Wayang kulit Gagrag Banyumasan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
|||
(38 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{No footnotes}}
'''Wayang kulit
== Gaya kerakyatan Banyumas ==
▲Wayang kulit Gagrag Banyumasan ,merupakan salah satu ragam/gaya pedhalangan di tanah Jawa, yang lebih dikenal dengan istilah ''pakeliran'' , dan berperan sebagai bentuk seni ''klangenan'' serta dijadikan wahana untuk mempertahankan nilai etika, devosional dan hiburan, yang kualitasnya selalu terjaga dan ditangani sungguh-sungguh oleh para pakar yang memahami benar. ''Pakeliran'' ini mencakup unsur-unsur yaitu :''lakon wayang'' ( penyajian alur cerita dan maknanya) , ''sabet'' ( seluruh gerak wayang), ''catur'' ( narasi dan cakapan) , '' karawitan'' ( gendhing, sulukan dan properti panggung ) .
''Pakeliran''
Hal ini berbeda dengan pakeliran gaya kerakyatan daerah lain, yang cenderung punah
▲'''Pakeliran Gagrag Banyumasan''', mempunyai nuansa kerakyatan yang kental sebagaimana karakter masyarakatnya , jujur dan terus terang , dan hidup serta berkembang di daerah eks Karesidenan Banyumas , merupakan ekspresi dan sifatnya lebih bebas, sederhana, serta lugas dan mampu bertahan sampai saat ini dalam menghadapi perubahan jaman, karena memperoleh simpati dan dicintai masyarakatnya.
Pedalangan
▲Hal ini berbeda dengan pakeliran gaya kerakyatan daerah lain, yang cenderung punah – terutama didaerah yang dekat dengan pusat kekuasaan Keraton, misalkan saja Wonogiri, Sragen dan Karanganyar , dimana pengaruh pedalangan Keraton seperti Kasultanan Yogyakarta dengan pendirian seni pedalangan ''Hambiwarakake Rancangan Andhalang'' ( Habirandha – 1925 ) , Kasunanan Surakarta dengan ''Pasinaoun Dhalang Surakarta'' ( Padhasuka – 1923) dan awal tahun 1920 – Mangkunegaran mendirikan ''Pasinaon Dhalang Mangkunegaran'' (PMDN), cenderung menekan pakeliran gaya kerakyatan sekitarnya , dan mejadikan pelestariannya merupakan tantangan tersendiri .
== Perkembangan pedalangan ==
▲Pedalangan Gagrag Banyumasan, memperoleh pengaruh serta memiliki tatanan/ pakem dari seni pedalangan Surakarta dan Yogyakarta, akan tetapi mempunyai ciri khas tersendiri dengan penokohan '''[[Bawor]]''' dengan lagu '''[[Kembang Lepang]]''' serta '''[[Gendhing Banyumasan]]'''. Seni pedhalangan Gagrag Banyumasan ini kemudian dibakukan dan dilestarikan oleh para pakar pedhalangan Banyumas dalam paguyuban ganasidi / pedalangan eks karesidenan Banyumas, yang diselenggarakan di [[Kawedanan Bukateja]] tanggal 21 April 1979.
Seperti juga seni pedalangan Indonesia yang lain, berkembang semenjak pengaruh [[Hindu
=== Zaman kesultanan ===
Pengaruh kuat lainnya pada
=== Pengaruh gagrag Mataram ===
▲Seperti juga seni pedalangan Indonesia yang lain, berkembang semenjak pengaruh Hindu , dengan berdirinya [[Mataram Hindu]] dengan serat [[Ramayana]], era 898 M dalam bahasa Sansekerta dengan pengaruh India yang kuat, kemudian berkembang sejalan dengan penggunaan bahasa Jawa kuno atau bahasa Kawi. Seni pedhalangan memasuki jaman keemasan pada era [[Kediri]] (1042-1222) dalam pemerintahan Raja [[Jayabaya]] (1135-1157), berkembangnya penulisan dan karya sastra seperti serat [[Bharatayudha]] , serat [[Hariwangsa]] , serat [[Gathutkacasraya]] oleh [[Mpu Panuluh]] dan '''[[Wayang Purwa]]''' yang merupakan cikal bakal dan perkembangan seni pedhalangan di Nusantara.
Pengaruh gagrag Mataram (
▲Pengaruh kuat lainnya pada pedhalangan Banyumasan, yaitu pada jaman kesultanan [[Demak]] (1478 - 1546), kemudian Kesultanan [[Pajang]] (1546 – 1587), sampai dengan pengaruh Mataram pada jaman Plered (1645-1677) era [[Amangkurat Tegalarum]] yang secara khusus mempunyai perhatian besar untuk karesidenan Banyumas , dan mengutus dhalang '''Ki Lebdajiwa''' ke [[Ajibarang]] ,untuk lebih mengembangkan seni pedhalangan Gagrag Banyumasan.
=== ''Gagrag lor gunung'' ===
▲Pengaruh gagrag Mataram ( Surakarta dan Yogjakarta ) lebih kuat, terutama melalui kawasan pesisir kidul, dan dikenal dengan ''seni pedhalangan Banyumas pesisiran'' atau '''[[Gagrag Kidul Gunung]]''' , pengaruhnya dapat diketahui sampai dengan kisaran tahun 1920, dan terus berkembang melalui dhalang '''trah Gombong''' ,yaitu '''Ki Cerma''' sampai dengan ''Ki Dhalang Menganti''.
Sedangkan kawasan depan Banyumas (
▲Sedangkan kawasan depan Banyumas ( dari Purbalingga kemudian menyusuri Sungai Serayu , menuju kearah Barat ), mempunyai pakeliran tersendiri dan dikenal dengan '''[[Gagrag Lor Gunung]]''', seperti berkembang melalui dhalang '''trah Kesugihan''' ( aslinya dari pengembangan pesisiran) diantaranya '''Ki Dhalang Tutur''' , dan terus berkembang samapai dengan era ''Ki Dalang Parsa'' , ''Ki Dalang Sugih'' . Akan tetapi yang cenderung tidak terpengaruh dhalang pesisiran adalah ''' Ki Dhalang Waryan''' dari ''[[Kalimanah]]''.
== Lakon ==
▲Sehingga sampai sekarang tetap dikenal dan lestari seni tradisionil : '''[[Pedahlangan Gagrag Banyumasan Kidul Gunung]]''' dan '''[[Pedahlangan Gagrag Banyumasan Lor Gunung]]''' ''( Redi Kendeng)''.
Wayang gagrag Banyumasan mempunyai ciri khas dalam penceritaan yang lebih memperjelas peran rakyat kecil yang dimanifestasikan dalam tokoh [[punakawan]] seperti cerita ''Bawor Dadi Ratu'', ''Petruk Krama'' dan lain-lain. Selain itu pula, wayang gagrag Banyumasan lebih menonjolkan peran para muda dalam penyelesaian kasus-kasus dan permasalahan. Cerita ''Srikandi Mbarang Lengger''' yang merupakan terusan lakon ''Srenggini Takon Rama'' adalah salah satu contoh kongkrit bahwa peran pemuda seperti [[Antasena]] dan [[Wisanggeni]] menjadi sangat sentral.
==
* [[Wayang kulit gagrag Yogyakarta]]
* [[Museum Wayang Sendang Mas]]
* [[Bawor]]
== Bacaan lanjutan ==
* Patokan Pedhalangan Gagrag Banyumasan, ''Sek.Nas.Pewayangan Indonesia - Senawangi'', PN Balai Pustaka, Jakarta, 1983
* Pratiwimba Adhiluhung-Sejarah dan Perkembangan Wayang, ''S. Haryanto'', Penerbit Djambatan, Jakarta, 1988▼
* [http://www.museumwayang.com/Wayang%20Kulit%20Banyumas.html Koleksi Wayang kulit Gagrag Banyumasan di Museum Wayang Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110316045025/http://museumwayang.com/Wayang%20Kulit%20Banyumas.html |date=2011-03-16 }}
* [http://wayangprabu.com/2011/02/10/wahyu-tridaya-%E2%80%93-ki-sugino-siswocarito/ Lakon Wahyu Tridaya oleh Ki Sugino dalang Wayang Banyumasan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110212201001/http://wayangprabu.com/2011/02/10/wahyu-tridaya-%E2%80%93-ki-sugino-siswocarito/ |date=2011-02-12 }}
* [http://www.banyumaskab.go.id/berita/index.php?idm=&jns=1&idkb=6&id_beritaawal=1538&id_berita=1541 Wayang kulit Gagrag Banyumasan]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
[[Kategori:Budaya Jawa]]
▲Pratiwimba Adhiluhung-Sejarah dan Perkembangan Wayang, ''S. Haryanto'', Penerbit Djambatan, Jakarta, 1988
[[Kategori:Banyumasan]]
[[Kategori:Wayang kulit|Gagrak Banyumasan]]
|