Suku Kutai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Etnik |
||
(173 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=
Suku Kutai<br/>Urang Kutai<br/>اورڠ كوتاي
|image=[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kroonprins van Koetai waarschijnlijk de latere Sultan Ali Muhammad Alimuddin in bruidskleding TMnr 60042304.jpg|150px]]<br>Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-18<br>[[File:Sultan Aji Muhammad Salehuddin II.JPG|150px]]<br>(Sutan Aji Muhammad Salehuddin II)<br>Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-20
|poptime=~ '''
|region1 =
'''{{flagcountry|Indonesia}}'''
|pop1 = (?)
|ref1 =
|last =
|first =
|publisher=
|title =
|date =
|year =2011
|url =
|accessdate =
|isbn =
|url =
|region2 = •'''[[Kalimantan Timur]]'''
----
|pop2 = 570.000
|ref2 =
|region3 ='''{{flagcountry|MYS}}'''
|pop3 = '''?'''
|ref3 =
|region4 = • '''{{flag|Sarawak}}'''
|pop4 = 24.000
|ref4 =
|region5 = •'''{{flag|Sabah}}'''
|pop5 =10.000
|ref =
|langs=[[bahasa Kutai|Kutai]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]]
|rels=[[Islam]], [[Kaharingan]]
|related=[[Dayak]] ([[suku Dayak Tunjung|Tunjung]], [[Suku Dayak Benuaq|Benuaq]], [[Suku Dayak Kenyah|Kenyah]]), [[suku Banjar|Banjar]], [[Suku Melayu|Melayu]]
}}
'''Suku Kutai''', atau '''Urang Kutai''' ([[Aksara Jawi|Jawi]]: كوتاي) adalah salah satu dari rumpun masyarakat asli Kalimantan yang mendiami wilayah [[Kalimantan Timur]] yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi sungai.
Pada awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya masyarakat asli Kalimantan. Suku Kutai ini kemudian banyak menyerap nilai nilai kebudayaan suku Banjar dan Melayu pesisir yang berada di Kalimantan Timur.
Adat-istiadat lama Suku Kutai memiliki beberapa kesamaan kesamaan dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun Ot Danum (khususnya Tunjung-Benuaq) misalnya; Erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan lain-lain. Di mana adat-adat tersebut dimiliki oleh Suku Kutai dan Suku Dayak. Bahkan hingga saat ini masih ada Suku Kutai di Desa Kedang Ipil, [[Kutai Kartanegara]] yang menganut agama [[Kaharingan]] sama halnya dengan [[Suku Dayak]]. Selain itu Suku Kutai juga memiliki kedekatan budaya dengan Suku Banjar karena terjadi asimilasi dengan budaya melayu banjar seperti pertunjukan [[Mamanda]], serta budaya Melayu seperti Jepen/Zapin, musik Panting Gambus, budaya bersyair seperti Tarsul dl
== Etimologi ==
Pada awalnya [[Kutai]] bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda.
[[Kutai]] menjadi nama suku akibat dari politik kepentingan penguasa saat itu yang berambisi menyatukan dua kerajaan yaitu Maharaja aji batara agung dewa sakti Kertanegara dari jahitan layar yang berasal dari kutai lama dengan kerajaan kutai martadipura yang berasal dari muara kaman tujuan untuk memperbesar wilayah kutai kartanegara dan juga untuk menahan perluasan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Disaat itu selama kekuasaan Kertanegara sebagian masyarakat asli Borneo yang biasa disebut dengan Masyarakat Dayak akhirnya bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat berdiam di wilayah Kekuasaan Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi peraturan Penguasa. Yang menolak dan memiliki kesempatan melarikan diri akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain menyebutkan bahwa istilah [[dayak]] juga bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian Belanda yang digunakan oleh para kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
Menurut informasi lain, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibu kota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa ( istilah Kalimantan di kitab Jawa )dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita Champa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, dari sudut pandang masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa [[Kerajaan Kutai Kartanegara|Kerajaan Kartanegara]].
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur Aji Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka mempunyai 5 orang anak: Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq (Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq), dan Puncan Karnaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kutai).
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat kutai yang mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip dengan tradisi lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai ini adalah persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari identitas baru.
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa [[Kutai]] pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku (etnis) dan hubungan kekerabatan Suku Kutai dan [[Suku Dayak]] sangat kuat. Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti Kartanegara dari kutai lama yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya Suku Kutai menjadi agak berbeda dengan [[Suku Dayak]] saat ini. Oleh karena itulah Suku Kutai asli akan menyebut [[Suku Dayak]] dengan istilah ''Densanak Tuha'' yang artinya Saudara Tua karena masih satu leluhur.
== Kelompok etnis Kutai di Kalimantan ==
{{Pie chart
| thumb = right
| caption = Etnik/Bahasa di regional [[Kalimantan (wilayah Indonesia)]]
| label1 = [[Suku Banjar|Banjar]]
| value1 = 26.24
| color1 = Green
| label2 = [[Suku Dayak|Dayak]]
| value2 = 21.78
| color2 = Purple
| label3 = [[Suku Jawa|Jawa]]
| value3 = 18.18
| color3 = Yellow
| label4 = [[Orang Melayu Indonesia|Melayu]]
| value4 = 11.51
| color4 = Blue
| label5 = [[Suku Bugis|Bugis]]
| value5 = 7.22
| color5 = Red
| label6 = [[Suku Madura|Madura]]
| value6 = 3.04
| color6 = Violet
| label7 = [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]
| value7 = 2.98
| color7 = Brown
| label8 = Kutai
| value8 = 2.01
| color8 = Black
| label9 = [[Suku Sunda|Sunda]]
| value9 = 1.15
| color9 = Grey
| label10 = [[Suku Batak|Batak]]
| value10 = 0.64
| color10 = Magenta
| label11 = Suku-suku lain
| value11 = 5.26
| color11 = Pink
}}
<!-- hindari menaruh navbox untuk menggantikan isi. Daftarkan saja suku-suku yang paling besar
{{Grup etnik di Kalimantan|state=show}} -->
Berikit 10 etnis terbesar di Kalimantan menurut Sensus 2010:
{| class="wikitable sortable"
|-
! Urutan
! Suku Bangsa
! [[Kalimantan Barat]] <ref>[[Kalimantan Barat#Suku Bangsa|Kalimantan Barat - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Tengah]] <ref>[[Kalimantan Tengah#Suku Bangsa|Kalimantan Tengah - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Selatan]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Selatan - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Timur]] dan [[Kalimantan Utara]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Timur - Suku Bangsa]]</ref>
! Jumlah
! Keterangan
|-
| 1
| [[Suku Banjar]]
| style="text-align: right;" | 14.430{{br}} (0,33%)
| style="text-align: right;" | 464.260{{br}} (21,03%)
| style="text-align: right;" | 2.686.627{{br}} (74,34%)
| style="text-align: right;" | 440.453{{br}} (12,45%)
| style="text-align: right;" | 3.605.770{{br}} (26,24%)
| Menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Barat.
|-
| 2
| [[Suku Dayak]]
| style="text-align: right;" | 1.531.989{{br}} (34,93%)
| style="text-align: right;" | 1.029.182{{br}} (46,62%)
| style="text-align: right;" | 80.708{{br}} (2,23%)
| style="text-align: right;" | 351.437{{br}} (9,94%)
| style="text-align: right;" | 2.993.316{{br}} (21,78%)
| Menempati daerah pedalaman Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Selatan.
|-
| 3
| [[Suku Jawa]]
| style="text-align: right;" | 427.238{{br}} (9,74%)
| style="text-align: right;" | 478.393{{br}} (21,67%)
| style="text-align: right;" | 523.276{{br}} (14,51%)
| style="text-align: right;" | 1.069.605{{br}} (30,24%)
| style="text-align: right;" | 2.498.512{{br}} (18,18%)
| Orang Jawa transmigran umumnya menempati desa-desa kawasan transmigrasi di seluruh Kalimatan. Terdapat pula orang Jawa perantauan yang juga menyebar di kawasan perkotaan di Kalimantan.
|-
| 4
| [[Orang Melayu Indonesia|Suku Melayu]]
| style="text-align: right;" | 1.484.085{{br}} (33,84%)
| style="text-align: right;" | 87.348{{br}} (3,96%)
| style="text-align: right;" | 3.681{{br}} (0,10%)
| style="text-align: right;" | 6.053{{br}} (0,17%)
| style="text-align: right;" | 1.581.167{{br}} (11,51%)
| Menempati pesisir Kalimantan Barat dan pesisir barat Kalimantan Tengah.
|-
| 5
| [[Suku Bugis]]
| style="text-align: right;" | 137.282{{br}} (3,13%)
| style="text-align: right;" | 17.104{{br}} (0,77%)
| style="text-align: right;" | 101.727{{br}} (2,81%)
| style="text-align: right;" | 735.819{{br}} (20,81%)
| style="text-align: right;" | 991.932{{br}} (7,22%)
| Menempati kawasan pesisir pantai dan perkotaan terutama di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
|-
| 6
| [[Suku Madura]]
| style="text-align: right;" | 274.869{{br}} (6,27%)
| style="text-align: right;" | 42.668{{br}} (1,93%)
| style="text-align: right;" | 53.002{{br}} (1,47%)
| style="text-align: right;" | 46.823{{br}} (1,32%)
| style="text-align: right;" | 417.362{{br}} (3,04%)
| Terutama tersebar di Kalimantan Barat namun juga cukup banyak jumlahnya di daerah Kalimantan lainnya, baik di perkotaan maupun kawasan trasnmigrasi.
|-
| 7
| [[Tionghoa-Indonesia|Suku Tionghoa]]
| style="text-align: right;" | 358.451{{br}} (8,17%)
| style="text-align: right;" | 5.130{{br}} (0,23%)
| style="text-align: right;" | 13.000{{br}} (0,36%)
| style="text-align: right;" | 32.757{{br}} (0,93%)
| style="text-align: right;" | 409.338{{br}} (2,98%)
| Banyak bermukim di kawasan perkotaan terutama di Kalimantan Barat, seperti kota Singkawang dan Pontianak.
|-
| 8
| Suku Kutai
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | Tidak ada data
| style="text-align: right;" | 275.696{{br}} (7,80%)
| style="text-align: right;" | 275.696{{br}} (2,01%)
| Menempati wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat di Kalimantan Timur.
|-
| 9
| [[Suku Sunda]]
| style="text-align: right;" | 49.530{{br}} (1,13%)
| style="text-align: right;" | 28.580{{br}} (1,29%)
| style="text-align: right;" | 24.592{{br}} (0,68%)
| style="text-align: right;" | 55.659{{br}} (1,57%)
| style="text-align: right;" | 158.361{{br}} (1,15%)
| Juga menempati sebagian daerah transmigrasi dan juga terdapat di perkotaan.
|-
| 10
| [[Suku Batak]]
| style="text-align: right;" | 26.486{{br}} (0,60%)
| style="text-align: right;" | 12.324{{br}} (0,56%)
| style="text-align: right;" | 12.408{{br}} (0,34%)
| style="text-align: right;" | 37.145{{br}} (1,05%)
| style="text-align: right;" | 88.363{{br}} (0,64%)
| Menempati kawasan perkotaan dan biasanya mengisi jabatan birokrasi dan sedikit terdapat di pedalaman biasanya bekerja sebagai pekerja tambang atau sawit.
|-
|
| Lainnya
| style="text-align: right;" | 80.996{{br}} (1,85%)
| style="text-align: right;" | 42.378{{br}} (1,92%)
| style="text-align: right;" | 114.971{{br}} (3,18%)
| style="text-align: right;" | 485.056{{br}} (13,72%)
| style="text-align: right;" | 723.401{{br}} (5,26%)
| Suku-suku lainnya yang tidak masuk 10 besar seperti Toraja, Buton, Mandar, Makassar, Minahasa, Bali, Sasak, Bima, Flores, Palembang, Minangkabau dan lain-lain
|-
|
| Total
| style="text-align: right;" | 4.385.356{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 2.207.367{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 3.613.992{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 3.536.503{{br}} (100%)
| style="text-align: right;" | 13.743.218{{br}} (100%)
|
|}
== Bahasa ==
Baris 24 ⟶ 223:
Masyarakat Kutai yang terdiri dari banyak sub suku memiliki bahasa yang beragam. Beberapa bahasa sub suku yang sudah tidak dipergunakan lagi dan kemungkinan sudah punah adalah bahasa Umaa Wak, Umaa Palaa, Umaa Luhaat, Umaa Palog, Baang Kelo dan Umaa Sam. Bahasa-bahasa tersebut dulunya lazim digunakan oleh masyarakat Kutai di hulu maupun hilir mahakam.
Saat ini bahasa Kutai terbagi ke dalam 4 dialek yang letaknya tidak saling berdekatan:
# Kutai Tenggarong (<span class=plainlinks>[http://www.sil.org/iso639-3/documentation.asp?id=vkt vkt]</span>)
# Kutai Kota Bangun (<span class=plainlinks>[http://www.sil.org/iso639-3/documentation.asp?id=mqg mqg]</span>)
Baris 31 ⟶ 229:
# Kutai Sengata/Sangatta (belum ada kode bahasanya)
Disamping memiliki beberapa persamaan kosakata dengan [[bahasa Banjar]], Bahasa Kutai juga memiliki persamaan kosakata dengan bahasa Dayak lainnya, misalnya:
* nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai ([[Bahasa Kantu']]), artinya tidak
* celap (
* balu (Bahasa Kutai Tenggarong), balu ([[Bahasa Dayak Iban]], balu' Bahasa Dayak [[Benuaq]]), artinya janda
* hek (Bahasa Kutai Tenggarong), he' (Bahasa Dayak [[Tunjung]]), artinya tidak
Baris 40 ⟶ 237:
== Asal Mula ==
Menurut tradisi lisan dari Suku Kutai, Proses perpindahan penduduk dari daratan asia yang kini disebut provinsi Yunan - Cina selatan berlangsung antara tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok yang mengembara hingga sampai di pulau Kalimantan dengan rute perjalanan melewati Hainan, Taiwan, Filipina kemudian menyeberangi Laut Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada saat itu perpindahan penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu sulit kerena pada zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di kutub Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil bercadik yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah menyeberangi selat karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan Timur.
Penduduk [[Kutai]] pada masa itu terbagi menjadi lima '''puak''' (lima suku):
# Puak Pantun
# Puak Punang
# Puak Sendawar
# Puak
# Puak Melanti
'''<big>Puak Pantun (Kutai Muara Kaman/Kutai Tua-Eks Hindu))</big>'''
Puak Pantun adalah suku tertua di [[Kalimantan Timur]], dan merupakan suku atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Suku ini mendiami daerah [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara |Muara Kaman]] Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang, suku Kutai pantun dapat dikatakan sebagai turunan para bangsawan dan Pembesar di Kerajaan Kutai Martapura (Kutai Mulawarman). Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan.
Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di [[Kota Bangun, Kutai Kartanegara |Kota Bangun]], Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tenteram dapat berjalan selama masa pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara |Muara Kaman]] Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah [[Muara Wahau, Kutai Timur|Wahau]] dan Daerah [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]], serta Daerah [[Muara Bengkal, Kutai Timur |Muara Bengkal]], Daerah [[Kongbeng, Kutai Timur |Kombeng]] di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.
'''<big>Puak Punang (Kutai Kedang)</big>'''
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalnya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Paha pada masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya. Kelompok ini menggunakan [[Bahasa Kutai Kota Bangun]].<ref>http://multitree.org/codes/mqg</ref>
Dalam pemerintahan Kerajaan Kutai Martapura dari tahun, 350-1605, yang beribu kota di Muara Kaman, kawasan Kota Bangun diketahui bahwa wilayahnya bernama NEGERI PAHA meliputi daerah: KEHAM, KEDANG DALAM, [[Kedang Ipil, Kota Bangun Darat, Kutai Kartanegara |KEDANG IPIL]], [[Lebak Mantan, Muara Wis, Kutai Kartanegara |LEBAK MANTAN]], [[Lebak Cilong, Muara Wis, Kutai Kartanegara|LEBAK CILONG]].
Negeri ini setingkat Provinsi dipimpin seorang Mangkubumi (Adipati Wilayah), suku ini disebut Suku Kutai Kedang (Orang Adat Lawas) adapun pimpinannya berigelar Sri Raja (Raja Kecil) dan Sri Raja terakhir bernama Sri Raja TALIKAT merupakan kerabat Raja di Muara Kaman, dan memerintah di ibu kota Keham sampai sekarang masyarakat Adat Lawas masih mendiami daerah tersebut diatas.<ref>[http://kutaihulu.blogspot.com/2010/08/sejarah-pemerintahan-di-kota-bangun.html SEJARAH PEMERINTAHAN DI KOTA BANGUN ]</ref>
'''<big>Puak Tulur</big>'''
Puak Tulur adalah suku yang mendiami wilayah [[Sendawar]] ([[Kutai Barat]]), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulur Jejangkat. Puncan Karna anak bungsu Aji Tulur Jejangkat menikah dengan Aji Ratu anak Maharaja Sultan.<ref>http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/240-Asal-Usul-Raja-Raja-Suku-Tunjung#</ref> Suku ini mendiami daerah pedalaman. Mereka berpencar meninggalkan tanah aslinya dan membentuk kelompok suku masing-masing yang sekarang dikenal sebagai suku Dayak Tunjung dan [[Benuaq]] (Ohong dan Bentian).
* Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan Muara Pahu
* Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai dan Muara Pahu
* Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa
Suku Dayak Bahau merupakan suku Dayak pendatang di [[Kutai]], selain itu terdapat pula suku-suku Dayak pendatang lain di Tanah [[Kutai]] yaitu suku Dayak Kenyah, Punan, Basap, dan Kayan.
* Suku Kenyah dan Suku Kayan merupakan pendatang dari Apo Kayan, Kab. Bulungan. Kini suku ini mendiami wilayah kecamatan Muara Ancalong, Muara Wahau, Tabang, Long Bagun, Long Pahangai, Long Iram dan Samarinda Ilir.
* Suku Punan merupakan suku Dayak yang mendiami hutan belantara di seluruh Kalimantan Timur mulai dari daerah Bulungan, Berau hingga Kutai. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di gua-gua batu dan pohon-pohon. Mereka dibina oleh Departemen Sosial melalui Proyek Pemasyarakatan Suku Terasing.
* Suku Basap menurut cerita merupakan keturunan orang-orang Cina yang kawin dengan suku Punan. Mereka mendiami wilayah kecamatan Sangkulirang.
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Temenggoeng_van_Kendisik_met_familie_en_notabelen_te_Kutai_Muara_Pahu_Borneo_TMnr_10001688.jpg|jmpl|200px|Suku Kutai Puak Pahu, para lelakinya masih memakai cawat]]
* Suku Bakumpai berasal dari [[sungai Barito]], Kalimantan Tengah, secara rumpun bahasa, suku ini merupakan sub etnis Dayak Ngaju (Biaju) yang beragama Islam, sedangkan secara rumpun budaya, suku ini tergolong berbudaya Banjar, sehingga sering juga disebut '''Dayak Banjar''' atau '''Banjar Bakumpai'''. Posisi suku Bakumpai ini secara bahasa dan budaya berada di tengah-tengah menjembatani antara budaya Dayak Ngaju dan budaya Banjar (posisinya mirip suku Kutai puak Pahu). Mereka mendiami daerah kecamatan Long Iram.
'''<big>Puak Pahu (Dayak Kutai/Kutai Haloq-Eks Kaharingan)</big>'''
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah [[Sungai Kedang Pahu]]. Suku ini tersebar di Kecamatan [[Muara Pahu, Kutai Barat|Muara Pahu]] dan sekitarnya. Puak ini merupakan keturunan [[Dayak]] [[Benuaq]]-- "behaloq"—menjadi "haloq" meninggalkan "Adat Lawas -- Kaharingan" menjadi "Pahuuq" (Bahasa Dayak [[Benuaq]] --> Muslim (menganut Agama Islam).
'''<big>Puak Melanti (Melayu Kutai/Kutai Tenggarong)</big>'''
Puak Melanti adalah masyarakat yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan puak termuda di antara puak-puak Kutai, di dalam masyarakat ini telah terjadi percampuran antara suku kutai asli yaitu Dayak, dengan suku pendatang yakni; Banjar, Jawa dan Melayu. Sehingga Puak ini memang sudah berkembang menjadi kesatuan etnis. Puak ini berkembang pada masa kerajaan Kutai Kartanegara, yaitu kerajaan melayu yang berdiri di Tanah Kutai. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Puak ini umumnya mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong. Kelompok ini menggunakan [[Bahasa Kutai Tenggarong]].<ref>http://multitree.org/codes/vkt</ref>
[[Berkas:Sultansulaiman-kukar.gif|jmpl|220px|Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara merupakan Suku Kutai Puak Melani]]
Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melanti kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun berbeda dialek. Sedangkan sebagian puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang tidak berasimilasi dengan pendatang akhirnya hidup di pedalaman, oleh Peneliti Belanda disebut dengan istilah Orang Dayak.
== Kerajaan Tanah Kutai ==
Di Tanah Kutai diketahui berdiri 3 Kerajaan Besar, yaitu
# [[Kerajaan Kutai Martadipura|Kerajaan
# Kerajaan Sri Bangun ( Corak Budha-Melayu Sriwijaya dan Melayu Tua)
# [[Kesultanan Kutai Kartanegara|Kerajaan
== Kisah Pecahnya Puak Tanah Kutai ==
Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku asli di Tanah Kutai, yakni [[Suku Dayak]] dan
Sebutan haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai banyak meninggalkan kepercayaan lama salah satunya adalah dengan taat pada ajaran Islam, karena adat istiadat, budaya, dan kepercayaan dari suku asli Tanah Kutai tersebut banyak yang bertentangan dalam ajaran Islam. Kemudian karena puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau kepercayaan lama mereka, maka mereka mulai di sebut 'orang haloq' oleh puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya (kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah berbeda adat istiadat. Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya 'orang kutai' yang berarti orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai. Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian kecil puak sendawar. Sekarang Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-kelompok suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku [[Tunjung
Jadi yang disebut
== Problematika klasifikasi Dayak atau Melayu ==
Perubahan
== Lagu Kutai ==
* [http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&v=EqySvCaERF8&NR=1 Buah bolok ]
* [http://www.youtube.com/watch?v=Eq40WgxLu-A Burung Enggang ]
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* https://www.pustakaborneo.id/upload/pdf/buku_20171214061246.pdf
* https://media.neliti.com/media/publications/49956-ID-kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.pdf
[[Kategori:Ot Danum]]
[[Kategori:
[[Kategori:Kelompok etnik di Malaysia|Kutai, Suku]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur|Kutai, Suku]]
[[Kategori:Kabupaten Kutai Kartanegara]]
|