Ken Arok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
stub & wikfy
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 114.10.154.146 (bicara) ke revisi terakhir oleh Nusantara1945
Tag: Pengembalian
 
(461 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
'''Ken Arok''' adalah pendiri [[kerajaan Singosari]]. Menurut cerita rakyat, ia adalah seorang [[perampok]] yang kemudian menjadi prajurit di Tumapel.
| name = Ken Angrok
| title = Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi<br>(ꦯꦿꦷꦫꦁꦒꦃꦫꦗꦱꦨꦠꦫꦱꦁꦲꦩꦸꦂꦮꦨꦸꦩꦶ)
| image = Bali-lontar-Tojan-Kénangrok.jpg
| caption = Bali-lontar-Tojan-Kénangrok.
| succession = [[Singhasari|Raja Tumapel]] pertama
| moretext =
| reign = 1222–1227
| coronation =
| predecessor =
| successor = [[Anusapati]]
| spouses = {{plainlist|
* [[Ken Dedes]] (Permaisuri)
* [[Ken Umang]] (Selir)
}}
| issue = {{plainlist|
* [[Anusapati]]
* [[Mahisa Wonga Teleng]]
* Apanji Saprang
* [[Agnibhaya|Guningbhaya]]
* Dewi Rumbu
* [[Tohjaya]]
* Panji Sudhatu
* Tuan Wergola
* Dewi Rambi
}}
| issue-link =
| issue-pipe =
| house = [[Rajasa]]
| father = [[Sri Jayamerta]]
| mother = Ken Ndok
| birth_date = 1182
| birth_place = [[Jawa Timur]]
| death_date = 1227
| death_place = didharmakan di situs dharma haji Kagenengan sebagai ''Çivamahadewa''
| burial_place = Candi Kagenengan ([[Gunung Kawi|wetan Sang hyang Kawi]]), [[Kabupaten Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]
| signature =
| religion = [[Hindu]] [[Saiwa]]
}}
 
'''Ken Angrok''' biasa disebut '''Ken Arok''' atau '''Sri Ranggah Rajasa'''<ref name="Candi Kidal">Marhaen,2023. https://web.archive.org/web/20221019034933/https://museum-singhasari.site/id/</ref> atau '''Sri Girinathaputra''' lahir di timur [[Gunung Kawi]] pada tahun [[1182]], wafat di istana Tumapel, [[Tumapel|Kutaraja]] pada tahun [[1227]], adalah pendiri dari [[Wangsa Rajasa]] dan [[Kerajaan Tumapel]] yang lebih dikenal dengan nama [[Kerajaan Singhasari]]. Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar '''Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi''' pada tahun [[1222]]. Menurut pararaton<ref>{{Cite book|date=2021|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-58292-0_160200|title=Pararaton|location=Cham|publisher=Springer International Publishing|isbn=978-3-030-58291-3|pages=1014–1014}}</ref>Ken Arok adalah putra dari Ken Endog dengan Raja Jenggala [[Sri Jayamerta|Sri Maharaja Jayamerta Sang Brahmaraja Girindrattama Girinatha Wiswarupakumara]]<ref name=":1">{{Cite web|last=Unknown|title=Jenggala Dan Panjalu|url=https://siwisangnusantara.blogspot.com/2013/08/jilid-tiga-sejarah-nusantara-siwi-sang.html|website=SIWI SANG|access-date=2024-08-12|archive-date=2024-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20240812154438/https://siwisangnusantara.blogspot.com/2013/08/jilid-tiga-sejarah-nusantara-siwi-sang.html|dead-url=no}}</ref>,seorang Raja Jenggala yang mengalahkan Raja Kertajaya Kedhiri / Panjalu.
Setelah membunuh Tunggul Ametung, ia menikahi Ken Dedes dan mendirikan kerajaan Singosari.
 
== Silsilah ==
Raja Jenggala yang pada awal tahun 1194M menggempur Panjalu Kediri adalah Sri Maharaja Girindra,  ayah dari Putri Sasi Kirana.  Raja Jenggala ini disebut pula sebagai Sri Maharaja Jayamerta Sang Girindratama Girinatha wiswarupakumara<ref name=":1" />, raja yang menganut agama Siwa. Girindra maupun Girinata artinya raja gunung. Sang Girinata juga sebutan lain bagi Dewa Siwa.
 
Selain memiliki putri bernama Sasi Kirana, Sri Maharaja Girindra ini juga memiliki seorang putra dari istri selir yang dikenal Pararaton sebagai Ken Arok.
{{indo-stub}}
 
== Versi Pararaton ==
Ken Arok lahir pada tahun [[1182]], sebagai putra bangsawan <ref name=":0">Pitono, R Drs. (1965) "Pararaton", Jakarta: Penerbit Bhratara.</ref> dari Campara ([[Bacem, Sutojayan, Blitar]]) dengan seorang wanita desa Pangkur ([[Jiwut, Nglegok, Blitar]]) bernama ''Ken Ndok''.<ref name=":0" /><ref name=sukatman>Sukatman (2012) "Mitos Asal-usul Ken Arok Raja Singasari: Kajian Tradisi Lisan". Laporan Penelitian. Jember: FKIP Universitas Jember.</ref> .{{fact}}Beliau telah meninggal dunia saat Ken Arok masih dalam kandungan. Pada saat ibunya dibawa ke Kediri, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama ''Lembong''.<ref name=":0" />
 
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh ''Bango Samparan'', seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang [[Garum, Blitar]]) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
 
Ken Arok yang tidak betah hidup menjadi anak angkat ''Genukbuntu'', istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya yang bernama ''Thirthaja''<ref name=":0" /> (Istri muda Bango Samparan mempunyai lima anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti)<ref name=":0" />, kemudian bersahabat dengan ''Tita'', anak kepala desa Siganggeng (sekarang [[Senggreng, Sumberpucung, Malang]]).<ref name=sukatman/> Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan [[Kerajaan Kadiri]].
 
Setelah itu, Ken Arok bertemu seorang [[Brahmana]] dari [[India]] bernama '''Lohgawe''',<ref name=":0" /> yang datang ke tanah [[Jawa]] mencari titisan [[Wisnu]]. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.<ref name=sukatman/>
 
Berdasarkan Serat Pararaton, Ken Arok (disebut pula Ken Aŋgrok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini secara simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif Ken Arok di kemudian hari dengan anak-anak seusianya pada saat itu.<ref name=":0" />
 
=== Merebut Tumapel ===
Lohgawe kemudian membawa Ken Arok ke [[Kadipaten]] [[Tumapel]] (sekarang [[Singosari, Malang]]) yaitu salah satu daerah bawahan [[Kerajaan Kadiri]], yang saat itu di pimpin oleh seorang ''akuwu'' (setara [[camat]] zaman sekarang) bernama [[Tunggul Ametung]].<ref name=":0" /> Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal [[Tunggul Ametung]].
 
Ken Arok kemudian tertarik pada [[Ken Dedes]]<ref name=":0" /> istri [[Tunggul Ametung]] yang sangat cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau [[Ken Dedes]] akan menurunkan raja-raja tanah [[Jawa]]. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan merebut [[Ken Dedes]], meskipun tidak direstui Lohgawe.
 
=== Keris Mpu Gandring ===
{{Main|Keris Mpu Gandring}}
Demi menjalankan ambisinya, Ken Arok membutuhkan senjata ampuh, untuk membunuh [[Tunggul Ametung]] yang terkenal sakti. Ayah angkat Ken Arok, Bango Samparan, kemudian memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama [[Mpu Gandring]]<ref name=":0" /> dari desa Lulumbang (sekarang [[Plumbangan, Doko, Blitar]]) yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
 
Atas permintaan Ken Arok, Mpu Gandring sanggup membuatkan senjata yaitu sebilah [[keris]] pusaka dalam waktu satu tahun. Ken Arok yang tidak sabar, lima bulan kemudian datang mengambil pesanan, Mpu Gandring menolak memberikan Keris yang belum sempurna tersebut, akhirnya keris itu direbut Ken Arok dan ditusukkan kepada [[Mpu Gandring]] sampai tewas. Dalam sekaratnya, [[Mpu Gandring]] mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk Ken Arok sendiri dan keturunannya.<ref name=":0" />
 
=== Pembunuhan Tunggul Ametung ===
{{Main|Tunggul Ametung}}
Setelah kembali ke [[Tumapel]], Ken Arok menjalankan rencananya untuk melenyapkan dan merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia memberikan keris pusakanya pada Kebo Hijo,<ref name=":0" /> rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris Mpu Gandring sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.<ref name=sukatman/>
 
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur [[Tunggul Ametung]] dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. [[Ken Dedes]] menjadi saksi pembunuhan suaminya, tetapi ia pun mendukung rencana pembunuhan itu, karena [[Ken Dedes]] menikah dengan [[Tunggul Ametung]] dilandasi rasa keterpaksaan.
 
Keesokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris Mpu Gandring yang di anggap miliknya ditemukan menancap pada mayat [[Tunggul Ametung]].
 
Setelah Tunggul Ametung mati, Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai Akuwu baru [[Tumapel]] dan menikahi [[Ken Dedes]]. Tidak seorang pun yang berani menentang keputusan itu. [[Ken Dedes]] sendiri saat itu sedang mengandung anak [[Tunggul Ametung]],<ref name=sukatman/> bernama [[Anusapati]], disebut juga Panji Anengah.<ref name=":0" />
 
=== Mendirikan Kerajaan Tumapel ===
Pada tahun [[1221]] terjadi perselisihan antara [[Kertajaya]] raja [[Kadiri]] dengan para [[brahmana]]. Para [[brahmana]] itu memilih pindah ke [[Tumapel]] meminta perlindungan Ken Arok karena diserang oleh Kertajaya. Dengan adanya kesempatan itu dan di dukung oleh para kaum brahmana, Ken Arok pun memberontak dan mempersiapkan penyerangan terhadap [[Kerajaan Kediri]], ia menyatakan Kadipaten [[Tumapel]] sebagai "Kerajaan" merdeka yang lepas dari Kerajaan Kediri. Sebagai raja pertama Tumapel ia bergelar '''Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.'''<ref name=":0" />
 
Di lain pihak, Raja [[Kertajaya]] (dalam ''[[Pararaton]]'' disebut Dhandhang Gendis)<ref name=":0" /> menyatakan tidak takut menghadapi serangan [[Tumapel]]. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh [[Bhatara Siwa]]. Mendengar hal itu, Ken Arok pun memakai gelar [[Bhatara Siwa]] (= [[Bhatara Guru]]) dan siap berperang melawan [[Kertajaya]].<ref name=":0" />
 
===Pertempuran Genter===
{{Main|Pemberontakan Ken Arok}}
Pada tahun [[1222]], Ken Arok memimpin pasukan [[Tumapel]] menyerang [[Kadiri]]. Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Genter (Ganter), wilayah timur Kediri. Pada pertempuran ini, pihak [[Kadiri]] kalah dan [[Kertajaya]] diberitakan melarikan diri naik ke alam [[dewa]], yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.<ref name=sukatman/>
Kemenangan yang menentukan tersebut menyebabkan runtuhnya kerajaan Kadiri pimpinan Kertajaya dan mengukuhkan kekuasaan Ken Arok di [[Jawa Timur]], serta dimulainya [[Kerajaan Singasari|Kerajaan Tumapel]], dan pendirian pemerintahan [[Wangsa Rajasa|Dinasti Rajasa]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&pg=PA1208#v=onepage&q&f=false|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor|last=Ooi|first=Keat Gin|date=2004|publisher=ABC-CLIO|isbn=9781576077702|language=en}}</ref>
 
=== Kematian Ken Arok ===
Setelah [[Mahisa Wong Ateleng]] beranjak dewasa, Ken Arok mengangkat Mahisa Wong Ateleng sebagai penguasa Kediri. Hal ini menyebabkan [[Anusapati]] merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua Ken Arok. Pada tahun [[1227]], setelah mendesak ibunya ([[Ken Dedes]]), akhirnya [[Anusapati]] mengetahui kalau dirinya memang anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya yaitu [[Tunggul Ametung]] telah mati dibunuh oleh Ken Arok.
Setelah [[Anusapati]] berhasil mendapatkan [[Keris Mpu Gandring]] yang selama ini disimpan [[Ken Dedes]]. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan. Kemudian, [[Anusapati]] ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak dan mengangkat dirinya menjadi raja Tumapel menggantikan Ken Arok.
 
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah ''[[Pararaton]]'' terjadi pada tahun [[1247]] M (1169 Ç).<ref name=":0" /> Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sri Rajasa dalam ''[[Pararaton]]'' diperkuat oleh [[prasasti Mula Malurung]] ([[1255]]). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri [[Kerajaan Tumapel]] adalah '''Bhatara Siwa''' yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sri Rajasa memang tidak sewajarnya.
 
== Versi Nagarakretagama ==
Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam ''[[Nagarakretagama]]'' ([[1365]]). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri [[Kerajaan Tumapel]] merupakan putra '''Bhatara Girinatha''' yang lahir tanpa ibu pada tahun [[1182]].
 
Pada tahun [[1222]] Sang Girinathaputra mengalahkan [[Kertajaya]] raja [[Kadiri]]. Ia kemudian menjadi raja pertama di [[Tumapel]] bergelar '''Sri Ranggah Rajasa Girinathaputra''' (kemungkinan nama anumerta). Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun [[1254]] diganti menjadi [[Singasari]] oleh [[Wisnuwardhana]]).
 
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun [[1227]] (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam ''[[Pararaton]]''). Untuk memuliakan arwahnya didirikan [[candi]] di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai [[Siwa]], dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai [[Buddha]].
 
Kematian Sang Rajasa dalam ''[[Nagarakretagama]]'' terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar [[Hayam Wuruk]], sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja [[Majapahit]] dianggap aib.
 
Berdasarkan Negarakertagama, telah didirikan candi pendarmaan Ken Arok di Genengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha. Candi pendarmaan ini dipercaya berada di Situs Gunung Katu (sebagai Siwa) dan Situs Sokan (sebagai Budha) yang terletak di sebelah timur [[Gunung Kawi]] dan masuk ke dalam wilayah [[Wagir, Malang|Wagir]], [[Kabupaten Malang]]. Bekas-bekasnya menunggu untuk digali lebih lanjut.
 
== Keturunan Ken Arok dan Ken Dedes ==
 
[[Berkas:RajakulaRajasa.jpg|jmpl|800px|Silsilah Wangsa Rajasa dari berbagai sumber prasasti dan naskah.]]
 
'''Permaisuri'''
* [[Ken Dedes]]
** Anak:
*** [[Anusapati]]<br>dikenal juga dengan gelar '''Bhatara Anusapati'''
*** [[Mahisa Wong Ateleng]]<br />dikenal juga dengan gelar '''Bhatara Parameswara'''
*** Apanji Saprang
*** [[Agnibhaya]] (identik dengan Guningbhaya)
*** Dewi Rumbu
 
'''Selir'''
* [[Ken Umang]]
**Anak:
*** [[Tohjaya]]
*** Panji Sudhatu
*** Wergola
*** Dewi Rambi
 
[[Ken Dedes]] telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu [[Mahisa Wonga Teleng]], Apanji Saprang, [[Agnibhaya]], dan Dewi Rumbu.
 
Ken Arok juga memiliki selir bernama [[Ken Umang]], yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu [[Tohjaya]], Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
 
Selain itu, [[Ken Dedes]] juga memiliki putra dari [[Tunggul Ametung]] (versi Pararaton) yang bernama [[Anusapati]]. Semua anak Ken Arok berjumlah 9 orang, 1 anak tiri laki-laki, 6 anak kandung laki-laki dan 2 anak kandung wanita.<ref name=":0" />
 
== Nama dan Karakter Ken Arok ==
Nama asli Ken Arok atau Sri Rajasa tidak diketahui. Nama '''Ken Arok''' hanya dijumpai dalam ''[[Pararaton]]'', sehingga diduga kuat merupakan nama ciptaan si pengarang sebagai nama masa muda dari '''Sri Rajasa'''. "Ken" diartikan "putra atau putri pejabat", nama "Arok", diduga berasal dari kata "rok" yang artinya "rampas", jadi nama "Arok" bisa juga diartikan "perampas". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan sebagai anak pejabat yang suka merampas dan gemar berkelahi. Sedangkan "Sri" artinya "Bangsawan" (raja atau ratu), nama ''Rajasa'' dalam bahasa sansekerta diartikan dengan "merebut". Selain dijumpai dalam naskah sastra Pararaton dan Negarakertagama, juga dijumpai dalam "Prasasti Balawi" yang dikeluarkan oleh [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]] tahun [[1305]]. Dalam prasasti itu [[Raden Wijaya]] mengaku sebagai anggota keluarga [[Wangsa Rajasa]] dan memang adalah keturunan Rajasa. Nama "Sri Rajasa" ini adalah bentuk halus dari nama "Ken Arok".
 
Pengarang ''[[Pararaton]]'' juga menciptakan karakter tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sri Rajasa dengan penuh keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra [[Brahma]], titisan [[Wisnu]], serta penjelmaan [[Siwa]], sehingga seolah-olah karakter dan kekuatan [[Trimurti]] berkumpul dalam dirinya.
 
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau Sri Rajasa, pendiri [[Kerajaan Tumapel]], merupakan seorang anak bangsawan, yang dipercaya sebagai titisan Dewa, yang memiliki kecerdasan (Brahma), wibawa (Wisnu) dan keberanian (Siwa), di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pendiri dan pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan [[Airlangga]] dan [[Wangsa Isyana]] dalam memerintah [[pulau Jawa]].
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
== Kepustakaan ==
 
* Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* R.M. Mangkudimedja. 1979. ''Serat Pararaton Jilid 2''. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* Pogadaev, V. A. The Bloody Throne of Java. Zhivaya istoriya Vostoka (The Live History of Orient). Мoscow: Znanie, 1998, p.&nbsp;172-179.
 
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Tumapel (Singhasari)|tahun=[[1222]] — [[1227]]|pendahulu= - |pengganti=[[Anusapati]]}}
{{kotak selesai}}
 
== Lihat pula ==
 
* [[Kerajaan Singhasari]]
* [[Museum Singhasari]]
* [[Ken Dedes]]
* [[Tunggul Ametung]]
* [[Mpu Gandring]]
* [[Pemberontakan Ken Arok]]
 
{{lifetime|1182|1227|Arok, Ken}}
 
[[Kategori:Raja Singhasari]]
[[Kategori:Kerajaan Singhasari]]
[[Kategori:Pembunuh]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Dinasti Rajasa]]