Sufisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MerlIwBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: br:Soufiegezh
Soufiyouns (bicara | kontrib)
+ {{Authority control}}
 
(107 revisi perantara oleh 65 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-semi-indef|small=yes}}
'''Tasawuf (Tasawwuf)''' atau '''Sufisme''' ([[bahasa Arab]]: '''تصوف''' , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan [[tradisi]] [[mistik|mistisme]] [[Islam]]. [[Tarekat]] (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan [[Syiah]], [[Sunni]], cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi {{fact}}. Pemikiran Sufi muncul di [[Timur Tengah]] pada [[abad ke-8]], sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}{{Sufisme}}
'''Sufisme''' ({{lang-ar|صوفية|ṣufiyyah}}) atau '''tasawuf''' ({{lang-ar|تصوف|taṣawwuf}}) adalah gerakan [[Islam]] yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam [[Islam]], dan dalam perkembangannya melahirkan [[tradisi]] [[mistik|mistisme]] [[Islam]]. [[Tarekat]] (berbagai aliran atau jalan dalam Sufi) sering dihubungkan dengan [[Syiah]], [[Sunni]], cabang Islam yang lain, atau gabungan dari beberapa tradisi {{fact}}. Pemikiran Sufi muncul di [[Timur Tengah]] pada [[abad ke-8]], sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang didefinisikan oleh para ahli sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam; yang lain berpendapat bahwa sufisme adalah filosofi perenial yang telah ada sebelum kehadiran agama, ekspresi yang berkembang bersama agama Islam.<ref>Seyyed Hossein Nasr, 'Sufism', ''lihat'': http://dialoguetalk.org/seyyed-hossein-nasr/sufism/</ref>
<references group="Seyyed Hossein Nasr, 'Sufism', http://dialoguetalk.org/seyyed-hossein-nasr/sufism/" />
 
== Etimologi ==
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk [[wol]], merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. TeoriAda juga yang berpendapat bahwa sufi berasal dari kata ''saf'', yakni ''barisan dalam sholat''. Suatu teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah ''Safa'' (صفا), yang berarti "kemurnian". Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.<ref>Shaykh Muhammad Hisham Kabbani, ''The Naqshbandi Sufi Tradition Guidebook of Daily Practices and Devotions'', 2004, hlm. 83.</ref> Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari
kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
 
== Definisi Sufisme ==
Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana dalah sekelompok muslim pada waktu [[Nabi Muhammad]] yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa.
Banyak ulama jaman dahulu dan sarjana modern mencoba memberikan definisi tentang tasawuf atau sufisme. [[Hamka|Buya Hamka]], salah satu ulama nasional, mendefinisikan tasawuf sebagai "kehendak memperbaiki budi dan men-''shifa'''-kan (membersihkan) batin,"<ref>{{Cite book|last=Hamka|date=2015|title=Tasawuf Modern|location=Jakarta|publisher=Republika Penerbit|isbn=978-602-8997-98-0|url-status=live}}</ref> yang mana hal ini mudah dipahami karena tasawuf identik dengan ''tazkiyatun-nafs'' (pembersihan jiwa). Annemarie Schimmel memberikan definisi tasawuf yang lebih ringkas, yakni "dimensi mistik dalam Islam."<ref>{{Cite book|last=Schimmel|first=Annemarie|date=1986|url=http://lib.ui.ac.id/detail?id=20357071|title=Dimensi-Dimensi Mistik dalam Islam|location=Jakarta|publisher=Pustaka Firdaus|translator-last=Djoko Damono|translator-first=Sapardi|url-status=live}}</ref> Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan Seyyed Hossein Nasr, bahwa sufisme merupakan "dimensi batin (esoteris) Islam yang memiliki dasar di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi."<ref>{{Cite book|last=Nasr|first=Seyyed Hossein|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=LfrHDwAAQBAJ|title=Tasawuf Dulu dan Sekarang|location=Yogyakarta|publisher=IRCiSoD|isbn=9786027696976|url-status=live}}</ref>
 
Sementara itu ulama-ulama masa awal juga memberikan beragam pengertian atau definisi. Dimyati Sajari mengidentifikasi bahwa hingga abad ke-3 Hijriah, sebagaimana disitir oleh Ibrahim Basyuni dalam Nasy'at at-Tashawwuf al-Islami, sudah terdapat empat puluh definisi.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sajari|first=Dimyati|date=2015|title=Keotentikan Ajaran Tasawuf|url=https://jurnaldialog.kemenag.go.id/index.php/dialog/article/view/40|journal=Dialog Journal|volume=38|issue=2|pages=145-156|doi=10.47655/dialog.v38i2.40}}</ref> Beberapa definisi dari ulama-ulama terkemuka dirangkum oleh Abu Nashr al-Thusi (w. 377 H/988 M) di dalam kitab Al-Luma' sebagai berikut:<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=as-Sarraj|first=Abu Nashr|date=2009|url=https://risalahgusti.wordpress.com/2009/10/28/al-luma-rujukan-lengkap-ilmu-tasawuf/|title=Al-Luma'|location=Surabaya|publisher=Risalah Gusti|url-status=live}}</ref>
== Sejarah paham ==
Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam [[Islam|agama Islam]] sendiri. Berbagai sumber mengatakan bahwa ilmu tasauf sangat lah membingungkan.
 
* Muhammad bin Ali al-Qashshab: tasawuf adalah akhlak mulia, yang tampak jelas pada zaman yang mulia, yang berasal dari orang mulia, beserta kaum yang mulia.
Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum [[Nabi Muhammad]] menjadi Rasulullah<ref>[http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/HakekatTasawuf.html Hakekat tasawuf oleh Qardhawi]</ref>. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara itu, orang yang penganut paham tersebut disebut orang sufi.
* Junaid al-Baghdadi (w. 298 H/911 M): tasawuf adalah hendaknya engkau bersama Allah tanpa menyertakan yang selain-Nya.
* Ruwaim bin Ahmad (w. 303 H/915 M): tasawuf adalah mengarahkan diri bersama Allah atas apa yang dikehendaki-Nya.
* Sumnun bin Hamzat: tasawuf adalah hendaknya engkau merasa tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu.
* Abu Muhamad al-Jariri (w. 311 H/921 M): tasawuf adalah masuk ke dalam setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang hina.
* Amr bin Utsman al-Makki: tasawuf adalah hendaknya seorang hamba melakukan sesuatu yang utama di suatu waktu tertentu.
* Ali bin Abdul Rahman al-Qannad: tasawuf adalah menempuh ''maqam-maqam'' (tahapan-tahapan) dan mempertahankannya dengan melanggengkan berkomunikasi dengan Allah.
 
Berbagai pengertian dan definisi tentang tasawuf pun bermunculan, namun terdapat benang merah yang menghubungkannya, yaitu akhlak, sebagaimana dinukil Al-Hujwiri yang mengaitkan tasawuf dengan akhlak.<ref>{{Cite book|last=Al-Hujwiri|first=Ali Ibnu Utsman|date=2015|title=Kasyful Mahjub|location=Bandung|publisher=PT. Mizan Pustaka|isbn=978-979-433-876-6|url-status=live}}</ref> Terkait hal ini, Abu Hasan al-Nuri mengatakan bahwa tasawuf itu bukan bentuk dan bukan pulai ilmu, melainkan akhlak, atau dalam kalimat berbeda Abu Muhammad Murta'isy mengatakan ''at-tashawwuf husnul-khuluq'' (tasawuf adalah penghalusan akhlak).<ref name=":0" />
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad <ref>[http://www.ias.org/articles/Origin_of_School_of_Sufism.html Asal-usul Ajaran Sufisme]</ref>.
 
== Sejarah Sufisme ==
Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat [[Islam]] di zaman [[Khalifah]] [[Utsman bin Affan]] dan [[Ali bin Abi Thalib]], khususnya karena faktor [[politik]].Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ''‘uzlah'' , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh [[Hasan Al-Bashiri]] pada abad kedua [[Hijriyah]]. Kemudian diikuti oleh figur-figaur lain seperti [[Shafyan al-Tsauri]] dan [[Rabi’ah al-‘Adawiyah]].<ref>Solihin, M. Anwar, M Rosyid. ''Akhlak Tasawuf'' (Bandung: Nuansa 2005) hlm. 177</ref>
Meskipun secara esensi dipraktikan sejak awal mula Islam, namun terminologi ''tasawuf''—sebagaimana ''[[Fikih|fiqh]]'' dan ''kalam''—tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Istilah ini baru dikenal ketika '''Abu Hasyim al-Kufi''' (w. 160 H/776 M) mencantumkan kata ''al-Sufi'' di belakang namanya,<ref>{{Cite book|last=Syukur|first=HM. Amin|date=1999|title=Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=979-907-572-6|pages=7-8|url-status=live}}</ref> namun bukan berarti dia adalah sufi pertama karena sebelumnya sudah ada tokoh-tokoh sufi terkenal seperti [[Hasan al-Bashri|Hasan al-Basri]] (w. 110 H/728 M). Sebelum istilah tasawuf dikenal di masa awal, menurut Reynold A. Nicholson sebagaimana dikutip Dimyati Sajari, bentuk-bentuk tasawuf pada mulanya adalah gerakan kejuhudan (asketis) yang merupakan bentuk tertua dari sufisme.<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=Nicholson|first=Reynold A|date=1963|url=https://archive.org/details/dli.ernet.6216|title=The Mystics of Islam|location=London|publisher=Routledge & Kegan Paul Ltd.|url-status=live}}</ref>
 
[[Hasan al-Bashri]] (w. 110 H/728 M), seorang [[Tabiin|tabi'in]] yang hidup di abad ke-8 Hijriah, merupakan murid dari [[Hudzaifah bin al-Yaman|Huzaifah bin al-Yaman]] yang merupakan sahabat sekaligus kepercayaan Nabi Muhammad saw dengan julukan ''Shahibu Sirri Rasulullah'' (Pemegang Rahasia Rasulullah). '''Hasan al-Bashri''', yang sangat terkenal dengan kehidupannya yang sederhana dan zuhud, membuatnya didaulat dikenal sebagai tokoh awal sufisme.<ref>{{Cite book|last=Nashr|first=Seyyed Hossein|date=2008|title=The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam's Mystical Tradition|location=San Francisco|publisher=HarperOne|isbn=978-0061625992|pages=168|url-status=live}}</ref> Namun, hidup sederhana dan zuhud bukanlah hal asing di masa itu, karena [[Muhammad|Nabi Muhammad saw]] dan [[Sahabat Nabi|para sahabat]] adalah tokoh-tokoh awal yang menjalani kehidupan seperti demikian. Bahkan di masa-masa sebelum Islam, Muhammad muda kerap berkhalwat di [[Gua Hira]] untuk mensucikan dirinya dan menjauh dari masyarakat jahiliyah.
'''Beberapa definisi sufisme:'''
* Yaitu [[Mistisisme|paham mistik]] dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
* Yaitu aliran kerohanian mistik (''mystiek geestroming'') dalam agama Islam (Dr. C.B. Van Haeringen).
 
Tokoh sufi lainnya yang hidup sejaman dengan Abu Hasyim al-Kufi adalah [[:en:Ibrahim_ibn_Adham|Ibrahim bin Adham]] (w. 165 H/782 M). Kisah pertobatan '''Ibrahim bin Adham''' sangatlah terkenal dan menjadi legenda sufi, dari seorang Pangeran Balkh menjadi seorang yang hidupnya sangat zuhud. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Nuaim, Ibrahim bin Adham sangat menekankan pentingnya uzlah dan tafakur.
'''Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama Islam:'''
* Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) <ref>[http://www.masud.co.uk/ISLAM/nuh/sufitlk.htm Place of Tasawwuf in Traditional Islam]</ref>
* Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] <ref>[http://www.sunnah.org/tasawwuf/islamic_spirituality.htm Islamic Spirituality, the forgotten revolution]</ref>.
 
Seiring dengan munculnya berbagai cabang ilmu dalam Islam di abad ke-2 dan ke-3 Hijriah, maka berkembang pula Ilmu Tasawuf. Berbagai ajaran tentang tasawuf pun bermunculan, namun akhlak adalah benang merah dari semua ajaran yang ada,<ref name=":0" /> dan hal ini dapat dipahami sebagai akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada sesama, dan akhlak kepada Allah. Hal ini dikembangkan dari tiga pilar agama dalam Islam, yakni ''iman''-''islam''-''ihsan''; di mana yang terkahir, ''ihsan'', merupakan landasan sekaligus tujuan dari praktik sufisme yang ingin dicapai ketika seorang sufi berserah diri seutuhnya kepada Allah.<ref>{{Cite book|last=Chittick|first=William C.|date=2007|title=Sufism: A Beginner's Guide|url=https://archive.org/details/sufismbeginnersg0000chit|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1851685479|url-status=live}}</ref>
'''Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam:'''
* Sufisme berasal dari bahasa Arab ''suf'', yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, [[neoplatonisme|neo platonisme]], pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
* (Sufisme)yaitu ajaran mistik (''mystieke leer'') yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (''als idealish verschijnt''), manusia sebagai pancaran (''uitvloeisel'') dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
 
== Pertentangan ==
* Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya beragama [[Hindu]], orang-orang Persi yang sebelumnya beragama [[Zoroaster]] atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan memengaruhi aliran-aliran di dalam Islam (Prof.Dr.H.Abubakar Aceh).
Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam [[Islam|agama Islam]] sendiri. Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum [[Nabi Muhammad]] menjadi Rasulullah,<ref>[http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/HakekatTasawuf.html Hakikat tasawuf oleh Qardhawi]</ref> sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad saw.
 
Ada juga pendapat lain yang menyebutkan tasawuf muncul karena faktor [[politik]], ketika terjadi pertikaian antar umat [[Islam]] pada zaman [[Khalifah]] [[Utsman bin Affan]] dan [[Ali bin Abi Thalib]] yang berlanjut terus hingga beberapa abad kemudian. Lalu munculah gerakan tasawuf sebagai perlawanan atas pertikaian yang ada, yang di pelopori oleh [[Hasan al-Bashri|Hasan Al-Bashiri]] pada abad kedua [[Hijriyah]], dan kemudian diikuti oleh figur-figur lain seperti [[Sufyan ats-Tsauri]] dan [[Rabi'ah al-Adawiyyah|Rabi’ah al-‘Adawiyah]].<ref>Solihin, M. Anwar, M Rosyid. ''Akhlak Tasawuf'' (Bandung: Nuansa 2005) hlm. 177</ref>
* Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya, paham tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur ajaran Islam. Dengan kata lain, dalam agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumlah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980)<ref>Masalah Mistik Tasawuf & Kebatinan, MH. Amien Jaiz, PT Alma'arif - 1980 Bandung</ref>.
 
=== Sufisme Berasal dari Islam ===
* Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, hal itu bukanlah ajaran Rasulullah SAW dan bukan pula ilmu warisan dari [[Ali bin Abi Thalib|Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu]]. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban [[Nasrani|Nashrani]], Brahma Hindu, ibadah [[Yahudi]] dan zuhud [[Buddha]]" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc) <ref>Hakekat Tasawuf dan Sufi[http://www.henmobil.com/portalku/index.php?name=News&file=article&sid=148]</ref>.
* Asal usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) <ref>[http://www.masud.co.uk/ISLAM/nuh/sufitlk.htm Place of Tasawwuf in Traditional Islam]</ref>
* Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.].<ref>{{Cite web |url=http://www.sunnah.org/tasawwuf/islamic_spirituality.htm |title=Islamic Spirituality, the forgotten revolution |access-date=2009-06-07 |archive-date=2009-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090717220821/http://www.sunnah.org/tasawwuf/islamic_spirituality.htm |dead-url=yes }}</ref>
* Sufi tidak lain adalah ajaran untuk mencapai maqam Ihsan (sebagaimana tersebut dalam hadist) atau mencapai status muqarrabun (orang-orang yang didekatkan kepada Allah).
* Tasawuf adalah penafsiran bathin (psikologis) dari ayat-ayat Quran seperti: Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Quran, 29:41). Dalam Tasawuf, yang dimaksud pelindung dalam ayat ini juga termasuk pelindung secara psikologis, sebagaimana kita ketahui manusia banyak menggantungkan keberhargaan dirinya kepada dunia (seperti harta, jabatan, pasangan, teman, dan lain-lain). Dalam Tasawuf, keberhargaan diri hanya boleh digantungkan kepada Allah. Karena jika memang mereka percaya Allah adalah yang paling kuat dan berharga, maka menggantungkan kepada selain Allah adalah taghut (sesembahan). Inilah kenapa dalam tareqahnya, seorang Sufi (penempuh Tasawuf) harus bisa menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan penghargaan dirinya. Dalam istilah lain, Tasawuf adalah ajaran untuk mencapai Tauhid secara bathin (psikologis).
* Sisi psikologis (bathin) yang terdapat dalam ajaran-ajaran Kristen, Budha, dan lain-lain sebaiknya tidak menafikan keberadaan Tasawuf sebagai sisi psikologis (bathin) dalam ajaran Islam. Hal ini karena Islam adalah ajaran penyempurna sehingga tidak harus sepenuhnya baru dari ajaran-ajaran yang terdahulu. Adanya sisi bathin dalam ajaran-ajaran yang sebelumnya ada malahan memperkuat status Tasawuf karena tentunya harus ada garis merah antara agama-agama yang besar, karena kemungkinan besar ajaran-ajaran tersebut dulunya sempat benar, sehingga masih ada sisa-sisa kebenaran yang mirip dengan Tasawuf sebagai sisi bathin (psikologis) dari ajaran Islam.
 
=== TokohSufisme tasawufPengaruh di IndonesiaLuar Islam ===
* Sufisme berasal dari bahasa Arab ''suf'', yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, [[neoplatonisme|neo platonisme]], pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof. Dr. P. Van De Woestijne).
* (Sufisme) yaitu ajaran mistik (''mystieke leer'') yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (''als idealish verschijnt''), manusia sebagai pancaran (''uitvloeisel'') dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
Tokoh –tokoh yang memengaruhi tasawuf di [[Indonesia]] yaitu: [[Syeikh ‘Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a|Syeikh ‘Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a (Abah Sepuh) Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya]], [[Hamzah Al-Fasuri]], [[Nurddin Ar-Raniri]], [[Syekh Abdurrauf As-Sinkili]], [[Syekh]] Yusuf Al-Makasari]] dan [[Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini]],.<ref>Anwar, Rosihan. ''Akhlak Tasawuf'' (Bandung: CV Pustaka Setia 2009) hlm. 225</ref>
* Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya beragama [[Hindu]], orang-orang [[Persia]] yang sebelumnya beragama [[Zoroaster]] atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan memengaruhi aliran-aliran di dalam Islam (Prof. Dr. H. Abubakar Aceh).
* Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam, (2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya, paham tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur ajaran Islam. Dengan kata lain, dalam agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumlah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980).<ref>Masalah Mistik Tasawuf & Kebatinan, MH. Amien Jaiz, PT Alma'arif - 1980 Bandung</ref>
* Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, hal itu bukanlah ajaran Rasulullah SAW dan bukan pula ilmu warisan dari [[Ali bin Abi Thalib|Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu]]. Menurut Asy Syaikh [[Ihsan Ilahi Zhahir]] rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan ataupun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para sahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban [[Nasrani|Nashrani]], Brahma Hindu, ibadah [[Yahudi]] dan zuhud [[Buddha]]" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc).<ref>{{Cite web |url=http://www.henmobil.com/portalku/index.php?name=News&file=article&sid=148 |title=Hakikat Tasawuf dan Sufi |access-date=2007-03-08 |archive-date=2008-05-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080502154410/http://www.henmobil.com/portalku/index.php?name=News&file=article&sid=148 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Tokoh-Tokoh Sufi ==
Adapun tokoh-tokoh [[Tasawuf]] yang [[berpengaruh]] di [[Cirebon]][http://naskahcirebon.blogspot.com] diantaranya ialah Syekh [[Syarif Hidayatullah]] atau yang lebih [[populer]] dengan sebutan [[Sunan Gunungjati]], [[Syekh Nurjati]], [[guru]] dari [[Sunan Gunungjati]], [[Syekh Abdullah Iman]] atau yang terkenal dengan sebutan [[Pangeran Cakrabuana]], [[Syekh Mulyani]] atau yang terkenal dengan sebutan [[Syekh Royani]] yang melahirkan para [[ulama]] di [[Srengseng]], sebuah desa yang terkenal di [[Kecamatan Krangkeng]], Kabupaten [[Indramayu]], [[Mbah Kriyan]], [[Syekh Tholhah]] yang menjadi guru dari [[Syeikh 'Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a.]], Syekh [[Jauharul Arifin]] pendiri [[Pondok Pesantren Al-Jauhariyah]] [[Balerante]], [[Palimanan]], [[Kabupaten Cirebon]], dan [[tokoh-tokoh]] [[Cirebon]] yang lain. <ref>[http://naskahcirebon.blogspot.com Referensi dari Cirebon]</ref>
=== Tokoh Sufi Dunia ===
Beberapa sufi yang terkenal antara lain:
 
* [[Rabi'ah al-Adawiyyah]] (713–717)
* [[Abu Nawas]] (756–814)
* [[Abu Yazid Al-Busthami]] (804–874)
* [[Junaid al-Baghdadi]] (830–910)
* [[Al-Hallaj]] (858–922)
* [[Al-Ghazali|Imam Al-Ghazali]] (1056–1111)
* [[Syekh Abdul Qadir Jaelani]] (1077–1166)
* Moinuddin Chishti (1142–1236)
* [[Ibnu Arabi]] (1165–1240)
* [[Muhammad al-Faqih Muqaddam|Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam]] (1179–1232)
* [[Abul Hasan Asy-Syadzili]] (1197–1258)
* [[Jalaluddin Rumi]] (1207–1273)
* [[Syekh Siti Jenar]] (1404–1517)
* [[Sunan Bonang]] (1465–1525)
* [[Ahmad al-Tijani]] (1735–1815)
* [[Bawa Muhaiyaddeen]] (w. 1986)
 
=== Tokoh Sufi Indonesia ===
Tokoh-tokoh yang memengaruhi tasawuf di [[Indonesia]] diantaranya adalah: [[Syekh Hasan Genggong]], [[Syamsuddin As-Sumatrani]], [[Hamzah al-Fansuri|Hamzah Al-Fasuri]], [[Nuruddin al-Raniri|Nuruddin Ar-Raniri]], [[Abdurrauf as-Singkili|Syekh Abdurrauf As-Singkili]], dan [[Yusuf Al-Makassari|Syekh Yusuf Al-Makasari]].<ref>Anwar, Rosihan. ''Akhlak Tasawuf'' (Bandung: CV Pustaka Setia 2009) hlm. 225</ref>
 
== Contoh pahamajaran ==
Berikut contoh paham Sufi atau paham tasauf:
 
=== Kedudukan [[syariat]] dalam empatEmpat tingkatan spiritual ===
[[Berkas:Syariah-thariqah-hakikah2.jpg|frame|right|Empat tingkatan kedalaman beragama]]
Syari'at dalam perspektif faham [[tasawuf]] ada yang menggambarkannya dalam bagan ''Empat Tingkatan Spiritual Umum'' dalam Islam, [[syariat]], tariqah atau [[tarekat]], [[hakikat]]. Tingkatan keempat, [[ma'rifat]], yang 'tak terlihat', sebenarnya adalah ''inti'' dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari kempat tingkatan spiritual tersebut.
 
[[Berkas:Syariah-thariqah-hakikah2.jpg|bingkai|ka|Empat tingkatan kedalaman beragama]]
Sebuah tingkatan menjadi fondasi bagi tingkatan selanjutnya, maka mustahil mencapai tingkatan berikutnya dengan meninggalkan tingkatan sebelumnya. Sebagai contoh, jika seseorang telah mulai masuk ke tingkatan (kedalaman beragama) [[tarekat]], hal ini tidak berarti bahwa ia bisa meninggalkan syari'at. Yang mulai memahami [[hakikat]], maka ia tetap melaksanakan hukum-hukum maupun ketentuan [[syariat]] dan [[tarekat]].
 
Syari'at dalam perspektif paham [[tasawuf]] ada yang menggambarkannya dalam bagan ''Empat Tingkatan Spiritual Umum'' dalam Islam, [[syariat]], tariqah atau [[tarekat]], [[hakikat]]. Tingkatan keempat, [[ma'rifat]], yang 'tak terlihat', sebenarnya adalah ''inti'' dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari keempat tingkatan spiritual tersebut.
*** '''[[Sahadat Cerbon]][http://sahadatcerbon.blogspot.com] Dalam Pandangan Tasawuf'''
 
Kita semua tahu bahwa [[ihsan]] merupakan salah satu [[komponen agama]]. [[Ihsan]] dalam implementasi kehidupan, merupakan pekerjaan para ulama [[Ahli Tasawwuf]] untuk menjelaskan dan mengekspresikannya. [[Amal]] dalam konteks mereka menjadi ‘percuma’ tanpa [[ihasan]]. Sementara [[ihsan]] dalam “batasan” hadis yang langsung diajarkan oleh [[Jibril]] kepada [[Rosulullah SAW]]] di hadapan para [[sahabat]] adalah menjalankan [[ibadah]] yang selalu berfokus kepada [[Allah]] SWT, ''"anta’budallaha ka annaka tarohu"'' .
Sebuah tingkatan menjadi fondasi bagi tingkatan selanjutnya, maka mustahil mencapai tingkatan berikutnya dengan meninggalkan tingkatan sebelumnya. Sebagai contoh, jika seseorang telah mulai masuk ke tingkatan (kedalaman beragama) [[tarekat]], hal ini tidak berarti bahwa ia bisa meninggalkan syari'at. Yang mulai memahami [[hakikat]], maka ia tetap melaksanakan hukum-hukum maupun ketentuan [[syariat]] dan [[tarekat]].
Dalam [[al Qur’an]], ada satu ayat yang menerangkan tentang tujuan penciptaan jin dan manusia. Secara jelas [[Allah]] SWT menuturkan bahwa mereka (jin dan manusia) tidak diciptakan kecuali untuk ber[[ibadah]] kepadaNya, ''"wamaa kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduniy"'' . Bagi orang-orang [[sufi]], tak ada satu kegiatan pun di dunia yang tak bernilai [[ibadah]]. Dalam kaitan dengan ini, maka muncul istilah [[ibadah mahdloh]] dan [[ghoiru mahdloh]]. Jika kita sepakat, bahwa seluruh kegiatan yang kita jalani ini adalah [[ibadah]], maka [[ihsan]] dalam setiap gerakan kita harus selalu kita tampilkan dan suasanakan. Kemudian, [[ihsan]] yang model mana yang hendak kita pahami dan lakukan.
Bila [[ihsan]] merupakan renungan yang selalu kepada [[Allah]] SWT dalam setiap ibadah yang dilakukan, maka ada istilah dalam [[ilmu sufi]] yang muncul untuk memahami kondisi tersebut. Dalam hal ini, Para [[Ulama Sufi]] telah berusaha memberi pelajaran, penjabaran, batasan, dan pendidikan kepada umat tentang kondisi ber[[ihsan]] dengan [[kaidah]] [[musyahadah]] yang mashur. [[Musyahadah]], secara bahasa, bermakna hal menyaksiakan [[Allah]] SWT. Dan secara [[kaidah sufi]] berarti; 1. [[Musyahadah]] bil [[Haq]]. Tingkatan Pertama ini kondisi dan batasannya adalah “melihat sesuatu dengan petunjuk tauhid”, 2. [[Musyahadah]] lil [[Haq]]. Tingkatan Kedua ini kondisi dan batasannya adalah “melihat al Haq ([[Allah]] SWT) dalam sesuatu”, dan 3. [[Musyahadah]] al Haq. Tingkatan Terakhir ini adalah ''“[[hakikat]] yakin yang tak ada keraguan didalamnya”'' .
Kami menduga, bahwa [[Sahadat Cerbon]][http://sahadatcerbon.blogspot.com] berangkat dari pemahaman semacam ini, kemudian mereka, para pendahulu [[Cirebon]], berfikir dan membuat suatu “bacaan” yang menggiring kita kepada kondisi [[musyahadah]] yang dikehendaki. Banyak [[cara]] dan [[tekhnik]] dilakukan oleh para [[Sufi]] terdahulu untuk menerjunkan pemikiran dan perasaan dalam kondisi [[ihsan]], [[musyahadah]] yang bernilai [[makrifat]].[http://sahadatcerbon.blogspot.com]
 
=== Paham kesatuan wujud ===
Paham kesatuan wujud adalah paham yang dibawa oleh Ibnu Arabi pada abad ke-3 Hijriah. Tokoh-tokohnya antara lain adalah Ibnu Arabi, Mansur al Hallaj, dan Jalaludin Rumi. Paham ini ditolak oleh Al Ghazali dan Ibnu Taymiah.
 
*** '''SUNTINGAN AJARAN [[SYEKH RUSLAN AD-DIMASYQI]]'''
Ketika tidak ada gerak bagimu untuk dirimu sendiri maka sempurna [[yakin]]mu, dan ketika tidak ada [[wujud]]mu bagimu maka [[sempurna]] [[tauhid]]mu. [http://naskahcirebon.blogspot.com]
Maknanya: ketika kamu [[fana]] dari [[wujud]]mu karena tidak adanya pandanganmu terhadap [[wujud]]mu sama sekali, dengan cara kamu tidak melihat [[wujud]] bagi dirimu beserta [[wujud]] Gusti-mu Yang Maha Agung dan Mulia, maka sempuna [[tauhid]]mu. Hal itu, karena kamu telah menyatakan Gusti-mu dan kamu mempertimbangkan pandanganmu didalamnya. Maka kamu melihat [[wujud]]mu, yaitu semua [[amal]]mu dari Allah swt sebagi [[cipta]]an, maka ketika ini, kamu tidak melihat [[wujud]] kecuali [[Allah]] swt Yang Maha Agung dan Mulia. Maka ketika itu telah sempurna [[tauhid]]mu. Karena hamba selagi melihat [[wujud]] dan amalnya sendiri, maka tidak sempurna tauhidnya menurut para muwahhidiin muhaqqiqiin [[para petauhid sempurna]]. Karena dia masih melihat dirinya dapat beramal yang amal itu keluar dari dirinya. Berbeda dengan muwahhidiin muhaqqiqiin (para petauhid sempurna), dia (mereka) telah hilang dari wujud dirinya yang majazi dan rusak dengan sebab wujud [[Allah]] swt yang Maha Ada yang kekal dan hakiki. Hal itu ketika [[Allah]] swt telah memberikan kenyataan padanya tentang [[hakikat]]-[[hakikat]], lalu dia melihat dengan [[cahaya]] [[Tuhan]]-nya yang telah dititipkan pada [[relung]] [[hati]]nya, bahwa sesungguhnya [[Allah]] swt telah mewujudkan dirinya dengan anugerah-NYA dan menolongnya dengan kasih-NYA, kemudian dia tidak melihat dalam [[wujud]] selain [[Allah]] swt dan tidak melihat kasih selain [[Allah]] swt Yang Maha Agung dan Mulia, maka sempurnalah [[tauhid]]nya. [http://naskahcirebon.blogspot.com]
 
Menurut [[al-Banjari]], kaum [[wujudiyyah]] (orang-orang yang memahami tentang wahdatul wujud) itu ada dua golongan: [[wujudiyyah mulhid]] dan [[wujudiyyah muwahhid]]. [[wujudiyyah mulhid]] termasuk golongan yang sesat lagi [[zindiq]]. [[Wujudiyyah muwahhid]], menurut dia, “yaitu segala ahli sufi yang sebenarnya”, mereka dinamakan kaum [[wujudiyyah]] ”karena bicaranya dan perkataannya dan itikadnya itu pada wujud [[Allah]]”. Ia tidak menjelaskan isi ajaran mereka, tetapi sebagai lawan dari [[wujudiyyah mulhid]] tadi, [[wujudiyyah muwahhid]] tentu tidak menganggap bahwa [[Allah]] tidak “tiada maujud melainkan di dalam kandungan wujud segala makhluk”, atau “bahwa [[Allah]] itu ketahuan zat (esensi)-Nya nyata kaifiat-Nya daripada pihak ada. Ia waujud pada kharij dan pada [[zaman]] dan [[makan]]”, dan tidak pula membenarkan pernyataan-pernyataan seumpama “tiada wujudku, hanya wujud [[Allah]]”, dan sebagainya, yang mencerminkan pandagan [[wujudiyyah mulhid]] itu. Keterangan [[al-Banjari]] mengenai ajaran kaum [[wujudiyyah mulhid]] itu kelihatan sangat mirip dengan keterangan [[ar-Raniri]], yang dalam abad sebelumnya menyanggah penganut-penganut di [[Aceh]].
*** Sekilas Paham Tasawuf [[al-Banjari]] [http://naskahcirebon.blogspot.com]***
 
Berdasarkan penjelasan ini, pada dasarnya sama dengan ajaran [[wahdah al-wujud]] [[Ibnu Arabi]]. Ajaran ini juga memandang alam semesta ini sebagai penampakan lahir [[Allah]] dalam arti bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya [[Allah]] saja -alam semesta ini hanya bayangan- bayang-Nya. Dari satu segi, ajaran ini kelihatan sama dengan ajaran [[tauhid]] tngkat tertinggi. Kedua ajaran itu memandang bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya satu-[[Allah]], tetapi dari lain segi [[wujudiyyah muwahhid]] dan [[wihdah al-wujud]] ini tidak sama dengan pandangan “bahwa yang ada hanya [[Allah]]” dalam ajaran yang terakhir ini hanya tercapai dalam keadaan yang disebut [[fana]], yakni terhapunya kesadaran akan wujud yang lain, sedang dalam ajaran [[wihdah al-wujud]], pandangan tersebut kelihatan sebagai hasil penafsiran atas [[fenomena alam]] yang serba majemuk ini.
Menurut [[al-Banjari]], kaum [[wujudiyyah]] (orang-orang yang memahami tentang wahdatul wujud) itu ada dua golongan: [[wujudiyyah mulhid]] dan [[wujudiyyah muwahhid]]. [[wujudiyyah mulhid]] termasuk golongan yang sesat lagi [[zindiq]]. [[Wujudiyyah muwahhid]], menurut dia, “yaitu segala ahli sufi yang sebenarnya”, mereka dinamakan kaum [[wujudiyyah]] ”karena bicaranya dan perkataannya dan itikadnya itu pada wujud [[Allah]]”. Ia tidak menjelaskan isi ajaran mereka, tetapi sebagai lawan dari [[wujudiyyah mulhid]] tadi, [[wujudiyyah muwahhid]] tentu tidak menganggap bahwa [[Allah]] tidak “tiada maujud melainkan di dalam kandungan wujud segala makhluk”, atau “bahwa [[Allah]] itu ketahuan zat (esensi)-Nya nyata kaifiat-Nya dari pada pihak ada. Ia waujud pada kharij dan pada [[zaman]] dan [[makan]]”, dan tidak pula membenarkan pernyataan-pernyataan seumpama “tiada wujudku, hanya wujud [[Allah]]”, dan sebagainya, yang mencerminkan pandagan [[wujudiyyah mulhid]] itu. Keterangan [[al-Banjari]] mengenai ajaran kaum [[wujudiyyah mulhid]] itu kelihatan sangat mirip dengan keterangan [[ar-Raniri]], yang dalam abad sebelumnya menyanggah penganut-penganut di [[Aceh]].
 
Di samping itu, pandangan [[tauhid]] tingkat tertinggi itu, tampaknya didasarkan atas asumsi bahwa esensi [[Allah]] yang mutlak itu dapat dikenali secara langsung, tanpa melalui penampakan lahir-Nya, asumsi ini dibantah oleh [[Ibnu Arabi]], karena menurut dia [[Allah]] hanya bisa dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. ([[Naskah Klasik]] [http://naskahcirebon.blogspot.com] Keagamaan Nusantara I Cerminan [[Budaya]] [[Bangsa]], [[Departemen Agama RI]], [[Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan]], [[Puslitbang Lektur Keagamaan]], 2005: 49-50). [http://naskahcirebon.blogspot.com]
Berdasarkan penjelasan ini, pada dasarnya sama dengan ajaran [[wahdah al-wujud]] [[Ibnu Arabi]]. Ajaran ini juga memandang alam semesta ini sebagai penampakan lahir [[Allah]] dalam arti bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya [[Allah]] saja -alam semesta ini hanya bayangan- bayang-Nya. Dari satu segi, ajaran ini kelihatan sama dengan ajaran [[tauhid]] tngkat tertinggi. Kedua ajaran itu memandang bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya satu-[[Allah]], tetapi dari lain segi [[wujudiyyah muwahhid]] dan [[wihdah al-wujud]] ini tidak sama dengan pandangan “bahwa yang ada hanya [[Allah]]” dalam ajaran yang terakhir ini hanya tercapai dalam keadaan yang disebut [[fana]], yakni terhapunya kesadaran akan wujud yang lain, sedang dalam ajaran [[wihdah al-wujud]], pandangan tersebut kelihatan sebagai hasil penafsiran atas [[fenomena alam]] yang serba majemuk ini.
 
== Sufisme dan ilmu pengetahuan ==
Di samping itu, pandangan [[tauhid]] tingkat tertinggi itu, nampaknya didasarkan atas asumsi bahwa esensi [[Allah]] yang mutlak itu dapat dikenali secara langsung, tanpa melalui penampakan lahir-Nya, asumsi ini dibantah oleh [[Ibnu Arabi]], karena menurut dia [[Allah]] hanya bisa dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. ([[Naskah Klasik]] [http://naskahcirebon.blogspot.com] Keagamaan Nusantara I Cerminan [[Budaya]] [[Bangsa]], [[Departemen Agama RI]], [[Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan]], [[Puslitbang Lektur Keagamaan]], 2005: 49-50). [http://naskahcirebon.blogspot.com]
Ilmu pengetahuan yang pada zaman [[Yunani]] kuno diberi citra, bahkan diidentikkan dengan [[filsafat]]. Tasawuf sebagai ilmu juga diarahkan untuk kepentingan [[agama]] ([[Kristiani]]), baru memperoleh sifat kemandiriannya semenjak adanya gerakan [[Renaissance]] dan [[Aufklarung]]. Semenjak itu pula manusia merasa bebas, tidak mempunyai komitmen dengan apa atau siapapun (agama, tradisi, sistem pemerintahan, otoritas politik dan lain sebagainya) selain komitmen dengan dirinya sendiri untuk mempertahankan kebebasannya dalam menentukan cara dan sarana menuju kehidupan yang hendak dicapai.<ref>Asmaran. ''Pengantar Studi Tasawuf'' (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2002) hlm.23</ref>
 
== Kekuatan tasawuf ==
Tasawuf merupakan suatu kekuatan. Hal itu karena jiwa kaum [[sufi]] tiada harganya di jalan [[Allah]]. Mereka merelakan jiwa mereka untuk menegakan kalimat Tuhan. Mereka membebani diri dengan kepayahan untuk menyebarkan agama (khususnya) Islam di wilayah-wilayah [[Afrika]] dan negeri-negeri yang belum di taklukan oleh pasukan Islam. Pengaruh mereka cukup besar dalam menyebarkan Islam di negeri [[Melayu]] ([[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Thailand]], [[Filipina]]). Juga negeri-negeri lainnya di dunia.<ref>Mahmud, Abdul Halim. ''Tasawuf di Dunia Islam'' (Bandung: Pustaka Setia 2001) hlm. 298 </ref>
 
== Tasawuf dan ilmu pengetahuan ==
Ilmu pengetahuan yang di zaman [[Yunani]] kuno diberi citra, bahkan diidentikkan dengan [[filsafat]]. Tasawuf sebagai ilmu juga diarahkan untuk kepentingan [[agama]] ([[Kristiani]]), baru memperoleh sifat kemandiriannya semenjak adanya gerakan [[Renaissance]] dan [[Aufklarung]]. Semenjak itu pula manusia merasa bebas, tidak mempunyai komitmen dengan apa atau siapapun (agama, tradisi, sistem pemerintahan, otoritas politik dan lain sebagainya) selain komitmen dengan dirinya sendiri untuk mempertahankan kebebasannya dalam menentukan cara dan sarana menuju kehidupan yang hendak dicapai.<ref>Asmaran. ''Pengantar Studi Tasawuf'' (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2002) hlm.23</ref>
 
== Kesenian sufi ==
[[Berkas:Whirling Dervishes at Hodjapasha.jpg|jmpl|Tairan memutar ''Dervish'' adalah salah satu kesenian Sufi yang terkenal]]
Sufisme telah menyumbang cukup banyak puisi dalam [[Bahasa Arab]], [[Bahasa Turki]], [[Bahasa Farsi]], [[Bahasa Kurdi]], [[Bahasa Urdu]], [[Bahasa Punjab]], [[Bahasa Sindhi]], yang paling dikenal mencakup karya dari [[Jalal al-Din Muhammad Rumi]], [[Abdul Qader Bedil]], [[Bulleh Shah]], [[Amir Khusro]], [[Shah Abdul Latif Bhittai]], [[Sachal Sarmast]], [[Sultan Bahu]], tradisi-tradisi dan tarian persembahan seperti [[Sama]] dan musik seperti [[Qawalli]].
 
Di Cirebon, kesenian yang berhubungan dengan Kesenian Sufi ini adalah [[Brai]], [[Gembyung]], [[Terbang]], [[Genjring Santri]], dan lainya. Kebanyakan Jenis Kesenian yang beredar di Cirebon terkait dengan perkembangan paham tasawuf tersebut.
*** Kesenian Sufi Cirebon [http://naskahcirebon.blogspot.com]***
Di Cirebon, kesenian yang berhubungan dengan Kesenian Sufi ini adalah [[Brai]], [[Gembyung]], [[Terbang]], [[Genjring Santri]], dan lainya. Kebanyakan Jenis Kesenian yang beredar di Cirebon terkait dengan perkembangan paham tasawuf tersebut.
 
Beberapa buku yang telah di tulis oleh para seniman, budayawan, dan sejarahwan Cirebon menguatkan anggapan ini. Buku-buku yang memuat tentang kesenian Cirebon yang berakar pada ajaran tasawuf ini diantaranya adalah Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon yang di tulis oleh [[Rokhmin Dahuri dkk]] pada tahun 2004 dan di cetak oleh [[PNRI]]. Selanjutnya buku [[Deskripsi Kesenian Cirebon]] yang di susun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata [[Kaupaten Cirebon]] yang salah satu anggota penyusunnya adalah Bapak [[Kartani]]. Dalam banyak kesempatan [[Kartani]] selalu menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena media kesenian sangat cocok untuk berdakwah pada saat itu [[Mertasinga 2004]].
 
Jika seni dan kesenian dijadikan sebagai [[media dakwah]], maka sangat munfisme/tasawuf yang selalu menitik beratkan pada niat baik dalam segala aktiitas yang dijalnkannya.
[http://naskahcirebon.blogspot.com]
 
tasawuf itu sulit didefinisikan agar dapat dipahami dengan mudah
<!--
 
== Doa Sarmadiyah ==
'''DOA SARMADIYAH''': Yang orang banyak menyebutnya dengan “Doa Ilmu Cahaya Ilahi” merupakan amalan dari '''Syaikh Abu Hayyullah AL-Marzuki Al-Maliky '''yang di kutib dari kitab''Jawahirul Lama’ah'', dia ini merupakan ulama ahli hikmah pada abad 7 Hijriah, bermazhab Maliky. Sesuai dengan maksud isi doanya, Insy Allah dengan izinNya akan membukakan hijab gerbang pintu '''''makrifat''''' dan '''''kasyaf''''' (terbukanya tirai) hati anda dan anda dapat dengan mudah menyelami samudara pengertian-pengertian sir-sir ilmunya Allah yang maha agung dan luas.
-->
== Lihat pula ==
* [[Mistisisme|Mistik]]
* [[Suluk]]
* [[Salik]]
* [[Tarekat]]
* [[tarekat|Tariqat & Tasawwuf]]
* [[Waris Ali Shah]]
*
 
== Catatan ==
{{reflist}}
 
== Bacaan tambahan ==
{{Commons category|Sufism}}
* Abun-Nasr, Jamil. [http://books.google.de/books?id=BKulU4bzi7gC&pg=PA288&dq=abun-nasr,+jamil,+communities&hl=de&ei=6E4ZTpOsPI3Lswal5qiuDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q&f=false ''Muslim Communities of Grace: The Sufi Brotherhoods in Islamic Religious Life'']. London, Hurst, 2007.
* Al-Badawi, Mostafa. ''Sufi Sage of Arabia''. Louisville: Fons Vitae, 2005.
* Algan, Refik & Camille Adams Helminski, translators, ''Rumi's Sun: The Teachings of Shams of Tabriz'', (Sandpoint, ID:Morning Light Press, 2008) ISBN 978-1-59675-020-3
* Ali-Shah, Omar. ''The Rules or Secrets of the Naqshbandi Order'', Tractus Publishers, 1992, ISBN 978-2-909347-09-7.
* Angha, Nader. "Sufism: A Bridge Between Religions". MTO Shahmaghsoudi Publications, 2002, ISBN 0-910735-55-7
* Angha, Nader. "Sufism: The Lecture Series". MTO Shahmaghsoudi Publications, 1997, ISBN 978-0-910735-74-2.
* Angha, Nader. "Peace". MTO Shahmaghsoudi Publications, 1994, ISBN 978-0-910735-99-5.
* Aractingi, Jean-Marc and Christian Lochon, ''Secrets initiatiques en Islam et rituels maçonniques-Ismaéliens, Druzes, Alaouites'',Confréries soufies; éd. L'Harmattan, Paris, 2008 (ISBN 978-2-296-06536-9).
* Arberry, A.J.. ''Mystical Poems of Rumi, Vols. 1&2''. Chicago: Univ. Chicago Press, 1991.
* Austin, R.W.J.. ''Sufis of Andalusia'', Gloustershire: Beshara Publications, 1988.
* Azeemi,Khwaja Shamsuddin. ''Muraqaba: Art and Science of Sufi Meditation'', Houston:Plato Publishing,Inc., 2005, ISBN 0-9758875-4-8.
* Barks, Coleman & John Moyne, translators, ''The Drowned Book: Ecstatic & Earthy Reflections of Bahauddin, the Father of Rumi'', (NY: HarperCollins, 2004) ISBN 0-06-075063-4
* Bewley, Aisha. ''The Darqawi Way''. London: Diwan Press, 1981.
* [[Titus Burckhardt|Burckhardt, Titus]]. ''An Introduction to Sufi Doctrine''. Lahore: 1963.
* Chopra, R M, "Great Sufi Poets of The Punjab", Iran Society, Calcutta, 1999.
* Colby, Frederick. ''The Subtleties of the Ascension: Lata'if Al-Miraj: Early Mystical Sayings on Muhammad's Heavenly Journey''. City: Fons Vitae, 2006.
* Dahlén, Ashk, Sufi Islam, ''The World's Religions: Continuities and Transformations'', ed. Peter B. Clarke & Peter Beyer, New York, 2008.
* Emin Er, Muhammad. ''Laws of the Heart: A Practical Introduction to the Sufi Path'', Shifâ Publishers, 2008, ISBN 978-0-9815196-1-6.
* Emin Er, Muhammad. ''The Soul of Islam: Essential Doctrines and Beliefs'', Shifâ Publishers, 2008, ISBN 978-0-9815196-0-9.
* Ernst, Carl. ''The Shambhala Guide to Sufism''. HarperOne, 1999.
* Fadiman, James and Frager, Robert. ''Essential Sufism''. Boulder: Shambhala, 1997.
* Farzan, Massud. ''The Tale of the Reed Pipe''. New York: Dutton, 1974.
* Gowins, Phillip. ''Sufism—A Path for Today: The Sovereign Soul''. New Delhi: Readworthy Publications (P) Ltd., 2008. ISBN 978-81-89973-49-0
* Khan, Inayat. [http://www.wahiduddin.net/mv2/IX/IX_31.htm "Part VI, Sufism"]. ''The Sufi message, Volume IX—The Unity of Religious Ideals''
* Koc, Dogan, [http://fethullahgulenconference.org/oklahoma/read.php?p=gulens-interpretation-of-sufism "Gulen's Interpretation Of Sufism"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121101151855/http://fethullahgulenconference.org/oklahoma/read.php?p=gulens-interpretation-of-sufism |date=2012-11-01 }}, ''Second International Conference on Islam in the Contemporary World: The Fethullah Gülen Movement in Thought and Practice'', December 2008
* Lewinsohn (ed.), ''The Heritage of Sufism, Volume I: Classical Persian Sufism from its Origins to Rumi (700-1300)''.
* Michon, Jean-Louis. ''The Autobiography (Fahrasa) of a Moroccan Soufi: Ahmad Ibn 'Ajiba (1747–1809)''. Louisville: Fons Vitae, 1999.
* Nurbakhsh, Javad, [http://www.nimatullahi.org/sufism ''What is Sufism?''] electronic text derived from ''The Path'', Khaniqahi Nimatullahi Publications, London, 2003 ISBN 0-933546-70-X.
* Rahimi, Sadeq (2007). [http://www.springerlink.com/content/x73435h20h431p12/ Intimate Exteriority: Sufi Space as Sanctuary for Injured Subjectivities in Turkey.]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''Journal of Religion and Health'', Vol. 46, No. 3, September 2007; pp.&nbsp;409–422
* Schimmel, Annemarie, ''Mystical Dimensions of Islam''. Chapel Hill: University of North Carolina Press, 1983. ISBN 0-8078-1223-4
* Schmidle, Nicholas, [http://www.smithsonianmag.com/people-places/Faith-and-Ecstasy.html "Pakistan's Sufis Preach Faith and Ecstasy"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090122031623/http://www.smithsonianmag.com/people-places/Faith-and-Ecstasy.html |date=2009-01-22 }}, ''[[Smithsonian (magazine)|Smithsonian magazine]], December 2008
* Sells, Michael (ed.), ''Early Islamic Mysticism: Sufi, Qur'an, Mi'raj, Poetic and Theological Writings'', ISBN 978-0-8091-3619-3.
* Shah, Idries. ''The Sufis''. New York: Anchor Books, 1971, ISBN 0-385-07966-4.
* Shah, Sirdar Ikbal Ali. [http://archive.org/stream/hibbertjournal20londuoft#page/524/mode/2up ''"The General Principles of Sufism,"''] The Hibbert Journal, Vol. XX, October 1921/ July 1922.
* Shaikh Sharfuddin Maneri. [http://www.goldenelixir.com/press/suf_01_sufi_letters.html ''Letters from a Sufi Teacher'']. Mountain View, CA: Golden Elixir Press, 2010. ISBN 978-0-9843082-4-8.
* Seker, Nimet. ''Jewish and Muslim Mysticism: Jewish Mystics on the Sufi Path'' [http://en.qantara.de/webcom/show_article.php/_c-478/_nr-1039/i.html Qantara.de] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110317014339/http://en.qantara.de/webcom/show_article.php/_c-478/_nr-1039/i.html |date=2011-03-17 }} April 2010
* Wilcox, Lynn. "Women and the Holy Qur'an: a Sufi Perspective". MTO Shahmaghsoudi Publications, 1998, ISBN 0-910735-65-4
 
== Pranala luar ==
<!--======================== {{No more links}} ============================-->
* {{id}} [http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/HakekatTasawuf.html Hakekat tasawuf oleh Qardhawi]
{{Wikibooks|Sufism}}
{{Islam-stub}}
* [http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e2260?_hi=6&_pos=2 Sufism Oxford Islamic Studies Online]
* {{dmoz|Society/Religion_and_Spirituality/Islam/Sufism/|Sufism}}
* [http://www.uga.edu/islam/Sufism.html Sufism, Sufis, and Sufi Orders - Sufism's Many Paths]
* [http://www.aaronhuey.com/#/editorial-archive/sufism-in-pakistan/Sufi_web_009 Extensive photo Essay on Sufism by a National Geographic photographer]
* [http://www.projectsufism.com ProjectSufism - misconceptions, realities and true essence of sufism] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150630065354/http://projectsufism.com/ |date=2015-06-30 }}
* {{id}} [http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/HakekatTasawuf.html Hakikat tasawuf oleh Qardhawi]
<!--======================== {{No more links}} ============================-->
 
[[Kategori:{{Topik Islam]]}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Sufi]]
 
[[afKategori:SoefismeIslam]]
[[anKategori:SufismoSufisme| ]]
[[Kategori:Pemikiran Islam]]
[[ar:صوفية]]
[[arz:صوفيه]]
[[ast:Sufismu]]
[[az:Təsəvvüf]]
[[ba:Суфыйсылыҡ]]
[[bat-smg:Sofėzmos]]
[[be:Суфізм]]
[[be-x-old:Суфізм]]
[[bg:Суфизъм]]
[[bn:সুফিবাদ]]
[[br:Soufiegezh]]
[[bs:Tesavuf]]
[[ca:Sufisme]]
[[cs:Súfismus]]
[[da:Sufisme]]
[[de:Sufismus]]
[[dv:ޞޫފީން]]
[[el:Σούφι]]
[[en:Sufism]]
[[eo:Sufiismo]]
[[es:Sufismo]]
[[et:Sufism]]
[[eu:Sufismo]]
[[fa:تصوف]]
[[fi:Sufilaisuus]]
[[fr:Soufisme]]
[[fy:Soefisme]]
[[ga:Sufaisteachas]]
[[gl:Sufismo]]
[[he:סופיות]]
[[hi:सूफ़ीवाद]]
[[hr:Sufizam]]
[[hu:Szúfizmus]]
[[is:Súfismi]]
[[it:Sufismo]]
[[ja:スーフィズム]]
[[jv:Sufisme]]
[[ka:სუფიზმი]]
[[kbd:Суфиигъэ]]
[[kk:Сопылық]]
[[ko:수피즘]]
[[ky:Суфизм "Сопучулук"]]
[[la:Sufismus]]
[[lt:Sufizmas]]
[[lv:Sūfisms]]
[[mk:Суфизам]]
[[ml:സൂഫി]]
[[mr:सूफी पंथ]]
[[ms:Kesufian]]
[[nl:Soefisme]]
[[nn:Sufisme]]
[[no:Sufisme]]
[[oc:Sofisme]]
[[pl:Sufizm]]
[[pnb:تصوف]]
[[ps:تصوف]]
[[pt:Sufismo]]
[[ro:Sufism]]
[[ru:Суфизм]]
[[rue:Суфізм]]
[[sah:Суфизм]]
[[scn:Sufismu]]
[[sh:Sufizam]]
[[simple:Sufism]]
[[sk:Sufizmus]]
[[sl:Sufizem]]
[[so:Suufi]]
[[sr:Тасавуф]]
[[sv:Sufism]]
[[ta:சூபியம்]]
[[te:సూఫీ తత్వము]]
[[tr:Tasavvuf]]
[[tt:Суфилык]]
[[ug:سوپىزم (تەسەۋۋۇپ)]]
[[uk:Суфізм]]
[[ur:تصوف]]
[[vi:Sufism]]
[[wa:Soufisse]]
[[war:Sufismo]]
[[yi:סופיזם]]
[[za:Suhfeicujyi]]
[[zh:蘇非主義]]
[[zh-yue:蘇菲派]]