Pemberontakan di Pantai Barat Sumatra (1841): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(19 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| image = [[Berkas:Gedenkteken Goegoer Malintang, Sumatra, opgericht ter herinnering aan het heldenfeit van 28 februari 1841. Eigen Haard, 1886.jpg|350px]]
| caption = [[Monumen Batipuh]] di [[Guguk Malintang, Padang Panjang Timur, Padang Panjang|Guguk Malintang]], didirikan untuk memperingati tentara yang gugur.
| place = [[Pantai Barat
| casus = [[cultuurstelsel]]
| result = Kemenangan Pemerintah [[Hindia
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|
| combatant2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Hindia
| commander1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|
| commander2 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Andreas Victor Michiels|Kolonel Michiels]]
| strength1 =
| strength2 =
| casualties1 =
| casualties2 =
}}
'''Pemberontakan Batipuh 1841''' merupakan [[pemberontakan]] bersenjata rakyat terhadap pemerintahan [[Hindia
== Latar belakang ==
Setelah berakhirnya [[Perang Padri]], [[Tuan Gadang]] yang sebelumnya telah diangkat menjadi ''Regent'' oleh Belanda menggantikan [[Sultan Tangkal Alam Bagagar]] meminta untuk diakui sebagai [[Raja Pagaruyung]] ditolak oleh pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref>Christine E. Dobbin, (1992), ''Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatra Tengah, 1784-1847'', Inis, ISBN
Pemberontakan ini banyak sebabnya, salah satu dari sebabnya ialah pemerintah yang sewenang-wenang dari Pemerintah Hindia Belanda yang memaksa rakyat untuk menanam [[Kopi di Indonesia|kopi]] dengan tiada hentinya, dan menjual buahnya dengan harga yang murah.<ref>{{Cite book|last=Radjab|first=Muhammad|date=2019|title=Perang Padri di Sumatera Barat (1803 - 1838)|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=978-602-481-232-4|pages=424|url-status=live}}</ref>
==Perlawanan rakyat==▼
Pada tanggal [[22 Februari]] [[1841]], rakyat [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] dipimpin oleh [[Tuan Gadang]] menganggkat senjata melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perlawanan ini terus menyebar, pada tanggal[[24 Februari]] [[1841]], sebuah pos garnisun tentara Hindia-Belanda di [[Guguk Malintang, Padang Panjang Timur, Padang Panjang|Guguk Malintang]], [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]] diserang. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya, seperti pengungsian wanita dan anak-anak, agitasi penduduk setempat oleh kaum paderi (ulama), pertemuan malam, dan semacamnya, selain itu pengikut paderi hanya nampak di kota. Di daerah sekitarnya, tepatnya di sebuah ngarai yang amat dalam, terdapat tangsi Belanda di [[Guguk Malintang, Padang Panjang Timur, Padang Panjang|Guguk Malintang]] yang telah diduduki Belanda, dan dari situlah urusan pemerintahan sipil diatur oleh pemerintah Belanda. Di lingkungan tangsi yang diperkuat itu, hanya ada pondokan pasukan Belanda tanpa ada [[amunisi]], sementara di ''reduit'' (salah satu bagian benteng), hanya ada gudang mesiu, yang di situ juga banyak tersedia [[peluru]]. ▼
▲== Perlawanan rakyat ==
Garnisun itu dipimpin oleh [[Letnan Dua|LetDa]]. JB. Banzer dan terdiri atas letnan satu intenden C. Keppel, 10 prajurit Eropa dan 35 prajurit pribumi tak berpangkat, 44 wanita dan anak-anak pribumi. Setelah terompet pagi, kegiatan harian di tangsi berlangsung seperti biasa hingga [[Sersan]] Holij menyaksikan kebakaran besar dan mendengar teriakan penduduk Padang Panjang sehingga ia melapor kepada [[komandan]]; di saat yang sama, sersan mayor pembuat senapan Schelling tiba dan melaporkan bahwa orang-orang bersenjata yang tinggal di sekitaran benteng menyelusup, sehingga sulit bagi dirinya melarikan diri. Setelah itu masuklah sekelompok orang bersenjata sementara di saat yang sama sekelompok orang bersenjata lengkap masuk dari gerbang yang masih terbuka. Banzer dan pasukannya memberi jalan kepada gerombolan tersebut mencapai ''reduit'', yang karena kecilnya jumlah mereka menyebabkan amunisi yang tersimpan di kubu mudah dipertahankan, hingga munculnya bantuan dari tempat lain.▼
▲Pada tanggal [[22 Februari]] [[1841]], rakyat [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] dipimpin oleh [[Tuan Gadang]] menganggkat senjata melawan pemerintah Hindia
▲Garnisun itu dipimpin oleh [[Letnan Dua|LetDa]]. JB. Banzer dan terdiri atas letnan satu intenden C. Keppel, 10 prajurit Eropa dan 35 prajurit pribumi tak berpangkat, 44 wanita dan anak-anak pribumi. Setelah terompet pagi, kegiatan harian di tangsi berlangsung seperti biasa hingga [[Sersan]] Holij menyaksikan kebakaran besar dan mendengar teriakan penduduk Padang Panjang sehingga ia melapor kepada [[komandan]];
==Pengepungan==▼
2 hari kemudian, Banzer mengirim surat ke tangsi terdekat untuk meminta bantuan namun duta tersebut, prajurit Suroto dari [[Madura]], dibunuh dan dimutilasi secara mengerikan dan mayatnya ditemukan di permukiman yang berada di depan tangsi. Pada tanggal [[25 Februari]], musuh melancarkan serangan dan pendudukan tersebut menimbulkan banyak kerugian. Prajurit F. Marien, Sosemito, dan [[Sersan Mayor|SerMa]] J.C. Schelling terluka parah, akhirnya, dengan 4 tikaman kelewang dan tombak, dicincang secara mengerikan. Pada tanggal [[27 Februari]] nampak bahwa akibat kelelahan, hampir tak satupun yang dapat menggunakan senapan dan Banzer memutuskan bahwa jika musuh dapat masuk benteng, ia dan serdadunya akan meledakkan diri (mati bersama lawan). Untuk itulah, Schelling yang terluka parah ditempatkan di dekat gudang mesiu untuk membakar mesiu sebagai sinyal pertama.▼
▲== Pengepungan ==
▲2 hari kemudian, Banzer mengirim surat ke tangsi terdekat untuk meminta bantuan namun duta tersebut, prajurit Suroto dari [[Madura]], dibunuh dan dimutilasi secara mengerikan dan mayatnya ditemukan di permukiman yang berada di depan tangsi. Pada tanggal [[25 Februari]], musuh melancarkan serangan dan pendudukan tersebut menimbulkan banyak kerugian. Prajurit F. Marien, Sosemito, dan [[Sersan Mayor|SerMa]] J.C. Schelling terluka parah, akhirnya, dengan 4 tikaman kelewang dan tombak, dicincang secara mengerikan. Pada tanggal [[27 Februari]]
Pada saat itu, Schelling dan prajurit lain yang terluka setuju untuk tetap sendiri dengan melarikan diri dan musuh meledak dan kemudian diputuskan pada malam harinya untuk meninggalkan benteng dan menyelinap di sela-sela musuh atau menyerahkan hidupnya. Banzer kini meninggalkan semua kotak amunisi yang disimpan di tengah-tengah gudang dan kemudian 3 orang yang terluka parah itu ditempatkan di lantai kayu dan SerMa Schelling menjaga sumbu dan tali-temali. Prajurit tersebut, terdiri atas 2 [[perwira]], 8 prajurit Eropa dan 19 prajurit pribumi tak berpangkat serta 44 wanita dan anak-anak menyelinap, saat hari gelap tiba di pinggiran tebing dekat benteng, dan kemudian mereka menyebar dan mencari tempat yang aman.
Begitu di luar benteng, 2 prajurit Eropa dan [[Letnan]] Keppel berpencar namun sisanya dihantam musuh, tak satupun dari 6 anak Keppel yang diketahui hidup. Bahkan kemudian, 3 orang yang terluka parah tadi melarikan diri dari benteng yang diledakkan itu,
== Monumen ==
Di tengah-tengah huru-hara, sebuah monumen didirikan untuk memperingati 3 tokoh yang gugur dalam pertempuran. Mereka adalah:
* JG. Schelling, sersan mayor pembuat senapan
Baris 41 ⟶ 42:
* Sosemito, prajurit pribumi
== Rujukan ==
=== Catatan ===
{{reflist}}
Baris 50 ⟶ 51:
{{Lembaran hitam Nusantara}}
[[kategori:Perang melibatkan Belanda]]▼
[[Kategori:Sejarah Sumatera Barat]]▼
[[Kategori:Hindia Belanda dalam tahun 1841]]
[[Kategori:Pemberontakan di Indonesia]]
|