Seni tradisional Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Penambahan gambar depan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(34 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Refimprove}}
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
[[Berkas:PengantinBanjar.jpg|jmpl|300px|3 Macam [[Busana Pengantin Banjar]], Bagajah Gamuling Baular Lulut, Babaju Kun Galung Pacinan dan Baamar Galung Pancar Matahari]]
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa, dan danau, di samping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba religius. Di samping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.
Baris 13 ⟶ 16:
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar
[[Suku Banjar]] mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai cabang seni.
Seni [[Tari Banjar]] terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman Hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni [[tari]] daerah Banjar yang terkenal misalnya
* Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.<ref>{{Cite web|last=Umam|first=Author|title=Tari Baksa Kembang: Tari Klasik dari Keraton Banjar Kalimantan Selatan|url=https://www.gramedia.com/literasi/tari-baksa-kembang/|website=gramedia|access-date=09 Juni 2024}}</ref>
* Tari Baksa Panah
* Tari Baksa Dadap
* Tari Baksa Lilin
* Tari Baksa Tameng
*
* Tari Kuda Kepang
* Tari Japin/Jepen
*
* Tari Gandut
*
*
*
*
* [http://www.youtube.com/watch?v=rCPe3h8AsSU&feature=related Tari Kambang Kipas]
* [http://www.youtube.com/watch?v=i-079AiwODk&feature=related Tari Balatik]
* [http://www.youtube.com/watch?v=1QIyzlV59r0&feature=related Tari Parigal Amban]
*
*
* Gamelan Banjar Tipe Keraton
* Gamelan Banjar Tipe Rakyatan
* Panting
Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya
* [[:b:Ampar-Ampar Pisang|Ampar-Ampar Pisang]]
* [[:b:Sapu Tangan Babuncu Ampat|Sapu Tangan Babuncu Ampat]]
Baris 53 ⟶ 57:
* [http://www.youtube.com/watch?v=VrtiKwty_gM&feature=related Banjarmasin] (Melayu Deli)
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan kopiah.
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
[[Berkas:Sasanggan.jpg|
[[Berkas:Motif Jambangan Ukiran Banjar.JPG|
Seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, [[sasanggan]], meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya [[Pohon Hayat]], pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di [[Tanah Banjar]] dan daerah
Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah [[Rumah Banjar|Rumah Bubungan Tinggi]] yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat.
Jenis-jenis rumah Banjar:
# [[Rumah Bubungan Tinggi]], kediaman raja
Baris 79 ⟶ 83:
# [[Rumah Palimasan]] ([[Rumah Gajah]]), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
# [[Rumah Cacak Burung]] ([[Rumah Anjung Surung]]), kediaman rakyat biasa
# [[Rumah Tadah Alas]]
# [[Rumah Lanting]], rumah di atas air
# [[Rumah Joglo Gudang]]
# [[Rumah Bangun Gudang]]
[[Berkas:Miniatur Jukung Gundul.JPG|
[[Erik Petersen]] telah mengadakan penelitian tentang jukung Banjar dalam bukunya ''Jukungs Boat From The Barito Basin, Borneo''. Jukung adalah transportasi khas [[Kalimantan]]. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayu bulat yang akan dibuat menjadi jukung.<ref>{{Cite web |url=http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2615/jukung-perahu-tradisional-suku-banjar-di-kalimantan-selatan |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826132539/http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2615/jukung-perahu-tradisional-suku-banjar-di-kalimantan-selatan |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.pusatkajiankebudayaanbanjar.com/2013/05/jukung-dan-fenomena-migrasi-orang-banjar.html |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826113626/http://www.pusatkajiankebudayaanbanjar.com/2013/05/jukung-dan-fenomena-migrasi-orang-banjar.html |dead-url=yes }}</ref><ref>http://iaaipusat.wordpress.com/2012/06/10/tinggalan-arkeologi-jukung-di-kalimantan-selatan-bukti-prototipe-jukung-banjar-masa-kini-dan-pasar-terapung-sebagai-objek-pariwisata-berbasis-arkeologi/</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.bppaudnibanjarbaru.org/index.php/produk-bp-paudni/bahan-ajar/15-bahan-ajar-alat-transportasi-jukung |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826120555/http://www.bppaudnibanjarbaru.org/index.php/produk-bp-paudni/bahan-ajar/15-bahan-ajar-alat-transportasi-jukung |dead-url=yes }}</ref><ref>http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=11&judul=PENELITIAN%20AWAL%20TEMUAN%20PERAHU%20KUNA%20DI%20DESA%20PUNJULHARJO,%20KABUPATEN%20REMBANG,%20JAWA%20TENGAH{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Jenis Jukung:
# [[Jukung Sudur]] (rangkaan)
## [[Jukung Sudur Biasa]]
Baris 99 ⟶ 105:
## [[Jukung Pemadang]]
# [[Jukung Batambit]]
## [[Jukung Tambangan]]<ref>http://folksofdayak.wordpress.com/2014/05/28/jukung-rangkang-perahu-tradisional-dayak/</ref>
## [[Jukung Babanciran]]
## [[Jukung Undaan]]
Baris 106 ⟶ 112:
## [[Jukung Pandan Liris]]
## [[Jukung Tiung]]
Jenis perahu lainnya misalnya
# [[Penes]]
# [[Kelotok]]
[[Wayang]] Banjar terdiri dari
# [[Wayang kulit Banjar]]
# [[Wayang gung]]/[[wayang Gong]] yaitu ([[wayang orang]] versi suku Banjar
Mamanda merupakan seni [[teater]] tradisonal suku Banjar.
# [[Naga Badudung]]
# [[Kepala Naga Gambar Sawit]]
Baris 124 ⟶ 130:
== Seni Tradisonal Banjar Berbasis Sastra (Folklor Banjar) ==
=== [[Madihin]] ===
<!--
Baris 135 ⟶ 139:
==== Etimologi dan definisi ====
[[Madihin]] berasal dari kata [[madah]] dalam bahasa Arab artinya nasihat, tapi bisa juga berarti pujian. [[Puisi rakyat anonim]] bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis [[Banjar]] di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
[[Tajuddin Noor Ganie]] (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai berikut
==== Bentuk fisik ====
Baris 143 ⟶ 147:
Masih menurut [[Ganie]] (2006), Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola formulaik persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal a/a/a/a, a/a/b/b atau a/b/a/b. Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.
Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin (bahasa Banjar Pamadihinan). [[Anggraini Antemas]] (dalam Majalah [[Warnasari]] Jakarta, 1981) memperkirakan tradisi penuturan Madihin (bahasa Banjar
==== Status Sosial dan Sistem Mata Pencaharian Pamadihinan ====
Baris 149 ⟶ 153:
Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat (bahasa Banjar [[Bakarasmin)]] yang digelar dalam rangka memperingati hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).
Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut [[Pamadihinan]]. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinan, yakni
Tradisi Bamadihinan masih tetap lestari hingga sekarang ini. Selain dipertunjukkan secara langsung di hadapan publik, Madihin juga disiarkan melalui stasiun radio swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalsel. Hampir semua stasiun radio swasta menyiarkan Madihin satu kali dalam seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Situasinya menjadi semakin bertambah semarak saja karena dalam satu tahun diselenggarakan beberapa kali lomba Madihin di tingkat kota, kabupaten, dan provinsi dengan hadiah uang bernilai jutaan rupiah.
Tidak hanya di Kalsel, Madihin juga menjadi sarana hiburan alternatif yang banyak diminati orang, terutama sekali di pusat-pusat pemukiman etnis Banjar di luar daerah atau bahkan di luar negeri. Namanya juga tetap Madihin. Rupa-rupanya, orang Banjar yang pergi merantau ke luar daerah atau ke luar negeri tidak hanya membawa serta keterampilannya dalam bercocok tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah (berdiplomasi), berkuntaw (seni bela diri), bergulat, berloncat indah, berenang, main catur, dan
Para Pamadihinan yang menekuni pekerjaan ini secara profesional dapat hidup mapan. Permintaan untuk tampil di depan publik relatif tinggi frekwensinya dan honor yang mereka terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Beberapa orang di antaranya bahkan mendapat rezeki nomplok yang cukup besar karena ada sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan DVD di kota Banjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman Madihin mereka. Hasil penjualan kaset, VCD, dan DVD tersebut ternyata sangatlah besar.
Pada zaman dahulu kala, ketika etnis Banjar di Kalsel masih belum begitu akrab dengan sistem ekonomi uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk natura (bahasa Banjar
==== Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel ====
Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah Kalsel saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya,
Selain [[Jhon Tralala]] dan Hendra, di daerah Kalsel banyak sekali bermukim Pamadihinan terkenal, antara lain: [[Mat Nyarang]] dan [[Masnah]] pasangan Pamadihinan yang paling senior di kota Martapura), [[Rasyidi]] dan [[Rohana]](Tanjung), [[Imberan]] dan [[Timah]] (Amuntai), [[Nafiah]] dan [[Mastura]] Kandangan), [[Khair]] dan [[Nurmah]] (Kandangan), [[Utuh Syahiban]] Banjarmasin), [[Syahrani]] (Banjarmasin), dan [[Sudirman]](Banjarbaru).
Madihin mewakili [[Kalimantan Timur]] pada Festival Budaya Melayu.
Baris 169 ⟶ 173:
==== Datu Madihin, Pulung Madihin, dan Aruh Madihin ====
Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang disebut [[Pulung]]. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak
Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif (mumpuni).
Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
Datu Madihin yang menjadi sumber asal
Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah [[ritus adat]] yang disebut [[Aruh Madihin]]. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Menurut Saleh dkk (1978:131), Datu Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya [[sajen]] berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan [[minyak likat baboreh]]. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin
Baris 191 ⟶ 195:
Menurut [[Tajuddin Noor Ganie]] (2006:1) dalam bukunya berjudul [[Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], [[peribahasa Banjar]] ialah kalimat pendek dalam [[bahasa Banjar]] yang pola susunan katanya sudah tetap dengan merujuk kepada suatu format bentuk tertentu (bersifat formulaik), dan sudah dikenal luas sebagai ungkapan tradisional yang menyatakan maksudnya secara samar-samar, terselubung, dan berkias dengan gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
Berdasarkan karakteristik bentuk fisiknya, peribahasa Banjar menurut Ganie (2006:1) dapat dipilah-pilah menjadi 2 kelompok besar, yakni
# [[Peribahasa Banjar berbentuk puisi]], terdiri atas
## [[Gurindam Banjar|Gurindam]]
## [[Kiasan Banjar|Kiasan]]
Baris 199 ⟶ 203:
## [[Saluka Banjar|Saluka]]
## [[TamsilBanjar|Tamsil]]
# [[Peribahasa Banjar berbentuk kalimat]], terdiri atas
## [[Ibarat]]
## [[Papadah]]
Baris 210 ⟶ 214:
==== Simpulan ====
Berdasarkan paparan dan contoh-contoh di atas, maka dapat disimpulkan semua ragam/jenis peribahasa Banjar berbentuk puisi, setidak-tidaknya memiliki salah satu dari 3 ciri karakteristik bentuk, yakni
# adanya pengulangan atas kosa-kata yang sama,
# adanya kosa-kata yang hampir sama secara morfologis, dan
# adanya kosa-kata yang saling bersajak a/a/a/a, a/b/a/b, dan a/b/b/a baik secara vertikal maupun secara horisontal di awal, di tengah, atau di akhir baris/larisk. Ciri-ciri karakteristik bentuk yang demkian itu identik dengan gaya bahasa perulangan (repetisi).
Baris 224 ⟶ 228:
[[Pantun]] merupakan pengembangan lebih lanjut dari [[Peribahasa Banjar]]. Istilah pantun sendiri menurut Brensetter sebagaimana yang dikutipkan Winstead (dalam Usman, 1954) berasal dari akar kata [[tun]] yang kemudian berubah menjadi [[tuntun]] yang artinya teratur atau tersusun. Hampir mirip dengan tuntun adalah [[tonton]] dalam bahasa [[Tagalog]] artinya berbicara menurut aturan tertentu (dalam Semi, 1993:146-147).
Sesuai dengan asal
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria konvensional yang harus dirujuk dalam hal bentuk fisik dan bentuk mental pantun ini, yakni
Zaidan dkk (1994:143)mendefinisikan pantun sebagai jenis puisi lama yang terdiri atas 4 larik dengan rima akhir a/b/a/b. Setiap larik biasanya terdiri atas 4 kata, larik 1-2 merupakan sampiran, larik 3-4 merupakan isi. Berdasarkan ada tidaknya hubungan antara sampiran dan isi ini, pantun dapat dipilah-pilah menjadi 2 genre/jenis, yakni pantun mulia dan pantun tak mulia.
Disebut [[pantun mulia]] jika sampiran pada larik 1-2 berfungsi sebagai persiapan isi secara fonetis dan sekaligus juga berfungsi sebagai isyarat isi. Sementara, [[pantun tak mulia]] adalah pantun yang sampirannya (larik 1-2) berfungsi sebagai persiapan isi secara fonetis saja, tidak ada hubungan semantik apa-apa dengan isi pantun di larik 3-4.
Baris 236 ⟶ 240:
Hampir semua suku bangsa di tanah air kita memiliki khasanah pantunnya masing-masing. Menurut [[Sunarti]] (1994:2), orang [[Jawa]] menyebutnya [[parikan]], orang [[Sunda]] menyebutnya [[sisindiran]] atau [[susualan]], orang [[Mandailing]] menyebutnya [[ende-ende]], orang [[Aceh]] menyebutnya [[rejong]] atau [[boligoni]], sementara orang [[Melayu]], [[Minang]], dan [[Banjar]] menyebutnya [[pantun]]. Dibandingkan dengan genre/jenis puisi rakyat lainnya, pantun merupakan puisi rakyat yang murni berasal dari kecerdasan linguistik local genius bangsa Indonesia sendiri.
Istilah pantun tidak ditemukan padanannya dalam [[bahasa Banjar]], sehubungan dengan itu istilah ini langsung saja diadopsi untuk memberi nama fenomena yang sama yang ada dalam khasanah [[puisi rakyat anonim berbahasa Banjar]] ([[Folklor Banjar]]).
Dalam definisi yang sederhana [[pantun Banjar]] adalah pantun yang dilisankan atau dituliskan dalam [[bahasa Banjar]]. Definisi pantun Banjar menurut rumusan [[Tajuddin Noor Ganie]] (2006) adalah puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi khusus yang berlaku dalam khasanah folklor Banjar.
Baris 246 ⟶ 250:
==== Status Sosial [[Pamantunan]] ====
Pamantunan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri dengan mengandalkan kemampuannya dalam mengolah kosa-kata berbahasa Banjar sehingga dapat dijadikan sebagai sarana retorika yang fungional.
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamantunan, yakni
==== [[Datu Pantun]], [[Pulung Pantun]], dan [[Aruh Pantun]] ====
Tuntutan profesional yang begitu sulit untuk dipenuhi oleh seorang Pamantunan membuatnya tergoda untuk memperkuat tenaga kreatifnya dengan cara-cara yang bersifat magis, akibatnya, profesi Pamantunan pada zaman dahulu kala termasuk profesi kesenimanan yang begitu lekat dengan dunia mistik. Dalam hal ini sudah menjadi kelaziman di kalangan Pamantunan ketika itu untuk memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif profesionalnya dengan kekuatan supranatural yang disebut Pulung.
Pulung adalah kekuatan supranatural yang berasal dari alam gaib yang diberikan oleh Datu Pantun. Konon, berkat Pulung inilah seorang Pamantunan dapat mengembangkan bakat alam dan intelektualitasnya hingga ke tingkat yang paling kreatif (mumpuni).
Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamantunan, karena Pulung hanya diberikan kepada oleh Datu Pantun kepada Pamantunan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
Datu Pantun adalah seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, alam pantheon yang tidak
Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun, jika tidak, maka tuah magisnya akan hilang tak berbekas lagi. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritus adat yang khusus digelar untuk itu, yakni Aruh Pantun. Aruh Pantun dilaksanakan pada malam-malam gelap tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29) di bulan Rabiul Awal atau Zulhijah.
Datu Pantun diundang berhadir dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh secukupnya. Jika Datu Pantun berkenan memenuhi undangan, maka Pamantunan yang bersangkutan akan kesurupan (trance) selama beberapa saat. Sebaliknya, jika Pamantunan tak kunjung kesurupan itu berarti mandatnya sebagai seorang Pamantunan sudah dicabut oleh Datu Pantun. Tidak pilihan baginya kecuali mundur secara teratur dari panggung Baturai Pantun (pensiun).
==== [[Pantun Banjar]] Masa Kini
Pada zaman sekarang ini, pantun, khususnya pantun Banjar, tidak lagi menjadi puisi rakyat yang fungsional di Kalsel. Sudah puluhan tahun tidak ada lagi forum Baturai Pantun yang digelar secara resmi sebagai ajang adu kreativitas bagi para Pamantunan yang tinggal di desa-desa di seluruh daerah Kalsel.
Pantun Banjar yang masih bertahan hanya pantun adat yang dibacakan pada kesempatan meminang atau mengantar pinengset (bahasa Banjar Patalian). Selebihnya, pantun Banjar cuma diselipkan sebagai sarana retorika bernuansa humor dalam pidato-pidato resmi para pejabat atau dalam naskah-naskah tausiah para ulama.
Syukurlah, seiring dengan maraknya otonomi daerah sejak tahun 2000 yang lalu, ada juga para pihak yang mulai peduli dan berusaha untuk menghidupkan kembali Pantun Banjar sebagai sarana retorika yang fungsional (bukan sekadar tempelan). Ada yang berinisiatif menggelar pertunjukan eksibisi Pantun Banjar di berbagai kesempatan formal dan informal, memperkenalkannya melalui publikasi di berbagai koran/majalah, melalui siaran khusus yang bersifat insidental di berbagai stasiun radio milik pemerintah atau swasta, dan ada pula yang berinisiatif mememasukannya sebagai bahan pengajaran muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di seantero daerah Kalsel. Tulisan saya di Wikipedia ini boleh jadi termasuk salah satu usaha itu.
Sekarang ini di Kalsel sudah beberapa puluh kali digelar kegiatan lomba tulis Pantun Banjar bagi para peserta di berbagai tingkatan usia. Tidak ketinggalan Stasiun TVRI Banjamasin juga sudah membuka acara Baturai Pantun yang digelar seminggu sekali oleh Bapak H. Adjim Arijadi dengan pembawa acara Jon Tralala, Rahmi Arijadi, dan kawan-kawan.
== Lihat pula ==
* [[Batumbang Apam]]
* [[Baju Kubaya Basawiwi]]
* [[Baju Kurung Basisit]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
* [[Tajuddin Noor Ganie]], 2006. [[Identitas Puisi Rakyat Berbentuk Pantun Banjar]] dalam buku [[Identitas Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], Penerbit Rumah Pustaka Folklor Banjar, Jalan Mayjen Soetoyo S, Gang Sepakat RT 13 Nomor 30, Banjarmasin, 70119, Provinsi Kalimantan Selatan
* http://hasanzainuddin.wordpress.com/seni-banjar/
== Pranala luar ==
* {{ ms }} [http://samprong.tripod.com/kuntau_sejarah.html Seni Silat Kuntau Banjar]
[[Kategori:Budaya Banjar]]
|