Kawih Cianjuran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More footnotes|date=Desember 2020}}
Di tempat kelahirannya, [[Cianjur]], sebenarnya nama kesenian ini adalah '''mamaos'''. Dinamakan '''tembang Sunda Cianjuran''' sejak tahun [[1930-an]] dan dikukuhkan tahun [[1962]] ketika diadakan Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan di [[Bandung]]. Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab.
[[Berkas:Tembang Sunda Cianjuran.jpg|jmpl|Pertunjukan Cianjuran]]
Di tempat kelahirannya, [[Cianjur]], sebenarnya nama kesenian ini adalah '''mamaos'''. Dinamakan '''tembang Sunda Cianjuran''' sejak tahun [[1930-an]] dan dikukuhkan tahun [[1962]] ketika diadakan Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan di [[Bandung]]. Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab. Dalam penelitian Dian Hendrayana dkk. disebutkan bahwa istilah tembang Sunda Cianjuran seharusnya disebut sebagai '''kawih Cianjuran'''<ref>{{Cite journal|last=Hendrayana|first=Dian|title=Pelurusan Istilah Kawih, Tembang, dan Cianjuran|url=https://www.academia.edu/68349496/Pelurusan_Istilah_Kawih_Tembang_dan_Cianjuran|journal=Panggung}}</ref>.
 
== Sejarah ==
Mamaos terbentuk pada masa pemerintahan bupati Cianjur RAA. Kusumaningrat ([[1834]]—[[1864]]). Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu sering bertempat di sebuah bangunan bernama [[Pancaniti]]. Oleh karena itulah dia terkenal dengan nama Kangjeng Pancaniti. Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.
 
Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti [[Pantun Sunda|pantun]], [[beluk]] (mamaca), [[degung]], serta tembang macapat Jawa, yaitu [[pupuh]]. Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang. Keduanya menunjukan kepada peraturan rumpaka (teks). Sedangkan teknik vokal keduanya menggunakan bahan-bahan olahan vokal Sunda. Namun demikian pada akhirnya kedua teknik pembuatan rumpaka ini ada yang digabungkan. Lagu-lagu papantunan pun banyak yang dibuat dengan aturan pupuh.
 
Pada masa awal penciptaannya, Cianjuran merupakan revitalisasi dari seni Pantun. Kacapi dan teknik memainkannya masih jelas dari seni Pantun. Begitu pula lagu-lagunya hampir semuanya dari sajian seni Pantun. Rumpaka lagunya pun mengambil dari cerita Pantun Mundinglaya Dikusumah.
Baris 11 ⟶ 13:
 
== Pertunjukan ==
Sebenarnya yayaya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca, yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan teknik beluk.
Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda), salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan, dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh [[Kinanti]], [[Sinom]], [[Asmarandana]], dan [[Dangdanggula]], serta ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya.
 
Lagu-lagu dalam wanda papantunan di antaranya ''Papatat'', ''Rajamantri'', ''Mupu Kembang'', ''Randegan'', ''Randegan Kendor'', ''Kaleon'', ''Manyeuseup'', ''Balagenyat'', ''Putri Layar'', ''Pangapungan'', ''Rajah'', ''Gelang Gading'', ''Candrawulan'', dsb. Sementara dalam wanda jejemplangan di antaranya terdiri dari ''Jemplang Panganten'', ''Jemplang'', ''Cidadap'', ''Jemplang Leumpang'', ''Jemplang Titi'', ''Jemplang Pamirig'', dsb. Wanda dedegungan di antaranya Sinom Degung, Asmarandana Degung, Durma Degung, Dangdanggula Degung, Rumangsang Degung, Panangis Degung dan sebagainya. Wanda rarancagan di antaranya; Manangis, Bayubud, Sinom Polos, Kentar Cisaat, Kentar Ajun, Sinom Liwung, Asmarandana Rancag, Setra, Satria, Kulu-kulu Barat, Udan Mas, Udan Iris, Dangdanggula Pancaniti, Garutan, Porbalinggo, Erang Barong dan sebagainya. Wanda kakawen di antaranya: Sebrakan Sapuratina, Sebrakan Pelog, Toya Mijil, Kayu Agung, dan sebagainya. Wanda panambih di antaranya: Budak Ceurik, Toropongan, Kulu-kulu Gandrung Gunung, Renggong Gede, Panyileukan, Selabintana, Soropongan, dsb.
 
Pada mulanya mamaos berfungsi sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak. Tetapi mamaos sekarang, di samping masih seperti fungsi semula, juga telah menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para senimannya seperti kesenian. Mamaos sekarang sering dipakai dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, nada kedatangan stasiun, dan berbagai keperluan hiburan atau acara adat.
 
== Sumber rujukan ==
* [[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
 
[[Kategori:SeniKabupaten di IndonesiaCianjur]]
[[Kategori:Kesenian Sunda]]
 
[[Kategori:Musik di Indonesia]]
[[su:Tembang Cianjuran]]