Benteng Kapahaha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Penambahan keterangan waktu pada sebuah kalimat Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
||
(12 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{wikify|date=30 Oktober 2011}}{{rapikan|date=2011}}
'''Benteng Kapahaha''' adalah sebuah [[Pembentengan|benteng]] alam (benteng pertahanan) pada
Dalam perkembangan selanjutnya anak-anak dari Uka Latu Tapil melakukan perpindahan Ke Amaela (Gunung Kukusan), setelah itu kemudian mereka pindah dan menetap di Kapahaha. Dari waktu ke waktu melalui proses perkawinan, maka semakin banyak manusia di tempat ini kemudian mereka membentuk sebuah Aman/Hena (Negeri). Aman (negeri) tersebut terdiri dari beberapa rumah tau yaitu
Pada masa-masa selanjutnya Kapaha kemudian menjadi pusat pemerintahan adat dari beberpa negeri sekitar yaitu iyal uli yang berjarak ± 2,5 KM dari Negeri [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]], Ninggareta yang berjarak ± 9 KM dari Negeri [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]], dan Putulesi yang berjarak ± 1,5 KM dari Negeri [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]]. Lambang Pemerintahan adat negeri Kapahaha yaitu Burung Manu Saliwangi yang sampai saat ini masih dipakai sebagai lambang pemerintahan adat Negeri Morella, dan
Pada awal abad Ke-17 dimana sebagian benteng Pertahanan di Maluku ditaklukan oleh [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Belanda, maka semua Kapitan dan Malesi dari Patasiwa-Patalima yang bentengnya sudah di taklukan tersebut bergabung di Kapahaha dan karena letaknya yang strategis maka dijadikanlah sebagai benteng pertahanan perang yang berlangsung selama 9 tahun dengan Kapitan Besarnya Telukabessy
Rakyat Kapahaha yang tertangkap dalam penaklukan tersebut dikenal dengan masyarakat "''Hausihu''" yang artinya
▲Rakyat Kapahaha yang tertangkap dalam penaklukan tersebut dikenal dengan masyarakat "''Hausihu''" yang artinya kobaran api perjuangan. Kapahaha sekarang menjadi saksi bisu perjuangan Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa). Pada saat ditaklukan Benteng Kapahaha juga dibakar oleh VOC sehingga semua barang atau benda yang ada di Kapahaha saat itu semuanya ikut hangus terbakar, hal ini seperti yang tertuang dalam sebuah Lani/Kapata (Bahasa Tanah) “Elya Kapahaha Lia Putu Mahalisa”, yang Artinya “Kapahaha Habis dilalap Api”. Kini di Benteng Kapahaha hanya tersisa kuburan-kuburan tua, pecahan-pecahan alat rumah tangga serta beberapa buah benda/barang yang sempat diselamatkan. Kapahaha kemudian diabadikan namanya di taman makam pahlawan di Kota [[Ambon]].
{{Bangunan-stub}}
|