Suku Kutai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Etnik
 
(184 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku Dayak Kutai
Suku Kutai<br/>Urang Kutai<br/>اورڠ كوتاي
|image=[[Berkas:FamousKutai.jpg|200px]]
|image=[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kroonprins van Koetai waarschijnlijk de latere Sultan Ali Muhammad Alimuddin in bruidskleding TMnr 60042304.jpg|150px]]<br>Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-18<br>[[File:Sultan Aji Muhammad Salehuddin II.JPG|150px]]<br>(Sutan Aji Muhammad Salehuddin II)<br>Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-20
|caption=Dari kiri ke kanan: Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]]{{·}} Sultan [[Aji Muhammad Sulaiman]]{{·}} Sultan [[Aji Muhammad Salehuddin II]]{{·}} [[Awang Faroek Ishak]]{{·}} [[Rita Widyasari]]{{·}} [[Icha|Icha Jikustik]]
|poptime=~ '''314402.000'''
|region1 =
|popplace=[[Kalimantan Timur]]: '''314.000'''{{br}}
'''{{flagcountry|Indonesia}}'''
|langs=[[bahasa Kutai|Kutai]], [[bahasa Banjar|Banjar]], [[bahasa Melayu|Melayu]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]]
|pop1 = (?)
|rels=[[Islam]]
|ref1 =
|related=[[suku Melayu|Melayu]], [[Dayak]] ([[Rumpun Ot Danum]]: [[suku Dayak Tunjung]], [[Suku Dayak Benuaq|Benuaq]]}, [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Bugis|Bugis]] }}
|last =
|first =
|publisher=
|title =
|date =
|year =2011
|url =
|accessdate =
|isbn =
|url =
|region2 = •'''[[Kalimantan Timur]]'''
----
|pop2 = 570.000
|ref2 =
|region3 ='''{{flagcountry|MYS}}'''
|pop3 = '''?'''
|ref3 =
|region4 = • '''{{flag|Sarawak}}'''
|pop4 = 24.000
|ref4 =
|region5 = •'''{{flag|Sabah}}'''
|pop5 =10.000
|ref =
|langs=[[bahasa Kutai|Kutai]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]]
|rels=[[Islam]], [[Kaharingan]]
|related=[[Dayak]] ([[suku Dayak Tunjung|Tunjung]], [[Suku Dayak Benuaq|Benuaq]], [[Suku Dayak Kenyah|Kenyah]]), [[suku Banjar|Banjar]], [[Suku Melayu|Melayu]]
}}
 
'''Suku Kutai''', atau '''Urang Kutai''' ([[Aksara Jawi|Jawi]]: كوتاي) adalah salah satu dari rumpun masyarakat asli Kalimantan yang mendiami wilayah [[Kalimantan Timur]] yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai.
'''Suku Dayak Kutai''' atau Suku Dayak Kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai. [[Suku Kutai]] merupakan bagian dari rumpun [[Suku Dayak]], khususnya dayak rumpun ot-danum ( Ada teori dan tradisi lisan orangtua beberapa Suku Kutai yang mengatakan [[Suku Dayak Lawangan]] yang kemudian berdiam di Kalimantan Timur melahirkan [[Suku Dayak Tunjung]] dan [[Suku Dayak Benuaq]], kemudian dengan masuknya budaya muslim di abad 13 M melahirkan terbentuknya masyarakat [[Suku Kutai]] yang berbeda budaya dengan [[Suku Dayak]]). Pada awalnya [[Kutai]] merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya masyarakat asli Kalimantan atau [[Dayak]]. [[Suku Kutai]] berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana [[Suku Dayak]] di Kalimantan Timur. Oleh karena itu secara fisik [[Suku Kutai]] mirip dengan [[Suku Dayak]] rumpun ot-danum. Hubungan Kekerabatan [[Suku Kutai]] dengan [[Suku Dayak]] diceritakan juga dalam tradisi lisan [[Suku Dayak]] dengan berbagai versi di beberapa sub suku rumpun ot danom ( Karena masing - masing sub suku memiliki sejarah tersendiri ). Adat-istiadat lama [[Suku Kutai]] banyak kesamaan dengan adat-istiadat [[Suku Dayak]] rumpun ot-danum (khususnya tunjung-benuaq) misalnya; erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh [[Suku Kutai]] dan [[Suku Dayak]]. Bahkan hingga saat ini masih ada [[Suku Kutai]] di Desa Kedang Ipil, Kutai Kartanegara yang menganut kepercayaan kaharingan sama halnya dengan [[Suku Dayak]].
 
Pada awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya masyarakat asli Kalimantan. Suku Kutai ini kemudian banyak menyerap nilai nilai kebudayaan suku Banjar dan Melayu pesisir yang berada di Kalimantan Timur.
 
Adat-istiadat lama Suku Kutai memiliki beberapa kesamaan kesamaan dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun Ot Danum (khususnya Tunjung-Benuaq) misalnya; Erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan lain-lain. Di mana adat-adat tersebut dimiliki oleh Suku Kutai dan Suku Dayak. Bahkan hingga saat ini masih ada Suku Kutai di Desa Kedang Ipil, [[Kutai Kartanegara]] yang menganut agama [[Kaharingan]] sama halnya dengan [[Suku Dayak]]. Selain itu Suku Kutai juga memiliki kedekatan budaya dengan Suku Banjar karena terjadi asimilasi dengan budaya melayu banjar seperti pertunjukan [[Mamanda]], serta budaya Melayu seperti Jepen/Zapin, musik Panting Gambus, budaya bersyair seperti Tarsul dl
 
== Etimologi ==
 
Pada awalnya [[Kutai]] bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. KemudianSeluruh lambatmasyarakat launasli '[[Kutai]]Kalimantan menjadisendiri namasebenarnya suku.adalah SamaSerumpun, halnyaAntara denganNgaju, [[dayak]]Maanyan, yangIban, bukanKenyah, merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian peneliti Belanda. Menurut tradisi lisan masyarakat kutaiKayatn, Nama Kutai berawal( dariLawangan nama- KerajaanTonyoi Kutai- MartadipuraBenuaq di Muara Kaman), sebenarnyaBanjar nama( kerajaanNgaju, iniIban, awalnyamaanyan, disebutdll Queitaire (Kutai), olehTidung, PendatangPaser, dan Pedaganglainnya. awalHanya abadsaja masehiPermasalahan yangPolitik datang dari India selatan yang artinya BelantaraPenguasa dan IbukotaAgama Kerajaannyamenjadi bernamajurang Maradavurepemisah (Martapura)antara beradakeluarga dibesar Pulauini. NaladwipaMereka danyang letaknyameninggalkan dikepercayaan tepilama Sungaiakhirnya Mahakammeninggalkan diadatnya seberangkarena Persimpanganlebih Sungaimenerima Kanankepercayaan Mudikbaru Mahakamdan yakniberevolusi Sungai Kedang Rantau asal nama Kotamenjadi MuaraMasyarakat KamanMelayu sekarangMuda. DalamKhususnya beritadalam CampaIslam ataumaupun CinaNasrani, disebuthal Kho-Thay artinyahal Kotaadat Besaryang ataubertolak Bandarbelakang Kerajaandengan Besar.ajaran Adaakan pendapatditinggalkan. lain, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pulaSedangkan yang mengatakantetap tulisanteguh yangdengan benarkepercayaan adalahlama Tunjungdisebut Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaandengan KartanegaraDayak.
 
[[Kutai]] menjadi nama suku akibat dari politik kepentingan penguasa saat itu yang berambisi menyatukan dua kerajaan yaitu Maharaja aji batara agung dewa sakti Kertanegara dari jahitan layar yang berasal dari kutai lama dengan kerajaan kutai martadipura yang berasal dari muara kaman tujuan untuk memperbesar wilayah kutai kartanegara dan juga untuk menahan perluasan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Disaat itu selama kekuasaan Kertanegara sebagian masyarakat asli Borneo yang biasa disebut dengan Masyarakat Dayak akhirnya bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat berdiam di wilayah Kekuasaan Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi peraturan Penguasa. Yang menolak dan memiliki kesempatan melarikan diri akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain menyebutkan bahwa istilah [[dayak]] juga bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian Belanda yang digunakan oleh para kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
 
Menurut informasi lain, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibu kota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa ( istilah Kalimantan di kitab Jawa )dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita Champa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, dari sudut pandang masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa [[Kerajaan Kutai Kartanegara|Kerajaan Kartanegara]].
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa [[Kutai]] pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku (etnis) dan hubungan kekerabatan [[Suku Kutai]] dan [[Suku Dayak]] sangat kuat. Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Bugis, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti Kartanegara dari Majapahit yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya [[Suku Kutai]] menjadi agak berbeda dengan [[Suku Dayak]] saat ini. Oleh karena itulah [[Suku Kutai]] menyebut [[Suku Dayak]] dengan istilah ''Densanak Tuha'' yang artinya Saudara Tua.
 
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur Aji Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka mempunyai 5 orang anak: Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq (Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq), dan Puncan Karnaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kutai).
 
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat kutai yang mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip dengan tradisi lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai ini adalah persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari identitas baru.
 
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa [[Kutai]] pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku (etnis) dan hubungan kekerabatan Suku Kutai dan [[Suku Dayak]] sangat kuat. Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti Kartanegara dari kutai lama yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya Suku Kutai menjadi agak berbeda dengan [[Suku Dayak]] saat ini. Oleh karena itulah Suku Kutai asli akan menyebut [[Suku Dayak]] dengan istilah ''Densanak Tuha'' yang artinya Saudara Tua karena masih satu leluhur.
 
== Kelompok etnis Kutai di Kalimantan ==
 
{{Pie chart
| thumb = right
| caption = Etnik/Bahasa di regional [[Kalimantan (wilayah Indonesia)]]
| label1 = [[Suku Banjar|Banjar]]
| value1 = 26.24
| color1 = Green
| label2 = [[Suku Dayak|Dayak]]
| value2 = 21.78
| color2 = Purple
| label3 = [[Suku Jawa|Jawa]]
| value3 = 18.18
| color3 = Yellow
| label4 = [[Orang Melayu Indonesia|Melayu]]
| value4 = 11.51
| color4 = Blue
| label5 = [[Suku Bugis|Bugis]]
| value5 = 7.22
| color5 = Red
| label6 = [[Suku Madura|Madura]]
| value6 = 3.04
| color6 = Violet
| label7 = [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]
| value7 = 2.98
| color7 = Brown
| label8 = Kutai
| value8 = 2.01
| color8 = Black
| label9 = [[Suku Sunda|Sunda]]
| value9 = 1.15
| color9 = Grey
| label10 = [[Suku Batak|Batak]]
| value10 = 0.64
| color10 = Magenta
| label11 = Suku-suku lain
| value11 = 5.26
| color11 = Pink
}}
 
<!-- hindari menaruh navbox untuk menggantikan isi. Daftarkan saja suku-suku yang paling besar
{{Grup etnik di Kalimantan|state=show}} -->
Berikit 10 etnis terbesar di Kalimantan menurut Sensus 2010:
{| class="wikitable sortable"
|-
! Urutan
! Suku Bangsa
! [[Kalimantan Barat]] <ref>[[Kalimantan Barat#Suku Bangsa|Kalimantan Barat - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Tengah]] <ref>[[Kalimantan Tengah#Suku Bangsa|Kalimantan Tengah - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Selatan]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Selatan - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Timur]] dan [[Kalimantan Utara]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Timur - Suku Bangsa]]</ref>
! Jumlah
! Keterangan
|-
| 1
| [[Suku Banjar]]
| style="text-align: right;" | 14.430{{br}} (0,33%)
| style="text-align: right;" | 464.260{{br}} (21,03%)
| style="text-align: right;" | 2.686.627{{br}} (74,34%)
| style="text-align: right;" | 440.453{{br}} (12,45%)
| style="text-align: right;" | 3.605.770{{br}} (26,24%)
| Menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Barat.
|-
| 2
| [[Suku Dayak]]
| style="text-align: right;" | 1.531.989{{br}} (34,93%)
| style="text-align: right;" | 1.029.182{{br}} (46,62%)
| style="text-align: right;" | 80.708{{br}} (2,23%)
| style="text-align: right;" | 351.437{{br}} (9,94%)
| style="text-align: right;" | 2.993.316{{br}} (21,78%)
| Menempati daerah pedalaman Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Selatan.
|-
| 3
| [[Suku Jawa]]
| style="text-align: right;" | 427.238{{br}} (9,74%)
| style="text-align: right;" | 478.393{{br}} (21,67%)
| style="text-align: right;" | 523.276{{br}} (14,51%)
| style="text-align: right;" | 1.069.605{{br}} (30,24%)
| style="text-align: right;" | 2.498.512{{br}} (18,18%)
| Orang Jawa transmigran umumnya menempati desa-desa kawasan transmigrasi di seluruh Kalimatan. Terdapat pula orang Jawa perantauan yang juga menyebar di kawasan perkotaan di Kalimantan.
|-
| 4
| [[Orang Melayu Indonesia|Suku Melayu]]
| style="text-align: right;" | 1.484.085{{br}} (33,84%)
| style="text-align: right;" | 87.348{{br}} (3,96%)
| style="text-align: right;" | 3.681{{br}} (0,10%)
| style="text-align: right;" | 6.053{{br}} (0,17%)
| style="text-align: right;" | 1.581.167{{br}} (11,51%)
| Menempati pesisir Kalimantan Barat dan pesisir barat Kalimantan Tengah.
|-
| 5
| [[Suku Bugis]]
| style="text-align: right;" | 137.282{{br}} (3,13%)
| style="text-align: right;" | 17.104{{br}} (0,77%)
| style="text-align: right;" | 101.727{{br}} (2,81%)
| style="text-align: right;" | 735.819{{br}} (20,81%)
| style="text-align: right;" | 991.932{{br}} (7,22%)
| Menempati kawasan pesisir pantai dan perkotaan terutama di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
|-
| 6
| [[Suku Madura]]
| style="text-align: right;" | 274.869{{br}} (6,27%)
| style="text-align: right;" | 42.668{{br}} (1,93%)
| style="text-align: right;" | 53.002{{br}} (1,47%)
| style="text-align: right;" | 46.823{{br}} (1,32%)
| style="text-align: right;" | 417.362{{br}} (3,04%)
| Terutama tersebar di Kalimantan Barat namun juga cukup banyak jumlahnya di daerah Kalimantan lainnya, baik di perkotaan maupun kawasan trasnmigrasi.
|-
| 7
| [[Tionghoa-Indonesia|Suku Tionghoa]]
| style="text-align: right;" | 358.451{{br}} (8,17%)
| style="text-align: right;" | 5.130{{br}} (0,23%)
| style="text-align: right;" | 13.000{{br}} (0,36%)
| style="text-align: right;" | 32.757{{br}} (0,93%)
| style="text-align: right;" | 409.338{{br}} (2,98%)
| Banyak bermukim di kawasan perkotaan terutama di Kalimantan Barat, seperti kota Singkawang dan Pontianak.
|-
| 8
| Suku Kutai
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | 275.696{{br}} (7,80%)
| style="text-align: right;" | 275.696{{br}} (2,01%)
| Menempati wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat di Kalimantan Timur.
|-
| 9
| [[Suku Sunda]]
| style="text-align: right;" | 49.530{{br}} (1,13%)
| style="text-align: right;" | 28.580{{br}} (1,29%)
| style="text-align: right;" | 24.592{{br}} (0,68%)
| style="text-align: right;" | 55.659{{br}} (1,57%)
| style="text-align: right;" | 158.361{{br}} (1,15%)
| Juga menempati sebagian daerah transmigrasi dan juga terdapat di perkotaan.
|-
| 10
| [[Suku Batak]]
| style="text-align: right;" | 26.486{{br}} (0,60%)
| style="text-align: right;" | 12.324{{br}} (0,56%)
| style="text-align: right;" | 12.408{{br}} (0,34%)
| style="text-align: right;" | 37.145{{br}} (1,05%)
| style="text-align: right;" | 88.363{{br}} (0,64%)
| Menempati kawasan perkotaan dan biasanya mengisi jabatan birokrasi dan sedikit terdapat di pedalaman biasanya bekerja sebagai pekerja tambang atau sawit.
|-
|
| Lainnya
| style="text-align: right;" | 80.996{{br}} (1,85%)
| style="text-align: right;" | 42.378{{br}} (1,92%)
| style="text-align: right;" | 114.971{{br}} (3,18%)
| style="text-align: right;" | 485.056{{br}} (13,72%)
| style="text-align: right;" | 723.401{{br}} (5,26%)
| Suku-suku lainnya yang tidak masuk 10 besar seperti Toraja, Buton, Mandar, Makassar, Minahasa, Bali, Sasak, Bima, Flores, Palembang, Minangkabau dan lain-lain
|-
|
| Total
| style="text-align: right;" | 4.385.356{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 2.207.367{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 3.613.992{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 3.536.503{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 13.743.218{{br}} (100%)
|
|}
 
== Bahasa ==
 
Masyarakat Kutai yang terdiri dari banyak sub suku memiliki bahasa yang beragam. Beberapa bahasa sub suku yang sudah tidak dipergunakan lagi dan kemungkinan sudah punah adalah bahasa Umaa Wak, Umaa Palaa, Umaa Luhaat, Umaa Palog, Baang Kelo dan Umaa Sam. Bahasa-bahasa tersebut dulunya lazim digunakan oleh masyarakat Kutai di hulu maupun hilir mahakam.
 
BahasaSaat ini bahasa Kutai terbagi ke dalam 4 dialek yang letaknya tidak saling berdekatan :
# Kutai Tenggarong (<span class=plainlinks>[http://www.sil.org/iso639-3/documentation.asp?id=vkt vkt]</span>)
# Kutai Kota Bangun (<span class=plainlinks>[http://www.sil.org/iso639-3/documentation.asp?id=mqg mqg]</span>)
Baris 29 ⟶ 229:
# Kutai Sengata/Sangatta (belum ada kode bahasanya)
 
Disamping memiliki beberapa persamaan kosakata dengan [[bahasa Banjar]], Bahasa Kutai juga memiliki persamaan kosakata dengan bahasa Dayak lainnya, misalnya:
 
Disamping memiliki beberapa persamaan kosa kata dengan [[bahasa Banjar]], Bahasa Kutai juga memiliki persamaan kosa kata dengan bahasa Dayak Iban, misalnya :
* nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai ([[Bahasa Kantu']]), artinya tidak
* celap (BahsaBahasa Kutai Tenggarong; celap ([[Bahasa Dayak Iban]], Bahasa Dayak [[Tunjung]]), jelap (Bahasa Dayak [[Benuaq]]) artinya dingin
* balu (Bahasa Kutai Tenggarong), balu ([[Bahasa Dayak Iban]], balu' Bahasa Dayak [[Benuaq]]), artinya janda
* hek (Bahasa Kutai Tenggarong), he' (Bahasa Dayak [[Tunjung]]), artinya tidak
Baris 38 ⟶ 237:
== Asal Mula ==
 
Menurut tradisi lisan dari Suku Kutai, Proses perpindahan penduduk dari daratan asia yang kini disebut provinsi Yunan - Cina selatan berlangsung antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok yang mengembara hingga sampai di pulau Kalimantan dengan rute perjalanan melewati Hainan, Taiwan, Filipina kemudian menyeberangi Laut Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada saat itu perpindahan penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu sulit kerena pada zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di kutub Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil bercadik yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah menyeberangi selat karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan Timur.
 
Menurut tradisi lisan dari [[Suku Kutai]], Proses perpindahan penduduk dari daratan asia yang kini disebut provinsi Yunan - Cina selatan berlangsung antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok yang mengembara hingga sampai di pulau Kalimantan dengan rute perjalanan melewati Hainan, Taiwan, Filipina kemudian menyeberangi Laut Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada saat itu perpindahan penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu sulit kerena pada zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di kutub Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil bercadik yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah menyeberangi selat karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan Timur. Para imigran dari daratan Cina ini masuk ke Kalimantan Timur dalam waktu yang berbeda, kelompok pertama datang sekitar tahun 3000-1500 Sebelum Masehi termasuk dalam kelompok ras Negrid dan weddid kelompok ini diperkirakan meninggalkan Kalimantan dan sebagiannya punah. Kemudian sekitar tahun 500 sebelum masehi berlangsung lagi arus perpindahan penduduk yang lebih besar dan kelompok inilah yang diperkirakan menjadi cikal bakal penduduk [[Kutai]]. Setelah adanya arus perpindahan penduduk dari Yunan terjadilah percampuran penduduk kerena perkawinan.
 
Penduduk [[Kutai]] pada masa itu terbagi menjadi lima '''puak''' (lima suku):
# Puak Pantun
# Puak Punang
# Puak Sendawar
# Puak Pahu
# Puak SendawarMelanti
# Puak Melani
 
'''<big>Puak Pantun (Kutai Muara Kaman/Kutai Tua-Eks Hindu))</big>'''
Puak Pantun adalah suku tertua di [[Kalimantan Timur]], dan merupakan suku atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Suku ini mendiami daerah [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara |Muara Kaman]] Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang, suku Kutai pantun dapat dikatakan sebagai turunan para bangsawan dan Pembesar di Kerajaan Kutai Martapura (Kutai Mulawarman). Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan.
 
Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di [[Kota Bangun, Kutai Kartanegara |Kota Bangun]], Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tenteram dapat berjalan selama masa pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara |Muara Kaman]] Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah [[Muara Wahau, Kutai Timur|Wahau]] dan Daerah [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]], serta Daerah [[Muara Bengkal, Kutai Timur |Muara Bengkal]], Daerah [[Kongbeng, Kutai Timur |Kombeng]] di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.
'''<big>Puak Pantun</big>'''
 
'''<big>Puak Punang (Kutai Kedang)</big>'''
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.
 
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalnya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Paha pada masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya. Kelompok ini menggunakan [[Bahasa Kutai Kota Bangun]].<ref>http://multitree.org/codes/mqg</ref>
 
Dalam pemerintahan Kerajaan Kutai Martapura dari tahun, 350-1605, yang beribu kota di Muara Kaman, kawasan Kota Bangun diketahui bahwa wilayahnya bernama NEGERI PAHA meliputi daerah: KEHAM, KEDANG DALAM, [[Kedang Ipil, Kota Bangun Darat, Kutai Kartanegara |KEDANG IPIL]], [[Lebak Mantan, Muara Wis, Kutai Kartanegara |LEBAK MANTAN]], [[Lebak Cilong, Muara Wis, Kutai Kartanegara|LEBAK CILONG]].
 
Negeri ini setingkat Provinsi dipimpin seorang Mangkubumi (Adipati Wilayah), suku ini disebut Suku Kutai Kedang (Orang Adat Lawas) adapun pimpinannya berigelar Sri Raja (Raja Kecil) dan Sri Raja terakhir bernama Sri Raja TALIKAT merupakan kerabat Raja di Muara Kaman, dan memerintah di ibu kota Keham sampai sekarang masyarakat Adat Lawas masih mendiami daerah tersebut diatas.<ref>[http://kutaihulu.blogspot.com/2010/08/sejarah-pemerintahan-di-kota-bangun.html SEJARAH PEMERINTAHAN DI KOTA BANGUN ]</ref>
'''<big>Puak Punang</big>'''
 
'''<big>Puak Tulur</big>'''
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Daha pada masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya.
 
Puak Tulur adalah suku yang mendiami wilayah [[Sendawar]] ([[Kutai Barat]]), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulur Jejangkat. Puncan Karna anak bungsu Aji Tulur Jejangkat menikah dengan Aji Ratu anak Maharaja Sultan.<ref>http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/240-Asal-Usul-Raja-Raja-Suku-Tunjung#</ref> Suku ini mendiami daerah pedalaman. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai suku Dayak Tunjung dan [[Benuaq]] (Ohong dan Bentian).
 
 
'''<big>Puak Pahu</big>'''
 
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini tersebar di muara pahu dan sekitarnya.
 
 
 
'''<big>Puak Sendawar</big>'''
 
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai Barat), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami daerah pedalaman. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai suku Dayak Tunjung, Bahau, Benuaq, Modang, Penihing, Busang, Bukat, Ohong dan Bentian.
 
* Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan Muara Pahu
 
* Suku Bahau mendiami daerah kecamatan Long Iram dan Long Bagun
* Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai dan Muara Pahu
 
* Suku Modang mendiami daerah kecamatan Muara Ancalong dan Muara Wahau
 
* Suku Penihing, suku Bukat dan suku Ohong mendiami daerah kecamatan Long Apari
 
* Suku Busang mendiami daerah kecamatan Long Pahangai
 
* Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa
 
Suku Dayak Bahau merupakan suku Dayak pendatang di [[Kutai]], selain itu terdapat pula suku-suku Dayak pendatang lain di Tanah [[Kutai]] yaitu suku Dayak Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.
 
* Suku Kenyah dan Suku Kayan merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau, Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
Selain suku-suku tersebut, terdapat pula suku-suku lain yaitu suku Dayak Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.
 
 
* Suku Kenyah merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau, Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
 
* Suku Punan merupakan suku Dayak yang mendiami hutan belantara di seluruh Kalimantan Timur mulai dari daerah Bulungan, Berau hingga Kutai. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di gua-gua batu dan pohon-pohon. Mereka dibina oleh Departemen Sosial melalui Proyek Pemasyarakatan Suku Terasing.
 
* Suku Basap menurut cerita merupakan keturunan orang-orang Cina yang kawin dengan suku Punan. Mereka mendiami wilayah kecamatan Sangkulirang.
 
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Temenggoeng_van_Kendisik_met_familie_en_notabelen_te_Kutai_Muara_Pahu_Borneo_TMnr_10001688.jpg|jmpl|200px|Suku Kutai Puak Pahu, para lelakinya masih memakai cawat]]
* Suku Kayan berasal dari Kalimantan Tengah, suku ini sering juga disebut dengan suku Biaju. Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram.
 
* Suku Bakumpai berasal dari [[sungai Barito]], Kalimantan Tengah, secara rumpun bahasa, suku ini merupakan sub etnis Dayak Ngaju (Biaju) yang beragama Islam, sedangkan secara rumpun budaya, suku ini tergolong berbudaya Banjar, sehingga sering juga disebut '''Dayak Banjar''' atau '''Banjar Bakumpai'''. Posisi suku Bakumpai ini secara bahasa dan budaya berada di tengah-tengah menjembatani antara budaya Dayak Ngaju dan budaya Banjar (posisinya mirip suku Kutai puak Pahu). Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram.
 
'''<big>Puak Pahu (Dayak Kutai/Kutai Haloq-Eks Kaharingan)</big>'''
 
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah [[Sungai Kedang Pahu]]. Suku ini tersebar di Kecamatan [[Muara Pahu, Kutai Barat|Muara Pahu]] dan sekitarnya. Puak ini merupakan keturunan [[Dayak]] [[Benuaq]]-- "behaloq"—menjadi "haloq" meninggalkan "Adat Lawas -- Kaharingan" menjadi "Pahuuq" (Bahasa Dayak [[Benuaq]] --> Muslim (menganut Agama Islam).
'''<big>Puak Melani</big>'''
 
'''<big>Puak Melanti (Melayu Kutai/Kutai Tenggarong)</big>'''
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan suku termuda di antara puak-puak Kutai, di dalam suku ini telah terjadi percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang yakni; Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Sehingga Puak ini memang sudah merupakan kesatuan etnis. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Suku ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.
 
Puak Melanti adalah masyarakat yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan puak termuda di antara puak-puak Kutai, di dalam masyarakat ini telah terjadi percampuran antara suku kutai asli yaitu Dayak, dengan suku pendatang yakni; Banjar, Jawa dan Melayu. Sehingga Puak ini memang sudah berkembang menjadi kesatuan etnis. Puak ini berkembang pada masa kerajaan Kutai Kartanegara, yaitu kerajaan melayu yang berdiri di Tanah Kutai. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Puak ini umumnya mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong. Kelompok ini menggunakan [[Bahasa Kutai Tenggarong]].<ref>http://multitree.org/codes/vkt</ref>
 
[[Berkas:Sultansulaiman-kukar.gif|jmpl|220px|Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara merupakan Suku Kutai Puak Melani]]
Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang hidup di pedalaman oleh Peneliti Belanda disebut dengan istilah Orang Dayak.
 
Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melanti kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun berbeda dialek. Sedangkan sebagian puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang tidak berasimilasi dengan pendatang akhirnya hidup di pedalaman, oleh Peneliti Belanda disebut dengan istilah Orang Dayak.
 
== Terpecahnya PuakKerajaan Tanah Kutai melahirkan Orang Dayak dan Orang Kutai ==
 
Di Tanah Kutai diketahui berdiri 3 Kerajaan Besar, yaitu:
# [[Kerajaan Kutai Martadipura|Kerajaan Martadipura]] ( Corak Hindu-Kaharingan-Melayu Tua (penduduk borneo saat itu dayak, subsuku melayu muda nanti dibentuk masyarakat dayak)
# Kerajaan Sri Bangun ( Corak Budha-Melayu Sriwijaya dan Melayu Tua)
# [[Kesultanan Kutai Kartanegara|Kerajaan Kartanegara]] ( Corak Islam - Asimilasi melayu dan dayak )
 
== Kisah Pecahnya Puak Tanah Kutai ==
Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku asli di Tanah Kutai, yakni [[Suku Dayak]] dan [[Suku Kutai]] (haloq). Haloq adalah sebutan bagi [[Suku Dayak]] atau suku asli Tanah Kutai yang keluar dari adat/budaya/kepercayaan nenek moyang ( Adat, budaya, serta kepercayaan nenek moyang tersebut masih terlihat dari ciri khas [[Suku Dayak]] saat ini). Mereka yang behaloq ( Meninggalkan adat ) lebih menerima dan mau berbaur dengan pendatang akibatnya masyarakat ini lebih sering dijumpai di daerah pesisir. Sebutan haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai banyak meninggalkan kepercayaan lama salah satunya adalah dengan taat pada ajaran Islam, karena adat istiadat, budaya, dan kepercayaan dari suku asli Tanah Kutai tersebut banyak yang bertentangan dalam ajaran Islam. Kemudian karena puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau kepercayaan lama mereka, maka mereka mulai di sebut 'orang haloq' oleh puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya (kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah berbeda adat istiadat.
 
Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku asli di Tanah Kutai, yakni [[Suku Dayak]] dan Suku Kutai (haloq). Haloq adalah sebutan bagi [[Suku Dayak]] atau suku asli Tanah Kutai yang keluar dari adat/budaya/kepercayaan nenek moyang ( Adat, budaya, serta kepercayaan nenek moyang tersebut masih terlihat dari ciri khas [[Suku Dayak]] saat ini). Mereka yang behaloq ( Meninggalkan adat ) lebih menerima dan mau berbaur dengan pendatang akibatnya masyarakat ini lebih sering dijumpai di daerah pesisir.
 
Sebutan haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai banyak meninggalkan kepercayaan lama salah satunya adalah dengan taat pada ajaran Islam, karena adat istiadat, budaya, dan kepercayaan dari suku asli Tanah Kutai tersebut banyak yang bertentangan dalam ajaran Islam. Kemudian karena puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau kepercayaan lama mereka, maka mereka mulai di sebut 'orang haloq' oleh puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya (kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah berbeda adat istiadat.
Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya 'orang kutai' yang berarti orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai. Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian kecil puak sendawar. Sekarang [[Suku Kutai]] sudah banyak bercampur dengan etnis lain. Terlihat dari budayanya yang merupakan hasil akulturasi dari beberapa budaya suku lain. Terutama Kutai Kartanegara yang berasal dari Jawa dan bercampur dengan suku asli tanah kutai ( saat ini disebut [[Suku Dayak]] ) tersebut.
 
Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya 'orang kutai' yang berarti orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai. Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian kecil puak sendawar. Sekarang Suku Kutai sudah banyak bercampur dengan etnis lain. Terlihat dari budayanya yang merupakan hasil akulturasi dari beberapa budaya suku lain. Terutama Kutai Kartanegara yang berasal dari Jawa dan bercampur dengan suku asli tanah kutai (saat ini disebut [[Suku Dayak]]) tersebut.
 
Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-kelompok suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku [[Tunjung, Benuaq, Penihing, Oeheng, Bentian, Bahau, Modang]] dan lain-lain[[Benuaq]]. Mereka adalah suku yang disebut [[Suku Dayak]] pada masa kini. Dayak adalah sebutan yang dipopulerkan oleh orang Belanda dan peneliti asing, dimanadi mana mereka menyebut suku - suku asli yang mendiami pedalaman Kalimantan sebagai “Dayaker”. Sehingga istilah dayak sendiri sebenarnya bukan berasal dari leluhur orang Kalimantan itu sendiri. Oleh karena itu masih ada beberapa dari [[Suku Dayak]] enggan disebut Dayak. Mereka lebih memilih disebut subsukunya, seperti orang Tunjung, orangTunjung—orang Benuaq, dan lain - lain.
 
Jadi yang disebut Suku Kutai sekarang ini adalah suku dari puak pantun, punang, pahu dan melani yang mudah berakulturasi dengan pendatang dan perlahan meninggalkan adat lamanya. Sedangkan [[Suku Dayak]] [[Tunjung]] dan [[Benuaq]] adalah dari puak sendawar yang tetap teguh memegang keyakinan leluhur. Jadi Suku Kutai bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah suku melayu tua, sama seperti [[Suku Dayak]]. Pengelompokkan Suku Kutai kedalam ras melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural, bukan berdasarkan "darah" (melayu tua).
 
== Problematika klasifikasi Dayak atau Melayu ==
Jadi yang disebut [[Suku Kutai]] sekarang ini adalah suku dari puak pantun, punang, pahu dan melani yang mudah berakulturasi dengan pendatang dan perlahan meninggalkan adat lamanya. Sedangkan [[Suku Dayak]] adalah dari puak sendawar yang tetap teguh memegang keyakinan leluhur. Jadi [[Suku Kutai]] bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah suku melayu tua, sama seperti [[Suku Dayak]]. Pengelompokkan [[Suku Kutai]] kedalam ras melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural, bukan berdasarkan jenisnya (melayu tua).
 
Perubahan Suku Kutai secara drastis setelah masuk Islam, hampir menghapus jejak asal muasalnya yaitu [[Suku Dayak Lawangan|Suku Lawangan]]. Kebudayaan Melayu yang dianggap lebih "beradab", membantu menghilangkan budaya Dayak pada Suku Kutai dengan cepat. Istilah "haloq" yang melekat pada Suku Kutai yang berarti "meninggalkan adat lawas" digunakan sebagai kebanggaan bagi yang ber"haloq". Tapi bagi suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq istilah itu digunakan sebagai stigma bagi orang yang tidak menghargai warisan leluhur. Sehingga suku Kutai kehilangan jejak agama [[Kaharingan]] dan adat budaya [[Suku Dayak Lawangan]], walaupun sebagian kecil ada yg tersisa. Akibatnya orang lebih yakin Kutai adalah Melayu, padahal tidaklah demikian.
 
Sedikitnya informasi semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku Kutai. Membuat hasil penelitian terlihat ambigu bahkan samar. Peneliti sering kali mengklasifikasikan berdasarkan bahasa, sedangkan menurut orang Kutai dan Tunjung-Benuaq mengenal tradisi lisan yang mengklasifikasikan golongan berdasarkan budaya dan sejarah budayanya serta geneologi.
Saat ini peneliti membagi suku kutai menjadi 4 sub-etnis:
 
== Lagu Kutai ==
#Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)
* [http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&v=EqySvCaERF8&NR=1 Buah bolok ]
#Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)
* [http://www.youtube.com/watch?v=Eq40WgxLu-A Burung Enggang ]
#Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)
#Suku Kutai Muara Ancalong. (yang sebenarnya berasal dari puak pantun)
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* https://www.pustakaborneo.id/upload/pdf/buku_20171214061246.pdf
* https://media.neliti.com/media/publications/49956-ID-kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.pdf
 
{{suku-stub}}
[[Kategori:Melayu]]
[[Kategori:Ot Danum]]
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Kutai, Suku]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Malaysia|Kutai, Suku]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur|Kutai, Suku]]
[[Kategori:Kabupaten Kutai Kartanegara]]