah satu filsuf pertama yang mengaitkan gagasan tentang kematian Tuhan dengan teori sosiologis [[sekularisasi]].<ref>Josephson-Storm (2017), pp. 75–6.</ref>
Filsuf Jerman [[Max Stirner]] menulis pada tahun 1844 tentang kematian Tuhan dan tentang pembunuhan Tuhan oleh manusia selama Masa Pencerahan dalam bukunya ''[[The Ego and Its Own|The Ego and its Own]].''<ref>"At the entrance of the modern time stands the ‘God-man’. At its exit will only the God in the God-man evaporate? And can the God-man really die if only the God in him dies? They did not think of this question, and thought they were finished when in our days they brought to a victorious end the work of the Enlightenment, the vanquishing of God: they did not notice that man has killed God in order to become now - ‘sole God on high’. The other world outside us is indeed brushed away, and the great undertaking of the men of the Enlightenment completed; but the other world in us has become a new heaven and calls us forth to renewed heaven-storming: God has had to give place, yet not to us, but to - man. How can you believe that the God-man is dead before the man in him, besides the God, is dead?" [https://archive.org/stream/StirnerTheEgoAndItsOwn/Stirner%20-%20The%20Ego%20and%20Its%20Own_djvu.txt Max Stirner: The Ego and its Own - Introduction of part II]</ref> Dalam literatur filosofis terdapat diskusi tentang [[Hubungan antara Friedrich Nietzsche dan Max Stirner|kemungkinan pengaruh Max Stirner pada Nietzsche]].
== Gerakan Kematian Tuhan (Teologi) ==▼
[[Berkas:Timeisgoddead.jpg|thumb|''Sebuah laporan utama [[Time (majalah)|majalah Time]]'' ([[8 April]] [[1966]]) tentang agama di Amerika bertanya "Apakah Tuhan sudah mati?" Terbitan ini kemudian menjadi salah satu edisi ''Time''' yang paling kontroversial.]]▼
=== Mainländer ===
Sampul majalah ''Time'' [[8 April]] [[1966]] dan artikel yang menyertainya mengenai suatu gerakan dalam teologi Amerika yang muncul pada tahun 1960-an, dikenal sebagai "kematian Tuhan". Gerakan Kematian Tuhan kadang-kadang secara teknis disebut sebagai "teotanatologi." ▼
Sebelum Nietzsche, konsep ini dipopulerkan dalam bidang filsafat oleh filsuf Jerman [[Philipp Mainländer]].<ref>{{Cite book|last=Beiser|first=Frederick C.|year=2008|title=Weltschmerz, Pessimism in German Philosophy, 1860-1900.|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=0198768710|pages=202|quote=Batz introduces a very modern and redolent theme: the death of God. He popularized the theme before Nietzsche.}}</ref>
Ketika membaca Mainländer itulah Nietzsche secara eksplisit menulis untuk menentang pandangan [[Arthur Schopenhauer|Schopenhauer]].<ref>{{Cite book|last=Brobjer|first=Thomas H.|year=2008|title=Nietzsche's Philosophical Context: An Intellectual Biography|publisher=University Of Illinois Press|isbn=9780252032455|pages=149|quote=Decher emphasizes the importance of the fact that Mainländer reinterpreted Schopenhauer's metaphysical and single will to a multiplicity of wills (always in struggle) and the importance of this for Nietzsche's will to power. It was in a letter to Cosima Wagner, December 19, 1876, that is, while reading Mainländer, that Nietzsche for the first time explicitly claimed to have parted ways with Schopenhauer.}}</ref> Dalam kritik Mainländer sepanjang lebih dari 200 halaman terhadap metafisika Schopenhauer, ia menentang pandangan bahwa terdapat satu kesatuan kosmik di belakang dunia, dan bahwa terdapat banyak kehendak yang berjuang satu sama lain demi tujuan eksistensi. Menurutnya, interkoneksi dan gerakan kesatuan dunia, yang merupakan alasan yang membawa para filsuf ke [[panteisme]], tidak dapat disangkal.<ref>{{Cite book|last=Mainländer|first=Philipp|year=1886|title=Philosophie der Erlösung. Zweiter Band. Zwölf philosophische Essays.|pages=533, 534|quote=Was überhaupt zu einer solchen Einheit führt, ist der nicht abzuleugnende dynamische Zusammenhang der Dinge und ihre einheitliche Bewegung.}}</ref> Mereka memang menuju pada kesatuan, tetapi ini mungkin tidak dengan mengorbankan kesatuan ''di'' dunia yang meruntuhkan realitas empiris dunia. Oleh karena itu dinyatakan mati.
{{Quote|Sekarang kita memiliki kekuasaan untuk memberikan nama terkenal terhadap apa yang kekuatan imajinasi, kekuatan fantasi yang paling berani, kekuatan hati yang tulus, kekuatan pemikiran abstrak betapapun mendalamnya, dan yang kekuatan semangat, tidak dapat mencapainyai: Tuhan. Tetapi kesatuan dasar ini adalah masa lalu; itu tidak lagi. Ia, dengan mengubah keberadaannya, telah menghancurkan dirinya sendiri secara total dan menyeluruh. Tuhan telah mati dan kematiannya adalah kehidupan dunia.{{#tag:ref|"{{lang|de|Jetzt haben wir auch das Recht, diesem Wesen den bekannten Namen zu geben, der von jeher Das bezeichnete, was keine Vorstellungskraft, kein Flug der kühnsten Phantasie, kein abstraktes noch so tiefes Denken, kein gesammeltes, andachtsvolles Gemüth, kein entzückter, erdentrückter Geist je erreicht hat: '''Gott'''. Sie hat sich, ihr Wesen verändernd, voll und ganz zu einer Welt der Vielheit zersplittert. Aber diese einfache Einheit '''ist gewesen'''; sie '''ist''' nicht mehr. Gott ist gestorben und sein Tod war das Leben der Welt.
}}"<ref>Philipp Mainländer: '' Die Philosophie der Erlösung. Erster Band.'' Berlin 1876.
</ref>|group=Note}}|Mainländer, ''Die Philosophie der Erlösung''}}
Nietzsche menggunakan frasa "Tuhan sudah mati" untuk menunjukkan dampak dan konsekuensi [[Abad Pencerahan]] terhadap sentralitas konsep [[Tuhan]] dalam [[Budaya Barat|peradaban Eropa Barat]], yang pada dasarnya bersifat [[Kekristenan|Kristen]] sejak masa Kekaisaran Romawi. Abad Pencerahan telah memberikan kemenangan rasionalitas ilmiah atas gagasan wahyu yang suci. Munculnya [[Materialisme|materialisme filosofis]] dan [[Naturalisme (filsafat)|naturalisme]] dianggap telah menghilangkan kepercayaan atau peran Tuhan dalam semua maksud dan tujuan eksistensi manusia dan nasib dunia.
▲
▲:Kejadian yang aneh ini
::'' Die fröhliche Wissenschaft'', bagian 125<ref>{{Cite book|last=Nietzsche|first=Friedrich Wilhelm|date=2001|url=https://www.worldcat.org/oclc/46364754|title=The gay science : with a prelude in German rhymes and an appendix of songs|location=Cambridge, U.K.|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-63159-9|pages=119-120|others=Bernard Williams, Josefine Nauckhoff, Adrian Del Caro|oclc=46364754|url-status=live}}</ref>
Sebelumnya dalam buku itu (bagian 108), Nietzsche menulis "Tuhan sudah mati; tetapi karena cara manusia, mungkin masih ada gua-gua selama ribuan tahun di mana bayang-bayang Tuhan masih akan kelihatan. Dan kita -- kita masih harus memusnahkan bayang-bayang-Nya pula."<ref>{{Cite book|last=Nietzsche|first=Friedrich Wilhelm|date=2001|url=https://www.worldcat.org/oclc/46364754|title=The gay science : with a prelude in German rhymes and an appendix of songs|location=Cambridge, U.K.|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-63159-9|pages=109|others=Bernard Williams, Josefine Nauckhoff, Adrian Del Caro|oclc=46364754|url-status=live}}</ref>
▲
▲:'Dan apakah yang dilakukan si orang suci ini di hutan?' tanya Zarathustra. Si orang suci menjawab: 'Aku membuat nyanyian dan menyanyikannya; dan ketika aku membuat nyanyian, aku tertawa, menangis dan bersenandung: jadi dengan melakukan semua itu aku memuji Tuhan. Dengan bernyanyi, menangis, tertawa, dan bersenandung aku memuji tuhan yang adalah tuhanku. Tetapi apa yang engkau bawa kepada kami sebagai hadiah?' Ketika Zarathustra mendengar kata-kata ini ia mengucapkan selamat berpisah dan berkata: 'Apa yang dapat kumiliki untuk kuberikan kepadamu? Tapi biarkanlah aku pergi dengan segera agar aku tidak mengambil sesuatu daripadamu!' Dan kemudian
▲[[Berkas:Timeisgoddead.jpg|
▲Sampul majalah ''Time'' [[8 April]] [[1966]] dan artikel yang menyertainya mengenai suatu gerakan dalam teologi Amerika yang muncul pada
Tokoh penganjur utama teologi ini termasuk para teolog Gabriel Vahanian, Paul van Buren, William Hamilton dan Thomas J. J. Altizer, serta rabi Yahudi [[Richard Rubenstein]].
Pada 1961 buku Vahanian ''The Death of God'' (Kematian Tuhan) diterbitkan. Vahanian berpendapat bahwa budaya
Baik Van Buren maupun Hamilton sama-sama sepakat bahwa konsep transendensi telah kehilangan tempatnya yang bermakna dalam pikiran moden. Menurut norma-norma pemikiran modern kontemporer, Tuhan ''sudah'' mati. Dalam menanggapi keruntuhan transendensi ini, Van Buren dan Hamilton menawarkan masyarakat
Altizer menawarkan sebuah teologi radikal tentang kematian Tuhan yang meminjam dari gagasan-gagasan William Blake, pemikiran Hegelian dan gagasan Nietzschean. Ia mengkonsepsikan teologi sebagai suatu bentuk puisi di mana [[imanensi]] (kehadiran) Tuhan dapat dijumpai dalam komunitas-komunitas iman. Namun
Rubenstein mewakili sisi radikal dari pemikiran Yahudi yang bergumul melalui dampak Holocaust. Dalam pengertian teknis ia mengatakan, berdasarkan [[Kabbalah]], bahwa Tuhan telah "mati" dalam menciptakan dunia. Namun
== Rujukan dalam budaya populer ==
Baris 51 ⟶ 72:
* Apocalyptic hardcore band [[Buried Inside]] writes "the edifice outlives the architect. god is dead. bacon is dead. darwin is dead. and the landlords of romance: smith is dead. arkwright is dead. taylor is dead..." in their song "Progress is Dead & Death Is Progress."
* [[DIY ethic|DIY]] hardcore band Take Down Your Art uses the repeated line "God Is Dead" in their song "Reversal," the second in a four-song ep entitled "Vox Populi Capax Infiniti." The record traces the inverse relationship between the welfare of God and that of mankind, and then repeats the theme replacing God with capitalism to draw a parallel. "Reversal" features a variety of Nietzsche references and plays the part of "as God suffers humanity prospers" for the purposes of the record's theme. -->
* Band populer MTVmo [[Senses Fail]] menyebutkan bahwa mereka ingin mati "Seperti tuhan di sampul
* "Aku menginginkan Tuhan yang tetap mati ... bukan yang pura-puar mati" adalah baris pertama dari refrain lagu ''Nietzsche'' oleh [[The Dandy Warhols]].
* "Tuhan sudah Mati" adalah juga sebuah lagu instrumental oleh [[Midtown (band)|Midtown]] dalam album 2004 mereka [[Forget What You Know]] (Lupakan yang anda ketahui)
Baris 62 ⟶ 83:
* "Tuhan sudah Mati" dapat juga dilihat dalam monitor komputer Morlock the Elf dalam film pendek independen "A Merry Christmassacre."
* "Tuhan sudah Mati, kami adalah pemenangnya" adalah ungkapan dalam lagu [[Sin Society]] oleh proyek [[elektro-industri]] Jerman [[C-Drone-Defect]].
* Maniac, bekas penyanyi Black Metal Band [[Mayhem (band)|Mayhem]] menggunakan ungkapan 'Tuhan sudah mati' setiap kali band itu memainkan lagu 'Fall of Seraphs' dalam konser-konser mereka.
* "[[Tuhan Sudah Mati]]?" adalah judul sebuah lagu oleh [[Black Sabbath]], yang ditampilkan dalam album [[13]].
* "Gott ist tot" menjadi bagian dari lirik lagu God-ish karya PinocchioP.
=== Penggunaan lainnya ===
Baris 68 ⟶ 91:
* "Tuhan sudah mati" diserukan oleh John Proctor dalam ''[[The Crucible]]''.
* Kematian Tuhan yang sungguh-sungguh, secara fisik, merupakan bahan telaah [[James Morrow]] dalam [[Godhead Trilogy]]
* Dalam ''[[Rosemary's Baby]]'', yang ditulis oleh [[Ira Levin]], Rosemary melihat sebuah kopi majalah ''[[Time (majalah)|Time]]'' dengan tulisan pada sampulnya "Benarkah Tuhan sudah mati?" di ruang tunggu [[dokter kandungan]]nya. Kemudian tetangga-tetangganya dan orang-orang lainnya di bioskop berseru, "Tuhan sudah mati".
* [[Phillip K. Dick]] menyebutkan sepintas dalam salah satu cerita pendeknya bahwa jenazah seorang makhluk raksasa telah ditemukan melayang-layang di angkasa luar menjauhi planet [[Bumi]].
* Sebuah sketsa komedi ''[[Kids in the Hall]]'' menampilkan sebuah laporan berita gaya tahun 1950-an yang menyatakan bahwa Tuhan tidak hanya mati, teapi bahwa jenazahnya telah ditemukan dan ternyata penampilan tubuhnya sangat kecil.
* Drama televisi ''[[The Second Coming (TV)]]'' berakhir dengan Tuhan yang sedang sekarat, dengan maksud menakut-nakuti umat manusia agar meerka sungguh-sungguh menjalani kehidupan mereka dengan baik, dan untuk menyingkirkan hukuman kekal di neraka.
* ''[[Jesus Christ Supercop]]'', sebuah seri parodi/komedi yang terdiri atas enam episode, menampilkan Nietzsche dan Yesus (yang merasa kecewa terhadap Nietzsche karena ia telah membunuh bapaknya.).
* Pada 1950, kaum [[Lettris]] (pra-[[Situasionisme]] Situasionis) menerjang masuk ke [[Katedral Notre Dame]] sementara Misa Paskah sedang berlangsung, menculik seorang pastor dan mencuri jubahnya. Seorang anggota kelompok itu naik ke mimbar dan mengumumkan kepada umat yang mengikuti Misa (sekitar 40.000 orang) "''Frères, Dieu est mort''" ("Saudara-saudara, Tuhan sudah mati" dalam [[bahasa Perancis]]). Ia kemudian mulai menguraikan implikasi religius dan moralnya sebelum umat meledak ke dalam kerusuhan.
* Menjelang klimaks trilogi [[Philip Pullman]] ''[[His Dark Materials]]'', Will dan Lyra secara tidak disadari meleepaskan Tuhan dari penjara perlindungannya dan mengizinkannya untuk akhirnya mati.
* Dalam novel Joseph Heller ''[[Catch-22]]'', sang tokoh Dunbar
* Salah satu band Death Metal asal Indonesia Forgotten memiliki lagu dengan judul "Tuhan telah mati".
== Kutipan ==
Baris 99 ⟶ 122:
== Pranala luar ==
* [http://www.publicappeal.org/library/nietzsche/Nietzsche_the_gay_science/the_gay_science.htm Beberapa bagian dari 'The Gay Science', termasuk bagian tentang 'Tuhan sudah Mati']
{{Authority control}}
[[Kategori:Nihilisme]]
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Teologi]]
|